Anda di halaman 1dari 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344313040

PENGUKURAN KEBISINGAN

Book · September 2020

CITATIONS READS

0 13,815

1 author:

Zaenal Abidin
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN)
21 PUBLICATIONS 15 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pelatihan XRF View project

Determining hydrocarbon prospective zone using the combination of qualitative analysis and fuzzy logic method View project

All content following this page was uploaded by Zaenal Abidin on 19 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGUKURAN KEBISINGAN

Zaenal Abidin
Rev. 0 No. 6 September 2020 N405UW
P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

20 September 2020
P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

1 Dasar Teori
Salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai ditempat kerja adalah kebi-
singan. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang selalu timbul, baik
pada industri besar seperti pabrik-pabrik maupun industri rumah tangga.
Meski demikian, kesadaran akan bahaya kebisingan masih kurang dipahami
baik oleh kalangan masyarakat umum maupun para pekerja khususnya. Tidak
jarang ditemukan bahwa keluhan akibat terjadinya gangguan pendengaran hanya
dikaitkan dengan semakin bertambahnya usia atau karena sebab lain dan bukan
karena pekerjaan di lingkungan bising.
Hampir semua aspek kehidupan modern menimbulkan bising: proses indus-
tri, konstruksi, kerja kantor, aktivitas rumah, dan hobi. Produksi industri dan
konstruksi di banyak negara meningkat secara cepat dan hal ini menyebabkan
peningkatan bising industri. Paparan terhadap tingkat bising yang ekstrem me-
nyebabkan kerusakan pendengaran. Akhirnya timbul tuli hebat serta eksklusi dan
isolasi dari lingkungan sosial.

1.1 Definisi Bunyi

Bunyi merupakan rangsangan yang diterima telinga karena getaran media elastis.
Bruel dan Kjaer mendefinisikan bunyi sebagai perubahan tekanan (dalam udara,
air, atau media lain), yang bisa ditangkap oleh telinga manusia. Sesuatu dika-
takan bunyi apabila terjadi perubahan dalam atmosfer dengan kecepatan minimal
20 kali per detik. Sedangkan Ganong mendefinisikan bunyi sebagai sensasi yang
dihasilkan apabila getaran longitudinal molekul-molekul dari lingkungan luar,
yaitu fase pemadatan dan peregangan dari molekul yang silih berganti mengenai
membran timpani. Pendapat lain mengatakan bahwa bunyi terjadi karena komp-

20 September 2020 1 DASAR TEORI 1


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

resi dan dekompresi secara bergantian dari partikel-partikel udara. Hal ini me-
nyebabkan tekanan turun dan naik dalam bentuk gelombang. Dua karakteristik
bunyi adalah frekuensi (pitch) dan intensitas (loudness).

1.2 Frekuensi Bunyi

Frekuensi adalah jumlah perubahan tekanan per detik, sedangkan frekuensi bunyi
diartikan sebagai jumlah gelombang bunyi lengkap yang diteima oleh telinga per
detiknya. Bunyi diukur dalam cycle per second (cps atau c/c) atau dalam Hertz
(Hz). Salah satu ukuran yang sangat erat hubungannya dengan frekuensi bunyi
adalah panjang gelombang, yang dapat diartikan sebagai jarak antara dua gelom-
bang yang dekat untuk perpindahan dan kecepatan partikel yang sama di satu
medan bunyi datar. Dengan diketahui kecepatan dan frekuensi bunyinya, maka
dapat dihitung panjang gelombangnya.
Frekuensi bunyi yang dapat diterima telinga manusia adalah antara 16 Hz
hingga 20.000 Hz. Bruel dan Kjaer menamakan bunyi dengan frekuensi kurang
dari 16 Hz sebagai bunyi infrasonik, sedangkan bunyi dengan frekuensi lebih dari
20.000 Hz disebut bunyi ultrasonik.

