Anda di halaman 1dari 25

BAB I: Literasi Digital Dalam Menghadapi Tantangan dan Peluang Abad

21:
1.1 Tantangan dan peluang abad 21
1.2 Pentingnya literasi digital
BAB II: Prinsip-Prinsip Dasar Pengembangan Literasi Digital:
2.1 Pengertian literasi digital menurut para ahli
2.2 Prinsip-prinsip literasi digital
2.3 Elemen literasi digital
2.4 Kerangka Literasi digital [Proteksi (safeguard), Hak-hak (rights),
Pemberdayaan (empowerment)]
2.5 Manfaat literasi digital
2.6 Indikator literasi digital
2.7 Pengembangan literasi digital
2.8 Penerapan literasi digital pada lintas generasi.
BAB III: Fitur Teknologi Digital Dan Alat Komunikasi Yang Berguna Bagi
Kehidupan
3.1 Fitur-fitur dalam teknologi digital
3.2 Fitur-fitur teknologi digital untuk keperluan akademis
3.3 Fitur-fitur teknologi digital untuk keperluan bermasyarakat
BAB I
LITERASI DIGITAL DALAM MENGHADAPI TANTANGAN DAN
PELUANG ABAD 21

1.1 Tantangan Dan Peluang Abad 21


Pada abad 21, kemajuan tekologi telah merebah ke segala aspek
kehidupan termasuk pendidikan. Pendidik maupun siswa harus memiliki
keterampilan mengejar abad 21. Untuk bertahan pada era ini para pengajar
harus menghadapi berbagai tantangan dan peluang.
1. Tantangan Abad 21
Menurut Anonim (2020) dibutuhkan beberapa faktor untuk
membangun suatu negara maju,yaitu: sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Namun tanpa didukung kualitas sumber daya manusianya
sendiri, sumber daya alam akan menjadi sia-sia, oleh karena itu sebagai
negara berkembang Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia.
Namun pendidikan di indonesia terkesan masih menyedihkan
dibandingkan dengan negara lain. Dari pendidikan anak usia dini sampai
pendidikan tinggi memiliki banyak sekali ruang yang harus diperbaiki.
Tantangan pertama yang harus harus dihadapi adalah kurikulum di
indonesia yang masih memaksa para siswa untuk membaca materi,jika ada
penjelasan pun para siswa hanya bisa mengimajinasikaan apa yang
dijelaskan yang seharusnya para siswa harus melakukan praktik secara
langsung agar bisa paham.
Tantangan kedua, Menurut susanti (2020). fasilitas yang masih belum
merata diseluruh indonesia. Menyedikan fasilitas yang merata di indonesia
bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi pada daerah terpencil yang belum
terjangkau oleh pemerintah,tetapi walau tidak mudah pendidikan
diindonesia harus mempunyai fasilitas yang menunjang agar indonesia
dapat maju dan berkembang. Tantangan ketiga yaitu masyarakat yang masih
mengaggap rendah profesi guru dan reputasi guru yang kurang baik, guru
di anggap belum memiliki kualitas dan keterampilan yang belum memadai
untuk mendidik para siswa. Namun, Ketika masuknya teknologi pada abad
21 sedikit demi sedikit profesi guru dapat di gantikan dengan teknologi,
untuk mencari informasi atau pembelajaran sekarang sangatlah mudah,
kita hanya perlu membuka handphone semua informasi akan muncul.
Kondisi tersebut menimbulkan spekulasi bahwa kedepannya akan ada
beberapa profesi yang dapat digantikan oleh teknologi (Verawadina Dkk.,
2019).

2.Peluang Abad 2
Selain memiliki tantangan, abad 21 memiliki peluang salah satu peluang
yaitu dengan masuknya digital pada pembelajaran abad 21 sangat
memudahkan para siswa untuk belajar, selain bisa belajar menggunakan buku
para siswa juga dapat menggunakan fasilitas digital seperti google.
Menurut Hajri (2023) Dalam abad ke-21 yang diwarnai oleh kemajuan
teknologi digital, peran teknologi dalam transformasi pendidikan menjadi
semakin penting dan relevan. Teknologi digital telah mengubah cara kita
belajar, berinteraksi, dan mengakses informasi.
Bukan hanya siswa, namun Guru juga sangat di mudahkan dengan
teknologi karena dengan teknologi ini para guru dapat menggunakan berbagai
macam aplikasi untuk menunjang kegiatan pembelajaran
1.2 Pentingnya Literasi Digital

