Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Masykur Amin

NIM : 10020121057

Prodi : Ilmu Politik 5(B)

AGENDA SETTING, PROPAGANDA DAN PENCITRAAN

Agenda setting adalah teori dalam ilmu komunikasi dan jurnalisme yang menyatakan bahwa
media massa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perhatian publik dengan cara mereka
memilih dan menyoroti topik-topik tertentu dalam berita. Teori ini pertama kali diusulkan oleh
Maxwell McCombs dan Donald Shaw pada tahun 1968 dalam penelitian mereka tentang
pemilihan berita dalam kampanye pemilihan umum di Amerika Serikat. Inti dari agenda setting
adalah bahwa media massa tidak hanya memberikan informasi tentang suatu topik, tetapi juga
membantu menentukan topik apa yang menjadi fokus perhatian publik. Dengan kata lain, media
massa tidak hanya memberi tahu orang tentang apa yang terjadi, tetapi juga membantu
menentukan apa yang penting atau relevan. Ada dua jenis agenda setting yang sering dibahas:

a. Agenda Setting Media (Media Agenda Setting) pada kemampuan media massa untuk
memilih dan menyoroti topik berita tertentu, yang kemudian menjadi topik
perbincangan atau perhatian utama di antara masyarakat.
b. Agenda Setting Publik (Public Agenda Setting) pada proses di mana media massa
mempengaruhi topik apa yang dianggap penting oleh masyarakat atau audiens mereka.
Dengan kata lain, media membantu membentuk agenda publik dengan memilih berita-
berita tertentu.

Agenda setting dapat memengaruhi cara orang melihat dunia, memprioritaskan isu-isu
tertentu, dan bahkan memengaruhi pendapat dan sikap mereka terhadap topik-topik tersebut.
Oleh karena itu, agenda setting merupakan konsep penting dalam memahami peran media
massa dalam membentuk opini publik dan membentuk agenda politik.

Teori Agenda Setting merupakan salah satu teori komunikasi yang berfokus pada peran
media massa dalam membentuk agenda publik. Menurut Bernard C. Cohen, teori ini
menggambarkan media massa sebagai penentu penting dalam menentukan apa yang menjadi
perhatian dan kesadaran masyarakat. Media massa memiliki kemampuan untuk memilih dan
menyoroti topik-topik berita tertentu, sehingga mereka dapat mengarahkan perhatian publik
pada isu-isu yang dianggap penting oleh media. Dengan cara ini, media massa dapat
memengaruhi apa yang orang pikirkan dan bicarakan, membentuk agenda publik, dan
membantu menentukan isu-isu yang dianggap signifikan dalam masyarakat.

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss juga menyumbangkan perspektif penting terkait
dengan teori Agenda Setting. Mereka menyoroti peran media sebagai penjaga gerbang
informasi. Dalam hal ini, media memiliki kendali atas apa yang disampaikan kepada
masyarakat dan bagaimana caranya. Mereka dapat memilih apa yang akan dilaporkan dan
bagaimana itu akan disajikan. Dengan memiliki kendali atas proses ini, media bisa
mempengaruhi persepsi publik terhadap berbagai isu, mengarahkan fokus perhatian, dan
memengaruhi cara orang berpikir tentang topik tertentu.

Dengan demikian, teori Agenda Setting menggarisbawahi peran sentral media massa dalam
membentuk pemahaman dan prioritas isu-isu dalam masyarakat dengan memanipulasi
perhatian, kesadaran, dan agenda publik melalui seleksi, pemilihan, dan penyajian berita. Teori
ini mempertegas bahwa media tidak hanya memberi tahu apa yang terjadi, tetapi juga berperan
dalam membentuk apa yang dianggap penting oleh masyarakat.

Asumsi dasar dalam teori Agenda Setting mengungkapkan bahwa media massa memiliki
kekuatan untuk membentuk persepsi masyarakat terhadap isu-isu tertentu. Asumsi pertama,
bahwa pers dan media massa tidak sekadar mencerminkan kenyataan, melainkan mereka
melakukan penyaringan dan pembentukan isu-isu. Ini berarti bahwa media tidak hanya
memberikan informasi objektif tentang peristiwa, tetapi juga memilih dan
menginterpretasikannya, memengaruhi bagaimana isu-isu tersebut dipresentasikan kepada
masyarakat. Asumsi kedua, media massa tidak hanya memberi masyarakat berita, tetapi mereka
juga memberi penekanan lebih pada beberapa isu daripada yang lain. Ini memberi kesempatan
bagi masyarakat untuk menilai isu-isu mana yang dianggap lebih penting dan relevan dalam
kehidupan mereka.

