Anda di halaman 1dari 3

Nama : Arroyo Tita Angraini

NIM : 2193111035

Kelas : Reguler C 2019

Matkul : P. Lintas Budaya

Diplomasi Indonesia-Jepang Lewat Bahasa

Sejarah hadirnya bahasa Indonesia di jepang sudah dimulai sejak tahun 1700-an saat
Magotaro, seorang Jepang yang berdagang ke daerah Filipina dan berakhir menjadi budak
seorang saudagar kaya yang berasal dari Banjarmasin. Ketika akhirnya Magotaro pulang ke
Nagasaki, Magotaro mulai menuliskan kosakata-kosakata bahasa indonesia yang
diketahuinya. Bisa dibilang bahwa Magotaro merupakan orang pertama yang membawa
bahasa Indonesia ke Jepang. Namun untuk penyebaran secara keseluruhan, sekolah bahasa
Indonesia yang pertama kali di Jepang baru berdiri sekitar tahun 1900-an.

Salah satu upaya pengajaran bahasa Indonesia di Jepang adalah dengan dibuatnya Kursus
Orientasi Indonesia (KOI), yang kenyataannya cukup menarik minat banyak orang Jepang
karena pengantarnya menggunakan bahasa jepang. Lalu ada juga Himpunan Penelitian
Indonesia Seluruh Jepang, yang sudah dimulai sejak 51 tahun silam oleh dosen-dosen bahasa
Indonesia. Tidak hanya itu, ada juga satu organisasi perkumpulan para pengajar BIPA di
Jepang yang dinamakan APP BIPA (Afiliasi Pengajaran Penggiat Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing) yang didirikan sejak tahun 2017.

Perkumpulan-perkumpulan ini selalu mencari cara dalam meningkatkan progres pengajaran


BIPA. APP BIPA belakangan ini rutin mengadakan acara tahunan yakni, sema tahunan
(semta). Adapun kegiatannya meliputi seminar, lokakari atau sanggar kerja. Pada bagian ini
seluruh anggota APP BIPA, mencari metodologi terbaik dalam memperkenalkan bahasa
indonesia.

Selain KOI dan APP BIPA, para pengajar bipa di Jepang juga sudah mendirikan Indonesia
Club. Bentuk dari Indonesia Club adalah seperti kebanyakan kelompok bincang-bincang pada
umumnya. Cara pengajarannya diusahakan tidak terlalu formal supaya para pembelajarnya
lebih rileks dan santai dalam menangkap materi. Konsepnya seperti berkumpul di kedai kopi
lalu berbincang-bincang antara satu sama lain. Kemudian pengunjung nanti akan dibagi
menjadi beberapa kelompok, untuk memudahkan orang Jepang dalam belajar bahasa
Indonesia.

Tingkat antusias orang Jepang dalam ,mempelajari bahasa Indonesia juga bisa dikatakan
sangat tinggi. Ada sekitar 60-70 universitas Jepang yang mengajarkan bahasa Indonesia.
Kemudian beberapa universitas juga telah menawarkan prodi bahasa Indonesia untuk
mahasiswanya. Diantaranya adalah; Tokyo University of Foreign Studies, Kanada University
of Internasional Studies, Osaka University, Kyoto Sangye University, dan Setsunan
University. Kemudian ada juga sekolah kejuruan Jepang yang memberikan program belajar
bahasa Indonesia dalam kurun waktu dua tahun. Selain itu beberapa SMA di Jepang juga
sudah ada yang mengajarkan bahasa Indonesia. Ketika ditanya apa alasan kepala sekolah
mempertimbangkan program bahasa Indonesia untuk diajarkan di sekolah tersebut, mereka
menjawab dengan optimis bahwa di masa depan Indonesia pasti akan menjadi negara yang
besar. Untuk itu mereka telah mempersiapkan sedari dini, bekal untuk mampu menjalin
kerjasama yang baik dengan Indonesia. Salah satu bentuknya adalah dengan mempelajari
bahasa Indonesia.

Hingga 2017, ada sekitar 696 pembelajar bahasa indonesia yang ada di jepang. Namun saat
ini angka pembelajar itu setidaknya sudah meningkat hingga kurang lebih 2000 orang.
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pengajaran bahasa indonesia di jepang
adalah dengan mengadakan lomba pidato, pengenalan budaya Indonesia melalui kegiatan
kesenian, hingga pertukaran siswa.

Dibalik kesuksesan pengajaran BIPA di Jepang, tentunya tidak akan selamanya terlepas dari
kendala. Beberapa kendala yang dihadapi oleh pengajar BIPA di jepang adalah seperti
tertundanya program-program pengajaran BIPA dikarenakan pandemi covid 19 serta
terganjal masalah kultur budaya yang hampir timpang. Nyatanya orang Jepang merupakan
orang yang sangat pemalu, sehingga metode pengajaran bahasa yang paling efektif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka atau langsung. Selain itu bahan ajar yang
belum disesuaikan dengan karakteristik pembelajar, belum ada kurikulum pembelajaran yang
cocok, serta belum adanya sarana untuk pengajaran BIPA secara khusus yang kondusif
adalah beberapa problema yang menjadi kendala para pengajar BIPA di Jepang.

Melalui ulasan diatas, saya yakin bahwa penyebaran bahasa Indonesia kedepan ini akan lebih
terbuka. Inilah saat yang tepat bagi masyarakat Indonesia untuk menunjukkan bahwa bahasa
Indonesia dapat bersaing dengan bahasa-bahasa asing lainnya. Dengan semangat yang tinggi,
hendaklah kita semakin mampu meningkatkan kualitas pengajaran BIPA agar lebih baik lagi.
Belajar dari kendala yang dihadapi oleh pengajar BIPA di Jepang, Indonesia harus lebih
memberikan perhatian bagi kelangsungan pengajaran BIPA di luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai