Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEMBANGAN BINA DIRI BAGI ANAK TUNADAKSA

DOSEN PENGAMPU: Drs. ARDISAL, M.Pd

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6


ASELLA ISMAIL (23003231)
HASANAH (23003245)
NELA PARIMA (23003260)
SAINA FATHIASARI (23003273)

PROGRAM RPL PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengembangan Bina Diri Bagi Anak Tunadaksa tepat waktu.
Makalah Pengembangan Bina Diri Bagi Anak Tunadaksa disusun
guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Bina Gerak di program RPL
Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Padang. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Pengembangan diri anak tunadaksa.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak
Drs. Ardisal, M.pd selaku dosen pengampu sehingga tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 22 September 2023

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR – 1
DAFTAR ISI – 2

BAB I PENDAHULUAN – 3
A. LATAR BELAKANG – 3
B. RUMUSAN MASALAH – 4
C. TUJUAN – 4

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BINA DIRI – 5
B. TUJUAN BINA DIRI – 6
C. FUNGSI BINA DIRI – 8
D. LINGKUP MATERI BINA DIRI BAGI ATD – 8
E. PELAKSANAAN BINA DIRI BAGI ATD – 11

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN – 12

DAFTAR PUSTRAKA – 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan fungsi motorik tubuh atau tunadaksa adalah gangguan
yang terjadi pada satu atau beberapa atribut tubuh yang
menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk
mengoptimalkan fungsi tubuhnya secara normal. Kelainan fungsi
motorik tubuh, baik yang diderita sejak lahir maupun yang diperoleh
kemudian, pada dasarnya memiliki problem yang sama dalam
pendidikannya (Abdullah, 2013). Sehingga anak tunadaksa
memerlukan Pendidikan khusus dan layanan khusus. Namun
penanganan anak tunadaksa seringkali tidak sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan anak tunadaksa. Hal ini terjadi karena penanganan
anak tunadaksa tidak melalui identifikasi dan asesmen yang tepat.
Dalam keterbatasannya mereka hanya diam terpaku, ada pula
yang dapat bergerak menjalakan aktivitas namun tentu tidak secara
sempurna seperti orang pada umumnya, dia hanya dapat
melaksanakan tugas-tugas ringan seperti makan sendiri, minum
sendiri, walaupun masih tertumpah-tumpah tapi setidaknya dia ada
tenaga dan usaha untuk mengerjakannya, hal itu bisa mereka lakukan
jika mereka latihan pembelajaran bina diri tersebut. Seperti yang
tercantum dalam buku (Theodor Hellbrugge dan J.H von Wimpffen,
1989) bahwa waktu yang paling baik untuk melakukan terapi adalah
antara usia tiga sampai sebelas bulan. Semakin dini perawatan yang
diberikan maka semakin besar hasilnya.
Dengan demikian dibutuhkan pelatihan bagi anak-anak yang
memiliki hambatan sensorik-motorik agar mereka dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedikitnya dapat mengurus
kebutuhan diri mereka sendiri secara mandiri. Pelatihan tersebut jika
dilaksanakan secara teratur dan rutin maka akan menghasilkan

3
perkembangan yang baik bagi anak tersebut. Sesuai dengan slogan
“Bisa karena Biasa” hal itu yang dipercayai jika hal itu dibiasakan maka
pelatihan-pelatihan yang diberikan akan bermanfaat bagi
kehidupannya. Pelatihan tersebut baik melalui latihan dengan media
permainan lalu di terapkan pada keadaan yang real. Demi tercapainya
sebuah solusi yang tidak seberapa maka perlu adanya dukungan, baik
dari anak berkebutuhan khusus maupun orangtuanya. Dukungan
yang paling besar yaitu tentunya dari orangtua anak tersebut. Pada
hakekatnya oranngtua dapat memenuhi kebutuhan anaknya,
dukungan orangtua sangat berarti bagi seorang anak, apalagi anak
yang memiliki hambatan dalam sensorik-motorik. Seorang anak
tersebut mungkin memiliki perasaan depresi dan frustrasi atas
ketidakberdayaan dirinya untuk menjalankan semua aktivitas seperti
orang pada umumnya tentu peran orangtua sangat dibutuhkan karena
akan mempengaruhi perkembangan anak tersebut tentunya
perkembangan kearah yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bina diri
2. Apa tujuan bina diri
3. Apa fungsi bina diri
4. Apa saja lingkup materi bina diri bagi anak tunadaksa
5. Bagaimana pelaksanaan bina diri bagi anak tunadaksa