Propagand, di sisi lain adalah suatu bentuk aktivitas komunikasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi psikologi khalayak dengan tujuan menciptakan pengaruh persuasif. Propaganda
dapat digunakan untuk menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam suatu isu atau agenda
tertentu. Peran penting dalam propaganda adalah proses penyebaran pesan, yang sering
melibatkan penggunaan media massa. Media massa, dengan jangkauan dan pengaruhnya yang
luas, dapat menjadi alat utama dalam menyebarkan pesan propaganda kepada audiens yang
lebih besar.
Pesan propaganda ini sering dirancang secara strategis untuk mempengaruhi pendapat,
sikap, atau tindakan masyarakat sesuai dengan agenda yang ingin dikejar oleh pihak yang
melakukan propaganda.Dalam praktiknya, agenda setting dan propaganda sering terkait erat.
Media massa, dengan kemampuannya untuk menentukan agenda dan menyebarkan pesan, dapat
digunakan sebagai alat untuk menyebarkan propaganda. Dengan demikian, media massa
memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pemahaman dan pandangan masyarakat
terhadap isu-isu penting dan dalam mempengaruhi partisipasi mereka dalam agenda tertentu.

Teknik Propaganda:

1. Calling: Teknik ini melibatkan penggunaan panggilan emosional atau slogan yang kuat
untuk mempengaruhi emosi atau opini publik.
2. Glittering Generality: Melibatkan penggunaan kata-kata atau frasa positif yang bersifat
umum untuk menciptakan kesan positif tentang suatu konsep atau ide.
3. Transfer: Transfer mengaitkan produk atau ide dengan simbol-simbol yang disukai atau
diterima oleh khalayak.
4. Testimonials: Teknik ini melibatkan penggunaan dukungan dari tokoh terkenal atau
figur otoritatif untuk mendukung suatu ide atau produk.

Jenis-Jenis Propaganda:

1. Propaganda Politik: Digunakan untuk memengaruhi opini publik dalam konteks politik.
2. Propaganda Sosial: Bertujuan untuk memengaruhi perilaku atau pandangan masyarakat
terkait dengan isu-isu sosial.
3. Propaganda Agitasi: Dirancang untuk memicu emosi dan kegelisahan dalam
Masyarakat.
4. Propaganda Integrative: Mencoba menyatukan berbagai kelompok dalam masyarakat.
5. Propaganda Ratio: Melibatkan penggunaan argumen berdasarkan logika dan fakta.

Propaganda Menurut Sumbernya:

1. Propaganda Tertutup: Identitas pengirimnya dirahasiakan.


2. Propaganda Terbuka: Identitas pengirimnya jelas dan terbuka.
3. Propaganda Tertunda: Pesan atau propaganda disimpan dan kemudian dikeluarkan di
waktu yang sesuai.

Propaganda Menurut Metodenya:


1. Propaganda Coercive:Menggunakan tekanan dan ancaman untuk mempengaruhi
pendapat atau tindakan.
2. Propaganda Persuasive: Menggunakan argumentasi logis dan pendekatan persuasif
untuk memengaruhi pendapat.

Propaganda Menurut Sistem:

1. Symbolic Interaction: Melibatkan simbol-simbol dan pesan untuk memengaruhi


individu atau masyarakat.
2. Propaganda by the Deed: Tindakan nyata yang digunakan untuk mempengaruhi
masyarakat.

Propaganda Menurut Sifat:

1. White Propaganda: Propaganda yang jelas dan terbuka, biasanya dari pihak yang
mengeluarkannya.
2. Black Propaganda: Propaganda yang rahasia dan seringkali disusupi oleh pihak yang
ingin menyembunyikan identitas mereka.
3. Grey Propaganda: Propaganda yang tidak sepenuhnya transparan tetapi juga tidak
sepenuhnya rahasia.
4. Rational Propaganda: Menggunakan argumen dan fakta untuk memengaruhi pendapat.

