Anda di halaman 1dari 27

HUKUM MELAKSANAKAN QURBAN KE ATAS MAYIT

TANPA WASIAT MENURUT IMAM NAWAWI DAN IBNU


TAIMIYAH
Shahrul Azwan bin James@Mohd Zulazmi
103180013
Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Jl. Lintas jambi-muaro bulian km. 16 simpang sungai duren kab. Muaro jambi
36363
kuriiazwan@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: Hukum Melakukan Qurban ke atas Mayit Tanpa Wasiat
Menurut Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah. Kita tahu bahwa berkurban merupakan
salah satu ibadah umat Islam terutama yang mempunyai kelebihan harta dan
memanfaatkan hartanya bukan sahaja untuk ibadah di dunia tetapi untuk bekalnya
di akhiratnya sebagai rasa syukur ke atas nikmat pemberian dari Allah. Sehingga
harta yang diberikan akan tetap terpelihara di jalan Allah dan maqasyid syari’ah
dengan tujuan hifdzul mal akan dapat terwujud. Imam Nawawi berpendapat bila
seseorang berkurban untuk orang yang telah meninggal, yang dilakukan oleh ahli
waris atau keluarganya, sewaktu hidup si mayit harus berwasiat terlebih dahulu
kepada ahli warisnya, barulah pelaksanaan kurban atas nama yang telah meninggal
dapat dilaksanakan. Sebaliknya bila seseorang yang telah meninggal tidak
berwasiat dalam ibadah kurban, tidak boleh berkurban atas nama yang telah
meninggal. Akan tetapi berbeda pendapat dengan Ibnu Taimiyah yang
membolehkan berkurban atas nama orang yang telah meninggal tanpa wasiat
sebelumnya. Setelah dilakukan munaqasyah al-adillah dari dua pendapat tersebut,
maka penulis memilih pendapat yang rajih kepada pendapat Ibnu Taimiyah.

Kata Kunci : Qurban, Mayit, Ibnu Taimiyah, Imam Nawawi

1
A. Pendahuluan
Kurban berasal dari kata Al Udhhiyah memberikan kepadamu nikmat yang
yang berarti.1 banyak. Maka dirikanlah shalat
Muhammad Khatib Al-Syarbaini karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
menjelaskan tentang pengertian Sesungguhnya orang- orang yang
kurban yaitu: membenci kamu Dialah yang
‫اال ضحية و هي مايزبح من النعم‬ terputus.” (Q.S. Al-kautsar: 1-3).

‫تقربا الي هللا تعال من يوم العيد‬ Menyembelih hewan kurban


32
‫الى لخر أيام التشريك‬ hukumnya sunnah muakkad, makruh
Artinya: “Kurban ialah menyembelih ditinggalkan jika mampu
binatang ternak dengan tujuan untuk berdasarkan hadits Anas yang
mendekatkan diri kepada Allah pada diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
hari raya ‘Id sampai hari Tasyrik” Nabi SAW menyembelih dua ekor
kambing kibas berwarna kelabu dan
Adapun menurut Imam An-Nawawi bertanduk, Beliau menyembelih
kurban adalah nama untuk suatu sendiri kedua kambing itu, beliau
perbuatan yaitu menyembelih unta, menyebut nama Allah dan
sapidan domba di siang hari pada bertakbir.5
hari tasyrik sebagai sarana untuk Hari raya kurban dan hari-hari
mendekatkan diri kepada Allah.” Tasyrik mensyariatkan adanya
Sedangkan, menurut Ibnu At- kewajiban bermasyarakat bagi setiap
Taimiyah kurban yaitu sesuatu yang muslim sebagai realisasi
lebih baik dari sedekah, maka jika ia kebersamaan dalam Ukhuwah
memiliki harta hendaklah dahulukan Islamiyah. Pada hari sesogyanya
yang lebih afdol yang demikian itu setiaap muslim berupaya untuk
jalan mendekatkan diri kepada berkurban sesuai dengan
Allah”4 kemampuannya. Ibadah kurban juga
Oleh karena itu, islam sangat merupakan Pendidikan keikhlasan
menganjurkan kepada umatnya dalam beramal kepadaAllah, dan juga
untuk berkurban. Sebagaimana Allah ikhlas memberikan Sebagian
SWT mensyariatkan penyembelihan kurbannya pada orang lain. Selain itu,
hewan kurban melalui firmanNya: dengan berkurban telah
memanfaattkan rezeki yang diberikan
Allah untuk bekal pada hari akhirat.
Artinya: “Sesungguhnya kami telah Pada dasarnya kurban adalah satu

1 A.W. Munawwir, Kamus al- Ma’rifah Ma’ani Al faz Al-Minhaj


Munawwir (Surabaya: Pustaka (Beirut:Darul Fikr, 2009), juz 4, h. 355.
Progresif, 1997), cet. 14, h. 1102. 4 Syaikh al-Islam Ibnu
2 Muhammad Khatib Al- Taimiyah, Majmu’ al-Fatawa (Jakarta:
Syarbaini, Mughni Al-Muhtaj ila Pustaka Azzam, 1996), Juz. 26, h.161.
5
Ma’rifah Ma’ani Al faz Al-Minhaj Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, h.
(Beirut: Darul Fikr, 2009), juz 4, h. 355. 142.
3 Muhammad Khatib Al-