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari bina diri
2. Mengetahui tujuan bina diri
3. Mengetahui fungsi bina diri
4. Mengetahui lingkup materi bina diri bagi ATD
5. Memahami pelaksanaan bina diri bagi ATD

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertan Bina diri


Bina diri pada tunadaksa atau difabel fisik adalah proses atau
upaya untuk membantu individu yang memiliki keterbatasan fisik atau
mobilitas dalam mengembangkan potensi mereka, meningkatkan
kemandirian, dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
"Tunadaksa" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
individu yang memiliki gangguan atau keterbatasan fisik.

Bina diri pada tunadaksa melibatkan berbagai aspek, termasuk:


Rehabilitasi Fisik: Ini mencakup program-program fisioterapi dan
rehabilitasi untuk membantu individu mengembangkan kekuatan fisik,
koordinasi, dan mobilitas mereka. Tujuannya adalah untuk membantu
mereka menjadi lebih mandiri dalam aktivitas sehari-hari.
Pembelajaran Keterampilan Hidup: Bina diri pada tunadaksa juga
melibatkan pembelajaran keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Ini bisa mencakup cara
mandiri makan, berpindah dari tempat duduk ke kursi roda, atau
menggunakan peralatan bantu seperti tongkat atau alat bantu jalan.
Pendidikan: Penting untuk memberikan akses pendidikan yang setara
bagi tunadaksa. Ini mencakup baik pendidikan formal di sekolah
maupun pembelajaran sepanjang hidup yang mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan mereka. Dukungan Psikologis dan
Sosial: Bina diri pada tunadaksa juga dapat mencakup dukungan
psikologis untuk mengatasi tantangan emosional dan psikologis yang
mungkin muncul akibat keterbatasan fisik. Selain itu, dukungan sosial
dari keluarga, teman, dan komunitas juga penting.
Peningkatan Kualitas Hidup: Tujuan akhir dari bina diri pada
tunadaksa adalah meningkatkan kualitas hidup mereka. Ini bisa

5
mencakup mencapai kemandirian dalam aktivitas sehari-hari,
mencapai tujuan pendidikan atau pekerjaan, dan memiliki hubungan
sosial yang sehat dan memuaskan.
Bina diri pada tunadaksa harus dipersonalisasi sesuai dengan
kebutuhan dan tingkat keterbatasan fisik individu. Tujuan utamanya
adalah membantu mereka mengatasi hambatan fisik mereka dan
mencapai potensi maksimal dalam kehidupan mereka. Ini juga
mencakup memastikan bahwa mereka memiliki akses yang setara
terhadap semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan,
dan kegiatan sosial.

B. Tujuan Bina Diri


Tujuan bina diri pada siswa tunadaksa (siswa dengan keterbatasan
fisik atau berkebutuhan khusus) adalah membantu mereka
mengembangkan potensi penuh mereka, memfasilitasi kemandirian,
dan menciptakan pengalaman pendidikan yang inklusif. Tujuan-tujuan
ini dapat bervariasi tergantung pada tingkat keterbatasan fisik dan
kebutuhan individual siswa, namun, di antara tujuan utama bina diri
pada siswa tunadaksa adalah:
1. Peningkatan Kemandirian: Memberikan dukungan dan
pelatihan yang diperlukan agar siswa tunadaksa dapat menjadi
lebih mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti
berpindah dari kursi ke kursi roda, makan, berpakaian, atau
menggunakan peralatan bantu.
2. Pengembangan Keterampilan Akademik: Memfasilitasi
perkembangan keterampilan intelektual dan akademik siswa,
termasuk membantu mereka memahami konsep-konsep
matematika, ilmu pengetahuan, bahasa, dan keterampilan
membaca.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial: Mendorong siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interaksi sosial yang