Saat ini literasi digital memiliki peran penting pada era yang selalumenggunakan
mesin. Literasi digital dapat memperkaya wawasan digital masyarakat,karena
dapat mendorong masyarakat untuk mencari informasi melalui internet yang saat
ini siapa pun dapat menggunakannya, selain itu informasi internet juga dapat
digunakan kapan pun dan dimana pun saja yang berarti ada kebebasan untuk
menggunakannya. Menurut Puspito pada tahun 2017 yang menguraikan sembilan
kategori peran penting literasi digital, yaitu sebagai berikut:

a. Kemudahan akan situs internet dan jejaring sosial b. Multitasking

c. Dapat membedakan area privasi dalam bermedia sosial

d. Mampu menggunakan identitas yang benar

e. Pintar dalam memegang kendali publikasi pendidikan di media sosial

f. Mengatur dan mengidentifikasi berbagai konten

Adapun Fungsi utama dalam literasi digital pada masa kini diantaranya adalah:
(1) mampu dalam menggunakan berbagai hal secara digital
(2) tidak bergantung dengan digital seperti berfikir secara kreatif dan inovatif
(3) mampu bersosialisasi dengan bijak dengan digital
(4) serta mampu berkolaborasi dengan banyak orang. Dengan ini diharapkan
mahasiswa sangat dituntut untuk mempunyai berbagai kemampuan untuk
mengolah, berkomunikasi, berkolaborasi, hingga menciptakan suatu karya. Oleh
karena itu, peran mahasiswa memiliki pengaruh tinggi untuk mencapai citra
Indonesia yang maju.

Begitu pentingnya literasi digital di era ini mengingat data dan informasi akan
terus bertambah tanpa terkontrol. Jika tiap individu tidak membekali diri dengan
kemampun literasi digital, maka akan semakin sulit untuk mencari informasi yang
benar-benar bernilai. Salah satu fungsi mendapatkan informasi bernilai adalahagar
cepat mengambil keputusan yang baik hingga akhirnya dapat
bertindak.Mendapatkan informasi yang bernilai merupakan salah satu manfaat
dari literasi digital.
BAB II
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN LITERASI DIGITAL

2.1 Pengertian Literasi Digital menurut para ahli


literacy bersal dari bahasa latin ‘’littera’’ (huruf) yang melibatkan system-
system tulisan dan seluruh konvensi yang menyertainya.secara etomologi literasi
dapat di artikan sebagai keberaksaraan atau kemampuan untuk menulis dan
membaca.sedangkan secara tirominologi literasi adalah suatu kemampuan
seseorang dalam hal menulis, membaca ataupun disiplin keilmuan yang merupakan
keahlian profesinnya.dalam kamus besar bahasa Indonesia di jelaskan bahwa
literasi adalah kemampuan enulis dan membaca. Artinya suatu kemampuan
individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk keckapan hidupnya.
Anggeani ( 2019 )

.Definisi Mutakhir diketengahkan oleh Hoobs (2019), yang


mengemukakan bawha literasi digital merupakan konseltasi, pengetahuan
keterampilan,dan kompetisi-kompetisi yang diperlukan untuk berkembang
dalam budaya yang didominasi oleh teknologi.

Menurut Merriam Webster, pengertian literasi sebagai kemampuan melek


aksara. Maksud dari melekaksara itu sendiri sebenarnya inti maknanya tidak
jauh beda dengan yang diungkapkan oleh UNESCO, yaitu meliputi
kemampuan menulis, membaca dan memahami ide.

3. National Institute for Literacy


Pendapat dari national Institute for literacy juga berbeda lagi.
Menurutnya, pengertian literasi itu sebagai bentuk kemampuan seseorang
dalm memecahkan masalah pada tingkat permasalahan yang berbeda-beda.
Jadi tidak hanya sebatas sebagai kemampuan berbicara, menulis dan membaca
saja. Tetapi juga di tingkat pekerjaan, masyarakat dan keluarga pun juga
termasuk di dalamnya.

4.Paul Gilster
Menurut seorang penulis dari buku yang berjudul digital literacy yang
diterbitkan pada tahun 1997 mengartikan bahwa, pengertian literasi digital
adalah kemampuan seseorang dalam memafaatkan informasi dalam berbagai
bentuk. Baik itu dari sumber dari perangkat komputer ataupun dari ponsel.