Menurut Jenis Kegiatan:

1. Propaganda Dagang: Digunakan dalam konteks bisnis dan pemasaran.


2. Propaganda Politik: Digunakan dalam politik dan kampanye.
3. Propaganda Perang: Digunakan dalam konteks perang dan konflik.
4. Propaganda Budaya:Bertujuan untuk mempengaruhi budaya atau nilai-nilai sosial.
5. Propaganda Agama: Digunakan dalam konteks agama untuk memengaruhi kepercayaan
dan praktik keagamaan.

Teori Propaganda:

1. Teori Propaganda Harold Lasswell: Lasswell mengeksplorasi peran media dalam


mempengaruhi perilaku manusia melalui propaganda.
2. Teori Propaganda Walter Lippmann: Lippmann membahas konsep "stereotip" dalam
media dan dampaknya pada opini publik.
3. Teori Propaganda John Dewey: Dewey mendiskusikan bagaimana pendidikan dan
partisipasi publik dapat melawan propaganda.
4. Teori Propaganda Modern : Mencakup berbagai kerangka kerja yang digunakan untuk
memahami propagandas masa kini dan dampaknya dalam era digital dan media sosial.

Propaganda memiliki peran yang penting dalam memahami pengaruh media massa, politik,
sosial, dan budaya dalam masyarakat. Pencitraan dalam konteks politik adalah suatu proses di
mana calon pemimpin politik atau figur politik berusaha membentuk citra mental yang positif di
benak masyarakat atau pemilih. Citra politik ini sering kali digunakan sebagai alat untuk
menghubungkan masyarakat dengan para wakilnya atau calon pemimpin. Berikut adalah
beberapa poin terkait dengan citra politik dan politik pencitraan:

1. Citra Seorang Calon Pemimpin Politik: Citra politik adalah identitas yang dibentuk dan
diproyeksikan oleh seorang calon pemimpin politik atau tokoh politik kepada
masyarakat. Citra ini dapat mencakup karakteristik kepemimpinan, komitmen terhadap
isu-isu tertentu, dan citra pribadi.
2. Pencitraan yang Persuasif: Proses pencitraan dalam politik sering kali dilakukan dengan
cara yang persuasif. Ini termasuk penggunaan pesan-pesan yang dapat memengaruhi
pemilih dan menjangkau masalah-masalah atau kebutuhan yang dianggap penting oleh
masyarakat.
3. Pengaruh Citra Politik: Citra politik memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan sukses kampanye dan perjalanan politik. Citra yang baik dapat
meningkatkan dukungan masyarakat, sementara citra yang buruk dapat merugikan
kemungkinan terpilihnya seorang kandidat.

Teori Pencitraan adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami bagaimana proses
pencitraan dalam politik berfungsi. Beberapa teori yang terkait dengan pencitraan politik antara
lain:

1. Teori Citra: Teori ini berkaitan dengan bagaimana citra seorang pemimpin politik
dibentuk dan diproyeksikan kepada masyarakat, termasuk pengaruhnya terhadap
pemilihan.
2. Teori Perbaikan Citra: Teori ini berfokus pada upaya untuk memperbaiki citra seorang
pemimpin politik yang mungkin telah rusak atau negatif.
3. Teori Dramaturgi: Teori ini membandingkan pencitraan politik dengan sebuah
pertunjukan panggung, di mana pemimpin politik memainkan peran tertentu di hadapan
masyarakat.
4. Teori Kumpulan Tindakan: Teori ini menganggap pencitraan sebagai serangkaian
tindakan yang diambil oleh pemimpin politik untuk memengaruhi pandangan
masyarakat.
5. Teori Logika Pesan: Teori ini memeriksa bagaimana pesan-pesan dalam pencitraan
politik dirancang untuk mencapai efek tertentu pada pemilih.
6. Teori Ekologi Media: Teori ini melihat bagaimana media massa dan lingkungan
informasi memengaruhi pencitraan politik.

Dalam politik modern, pencitraan adalah aspek penting dalam mengkomunikasikan pesan
dan memenangkan dukungan masyarakat. Pemahaman tentang berbagai teori pencitraan dapat
membantu dalam memahami cara citra politik dibentuk dan memengaruhi pemilihan dan opini
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai