Anda di halaman 1dari 19

PAPER ANATOMI DAN HISTOLOGI HEWAN

STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT PADA HEWAN


INVERTREBRATA DAN VERTEBRATA DAN
PATOHISTOLOGI KULIT

OLEH KELOMPOK III:


1. MARIA IRENE IGO (2206050041)
2. MARIAM ADE JECHIKA (2206050044)
3. FEBRIANY BUKY (2206050039)
4. LORENZO I. M. LAZAKAR (2206050057)
5. MARLEILA M. MILLA (2206050060)
KELAS / SEMESTER : BIOLOGI B / 3

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT PADA HEWAN
INVERTREBRATA DAN VERTEBRATA DAN
PATOHISTOLOGI KULIT

Sistem integumen atau disebut dengan kulit adalah sistem organ yang
membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap
lingkungan sekitarnya. Sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat
atau lendir). Sistem integumen merupakan suatu sistem yang sangat bervariasi,
sehingga strukturnya tersusun oleh organ atau struktur tertentu dengan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Sistem integumen dapat dianggap terdiri dari kulit
yang sebenarnya dan derivat-derivat dari kulit (Marsenda et al., 2013)
Kulit terdiri dari lapisan utama yaitu epidermis dan dermis, derivat integumen
adalah struktur tertentu dimana secara embriogenetik yang berasal dari salah satu atau
kedua lapisan dari kulit yang sebenarnya (Isfaeni & Si, 2018)

 Turunan Kulit (Derivat Kulit)

1. Kelenjar lendir (mukus)

Kelenjar lendir dapat dijumpai pada pisces dan amphibi. Kebanyakan kelenjar
lendir pada ikan bersel tunggal. Lendir membuat suatu lapisan pelindung di
permukaan tubuh yang berperan untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air, serta
menghalau mikroorganisme oleh karena itu lendir selalu ditanggalkan dan dibuat
baru. Kelenjar lendir pada amphibia bersifat multiseluler dengan bagian sekretorinya
terbenam di dalam dermis.
2. Kelenjar bau

Kelenjar ini terdapat misalnya pada kaki kambing, rodentia, karnivora. Pada
sigung (skunk) terdapat kelenjar bau di dekat anus, sedangkan pada ular terdapat di
dekat kloaka. Fungsi kelenjar bau adalah untuk komunikasi intraspesies, seperti
membatasi teritori, untuk menarik pasangan, atau untuk pertahanan.

3. Kelenjar minyak

Kelenjar ini terbatas terdapat pada mammalia dan biasanya berhubungan


dengan rambut. Fungsi kelenjar minyak adalah menggetahkan sebum yang berguna
untuk melumasi rambut dan lapisan tanduk kulit. Modifikasi kelenjar minyak berupa
kelenjar serumen yang terdapat pada telinga luar mammalia. Selain itu, kelenjar tarsal
pada kelopak mata sebelah dalam dan kelenjar meiboom pada sudut-sudut mata juga
merupakan modifikasi kelenjar minyak. Fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan
minyak yang menutupi kornea dan berfungsi sebagai pelumas.

4. Kelenjar susu

Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini
merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentu sepanjang garis susu,
yang terentang dari ketiak sampai lipat paha. Berdasarkan wilayah-wilayah di mana
kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada),
abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).

 Fungsi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi :
1. Sebagai pelindung atau alat proteksi, lapisan kulit bagian luar relatif
impermeable terhadap air, untuk mencegah penguapan yang berlebihan.
2. Sebagai tempat eksteroreseptor, pada bagian dermis kulit terdapat reseptor
berupa akhiran saraf bebas atau badan-badan sensoris yang dapat menerima
berbagai macam rangsang dari lingkungan eksternal.
3. Sebagai alat ekskretori, pada kulit banyak terdapat kelenjer-kelenjer keringat
dan kelenjar-kelenjar lemak yang berfungsi membantu membuang sisa-sisa
hasil metabolisme baik berupa air, lipida atau garam-garam keluar tubuh.
4. Sebagai alat respirasi atau alat pernafasan, terutama pada hewan-hewan
akuantik dengan struktur kulit yang tipis selalu basah dan sangat vaskuler.
Kondisi kulit seperti ini sangat kondusif untuk proses difusi gas O2 yang
terlarut dalam air masuk ke kapiler-kapiler darah dipermukaan kulit tubuh.
5. Sebagai alat nutrisi dan cadangan makanan , yaitu terdapat kelenjer mammae
(kelenjer susu) yang digunakan oleh mamalia untuk nutrisi bagi hewan muda
atau yang baru lahir. Kulit tempat penyimpanan cadangan makanan (energi),
yang berupa lemak.
6. Sebagai alat gerak, pada hewan vofitan/arboreal seperti burung, kelalawar,
cecak terbang.
7. Sebagai tempat pembentukan vitamin D, pembentukan vitamin D3 pada kulit
sangat penting untuk pembentukan tulang. Kalsiferol dibentuk dari
dehidrokolesterol yang dihasilkan oleh hati dengan bantuan cahaya matahari
dikulit.