1.3 Intensitas Bunyi

Intensitas bunyi merupakan jumlah energi bunyi yang mencapai gendang pen-
dengar, diukur dalam decibel (dB). Nol decibel merupakan bunyi terlemah yang
dapat didengar orang, sedangkan bunyi terkeras dapat mencapai jutaan kali be-
saran tersebut. Ini karena intensitas bunyi tidak meningkat secara bertahap.
Telinga dapat merespon intensitas 0-140 dB. Ketidaknyamanan akan terasa
di 120 dB. Pada 140 dB telinga akan terasa nyeri, dengan kemungkinan robek

2 1 DASAR TEORI 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

dan kerusakan permanen gendang pendengaran. Beberapa pengukuran intensi-


tas bising menggunakan ukuran dB(A) yang memasukkan sensitivitas frekuensi
telinga. Ada 3 jenis alat pengukur tingkat intensitas suara, yaitu:
1. Sound Level Meter (pocket)
2. Sound Level Meter + Oktave Band Analyser
3. Noise Dose Meter

1.4 Definisi Kebisingan

Bunyi juga dapat diinterpretasi sebagai musik, ceritera, lelucon, peringatan atau
sinyal-sinyal lain. Bunyi seringkali dapat memberi kenikmatan, tetapi dapat pu-
la mengganggu. Toleransi orang terhadap tingkat bunyi bervariasi. Bunyi yang
melampaui tingkat toleransi disebut bising (noise), tetapi hal ini tergantung pada
karakteristik orang dan karakteristik suara. Maka bising dapat diartikan seba-
gai setiap suara yang mengganggu atau yang tidak diinginkan. Pengertian lain
mengenai kebisingan telah dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain:
1. Menurut Dennis, bising adalah suara yang timbul dari getaran-geteran yang
tidak teratur.
2. Menurut Hirrs dan Ward, bising adalah suara yang kompleks yang hanya
mempunyai sedikit ataupun tidak mempunyai periodik, bentuk gelombang-
nya tak dapat diikuti atau diproduksi lagi dalam waktu tertentu.
3. Menurut Spooner, bising adalah suara yang tidak mempunyai kualitas mu-
sik.
4. Menurut Burn, Little and Wall, bising adalah suara yang tidak dikehendaki
kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu.
Taraf kebisingan juga telah diatur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja RI No: KEP-51/MEN/1999. Dalam peraturan ini, kebisingan diartikan

20 September 2020 1 DASAR TEORI 3


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

sebagai semua suara yang tidak dikehendaki, yang bersumber dari alat produksi
atau alat kerja, yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pende-
ngaran. Jadi pada prinsipnya, bising atau kebisingan adalah suara yang meng-
ganggu atau suara yang tidak dikehendaki oleh pendengarnya. Bising atau tidak-
nya suara tidak hanya ditentukan oleh keras-lemahnya suara itu, tetapi juga selera
atau persepsi seseorang terhadap bunyi tersebut.

1.5 Penyebab Bising

Berdasarkan sumbernya, kebisingan disebabkan dari beberapa faktor berikut:


1. Bising yang ditimbulkan oleh industri
2. Bising dari hasil kemajuan transportasi: jalan lalu lintas, lalu lintas udara
3. Bising akibat elektrifikasi pada pemukiman
4. Mekanisme lain yang menimbulkan bising: penambangan, penggalian, dan
lain-lain
5. Sumber bising lainnya (miscellaneous source): lapangan olah raga, konser
musik, daerah wisata, mesin pemotong rumput, dan lain-lain
Berdasarkan jenis kebisingannya, keadaan bising dapat disebabkan beberapa
faktor berikut:
1. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (steady sta-
te, wide band noise), misalnya kebisingan akibat proses mesin-mesin, kipas
angin, dapur pijar.
2. Kebisingan kontinu dengan spektrum sempit (steady state, narrow band
noise), misalnya kebisingan dari gergaji serkuler, katup gas.
3. Kebisingan terputus-putus (intermitent), misalnya kebisingan dari aktivitas
lalu lintas, suara kapal terbang.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya kebisingan aki-

4 1 DASAR TEORI 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

bat adanya pukulan, tembakan/meriam, ledakan.