5. Arti Literasi Digital Menurut Bawden


Sedangkan Bawsen menekankan bahwa literasi digital sebenarnya lebih
menekankan pada literasi komputer dan literasi informasi. Dimana literasi
komputer ini sendiri sudah ada sejak tahun 1980an yang lalu dan baru
menyebar luas di tahun 1990an. Dari sinilah perkembangan literasi digital
semakin mudah diakses dan semakin tersebar luas.
6. Arti literasi Digital Menurut Douglas A.J. Belshaw
Dalam sebuah tesis yang berjudul what is digital literacy? yang ditulis
oleh Douglas A.J. Belshaw yang menyatakan bahwa literasi ditigal sebenarnya
memiliki beberapa elemen penting untuk meningkatkan dan mengembangkan
literasi digital. Elemen tersebut meliputi beberapa poin sebagai seperti
kulturan, dimana di elemen ini diperlukan pemahaman ragam kotneks
penggunaan dunia digital.

7. Arti Literasi Digital Menurut Mayes dan Fowler


Menurut Mayes dan Fowler ada prinsip dalam mengembangkan literasi
digital secara berjenjang. Pertama kompetensi digital yang menekankan pada
keterampilan, pendekatan, perilaku dan konsep. Selain itu juga ada
penggunaan digital itu sendiri yang memfokuskan pada pengaplikasian
kompetensi digital. Terakhir, adannya transformasi digital yang tentu saja
membutuhkan yang namannya inovasi dan kreativitas, sebagai unsur penting
dalam digitalisasi.

2.2 Prinsip-Prinsip Literasi Digital


Prinsip Dasar Penerapan Literasi Digital dalam Pendidikan
Penerapkan literasi digital dalam pendidikan dilaksanakan melalui dua
pendekatan yaitu secara konseptual dan operasional. Pendekatan
konseptual berfokus pada aspek perkembangan koginitif dan sosial
emosional, sedangkan pendekatan operasional berfokus pada kemampuan
teknis penggunaan media itu sendiri (Setiawan, 2020).
operasional dapat berjalan dengan baik melalui workshop oleh
pimpinan, pendidik dan tenaga kependidikan. Berdasarkan workshop
tersebut maka akan difokuskan pada intensitas penerapan literasi digital
dalam pembelajaran sebagai media sehingga dapat terukur kemampuan
literasi digital pada pendidik, peserta didik, serta tenaga kependidikan
maupun pimpinan. Pendidikan harus menyediakan media berbasis digital
seperti alat peraga dan bahan bacaan. Informasi dan materi pembelajaran
disajikan dalam digitalisasi yang dapat diakses dengan mudah dan kapan
saja. Informasi dan materi pembelajaran disajikan dalam digitalisasi yang
dapat diakses dengan mudah dan kapan saja. Layanan pendidikan berbasis
digital seperti halnya layanan jadwal, raport, profil sekolah, biaya
pendidikan, situs edukatif sebagai sumber belajar, dan lain sebagainya
yang terkait dengan layanan pendidikan (wardhana, 2020).
Penerapan literasi digital dalam pendidikan dapat berkembang secara
efektif dan efesien melalui prinsip dasar yang meliputi pemahaman,
ketergantungan, factor sosial, dan, kurasi. Pemahaman terhadap literasi
digital meliputi kemampuan mengekstrak ise secara implicit dan eksplisit
dari digital sebagai media. Kemudian ketergantungan merupakan suatu
bentuk media digital yang berhubungan satu dengan yang lainya secara
potensi, metaforis, ideal, dan harafiah. Satu dengan yang lainya memiliki
hubungan yang sangat erat sehingga dapat digunakan untuk media
pembanding dan mengukur keakuratan informasi. Faktor sosial sebagai
prinsip dasar penerapan literasi digital dalam pendidikan tidak hanya
berfungsi sebagai penunjuk indentitas pribadi atau distribusi informasi.
Lebih dari pada hal itu faktor sosial dapat memberi peluang untuk
memberikan pesan tersendiri, dapat memilih tujuan informasi, memilah
sasaran informasi yang diberikan, menyimpan informasi dan bahkan dapat
membentuk ulang informasi itu sendiri dimasa yang akan datang melalui
self reminder. Dan prinsip dasar kurasi adalah penerapan literasi digital
dalam pendidikan melalui penemuan, pengumpulan, serta
pengorganisasian informasi yang bermanfaat bagi tujuan pendidiikan agar
peserta didik dapat berdaya saing. Kurasi merupakan literasi digital yang
berfokus pada penyimpanan informasi, seperti halnya penyimpanan konten
pada digitalisasi melalui “save to read later”. Hal ini merupakan sebuah
kecakapan dalam literasi digital yang berhubungan dengan kemampuan
untuk memahami nilai dan makna sebuah informasi dan menyimpanya
agar lebih mudah diakses serta bermanfaat dalam jangka waktu yang lama
(Wijonarko, 2021).