6
positif, seperti berbicara dengan teman sebaya, berkolaborasi
dalam proyek kelompok, dan memahami konvensi sosial.
4. Partisipasi dalam Kurikulum Inklusif: Memastikan bahwa
siswa tunadaksa dapat mengikuti kurikulum yang inklusif dan
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, sehingga mereka
dapat terlibat dalam pembelajaran dan aktivitas kelas bersama
dengan siswa lainnya.
5. Dukungan Psikologis dan Emosional: Memberikan dukungan
psikologis yang diperlukan untuk membantu siswa mengatasi
tantangan emosional dan sosial yang mungkin mereka hadapi
akibat keterbatasan fisik mereka.
6. Pengembangan Keterampilan Khusus: Mendorong
perkembangan keterampilan khusus sesuai dengan minat dan
bakat siswa, seperti seni, musik, atau olahraga yang dapat
mereka nikmati dan berkembang di dalamnya.
7. Peningkatan Aksesibilitas Fasilitas dan Materi Pelajaran:
Memastikan bahwa semua fasilitas dan materi pelajaran dapat
diakses oleh siswa tunadaksa, termasuk peralatan teknologi
yang diperlukan atau modifikasi yang diperlukan untuk
memfasilitasi pembelajaran mereka.
8. Peningkatan Kualitas Hidup: Tujuan akhir adalah
meningkatkan kualitas hidup siswa tunadaksa, memungkinkan
mereka untuk merasa dihargai, diterima, dan memiliki peluang
yang sama dengan siswa lainnya.

Setiap siswa tunadaksa memiliki kebutuhan yang unik, oleh


karena itu, program bina diri harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
tingkat kemampuan mereka. Penting untuk mengukur kemajuan siswa
secara berkala dan mengkaji serta menyesuaikan tujuan bina diri
sesuai dengan perkembangan mereka.

7
C. Fungsi Bina Diri
Fungsi dari pengembangan diri dan gerak untuk peserta didik
tunadaksa adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan kemampuan
anggota badan yang mengalami kesulitan bergerak agar dapat
berfungsi secara optimal b. Mengembangkan dan melatih peserta
didik secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan
hidupnya c. Membina peserta didik agar memahami dan menyadari
hubungan antara guru/pelatih dengan pribadinya agar terjalin kontak
atau hubungan secara harmonis. d. Mengembangkan gerak otot
serasi, sehat, dan kuat sehingga mampu melakukan gerakan sesuai
dengan fungsinya e. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan mampu mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari

D. Lingkup Materi Bina Diri Bagi Anak Tunadaksa


Program pengembangan diri bagi peserta didik tunadaksa tidak
bisa lepas dari keterampilan diri dan gerak dalam rangka untuk ADL
(Activity of Daily Living). Pengembangan diri dan gerak bagi peserta
didik tunadaksa pelaksanaannya meliputi activty of daily living (ADL)
in Bad dan ADL out Bad.
Pengembangan Diri Pengembangan diri peserta didik tunadaksa
meliputi:
1. Menolong diri sendiri, (kebersihan)
a) Cuci tangan, dengan menggunakan air mengalir dan sabun.
Dibawah air mengalir digosok-gosokan ke sela-sela tangan
lalu bilas hingga bersih.
b) Cuci kaki, mengusap kaki dengan air mengalir hingga bersih.
c) Sikat gigi, menaruh pasta gigi diatas sikat gigi lalu sikat gigi
dengan arah keatas kebawah secara beraturan hingga
bersih.
d) Mandi termasuk membersihkan seluruh tubuh termasuk
rambut dan anggota badan lainnya bisa dimulai dengan

8
membasahinya terlebih dahulu lalu mengusapkan sabun ke
seluruh tubuh, kemudian dibilas dengan air hingga bersih.
Begitu pun mencuci rambut setelah memakai shampoo bilas
hingga bersih.
e) Menggunakan toilet/wc, belajar bagaimana si anak dapat
dengan cermat sehingga jika anak mulai terasa ingin buang
air maka dengan sendirinya anak menuju kamar mandi.

2) Merawat, dan merias diri sendiri


a) Merapikan rambut dengan sisir, mengarahkan sisir ke
rambut kemudian menyisirnya dari arah atas kebawah
hingga rapih beraturan.
b) Memakai bedak, mengeluarkan bedaknya lalu diarahkan
kewajah ratakan dengan rapi.