5. Kebisingan impulsif berulang, misalnya kebisingan akibat proses menem-
pa.
Karena kebisingan bersifat sangat subyektif, artinya suara yang dikehendaki
seseorang mungkin tidak disenangi orang lain, maka keadaan merasa bisingnya
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1. pengalaman masa lalu, termasuk juga kebiasaan-kebiasaannya
2. derajat kesehatan
3. kesenangan
4. pekerjaan
5. aktivitas, tidur, rekreasi
6. umur, dan sebagainya

1.6 Dampak Kebisingan

Secara umum, berikut adalah beberapa akibat adanya kebisingan, yaitu:


1. orang merasa jengkel
2. dapat mempengaruhi komunikasi verbal
3. dapat mengurangi efisiensi kerja
4. dapat mengganggu tidur
5. dapat merusak pendengaran
Lebih spesifik, kebisingan memberikan dampak berikut:
1. Gangguan karena bising (nuisance effect), yaitu seperti:
(a) Gangguan konsentrasi
(b) Sifat lekas marah
(c) Tidak dapat tidur
(d) Timbul kelelahan

20 September 2020 1 DASAR TEORI 5


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

(e) Produktivitas yang menurun


(f) Job morale yang buruk
(g) Tingkat kesakitan dan ketidakhadiran yang tinggi
2. Gangguan dalam komunikasi (interference with communication), yaitu se-
perti:
(a) Timbul kesalahan dalam menginterpretasikan instruksi (missinterpre-
tation of instruction)
(b) Timbul kecenderungan celaka (tends accidents)
3. Kurangnya kemampuan mendengar (impaired hearing)
4. Dampak lain karena kebisingan (extrauditory effect), yaitu seperti:
(a) nausea (mual)
(b) malaisea (rasa lemas atau rasa tidak enak pada tubuh)
(c) headache (sakit kepala)
(d) hypertension (tekanan darah tinggi)

1.7 Nilai Ambang Batas

Menurut Kepmennaker No: KEP-51/MEN/1999, Thereshold Limited Value (Ni-


lai Ambang Batas, NAB) adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang
dianjurkan di tempat kerja, agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari
untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Jadi, fungsi NAB antara lain:
1. Sebagai kadar untuk perbandingan
2. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan tek-
nologi pengendalian bahaya lingkungan kerja.
3. Untuk menentukan substitusi bahan proses produksi terhadap bahan yang

6 1 DASAR TEORI 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

lebih beracun dengan bahan yang kurang beracun.


4. Untuk membantu menentukan diagnose gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit dan hambatan efisiensi kerja akibat faktor fisik dan kimia dengan
bantuan pemeriksaan biologis.

1.8 Baku Tingkat Kebisingan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No:


KEP-48/MENLH/II/1996, Baku Tingkat Kebisingan adalah standar faktor yang
dapat diterima di suatu lingkungan atau kawasan kegiatan manusia.

Tabel 1: Nilai ambang batas kebisingan Kepmennaker No: KEP-51/MEN/199

No. Waktu Pemajanan Intensitas Kebisingan (dBA)


1. 8 jam 85
2. 4 jam 88
3. 2 jam 91
4. 1 jam 94
5. 30 menit 97
6. 15 menit 100
7. 7,5 menit 103
8. 3,75 menit 106
9. 1,88 menit 109
10. 0,94 menit 112
11. 28,12 detik 115
12. 14,06 detik 118
13. 7,03 detik 121
14. 3,52 detik 124
15. 1,76 detik 127
16. 0,88 detik 130
17. 0,44 detik 133
18. 0,22 detik 136
19. 0,11 detik 139

20 September 2020 1 DASAR TEORI 7


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

Tabel 2: Baku tingkat kebisingan KEP-48/MENLH/II/1996

Peruntukan Kawasan/Lingkungan Intensitas Kebisingan (dBA)


Kegiatan
Peruntukan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 70
5. Industri 60
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 70
7. Rekreasi 70
8. Khusus: 60
a. Bandar Udara*
b. Stasiun Kereta Api*
c. Pelabuhan Laut
d. Cagar Budaya

Lingkungan Hidup
1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55
2. Sekolah atau Sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah atau Sejenisnya 55

*disesuaikan dengan ketentuan


Menteri Perhubungan

2 Pengendalian Kebisingan

2.1 Pengendalian Secara Teknis

1. Mengubah cara kerja, dari yang awalnya menimbulkan bising menjadi ber-
kurang lebih berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
2. Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara.
3. Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. Mesin diran-

8 2 PENGENDALIAN KEBISINGAN 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

cang sedemikian rupa sehingga suara bising tidak seluruhnya mengenai pe-
kerja. Salah satunya dengan cara memasang kaca, sehingga pekerja dapat
tetap bekerja.
4. Mengganti (substitusi) mesin yang bising dengan mesin yang kurang bi-
sing.
5. Menggunakan pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang
goyang, dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet.
6. Memodifikasi mesin atau proses kerja pada mesin tersebut.
7. Merawat mesin dan alat kerja secara teratur dan periodik, sehingga dapat
mengurangi suara bising.