2.3 Elemen Literasi Digital


Elemen penting literasi digital adalah menyangkut kemampuan apa
saja yang harus dikuasai dalam pemanfaatan tekonologi informasi dan
komunikasi. Maulana m (2019) dalam tulisannya yang berjudul Digital
Literacies For Engagement In Emerging Online Cultures, mengidentifikasi
ada sembilan elemen penting dalam dunia litersi digital seperti social
networking, transliteracy, maintaining privacy, managing identity, creating
content, organising and sharing content, reusing/repurposing content,
filtering and selecting content, serta self broadcasting.

1. Social Networking Kehadiran situs jejaring sosial adalah salah satu


contoh yang ada dalam social networking atau kehidupan sosial online.
Kini tiap individu yang terlibat dalam kehidupan sosial online akan
selalu dihadapkan adanya layanan tersebut. Seseorang yang memiliki
smartphone dapat dipastikan memiliki banyak akun jejaring sosial
misalnya Facebook, Twitter, Linkedin, Path, Instagram, Pinterest
ataupun Google+. Memanfaatkan layanan situs jejaring sosial perlu
selektif dan kehati-hatian. Pengetahuan pemetaan penggunaan situs
jejaring sosial berdasarkan fungsinya tentu akan lebih baik. Sebagai
contoh mereka yang bergelut dalam dunia akademik bisa
memanfaatkan Linkedln yang bisa mendukung hubungan antar peneliti
di dunia. Keterampilan memanfaatkan fitur-fitur yang ditawarkan
setiap situs jejaring sosialpun berbeda. Untuk itu, perlu mengetahui
sekaligus menguasai fungsi-fungsi dasar dari setiap fitur yang ada.
Disisi lain etika pemanfaatan situs jejaring sosial juga tidak luput dari
perhatian. Literasi digital memberikan jalan bagaimana seharusnya
berjejaring sosial yang baik itu
2. Transliteracy Transliteracy diartikan sebagai kemampuan
memanfaatkan segala platform yang berbeda khususnya untuk
membuat konten, mengumpulkan, membagikan hingga
mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial, grup diskusi,
smartphone dan berbagai layanan online yang tersedia.

3. Maintaining Privacy Hal penting dalam literasi digital adalah tentang


maintaining privacy atau menjaga privasi dalam dunia online. Memahami
dari segala jenis cybercrime seperti pencurian online lewat kartu kredit
(carding), mengenal ciri-ciri situs palsu (phishing), penipuan via email dan
lain sebagainya. Menampilkan identitas online hanya seperlunya saja
untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan.

4. Managing Digital Identity Managing digital identity berkaitan dengan


bagaimana cara menggunakan identitas yang tepat diberbagai jaringan
sosial dan platform lainya.

5. Creating Content Creating content atau berkaitan dengan suatu


ketrampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai
aplikasi online dan platform misalnya di PowToon, Prezi, blog, forum, dan
wikis. Selain itu mencakup kemampuan menggunakan berbagai platform
e-learning.
6. Organising and Sharing Content Organising and sharing content adalah
mengatur dan berbagi konten informasi agar lebih mudah tersebarkan.
Misalnya pada pemanfaatan situs social bookmarking memudahkan
penyebaran informasi yang bisa diakses oleh banyak pengguna di internet.

7. Reusing/repurposing Content Mampu bagaimana membuat konten dari


berbagai jenis informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru
dan dapat dipergunakan kembali untuk berbagai kebutuhan. Misalnya
seorang guru yang membuat konten tentang mata pelajaran tertentu dengan
lisensi creative common. Kemudian konten tersebut di unggah di website
Slideshare sehingga akan banyak yang mengunduhnya. Lalu konten
tersebut bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan dengan
menambahkan informasi atau pengetahuan baru agar lebih lengkap sesuai
kebutuhannya.