A. STRUKTUR DAN FUNGSI KULIT PADA HEWAN VERTEBRATA

1. Sistem Integumen Pisces


Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta derivat-
drivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun (Mujtahidah, 2020).
a. Kulit

Kulit terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut Epidermis dan
lapisan dalam yang disebut Dermis atau Corium.
1) Epidermis
Merupakan lapisan luar dari kulit, kulit pada bagian epidermis ini selalu basah
yang disebabkan oleh lendir yang dihasilkan suatu sel kelenjar di bagian dalam
epidermis.

 Lendir, pada lapisan ini terdapat suatu sel kelenjar berbentuk piala yang dapat
menghasilkan suatu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan musin. Jika zat
tersebut bersentuhan dengan air maka akan berubah menjadi lendir, dan
menyebabkan kulit pada bagian epidermis ini selalu basah. Fungsi lendir pada ikan
itu sendiri adalah untuk mengurangi gesekan tubuh dengan air yng membuat ikan
dapat berenang lebih cepat. Selain itu lendir juga berperan dalam proses
osmoregulasi sebagai lapisan semipermiabel yang mencegah keluar masuknya air
melalui kulit, serta mencegah infeksi dalam penutupan luka.
2) Dermis
Lapisan kulit dalam atau dermis akan lebih tebal dari lapisan kulit luar. Dermis
mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat. Lapisan ini juga berperan
dalam proses pembentukan sisik pada ikan yang bersisik.

 Sisik ikan
Terdapat macam-macam sisik ikan, yang diantaranya :
1) Sisik Pelacoid
2) Sisik Ctenoid
3) Sisik Cycloid
4) Sisik Cosmoid dan Ganoid

 Warna pada sistem integumen


Warna ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karena konfigurasi
fisik) dan biochrome (pigmen pembawa warna).
- Carotenoid : berwarna kuning, merah dan corak lainnya.
- Chromolipoid : berwarna kuning sampai coklat
- Indigoid; berwarna biru, merah dan hijau
- Melanin; kebanyakan berwarna hitam atau coklat
- Porphyrin atau pigmen empedu; berwarna merah, kuning, hijau, biru dan coklat
- Flavin; berwarna kuning tetapi sering dengan fluoresensi kehijau-hijauan
- Purin; berwarna putih atau keperak-perakan
- Pterin; berwarna putih, kuning, merah dan jingga
 Kelenjar beracun

Kelenjar beracun terdapat pada sistem integumen, dimana kelenjar beracun ini
merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan
lendir. Kelenjar beracun ini berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang
atau melumpuhkan mangsa. Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung
kelenjar beracun antara lain ikan-ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan
sebangsanya (Siluroidea), dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae,
Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal beracun,
tetapi racunnya bukan berasal dari sistem integumennya, melainkan dari kelenjar
empedu.

2. Sistem Integumen Amphibi

Amphibi bernapas dengan kulitnya yang lembut dan bersih, tanpa bulu, tanpa
sisik. Kulit tersusun atas :
 Epidermis
Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel germ yang selalu
menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama
musim hujan di bawah lapisan jagat dibentuk lapisan jangat baru, sewaktu lapisan
jangat yang lama terkelupas telah ada penggantinya. Biasanya kulit jangat yang
terlepas ditelan kembali.
 Dermis
Pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat
jaringan seperti karet busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian
sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat
selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat saraf dan pembuluh darah.
Kulit Amfibi/Amphibia sangat penting dalam respirasi dan proteksi. Pada
kulit amphibi terdapat kelenjar kulit yang terbagi atas dua macam yaitu:
1). Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening
untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
2). Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun pada tingkat
tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.
Racun yang terdapat pada Amfibi/Amphibia sangat bervariasi. Kodok yang
hidup di laut (Bufo marinus) racunnya sangat manjur untuk membunuh anjing. Tipe
racun lain pada amphibi adalah neurotoksin, halusinogen, vasokonstriktor, hemolitik,
dan local irritant.
Kelenjar mukus dan kelenjar racun pada Amfibi/Amphibia dikelompokkan
sebagai kelenjar alveolar. Kelenjar alveolar adalah kelenjar yang tidak mempunyai
saluran pengeluran tetapi produknya dikeluarkan lewat dinding selnya sendiri
secara alami.
3. Sistem Integumen Reptil

Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk. Sisik-
sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh
cecak, atau pun berukuran besar seperti pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu
berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan
terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal
sebagai osteoderm. (Kurniawan, 2016)

Integumen pada reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan


terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh
darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan
epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan
berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integumen mengalami modifikasi warna.
Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang
terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes
(bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum
outonomicum.
 Kelenjar kulit
Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki
sedikit kelenjar kulit. Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi
selama masa bercumbu. Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat
kloaka di masa kawin. Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang
preanal atau lubang femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya
pada pejantan. Kelenjar ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.
Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau
generation gland. Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan
dengan pertumbuhan sisik pada kulit.

4. Sistem Integumen Aves

Berdasarkan susunan anatomis bulu pada dibagi menjadi tiga macam yakni :
a. Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather);
b. Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers);
c. Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).

 Bulu
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal
dari epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar
bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu
menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk
lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang
lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan
proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Laila, 2018).

 Sisik
Sisik burung terdiri dari keratin yang sama seperti yang terdapat pada paruh,
cakar, dan taji. Sisik-sisik ini ditemukan terutama pada jari kaki dan metatarsus,
namun pada beberapa burung dapat ditemukan juga di pergelangan kaki. Kebanyakan
sisik burung tidak terlalu tumpang tindih, kecuali pada burung raja-udang dan burung
pelatuk. Sisik burung dianggap homolog dengan sisik pada reptil dan mamalia
(Maya, 2021).
Sisik-sisik ini dapat digolongkan dalam;

1. Cancella – sisik sangat kecil, yang hanya berupa penebalan serta pengerasan
dari kulit, saling bersilang dengan alur yang dangkal.
2. Reticula – kecil tapi berbeda, terpisah, berbentuk sisik. Ditemukan pada
permukaan lateral dan medialmetatarsusayam. Sisik ini terbuat dari alpha-
keratin.
3. Scutella – Sisik yang tidak sebesar scute, seperti yang ditemukan pada bagian
belakang, dari metatarsus ayam.
4. Scute – sisik terbesar, biasanya ditemukan pada permukaan bagian depan
metatarsus dan permukaan dorsal jari. Sisik ini terbuat dari beta-keratin
seperti pada sisik reptilia.
5. Sistem Integumen Mamalia
Binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan vertebrata yang terutama
dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan susu sebagai
sumber makanan anaknya. Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan:
paling luar adalah epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah
hypodermis (Wall & Shearer, n.d.)
 Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan vaskuler. Tersusun atas
epitelium berlapis dan terdiri dari atas sejumlah lapisan sel yang disusun atas dua
lapis yang jelas tampak, yaitu selapis lapisan tanduk dan selapis zona germinalis,
epidermis tidak berisi pembuluh darah, saluran kelenjar keringat menembus
epidermis dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi folikel rambut, dan di
atas epidermis terdapat garis lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis di
bawahnya (Ahmed et al., 2018).
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas.
2. Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk
3. Stratum granulosum, mengandung pigmen
4. Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar

 Dermis
Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel
rambut, kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast. Fibroblast ini berfungsi
menghasilkan kollagen, yang sangat penting peranannya terhadap kekenyalan dan
elastisitas kulit. Selain itu pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi untuk
merasakan sensasi raba dan nyeri.
 Hipodermis
Merupakan bagian terdalam dari kulit, yang terdiri dari banyak sel lemak
sehingga berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam
mempertahankan panas tubuh
 Derivat Kulit Pada Mamalia :
1) Rambut

Fungsi rambut:
1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk : Alis mata melindungi mata dari keringat
agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
2. Menyaring udara.
3. Bersinergi dengan keseluruhan derivat kulit berfungsi sebagai pengatur suhu.
4. Pendorong penguapan keringat dan
5. Indera peraba yang sensitif.