2.2 Pengendalian Secara Administratif

1. Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu (misalnya, bagian diesel).


Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang ke-
dap suara dan sesekali memasuki ruang yang tingkat kebisingannya tinggi,
dalam waktu yang telah ditentukan, serta dengan menggunakan earmuff
sebagai alat pelindung diri.
2. Pengaturan jam kerja, dengan melakukan penyesuaian dengan NAB.

2.3 Pengendalian Secara Medis

Dilakukan pemeriksaan audiometri pada saat awal masuk kerja, secara periodik,
secara khusus, dan juga pada akhir masa kerja.

20 September 2020 2 PENGENDALIAN KEBISINGAN 9


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

2.4 Penggunaan Alat Pelindung diri

Metode pengendalian ini merupakan alternatif terakhir bila pengendalian yang


lain telah dilakukan, namun belum dapat memberikan pengurangan yang signi-
fikan. Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telinga (ear plug) atau tutup telinga
(ear muff) disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi, dan penurunan intensitas
kebisingan yang diharapkan.

3 Metode Pengukuran

3.1 Peralatan

digunakan alat M-39 Logging Noise Analyzer. Alat ini dapat berfungsi sebagai
Sound Level Meter dan Noise Dose Meter. Pada pengukuran kali ini, alat ini di-
gunakan sebagai Noise Dose Meter. Sebelum digunakan, alat dikalibrasi dahulu
pada intensitas 94 dan 114 dB. Cara mengoperasikan alat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan alat.
2. Bersihkan memori dengan menekan kunci PAUSE/RESET hingga pada la-
yar terlihat tulisan 5-P ke 0-P dan —.
3. Cek baterai. Jika di layar terlihat tulisan LOWBAT, berarti baterai harus
diganti.
4. Kalibrasi alat, yaitu dengan langkah berikut:
(a) Hidupkan kalibrator dan cek indikator baterai. Ganti baterai jika di-
perlukan.
(b) Bila kalibrator mempunyai banyak frekuensi, stel pada 1000 Hz dan
114 dB. Dengarkanlah apakah kalibrator mengeluarkan bunyi.

10 3 METODE PENGUKURAN 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

(c) Lepas penghalang angin dari mikrofon. Sisipkanlah mikrofon ke da-


lam adaptor mikrofon dan letakkan adaptor pada kalibrator.
(d) Yakinkan mikrofon telah disisipkan pada adaptor dan adaptor meng-
eluarkan sinar kemerahan pada lingkaran yang lebih dalam dari kali-
brator.
(e) Hidupkan kalibrator.
(f) Tekan CODE CLOCK sampai tulisan CAL terlihat di layar. Tekan
SOUND LEVEL. Apabila tingkat suara berada antara 94 dan 114 dB,
tekan PAUSE/RESET sampai CAL terlihat pada layar.
(g) Apabila terbaca angka diluar kisaran tersebut sedikit, masukkan obeng
kecil pada lubang di atas CAL dan perlahan-lahan putar sekrup CAL
sampai angka menjadi 114 dB. Tekan PAUSE/RESET sampai CAL
terlihat di layar.
5. Hubungkan penopang mikrofon dengan bagian belakang alat dan mikrofon
dijepitkan ke penopang tersebut. Jepitan mikrofon dapat dilepas dan mik-
rofon disekrupkan ke penopang sebelum penopang dipasang pada kotak
alat.
6. Pasang alat pada tripod.
7. Tekan RUN dan pasang penutup pelindung keamanan.
8. Setelah data dikumpulkan, lepaskan penutup, tekan PAUSE/RESET, kemu-
dian catat data.