8. Filtering and Selecting Content Kemampuan mencari, menyaring dan


memilih informasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan
misalnya lewat berbagai mesin pencari di internet.Self Broadcasting
bertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau gagasan pribadi dan
konten multimedia misalnya melalui blog, forum atau wikis. Hal tersebut
adalah bentuk partisipasi dalam masyarakat sosial online.

2.4 Kerangka Literasi digital [Proteksi (safeguard), Hak-hak (rights),


Pemberdayaan (empowerment)]

Kerangka Literasi Digital Indonesia Digital literasi lebih cenderung pada


hal hal yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek
kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital. (fitriarti R,
2019). Adapun kerangka yang ditawarkan adalah sebagai berikut: Kerangka
terdiri atas 3 (tiga) bagian utama, yaitu 1). Proteksi (safeguard), 2). hak-hak
(rights), dan 3). Pemberdayaan (empowerment). (Rumata, 2019)
a. Proteksi (safeguard): pada bagian ini memberikan pemahaman tentang
perlunya kesadaran dan pemahaman atas sejumlah hal terkait dengan
keselamatan dan kenyamanan siapapun pengguna Internet. Beberapa
diantaranya adalah: perlindungan data pribadi (personal data protection),
keamanan daring (online safety & security) serta privasi individu
(individual privacy), dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu
solusi yang disediakan. Sejumlah tantangan di ranah maya yang termasuk
resiko pesonal (personal risks) masuk pula dalam dalam bagian ini,
diantaranya terkait isu cyberbully, cyber stalking, cyber harassment dan
cyber fraud.

b. Hak-hak (rights): ada sejumlah hak-hak mendasar yang harus diketahui


dan dihormati oleh para pengguna Internet, sebagaimana digambarkan
pada bagian ini. Hak tersebut adalah terkait kebebasan berekspresi yang
dilindungi (freedom of expression) serta hak atas kekayaan intelektual
(intellectual property rights) semisal hak cipta dan hak pakai semisal
model lisensi Creative Commons (CC). Kemudian tentu saja hak untuk
berkumpul dan berserikat (assembly & association), termasuk di ranah
maya, adalah keniscayaan ketika bicara tentang aktivisme sosial (social
activism), contohnya untuk melakukan kritik sosial melalui hashtag di
media sosial, advokasi melalui karya multimedia (meme, kartun, video,
dll) hingga mendorong perubahan dengan petisi online.

c. Pemberdayaan (empowerment): Internet tentu saja dapat membantu


penggunanya untuk menghasilkan karya serta kinerja yang lebih produktif
dan bermakna bagi diri, lingkungan maupun masyarakat luas. Untuk itulah
pada bagian ini, lantas masuklah sejumlah pokok bahasan yang menjadi
tantangan tersendiri semisal jurnalisme warga (citizen journalism) yang
berkualitas, kewirausahaan (entrepreneurship) terkait dengan pemanfaatan
TIK dan/atau produk digital semisal yang dilakukan oleh para
teknoprener, pelaku start-up digital dan pemilik UMKM. Pada bagian ini
juga ditekankan khusus hal etika informasi (information ethics) yang
menyoroti tantangan hoax, disinformasi dan ujaran kebencian serta upaya
menghadapinya dengan pilah-pilih informasi, wise while online, think
before posting
2.5 Manfaat Literasi Digital

Manfaat Literasi Digital Literasi digital memiliki manfaat yang penting


bagi setiap individu bahkan dalam beberapa kasus literasi digital dapat
mempengaruhi kinerja organisasi. Survey yang pernah dilakukan BCS,
The Chartered Institute for IT menunjukan 90% pemilik perusahaan itu
menganggap bahwa literasi digital bagi karyawan itu sangat bermanfaat
bagi organisasi atau perusahaan karena saat ini hampir semua pekerjaan
bergantung beberapa aspek teknologi. Sumiati & wijanarko (2019) dalam
infographics yang berjudul Top 10 Benefits of Digital Literacy: Why You
Should Care About Technology, bahwa ada 10 manfaat penting dari
adanya literasi digital yaitu menghemat waktu, belajar lebih cepat,
menghemat uang, membuat lebih aman, senantiasa memperoleh informasi
terkini, selalu terhubung, membuat keputusan yang lebih baik, dapat
membuat anda bekerja, membuat lebih bahagia, dan dapat mempengaruhi
dunia.