2) Tanduk
Tersusun atas dua komponen utama, yaitu cangkang atas (carapace) dan dasar
(plastron) yang dihubungkan tulang Ridges. Tulang cangkang terdiri dari gabungan
tulang iga dan vertebrata. (Widyarini et al., 2022)
Tanduk dibagi atas tiga macam:
a. Tanduk kosong (Hollow Horn)/ True Horn), terdapat seludang tanduk yang
meliputi suatu sumbu tulang, tidak pernah dilepaskan dan tidak pernah bercabang.
Terdapat pada jantan dan betina.
b. Tanduk Rambut, berasal dari rambvut yang berfusi. Contoh: Cula Badak. Cula
tidak bercabang dan tidak bisa dilepas.
c. Rangga (Antler), tanduk tajam dan bercabang-cabang, seperti tanduk Rusa, dapat
dilepaskan.
3) Kelenjar – Kelenjar Pada Kulit
a) Kelenjar Sebasea, berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara
folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus lentur dan lunak.
b) Kelenjar Mammae, Kelenjar mammae atau payudara merupakan derivatif sel epitel
dan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Setiap
kelenjar mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul. Jaringan kelenjar melekat
di dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh jaringan fibrosa.

B. STRUKTUR DAN FUNGSI PADA KULIT PADA INVERTEBRATA

1. Eksoskeleton pada Arthropoda


Invertebrata seperti serangga dan kepiting memiliki eksoskeleton, lapisan luar
yang keras dan pelindung. Fungsi utamanya adalah memberikan dukungan
struktural dan perlindungan terhadap cedera dan dehidrasi (Weldi, 2020)
2. Kutikula pada Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki kulit yang disebut kutikula, yang berfungsi untuk
melindungi tubuhnya dan memungkinkan mereka untuk bernapas melalui
pertukaran gas yang terjadi melalui permukaan tubuh (Nurhidayah,2020).
3. Sistem Ambulakral pada Echinodermata
Bintang laut, teripang, dan organisme Echinodermata lainnya memiliki kulit
yang dilengkapi dengan sistem ambulakral. Ini terdiri dari tabung-tabung yang
digunakan untuk pergerakan, penangkapan makanan, dan pertukaran gas.
4. Kulit Lunak pada Molusca
Kepiting dan siput adalah contoh molusca yang memiliki kulit lunak. Kulit ini
umumnya tipis dan tidak memiliki eksoskeleton. Fungsi utamanya adalah
melindungi organ dalam dan memungkinkan gerakan tubuh.
5. Kutikula pada Nematoda
Cacing giling (nematoda) memiliki kulit yang disebut kutikula. Kutikula ini
membantu dalam pergerakan dan melindungi tubuh mereka.
6. Sel-sel Sensitif pada Cnidaria
Hidra dan ubur-ubur, anggota dari kelompok Cnidaria, memiliki kulit yang
sensitif terhadap rangsangan dan dapat berperan dalam menangkap mangsa dan
pertahanan diri.

C. PATOHISTOLOGI KULIT
1. Pada Hewan Vertebrata
a. Infeksi Kulit : Infeksi kulit pada hewan vertebrata dapat disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri (seperti Staphylococcus), jamur (seperti
ringworm), atau parasit. Infeksi ini dapat menyebabkan peradangan, luka,
atau pembengkakan (Frank, 2017)
b. Alergi Kulit : Beberapa hewan bisa mengalami reaksi alergi terhadap
makanan, gigitan serangga, atau alergen lingkungan lainnya. Reaksi alergi
ini dapat mengakibatkan gatal, ruam, dan iritasi kulit.
c. Alopecia : Alopecia adalah kondisi yang menyebabkan hilangnya rambut
pada area kulit tertentu. Ini bisa menjadi gejala dari berbagai masalah kulit,
termasuk infeksi dan gangguan autoimun.
d. Psoriasis : Psoriasis juga dapat terjadi pada beberapa hewan vertebrata.
Psoriasis adalah gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan dan
pembentukan plak pada kulit.