Kapan saja, bahkan saat mengumpulkan data, peristiwa yang sedang berlang-
sung atau peristiwa sebelumnya dapat diperlihatkan. Tekan kunci EVENT sampai
tampak peristiwa yang diinginkan untuk diperagakan. Tekan sembarang kunci la-
innya untuk peristiwa tersebut.

Bila CODE/CLOCK ditekan, akan diperlihatkan waktu yang sedang berlang-

20 September 2020 3 METODE PENGUKURAN 11


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

sung untuk peristiwa yang sedang berlangsung dan waktu mulai dari peristiwa
sebelumnya. Untuk menetapkan kapan sampel yang mewakili telah diambil, tek-
an Leq untuk peristiwa yang berlangsung. Apabila nilainya tidak berubah lebih
dari beberapa persepuluhan decibel dalam beberapa menit, maka data dapat di-
anggap valid.

4 Prosedur Pengukuran

4.1 Kebisingan di Tempat Kerja

Untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja, pengukuran dilakukan dengan


memperkirakan posisi telinga pekerja. Noise Dose Meter diarahkan ke mesin
yang menimbulkan kebisingan dan diletakkan pada posisi yang mewakili tempat
para pekerja bekerja. Noise Dose Meter dioperasikan selama ± 10 menit, kemu-
dian dicatat hasilnya.

4.2 Kebisingan di Lingkungan Pemukiman

Untuk pengukuran kebisingan di lingkungan pemukiman penduduk, Noise Dose


Meter diarahkan ke jalan dan pemukiman penduduk. Pengukuran sebaiknya dila-
kukan selama 24 jam, sehingga benar-benar mencerminkan keadaan lingkungan
pemukiman yang sebenarnya. Kebisingan selama 24 jam (LSM ) diperoleh de-
ngan cara melakukan pengukuran di siang hari (LS ) selama 16 jam pada pukul
06.00-22.00, dan di malam hari (LM ) selama 8 jam pada pukul 22.00-06.00. Pada
setiap interval waktu di siang dan malam hari, pengukuran dilakukan selama ±10
menit. Interval waktu pengukuran tersebut terdiri atas:
1. L1 mewakili jam 06.00 – 09.00

12 4 PROSEDUR PENGUKURAN 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

2. L2 mewakili jam 09.00 – 14.00


3. L3 mewakili jam 14.00 – 17.00
4. L4 mewakili jam 17.00 – 22.00
5. L5 mewakili jam 22.00 – 24.00
6. L6 mewakili jam 24.00 – 03.00
7. L7 mewakili jam 03.00 – 06.00
Intensitas kebisingan selama 24 jam (LSM ) diperoleh dari rumus-rumus beri-
kut:
 
1 0,1L1 0,1L2 0,1L3 0,1L4

LS = 10 log T1 · 10 + T2 · 10 + T3 · 10 + T4 · 10 , (1)
16
 
1 0,1L5 0,1L6 0,1L7

LM = 10 log T5 · 10 + T6 · 10 + T7 · 10 , (2)
8
 
1 0,1LS 0,1LM

LSM = 10 log 16 · 10 + 8 · 10 , (3)
24

dengan:
Tn : lamanya pengambilan data pada interval ke-n [n = 1, 2, . . . , 7] (jam)
Ln : intensitas kebisingan pada interval waktu ke-n [n = 1, 2, . . . , 7] (db(A))
LS : intensitas kebisingan di siang hari (db(A))
LM : intensitas kebisingan di malam hari (db(A))
LSM : intensitas kebisingan selama 24 jam (db(A))

4.3 Kebisingan di Tempat Kerja

Dari pengukuran selama ± 10 menit di lokasi tempat kerja, diperoleh intensitas


kebisingan sebesar 82,1 dB(A). Jika dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas
pada KEP-51/MEN/1999, maka intensitas kebisingan di lingkungan kerja ini ma-
sih lebih kecil dari NAB kebisingan untuk 8 jam pemajanan.