1.Menghemat waktu Seorang pelajar atau mahasiswa yang mendapatkan


tugas dari guru atau dosennya, maka ia akan mengetahui sumber-sumber
informasi terpercaya yang dapat dijadikan referensi untuk keperluan
tugasnya. Waktu akan lebih berharga karena dalam usaha pencarian dan
menemukan informasi itu menjadi lebih mudah. Dalam beberapa kasus
pelayanan online juga akan menghemat waktu yang digunakan karena
tidak harus mengunjungi langsung ke tempat layanannya.

2.Belajar lebih cepat Pada kasus ini misalnya seorang pelajar yang harus
mencari definisi atau istilah katakata penting misalnya di glosarium.
Dibandingkan dengan mencari referensi yang berbentuk cetak, maka akan
lebih cepat dengan memanfaatkan sebuah aplikasi khusus glosarium yang
berisi istilah-istilah penting.
3.Menghemat uang Saat ini banyak aplikasi khusus yang berisi tentang
perbandingan diskon sebuah produk. Bagi seseorang yang bisa
memanfaatkan aplikasi tersebut, maka ini bisa menghemat pengeluaran
ketika akan melakukan pembelian online di internet.

4.Membuat lebih aman Sumber informasi yang tersedia dan bernilai di


internet jumlahnya sangat banyak. Ini bisa menjadi referensi ketika
mengetahui dengan tepat sesuai kebutuhannya. Sebagai contoh ketika
seseorang akan pergi ke luar negeri, maka akan merasa aman apabila
membaca berbagai macam informasi khusus tentang negara yang akan
dikunjungi itu.

5.Selalu memperoleh informasi terkini Kehadiran apps terpercaya akan


membuat seseorang akan selalu memperoleh informasi baru.

6.Selalu terhubung Mampu menggunakan beberapa aplikasi yang


dikhususkan untuk proses komunikasi, maka akan membuat orang akan
selalu terhubung. Dalam hal-hal yang bersifat penting dan mendesak,
maka ini akan memberikan manfaat tersendiri.

7.Membuat keputusan yang lebih baik Literasi digital membuat indvidu


dapat membuat keputusan yang lebih baik karena ia memungkinkan
mampu untuk mencari informasi, mempelajari, menganalisis dan
membandingkannya kapan saja. Jika Individu mampu membuat keputusan
hingga bertindak, maka sebenarnya ia telah memperoleh informasi yang
bernilai. Ida Fajar Priyanto (2013) mengatakan secara umum, informasi
dipandang bernilai jika informasi tersebut mempengaruhi penerima untuk
membuat keputusan untuk bertindak.

8.Dapat membuat anda bekerja Kebanyakan pekerjaan saat ini


membutuhkan beberapa bentuk keterampilan komputer. Dengan literasi
digital, maka ini dapat membantu pekerjaan sehari-hari terutama yang
berkaitan dengan pemanfaatan komputer misalnya penggunaan Microsoft
Word, Power Point atau bahkan aplikasi manajemen dokumen ilmiah
seperti Mendelay dan Zetero.

9.Membuat lebih bahagia Dalam pandangan Brian Wright, di internet


banyak sekali berisi konten-konten seperti gambar atau video yang bersifat
menghibur. Oleh karenanya, dengan mengaksesnya bisa berpengaruh
terhadap kebahagiaan seseorang.

3. Mempengaruhi dunia Di internet tersedia tulisan-tulisan yang dapat


mempengaruhi pemikiran para pembacanya. Dengan penyebaran
tulisan melalui media yang tepat akan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan dan perubahan dinamika kehidupan sosial. Dalam
lingkup yang lebih makro, sumbangsih pemikiran seseorang yang
tersebar melalui internet itu merupakan bentuk manifestasi yang dapat
mempengaruhi kehidupan dunia yang lebih baik pada masa yang akan
datang.

2.6 Indikator Literasi Digital


Kemampuan literasi digital dilihat dari empat indikator, yaitu : 1)
intensitas penerapan dan pemanfaatan literasi digital dalam kegiatan
pembelajaran, 2) jumlah dan variasi bahan bacaan dan alat peraga berbasis
digital 3) frekuensi peminjaman buku bertema digital, dan 4) jumlah
penyajian informasi sekolah menggunakan media digital atau situs
laman. Dari keempat indikator diperoleh kategori kurang. Simpulan dari
penelitian adalah e-learningberbasis schoology dapat meningkat
kemampua literasi digital peserta didik namun belum maksimal.