2. Pada Hewan Invertebrata


Patohistologi kulit pada hewan invertebrata mungkin kurang umum
dibandingkan dengan vertebrata, tetapi beberapa masalah dapat muncul. (Papp
& Marschang, 2019).
Berikut adalah beberapa contoh patologi kulit pada hewan invertebrata:
a. Infeksi Jamur pada Serangga : Serangga seperti jangkrik dan belalang
dapat terinfeksi oleh jamur kulit yang disebut "Metarhizium" atau
"Beauveria." Jamur ini dapat menyebabkan kerusakan kulit dan
mematikan serangga.
b. Kutu pada Arachnida : Arachnida seperti laba-laba dan kala memiliki
eksoskeleton yang keras. Namun, mereka dapat terinfeksi oleh kutu yang
menyerang kulit dan menghisap darah atau cairan tubuh lainnya.
c. Kutu Air pada Crustacea : Krustasea seperti kepiting dan lobster bisa
mengalami infestasi kutu air yang dapat menempel pada kulit mereka. Ini
dapat mengganggu pertumbuhan dan kesehatan krustasea tersebut.
d. Luka pada Cnidaria : Organisme Cnidaria seperti ubur-ubur atau hidra
tidak memiliki kulit seperti vertebrata, tetapi mereka memiliki lapisan sel-
sel yang melindungi tubuh mereka. Cedera atau luka pada lapisan ini
dapat terjadi akibat depredasi atau faktor lingkungan.
e. Perubahan Pigmen pada Moluska : Beberapa moluska, seperti siput laut,
dapat mengalami perubahan pigmen pada kulit mereka sebagai respons
terhadap perubahan lingkungan atau gangguan.
f. Erosi pada Kutikula pada Serangga : Serangga dengan kutikula yang
lemah atau rusak dapat mengalami erosi kutikula, yang dapat
mengakibatkan masalah seperti kehilangan cairan tubuh dan infeksi.
g. Perubahan Kulit pada Echinodermata : Echinodermata seperti bintang laut
dan teripang dapat mengalami perubahan pada lapisan kulit mereka
sebagai respons terhadap stres lingkungan, perubahan suhu, atau cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Y. A., Ali, S., & Ghallab, A. (2018). Hair histology as a tool for forensic

identification of some domestic animal species. EXCLI Journal, 17, 663–670.

https://doi.org/10.17179/excli2018-1478

Frank, L. A. (2017). Advances in Veterinary Dermatology. In Advances in Veterinary

Dermatology. https://doi.org/10.1002/9781119278368

Isfaeni, H., & Si, M. (2018). Makalah zoologi vertebrata. 165040042.

Kurniawan, K. (2016). Hewan Vertebrata. 4(1), 1–22.

Laila, K. (2018). Diktat Anatomi Dan Fisiologi Hewan I. Angewandte Chemie

International Edition, 6(11), 951–952., 10–27.

Marsenda, P. H., Jodion, D., & Si, S. M. (2013). RESUME STRUKTUR HEWAN “

Sistem Integumen , Derivat – Derivat Kulit , dan Sistem Rangka ” Disusun

oleh : Dosen Pengampu 2012 / 2013.

Maya, Sri (2021). Zoologi Vertebrata. Widina Bhakti Persada Bandung.

Mujtahidah, T. (2020). Sistem integumen ikan. 1304619063, 1–17.

Nurhidayah (2020). Zoologi Vertebrata. Widina Bhakti Persada Bandung.

Papp, T., & Marschang, R. E. (2019). Detection and characterization of invertebrate

iridoviruses found in reptiles and prey insects in Europe over the past two

decades. Viruses, 11(7). https://doi.org/10.3390/v11070600


Wall, R., & Shearer, D. (n.d.). Veterinary Ectoparasites: Biology, Pathology and

Control.

Weldi, W. (2020). Identifikasi Potensi Materi Ajar Invertebrata Di Area Pantai

Kecamatan Serasan Pada Materi Pelajaran Ipa. Bio-Edu: Jurnal Pendidikan

Biologi, 5(1), 10–23. https://doi.org/10.32938/jbe.v5i1.492

Widyarini, S., Kristiangingrum, Y. P., & Sutrisno, B. (2022). Studi Histopatologis

Tumor Pada Hewan Kesayangan dan Hewan Liar Histopathological Studies of

Tumours in Pet Animals and Wild Animals. 40(1), 73–84.

Anda mungkin juga menyukai