Pemateri : Al Ustadz Dr. Akhmad Affandi Mahfudz M. Ec, CPIF REKAYASA AKAD DAN KOMBINASI AKAD Write Up by Masterman Konsep rekayasa akad dan kombinasi akad dalam ekonomi Islam adalah bagian integral dari perjanjian yang kompleks dan beragam yang terjadi dalam sistem keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Seiring perkembangan ekonomi dan finansial, beberapa jenis perjanjian baru dan struktur transaksi telah muncul yang menggabungkan berbagai akad, menciptakan apa yang dikenal sebagai kontrak hibrida. Beberapa konsep dan praktik yang relevan dalam konteks ini antara lain: 1) Hybrid contract, atau kontrak hibrida, adalah jenis kontrak yang menggabungkan unsur-unsur dari berbagai jenis akad atau perjanjian dalam ekonomi Islam. Kontrak ini dapat mencakup lebih dari satu jenis transaksi dalam satu perjanjian, sehingga menciptakan kompleksitas dalam struktur dan pelaksanaannya, 2) al-‘Uqud al-Murakkabah adalah istilah yang mengacu pada kontrak-kontrak kompleks yang terdiri dari beberapa komponen atau akad yang berbeda. Contohnya adalah kontrak ijarah wa iqtinâ‘, di mana ada unsur sewa (ijarah) dan kepemilikan sementara (iqtinâ‘) yang digabungkan dalam satu perjanjian, 3) Safqah fî Safqatayn adalah jenis transaksi jual beli yang melibatkan dua komoditas dengan jenis yang sama, tetapi dengan bobot atau berat yang berbeda. Misalnya, seseorang dapat menjual atau membeli dua ukuran berbeda dari beras dalam satu transaksi, 4) Bay‘ah fî Bay‘atayn adalah perjanjian jual beli yang melibatkan dua komoditas dengan jenis yang sama dan berat yang sama, tetapi dengan harga yang berbeda. Ini dapat terjadi, misalnya, dalam konteks jual beli emas atau perak dengan harga yang bervariasi, 5) Bay‘ wa Salaf atau Bay‘ wa Qard adalah transaksi kombinasi yang melibatkan jual beli (bay‘) dan pemberian pinjaman (salaf atau qard) dalam satu perjanjian. Dalam transaksi ini, pihak yang meminjam uang juga menjual aset kepada pemberi pinjaman dengan perjanjian untuk membelinya kembali dengan harga yang telah ditentukan, 6) Bay‘ah fî Thamanayn adalah transaksi jual beli yang melibatkan dua jenis komoditas dengan berat yang sama, tetapi dengan harga yang berbeda. Ini bisa terjadi dalam situasi di mana salah satu komoditas memiliki nilai tambahan yang menguntungkan salah satu pihak dalam transaksi. Salah satu kritik terhadap penggunaan kontrak hibrida (al-‘Uqud al-Murakkabah) dalam kasus masa kini adalah kompleksitasnya yang dapat menyulitkan pemahaman dan pengawasan oleh para pemangku kepentingan. Dalam beberapa transaksi, kontrak semacam ini dapat digunakan untuk menghindari larangan atau pembatasan tertentu dalam hukum Islam dengan cara yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan keadilan. Oleh karena itu, perlu ada regulasi yang ketat dan pengawasan yang cermat terhadap kontrak hibrida untuk memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan praktek yang etis.