2.7 Pengembangan Literasi Digital


Di dalam perkembangannya, UNESCO memperkuat istilah literasi
digital. Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut, literasi digital
berhubungan dengan kecakapan (life skill) karena tidak hanya melibatkan
teknologi, melainkan meliputi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis,
kreatif, dan inovatif untuk menghasilkan kompetensi digital.
Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam
Literasi Digital (2021), terdapat empat prinsip dasar dalam literasi digital.
Pertama adalah pemahaman di mana masyarakat memiliki kemampuan
untuk memahami informasi yang tersaji di internet sebagai media
komunikasi, baik secara implisit ataupun eksplisit.Kemudian terjadi saling
ketergantungan dan saling melengkapi terhadap informasi yang tersaji.
Lalu terdapat pula peran sosial di dalamnya dan terakhir adalah kurasi atau
kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami, serta menyimpan
informasi untuk diolah sebagai pesan positif. Saat ini, kemampuan
masyarakat dalam memahami informasi di ranah digital yang berkembang
dalam jaringan internet sudah semakin maju. Mereka sudah mulai mampu
menyaring informasi mana saja yang layak untuk dikonsumsi dan apa saja
yang kemudian dikategorikan sebagai informasi negatif.
Di Indonesia, literasi digital telah meningkat. Hal tersebut dibuktikan
oleh survey yang dilakukan dalam pengukuran Indeks Literasi Digital
Indonesia 2021, yang menyatakan bahwa budaya digital (digital culture)
mendapatkan skor tertinggi yaitu 3.90 dalam skala 5 atau baik.
Secara keseluruhan, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mencapai
3.49 dari skala 1-5, atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3.46.
Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 dilakukan melalui
survei tatap muka kepada 10.000 responden di 514 kabupaten/kota di
Indonesia.

2.8 Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Generasi


1.Generasi “Baby Boomers“
Lintas Generasi dipengaruhi tahun kelahiran. Untuk yang lahir setelah
selesainya perang dunia ke dua sampai akhir tahun 65′ dikenal sebagai
generasi “Baby Boomers”. Angka kelahiran bayi sangat tinggi sehingga
terjadiledakkan penduduk yang saat ini menyisakan banyak orang usia
lanjut.Penerapan literasi digital pada generasi baby boomers, dipengaruhi cara
menggunakan media sebagai alat bantu mendapatkan informasiKarena tidak
semua familiar dengan piranti teknologi digital, maka proses mengolah
informasi pada generasi ini penuh kehati-hatian dan membutuhkan waktu
lebih lama.Kelebihannya pada generasi ini mereka lebih kalem dan tenang
dalam menerima kejutan informasi yang datang dengan cara apapun. Hal ini
ditunjang masih eratnya hubungan antar personal dimana mereka lebih senang
meluangkan waktu untuk berinteraksi dan berdiskusi mengenai informasi yang
didapat dengan teman sebaya atau kerabat di lingkungan sekitar.
Kekurangannya mungkin mereka menjadi lebih sering ketinggalan informasi
karena banyak yang bergantung pada piranti media konvensional seperti
media cetak, televisi dan radio

2. Generasi “X“
Generasi “X” lahir pada tahun 1965- 80’an. Tingkat kelahiran bayi mulai
dibatasi sehubungan dengan terjadinya ledakan penduduk. Penemuan alat
kontrasepsi membuat kelahiran generasi “X” menjadi generasi yang
memiliki cukup perhatian dari kedua orang tua sehubungan dengan luangnya
waktu untuk mendidik anak-anak. Generasi ini tumbuh dengan rasa optimis
yang besar sehingga mempunyai kemauan untuk mempelajari apa saja dengan
tekun dan ulet.Literasi digital di antara lintas generasi “X” terjadi pada pada
masa peralihan teknologi analog menjadi teknologi digital. Kemampuan
menyerap berbagai informasi dari generasi ini membuat literasi digital
berkembang pesat penggunaanya. Banyak kalangan dari generasi “X” akrab
dan tidak canggung menggunakan piranti digital untuk mencari
informasi.Sebagian generasi “X” lihai dalam mencari informasi melalui piranti
digital tetapi kurang dalam menganalisa keabsahan informasi yang didapatkan.
Rasa ingin menjadi yang pertama sebagai pemberi sumber informasi
menyebabkan banyak terjadi penyebaran informasi dimanainformasi tersebut
belum matang atau belum dapat dipastikan kebenarannya.