3) Mengurus diri sendiri


a) Baju kaos, mula-mula anak memasukan kepalanya ke
lubang kaos, lalu dapat dilanjutkan dengan memasukan
tangan kanan ke lubang kanan kemudian berganti tangan
kiri ke lubang kiri.
b) Celana/rok, untuk celana mengarahkan kaki kanan
kedalam lubang celana yang kanan dan kaki kiri kedalam
lubang kaki kiri kemudian mengancingkannya, hanya yang
perlu diperhatikan celana bagian depannya karena
dikhawatirkan terbalik. Sedangkan rok mungkin cukup lebih
mudah hanya mengarahkan kedua kaki untuk masuk
kedalam rok tersebut dan mengancingkannya.
c) Kemeja, sama hal nya dengan menggunakan kaos hanya
yang membedakannya sisi depan kemeja terdapat
beberapa kancing sehingga lebih diarahkan latihan

9
mengancingkan memasukan kancing kedalam lubang-
lubang kecil yang sejajar.
d) Kaos kaki dan sepatu, sebelum memakai sepatu
hendaknya memakai kaos kaki terlebih dahulu caranya
mengarahkan agar anak memasukan kaki kedalam kaos
kaki yang sesuai maksudnya kaki kanan ke kaos kaki
kanan dan kaki kiri ke kaos kaki yang kiri. Dilanjutkan
dengan sepatu masukan kaki kedalam sepatu yang sesuai,
sepatu ada beberapa jenis ada yang hanya menggunakan
perekat ada yang menggunakan tali serta ada yang tidak
meggunakan keduanya, sehingga perlu diajarkan sesuai
dengan sepatunya.

4) Berkomunikasi dengan orang lain


a) Mendengarkan Lawan Bicara
b) Mengajukan Pertanyaan
c) Memberikan Informasi dengan Jelas
d) Mengombinasikan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
e) Tidak Memotong Pembicaraan Seseorang

5) Bersosialisasi dalam kehidupan di lingkungannya

Hidup bersama dengan orang lain sama halnya dengan


keselamatan diri adaptasi lingkungan diberikan berupa
pemahaman terhadap anak tunadaksa, pemahaman mengenai
hubungan dirinya dengan orang lain, selalu bersikap baik
terhadap semua orang intinya melatih anak dalam tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan perilaku. Materi
pembelajaran itu akan tercapai, jika hal-hal itu dilaksanakan
dengan baik dan sungguh-sungguh selain tu diperlukan latihan
berkala sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.

10
6) Mengembangkan keterampilan hidup sehari-hari
a) Keterampilan pengambilan keputusan
b) Manajemen waktu
c) Cara menyiapkan makanan sendiri
d) Mengatur dan mengelola keuangan
e) Menjaga kebersihan rumah
f) Mencuci dan melipat pakaian
g) Cara memesan di restoran
h) Bersiap-siap tepat waktu
i) Melakukan perawatan rumah yang sederhana

7) menyelamatkan diri dari bahaya.


a) Menghindari bahaya benda tajam atau runcing
b) Menghindari bahaya api dan listrik
c) Menghindari bahaya lalulintas
d) Menghindari bahaya binatang, dalam hal ini anak hanya
diberi pemahaman mengenai hal-hal yang dapat
membahayakan dirinya, anak tunadaksa berbeda dengan
anak tunagrahita. Anak tunadaksa ringan masih dapat
mengerti akan penjelasan-penjelasan dari orang lain hanya
saja hal itu dilakukan dengan perlahan-lanhan agar dapat
dipahami oleh anak tunadaksa.

E. Pelaksanaan Bina Diri Bagi Anak Tunadaksa


1. Prinsip Pelaksanaan
Prinsip dasar pelaksanaan: Secara esensi prinsip dasar pelaksanaan
pengembangan diri dan gerak ini membahas tentang aktivitas yang
dilakukan dalam rangka pemeliharaan, memperbaiki, membentuk pola
gerak dan mengubah perilaku peserta didik tunadaksa. Prinsip dasar
pengembangan diri dapat dirinci sebagai berikut:

