Anda di halaman 1dari 2

THE WORLD AND US

Hiruk pikuk suasana IGD dengan kepulan uap dari alat nebulizer dari halaman dimana kami merawat
pasien COVID yang berhari-hari tak kunjung juga mendapat ruangan. Ya, kamar penuh menjadi
alasan mengapa kami sampai tega menaruh pasien berjejer beratap tanpa sekat ditemani dinginnya
angin bila malam tiba.

Kasus meningkat, tapi tidak dengan kepatuhan masyarakat

Keluarga pasien yang menolak swab, menaruh masker didagu sembari bicara kepada kami. Tidak
peduli apakah pasien sekarat atau pun akhirnya meninggal karena napas sudah tak mampu ditolong
akibat alat bantu napas habis atau oksigen yang semakin menipis. Tetap tidak mengubah perilaku,
kesadaran atau minimal n*urani mereka.

Kerap mereka berpikir kami yang mengCOVIDkan, apapun sakitnya dikatakan sebagai *COVID

Ya setan kecil bernama COVID tak terlihat sehingga sulit dipercaya

Tapi bagaimana mereka tetap kikir berpikir meski menjadi saksi mata dari segala perburukan yang
ada?

Mengapa tidak vaksin? Takut nanti kena covid sehabis vaksin, lah kenapa tidak takut pergi ke pasar,
acara adat, mimbar gama, dan pergi bersepeda bersama tiada bermasker, berc6engkrama dalam
restaurant? Ahh pandir-pandir berjemaah adalah kalangan berbahaya, sayangnya agama tidak
mampu menyelamatkan kita lagi, sebab semakin religi semakin kita takut mati namun perilaku kita
seolah tak benar-benar peduli

Jika bukan COVID, toh kita akan mati juga ya. Benar itu. Lalu segera lah melangkap dengan mata
tertutup di jalanan keramaian silakan minta dilindas oleh truk, seketika tak ada yang bergeming

Kematian itu pasti tapi bukan bermassal seperti ini

Jangan ke RS nanti bisa meninggal, ucapkan itu bagi mereka yang juga mau melahirkan

Mengapa yang meninggal banyak di RS, pertanyaan yang sama ditujukan mengapa yang melahirkan
lebih banyak di RS
Bagimu bagiku hidup kita sama-sama penting, tapi bagimu masker dan vaksin hanyalah bualan mitos
para nakes,l alu untuk apa semua kesulitan ini?

Tidak kah kau Lelah mendengar semua kabar duka disekitarmu, atau tidakkah kau resah dengan
semua kesulitan ekonomi ini, ahh kau terlalu sibuk membaca dan menonton hoax, sayang aku
kasihan, bahwa jikapun kau masih hidup, hidupmu tiada berarti bagi sekitarmu

Anda mungkin juga menyukai