3.Generasi “Y”
Dikenal sebagai generasi milenial yang lahir tahun 1981 – 95′, generasi”Y”
mempunyai tujuan menyeimbangkan antara hobi dan pekerjaan. Literasi
digital yang ada pada generasi ini sangat baik dan dapat diandalkan. Generasi
ini cenderung mengabaikan informasi yang belum jelas dan menganalisa
dengan cepat limpahan informasi yang datang.Generasi “Y” dapat menjadi
penentu apakah informasi yang datang pada mereka akan diteruskan karena
mengandung kebenaran atau akan ditelisik untuk menunjukkan pada publik
bahwa rangkaian informasi ini hanya rekayasa semata. Generasi ini tumbuh
dengan nilai persamaan hak asasi dan menjunjung tinggi kesetaraan. Literasi
digital benar-benar dimanfaatkan generasi “Y” untuk berbuat maksimal dalam
membantu sesama.Kekurangannya generasi ini sangat cepat bosan
mengerjakan sesuatu yang monoton. Hal ini dipengaruhi dengan kebiasaan
mereka dalam berliterasi digital. Piranti lunak sebagai alat literasi digital
membuat mereka menyukai bahan bacaan yang tidak terlalu panjang dan
langsung pada inti persoalan

4. Generasi “Z”
Generasi yang lahir pada tahun 1996 – 2010 adalah generasi “selfie” atau
pendamba popularitas. Mengingat generasi ini haus perhatian dari orang
sekitar maka mereka senantiasa mencari perhatian dengan berusaha eksis di
media sosial. Berbagai kegiatan sehari-hari dipamerkan, diperlihatkan dan
ditunjukkan kepada “follower” sebutan bagi pengikut setia supayaPenerapan
literasi digital mulai mengalami pergeseran makna. Generasi ini mulai
memilah literasi digital sebagai sumber informasi jika bermanfaat
meningkatkan kepopuleran mereka. Mereka dapat abai jika informasi dari
literasi digital hanya berupa berita atau informasi yang sama sekali tidak
berdampak pada tingkat kepopuleran mereka

5. Generasi “Alpha”
Generasi ini lahir pada tahun 2011 – hingga saat ini. Generasi yang dari lahir
sudah lekat dengan teknologi ini, menjadikan mereka sebagai manusia yang
hampir sebagian besar bergantung menggunakan piranti digital. Kelemahan
generasi ini, mereka kurang bisa menerapkan apa yang mereka baca dalam
literasi digital pada kehidupan sehari-hari khususnya hubungan dengan sesama
manusia. Generasi ini terlihat sibuk “menundukkan kepala” dan asyik dengan
dunia maya sampai tak menghiraukan keberadaan orang lain disekitar dirinya.
Yang terlihat nyata terasa maya dan yang terlihat maya terasa nyata. Begitulah
prespektif generasi “Alpha” yang lekat dengan piranti digital. Pemahamam
literasi digital hanya sebatas menguasai pemakaian piranti namun kurang
dapat menerapkan secara humanis pada kehidupan sehari-hari di dunia nyata
DAFTAR PUSTAKA

Fitriarti, E. A. (2019). Urgensi literasi digital dalam menangkal


hoax informasi kesehatan di era
digital.Metacommunication,journal of communication studies,
4(2),234-246.
Maulana, M. 2019. Elemen penting literasi digital. Seseorang pustakawan
blogger, 1(2),1-12.
Rumata, V. M. & Nugraha, D. A. (2020). Rendahnya tingkat perilaku
digital ASN Kementrian kominfo : survey literasi digital pada instansi pemerintah.
Jurnal studi komunikasi. 4(2),467-484.
Sumiati.E. & Wijonarko, W. (2020). Manfaat literasi digital bagi
masyarakat dan sector pendidikan pada saat pandemic Covid-19. Buletin
perpustakaan universitas islam Indonesia,3(2), 65-80.
Wardhana, W.S. (2020). Strategi pengembangan kompetensi guru secara
mandiri di era literasi digital. In prosiding seminar nasional bahasa dan
sastra Indonesia.(SENASBASA).(4,N0.1).
Yuniarto, B. & Yudha R.P.(2021). Literasi digital sebagai penguatan
pendidikan karakter menuju era society 5.0 edueksos jurnal pendidikan
social &Ekonomi, 10(2).
YUNIARTO,Bambang:YUDHA,Rivo Panji.Literasi Digital sebagai
penguatan pendidikan karakter menuju era society 5.0 Edueksos jurnal
pendidikan social &Ekonomi, 2021,10.2

Anda mungkin juga menyukai