20 September 2020 4 PROSEDUR PENGUKURAN 13


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

4.4 Kebisingan di Lingkungan Pemukiman

Karena keterbatasan waktu, maka pengukuran pada praktikum kali ini hanya da-
pat diperoleh nilai L3 . Untuk dapat diketahui tingkat kebisingan di pemukiman
tersebut dengan tepat, maka dilakukan asumsi nilai intensitas kebisingan untuk
interval waktu lainnya. Berikut adalah rekap intensitas kebisingan dari setiap
interval waktu:

1. L1 = 69, 0 dB(A)
2. L2 = 71, 7 dB(A)
3. L3 = 73, 0 dB(A)
4. L4 = 69, 5 dB(A)
5. L5 = 67, 1 dB(A)
6. L6 = 32, 0 dB(A)
7. L7 = 38, 2 dB(A)

Dengan T1 = T2 = T3 = T4 = 10 menit, maka berikut adalah perhitungan untuk


memperoleh intensitas kebisingan pada siang hari (LS ):
 
1 0,1L1 0,1L2 0,1L3 0,1L4

LS = 10 log T1 · 10 + T2 · 10 + T3 · 10 + T4 · 10 ,
16
  
1 1 0,1×69 1 0,1×71,7 1 0,1×73 1 0,1×69,5
LS = 10 log · 10 + · 10 + · 10 + · 10 ,
16 6 6 6 6
 
1
LS = 10 log · 8599916, 46 ,
16
LS = 10 log (537494, 779) ,

LS = 57, 304 dB(A). (4)

Dengan T5 = T6 = T7 = 10 menit, maka berikut adalah perhitungan untuk mem-

14 4 PROSEDUR PENGUKURAN 20 September 2020


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

peroleh intensitas kebisingan pada malam hari (LM ):


 
1 0,1L5 0,1L6 0,1L7

LM = 10 log T5 · 10 + T6 · 10 + T7 · 10 ,
8
  
1 1 0,1×67,1 1 0,1×32 1 0,1×38,2
LM = 10 log · 10 + · 10 + · 10 ,
8 6 6 6
 
1
LM = 10 log × 856134, 278 ,
8
LM = 10 log (107016, 785) ,

LM = 50, 294 dB(A). (5)

Maka, berikut adalah perhitungan untuk memperoleh intensitas kebisingan di


pemukiman tersebut selama 24 jam (LSM ):
 
1 0,1LS 0,1LM

LSM = 10 log 16 · 10 + 8 · 10 ,
24
  
1 0,1×57,304 0,1×50,294
LSM = 10 log 16 · 10 + 8 · 10 ,
24
 
1
LSM = 10 log × 9456458, 356 ,
24
LSM = 10 log (394019, 098) ,

LSM = 55, 955 dB(A). (6)

Bila akan digunakan untuk membandingkan Baku Tingkat Kebisingan ma-


ka hasil intensitas kebisingan selama 24 jam yang diperoleh ditambah dengan 3
dB(A). Kawasan yang diukur tingkat kebisingannya termasuk dalam kategori ka-
wasan Pemukiman dan Perumahan pada KEP-48/MENLH/1996. Jika intensitas
kebisingan yang terukur, yaitu sebesar 58,955 dB(A), dibandingkan dengan Baku
Tingkat Kebisingan tersebut, yaitu sebesar 55 dB(A), maka tingkat kebisingan di
kawasan sekitar Balai Hiperkes masih dalam batas aman, karena masih berada di

20 September 2020 4 PROSEDUR PENGUKURAN 15


P ENGUKURAN K EBISINGAN
Zaenal Abidin

bawah Baku Tingkat Kebisingan.

16 4 PROSEDUR PENGUKURAN 20 September 2020


20 September 2020

Zaenal Abidin
P ENGUKURAN K EBISINGAN
Hazard Identification, Risk Assessment and Determining Control (HIRADC)
Akibat Pemeringkatan
Tahapan Pengendalian Risiko
Potensi Kecelakaan Risiko Pengendalian
No. Pokok yang Sudah
Bahaya dan/atau Konsekuensi Tambahan
Keg. Dilakukan Peluang Skala Peringkat
PAK K1 K2 K3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HIRADC
17
18

Akibat Pemeringkatan
Tahapan Pengendalian Risiko
Potensi Kecelakaan Risiko Pengendalian
No. Pokok yang Sudah
Bahaya dan/atau Konsekuensi Tambahan
Keg. Dilakukan Peluang Skala Peringkat
PAK K1 K2 K3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
HIRADC

P ENGUKURAN K EBISINGAN
View publication stats

Zaenal Abidin
20 September 2020

Anda mungkin juga menyukai