Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Zakat berada diposisi ketiga dalam rukun islam setelah perintah shalat lima waktu,
yang mana artinya wajib untuk dilakukan oleh setiap manusia yang mengaku dirinya
sebagai seorang muslim untuk membayarkan zakat. Zakat merupakan salah satu rukun
islam yang berperan sebagai salah satu pilar penting ekonomi dan keuangan syariah di
sisi keuangan sosial islam. Selain berfungsi sebagai instrumen distribusi pendapatan
untuk menjamin inklusifitas seluruh masyarakat, zakat juga berfungsi sebagai instrumen
pengendalian harta individu agar mengalir secara produktif.
Selanjutnya zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi
kemiskinan. Dari hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa aktivitas devisi
pengumpulan zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) mempunyai kinerja yang
cukup baik, tetapi belum optimal (Maguni, 2013).
Beik, (2009) menyatakan bahwa dalam rangka mengantisipasi dampak
perekonomian global yang antara lain berdampak pada kenaikan harga-harga bahan
pangan dan bahan bakar minyak, pemerintah pernah menyiapkan sejumlah
solusi/kebijakan untuk menanggulangi hal tersebut yang dapat berdampak pada
peningkatan kemiskinan di Indonesia, diantaranya adalah paket Bantuan Langsung Tunai
(BLT). Namun, dalam pelaksanaan kebijakan BLT tersebut seringkali tidak efektif
akibat koordinasi dan manajemen yang kurang baik. Adanya instrument alternative
diharapkan mampu menjadi solusi terhadap masalah kemiskinan dan masalah-masalah
ekonomi lainnya, salah satu instrument tersebut adalah zakat, infaq, dan sedekah (ZIS).
Distribusi zakat dapat dikaukan dengan berbagai pola, tergantung dari kebijakan
manajerial Badan atau Lembaga Zakat yang bersangkutan. Adakalanya disalurkan
langsung kepada mustahik dengan pola konsumtif dan adakalanya diwujudnya dalam
bentuk produktif seperti yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah atau dengan cara
memberikan modal atau zakat dikembangkan dengan pola investasi (Maguni, 2013).
Persoalan utama zakat adalah gap yang sangat besar antara potensi zakat dan
realisasinya, hal ini disebabkan masalah kelembagaan pengelola zakat dan masalah
kesadaran masyarakat, serta masalah sistem manajemen zakat yang belum terpadu.
Sehingga, untuk masalah tersebut diperlukan strategi yang dapat mengatasi ancaman dan
tantangan yang dihadapi dan memperbaiki kelemahan OPZ secara keseluruhan
(Indrijatiningrum, 2005).
Selain itu Huda, dkk (2014) menjelaskan Terdapat tiga prioritas masalah dan solusi
pengelolaan zakat yang dibagi berdasarkan lembaga pemangku kepentingan
(stakeholder) pengelolaan zakat, yaitu regulator, organisasi pengelola zakat (OPZ), serta
muzaki dan mustahik zakat. Prioritas permasalahan terbesar regulator adalah kurangnya
peran Kemenag, sedangkan masalah yang timbul dalam OPZ adalah rendahnya sinergi
sesama stakeholder zakat, dan terakhir proiritas masalah mustahik/muzaki adalah
rendahnya kesadaran dan pengetahuan muzaki.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk mengangkat tema ini sebagai
penelitian, peneliti ingin memfokuskan apakah zakat benar-benar mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam hal ini adalah kemiskinan faktor yang paling krusial.
Seperti yang kita tahu indikator kesejahteraan masyarakat itu sendiri terdiri dari 8
indikator sebagai ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu: kependudukan;
kesehatan dan gizi; pendidikan; ketenagakerjaan; taraf dan pola konsumsi; perumahan
dan lingkungan; kemiskinan; dan sosial lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan
oleh pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan sehingga dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan. Dengan itu, peneliti memberi judul penelitian skripsi ini Pengaruh
Zakat Terhadap Pengurangan Kemiskinan Di desa sumberurip.

Anda mungkin juga menyukai