11
a. Prinsip fungsional: Kegiatan yang diberikan dalam bentuk
latihan-latihan fungsi otot dan sendi. Tujuannya untuk
meningkatkan fungsi gerak otot dan sendi agar mencapai
kemampuan gerak yang optimal.
b. Prinsip supportif: Prinsip latihan yang diberikan untuk
meningkatkan motivasi, dan percaya diri pada peserta didik
tunadaksa. Tujuannya untuk menanamkan rasa percaya diri, dan
motivasi, sehingga mempunyai keyakinan bahwa
kemampuannya dapat ditingkatkan sesuai dengan potensinya.
c. Prinsip evaluasi: Kegiatan layanan yang diadakan dievaluasi
secara terstruktur dan berkelanjutan sehingga diketahui
keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan.
d. Prinsip Activity of Daily Living: Kegiatan latihan yang diberikan
mengacu kepada aktifitas yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Rambu-rambu pelaksanaan Dalam melaksanakan program


pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik tunadaksa perlu
memperhatikan rambu-rambu pelaksanaan agar tidak terjadi salah
dalam merancang program, melaksanakan dan meng evaluasi
program kegiatannya. Rambu-rambu yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
a. Program pengembangan diri dan gerak dibuat tidak berdasarkan
jenjang, satuan pendidikan dan tingkatan kelas, tetapi
disesuaikan dengan jenis, klasifikasi, tingkat kemampuan gerak
peserta didik, tingkat perkembangan emosi dan usia;
b. Asesmen tentang kondisi peserta didik tunadkasa perlu diketahui
sebelumnya untuk menentukan jenis latihan yang cocok dan
sesuai;
c. Metode, alat pengembangan untuk pelatihan, dan evaluasi
diserahkan sepenuhnya kepada guru;
d. Bentuk latihan pengembangan diri dan gerak dan gerak
sebaiknya bervariasi, menarik perhatian, merangsang emosi
serta menuntun ke arah kesanggupan diri untuk melakukannya;

12
e. Proses pengembangan dilaksanakan peserta didik dengan
mengutamakan aspek senso-motoris dan psikomotor;
f. Penguasaan kemampuan dan indikator tidak harus dilakukan
secara berurutan, tetapi guru diberi wewenang untuk memilih
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

3. Prosedur pelaksanaan: asesmen, perencanaan, pelaksanaan,


penilaian
Pengembangan diri dan gerak dilaksanakan secara terprogram
dan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Pemberian kegiatan latihan dimulai dari asesmen yaitu pengumpulan
informasi atau data tentang kemampuan dan kebutuhan peserta didik
tunadaksa terkait dengan profil perkembangan diri dan gerak. Profil
yang dimunculkan dari hasil asesmen meliputi; kemampuan dalam
tatalaksana pribadi, kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi,
kekuatan otot-otot, derajat gerak sendi (Range of Motion), kemampuan
gerak dasar tubuh, kemampuan koordinasi dan keseimbangan,
ketidakmampuan gerak anggota tubuh sesuai dengan perkembangan
gerak, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-
hari/merawat diri sendiri. Hasil dari asesmen tersebut digunakan
sebagai acuan dasar untuk merancang program pengembangan diri
dan gerak masing-masing peserta didik. Untuk merancang program
kegiatan pengembangan diri dan gerak merujuk pada kompetensi dan
indikator yang tertuang dalam matrik. Rancangan program latihan
memuat nama peserta didik, alokasi waktu, jumlah pertemuan,
kompetensi, tujuan, pendekatan/metode, materi, sumber, media, dan
alat, pelaksanaan program (pendahuluan, kegiatan inti, penutup,
penilaian). Tahap berikutnya dalam kegiatan pengembangan diri dan
gerak adalah pelaksaan program yang dilakukan oleh orang yang
kompeten yaitu ahli terapi okupasi dan fisio terapi, tetapi jika sekolah
belum mempunyai ahli tersebut pelaksanaan dapat dilakukan oleh
guru pendidikan khusus yang sudah terampil melakukannya. Kegiatan
dapat dilaksanakan di ruangan (in door) atau di luar ruangan (out
door), hal ini disesuaikan dengan kondisi peserta didik tunadaksa,

13
materi kegiatan dan kondisi sekolah. Langkah selanjutnya untuk
mengetahui tingkat keberhasilan maupun kendala-kendala dalam
pelaksanaan program dilakukan proses evaluasi. Hasil dari evaluasi
sebagai dasar untuk membuat pelaporan tentang kemajuan yang
dicapai maupun kendala yang terjadi pada masing-masing peserta
didik tunadaksa dalam melakukan kegiatan. Prosedur pelaksanaan:
asesmen, perencanaan, pelaksanaan, penilaian dalam
pengembangan diri dan gerak bagi peserta didik tunadaksa dapat di
visualisasikan sebagai berikut:
4. Program Pelaksanaan Pengembangan Diri
Kegiatan : Pengembangan Diri
Waktu : 3 x pertemuan @ 30 menit
I. Kompetensi : mampu menolong diri sendiri tentang kebersihan diri,
berpakaian, merawat diri, dan mengurus diri sendiri dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara yang benar.
II. Indikator : Kebersihan diri
Mencuci tangan.
III. Tujuan :
Siswa mampu mencuci tangan dengan benar
IV.Pendekatan/Metode : Drill, pemberian tugas, demonstrasi.
V. Sumber: Kemampuan Merawat Diri, untuk Sekolah Luar Biasa
Tunadaksa, (2006), Depdiknas, Direktorat Pendidikan Luar Biasa;
Jakarta. Pedoman Pengembangan Diri dan Gerak bagi Anak
Tunadaksa, (2014), Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus Dikdas, Jakarta: Kemdikbud
VI.Alat dan Bahan Ember air, kran air, air, gayung, sabun, odol,
lap/serbet dan handuk.
VII : Langkah-langkah Pelaksanaan
a. Mencuci tangan. Mencuci tangan ada dua cara yaitu bisa
dengan menggunakan kran air dan bisa juga dengan ember.
Mencuci tangan dengan kran air langkah-langkahnya sebagai
berikut.
b. Kran air dibuka, kedua tangan dibasahi , kemudian kran air
ditutup kembali, tangan kanan atau kiri mengambil sabun dari

14
tempatnya lalu digosokkan ke tangan kiri atau kanannya
tergantung kebutuhan peserta didik/kondisi peserta didik.
c. Jika tangan sudah dianggap bersih maka tangan
dikeringkan dengan lap/serbet/handuk kecil.
d. Kedua tangan sudah bersih dan siap untuk makan dan
aktivitas yang lain.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Bina diri pada tunadaksa merupakan suatu upaya untuk membantu
individu yang memiliki keterbatasan fisik atau mobilitas dalam
mengembangkan potensi mereka, meningkatkan kemandirian, dan
mencapai kualitas hidup yang lebih baik.

2. Tujuan bina diri pada anak tunadaksa diantaranya adalah:


a) Peningkatan kemandirian
b) Pengembangan keterampilan akademik
c) Pengembangan keterampilan sosial
d) Partisipasi dalam kurikulum inklusif
e) Dukungan psikologis dan emosional
f) Pengembangan keterampilan khusus
g) Peningkatan aksesibilitas fassilitas dan materi pelajaran
h) Peningkatan kualitas hidup

3. Fungsi bina dini adalah sebagai berikut:


a) Mengembangkan kemampuan anggota badan yang mengalami
kesulitan bergerak agar dapat berfungsi optimal.
b) Mengembangkan dan melatih peserta didik secara
berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan
hidupnya.
c) Mengembangkan gerak otot serasi, sehat, dan kuat sehingga
mampu melakukan gerakan sesuai dengan fungsinya.
d) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu
mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.

4. Lingkup materi bina diri bagi anak tunadaksa:

16
a) Activity of daily living (ADL) in bad
b) Activity of daily living (ADL) out bad

5. Pengembangan bina diri anak tunadaksa meliputi:


a) menolong diri sendiri
b) merawat, dan merias diri sendiri
c) mengurus diri sendiri
d) berkomunikasi dengan orang lain
e) bersosialisasi dalam kehidupan di lingkungannya
f) mengembangkan keterampilan hidup sehari-hari
g) menyelamatkan diri dari bahaya.
6. Pelaksanaan bina diri bagi anak tunadaksa memperhatikan hal-hal
berikut:
a) Prinsip pelaksanaan
b) Rambu-rambu pelaksanaan
c) Prosedur pelaksanaan
d) Program pelaksanaan

17
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014.


Pedoman Pengembangan Diri Dan Gerak Bagi Anak Tunadaksa.
Theodor Hellbrugge dan J.H von Wimpffen, e. (1989). 365 Hari Pertama
Perkembangan Bayi Sehat. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/jemima/keterampilan-
hidup-yang-perlu-diajarkan-pada-anak-sejak-kecil?page=all (Artikel)

18

Anda mungkin juga menyukai