Syarbaini, Mughni Al-Muhtaj ila

1
yang ditujukan kepada kaum bahwa itu dilarang karena qurban
muslimin yang mukallaf, yaitu orang adalah bentuk ibadah yang hukum
yang memenuhi persyaratan untuk dasarnya melarang kinerjanya oleh
dibebani oleh suatu perintah syariah orang lain tanpa alasan. Rincian
seperti berakal, baligh, tidak dalam berikut dapat ditemukan di kitab
keadaan tidur, lupa atau mabuk serta Hukum Qurban ke atas mayit
memiliki kesanggupan finansial. tanpa wasiat menurut Imam Nawawi
Orang yang sudah meninggal dan Ibnu Taimiyah berkaitan dengan
adalah orang yang terlepas dari masalah hukum Islam tentang
persyaratan- persyaratan di atas, pelaksanaan ibadah qurban untuk
berarti jelas dia tidaklah termasuk seseorang yang telah meninggal dunia
orang mukallaf. Dalam kondisi tanpa meninggalkan wasiat apapun
normal, orang hidup dikenal taklif mengenai hal tersebut.
(beban) dalam melakukan ibadah Imam Nawawi dalam kitabnya
kepada Allah SWT termasuk "Al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab"
berkurban. Sehingga dirinya lebih menyatakan bahwa qurban mayit
diutamakan daripada orang yang tanpa wasiat hukumnya boleh
sudah meninggal, kecuali jika orang dilakukan oleh keluarga atau kerabat
yang sudah meninggal itu telah dekat si mayit sebagai bentuk amal
bernazar atau berwasiat untuk jariyah atau amal yang terus mengalir
melakukan kurban sebelum ia manfaatnya bagi si mayit di akhirat.
meninggal. Dalam kondisi yang Namun, jika si mayit meninggalkan
kedua ini ahli waris wajib wasiat untuk tidak melakukan qurban,
menunaikan kurban ke atas mayit maka wasiat tersebut harus dihormati
tersebut. dan tidak boleh dilanggar.
Di satu sisi, umat Islam Sementara itu, Ibnu Taimiyah
mendorong orang-orang yang kuat, dalam kitabnya "Majmu al-Fatawa"
cekap, dan pintar untuk membunuh mengemukakan bahwa qurban mayit
qurban. Oleh karena itu, bila salah tanpa wasiat hukumnya makruh atau
satu anggota keluarga sudah tidak dianjurkan dilakukan. Menurut
melakukan kurban, maka qurbannya Ibnu Taimiyah, qurban seharusnya
cukup untuk seluruh keluarga, dan dilakukan oleh orang yang masih
keluarga lainnya tidak wajib hidup, dan pahalanya dapat
mengikuti sunnah. Selain itu, jika disedekahkan untuk si mayit.
hukum qurban telah ditetapkan Namun, Ibnu Taimiyah juga
(muayyanah) atau diharuskan, itu menegaskan bahwa dalam masalah
menjadi wajib. Isi dalam kitab ini tidak ada keharusan atau larangan
Fathul Qarib didukung oleh yang tegas dalam syariat Islam,
penjelasan ini. Apa hukum sehingga hal ini dapat dipandang
berqurban bagi orang yang telah sebagai masalah khilafiyah atau
meninggal? Contohnya, anak muda perbedaan pendapat di antara para
hendak berkorban sementara orang ulama.
tuanya terdesak waktu. Para Dalam hal ini, baik Imam
akademisi memiliki berbagai sudut Nawawi maupun Ibnu Taimiyah
pandang (khilaf). Mayoritas sepakat bahwa dalam memahami
ulamaSyafi'iyyah berpendapat hukum qurban ke atas mayit tanpa

2
wasiat, penting untuk memperhatikan
prinsip-prinsip maqasid syariah dan
tujuan-tujuan syariat Islam secara
keseluruhan, sehingga dapat diambil
keputusan yang lebih tepat dan sesuai
dengan spirit syariat Islam.
Hal ini mengilhami penulis
untuk melakukan kajian dan mengkaji
bagaimana qurban bagi orang yang
telah meninggal sebenarnya
dipraktekkan. Semua itu hendak
penulis uraikan secara tuntas pada
sebuah karya ilmiah berupa Penelitian
dengan judul “Hukum
Melaksanakan Kurban ke atas
Mayit Tanpa Wasiat Menurut
Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah.

3
1
Metode Penelitian
Metode kajian ialah sebuah kajian jauh penetapan dasar-dasar tersebut,
meneliti aturan sebuah metode, maka maka akan dijelaskan secara rinci
ketika menyusun Penelitian ini sebagai berikut.
penulis memakai metode seperti a. Berdasarkan Dalil Al-Qur'an
dibawah ini: Kurban diperintahkan oleh Allah
SWT. Berdasarkan firman Allah surat
1. Jenis Penelitian Al-Kautsar yang berbunyi :
‫ط ْي ٰنكَ ْالك َْوثَر‬
َ ‫اِنَّا ٓ اَ ْع‬
Sesuai dengan objek kajian tesis ini,
penelitian yang dilakukan adalah
penelitian kepustakaan (library َ‫ص ِل ِل َر ِبكَ َوا ْن َح ْر ا َِّن شَانِئَك‬ َ َ‫ف‬
research), Karena objek studi terdapat
di perpustakaan, penulis berusaha َ ْ ‫ه َُو‬
‫اْل ْبت َُر َر‬
mengumpulkan pendapat dan Artinya: “Sesungguhnya Kami telah
pemikiran Imam Nawawi dan Ibnu memberikan kepadamu nikmat
Taimiyah tentang Hukum yang banyak. Maka dirikanlah
Melaksanakan Qurban ke atas Mayit shalat karena Tuhanmu dan
Tanpa Wasiat. berkorbanlah. Sesungguhnya
orang-orang yang membenci
2. Pendekatan Penelitian kamu, dialah yang terputus”.

Pendekatan penelitian yang Dalam tafsir Ibnu Katsir


digunakan oleh penulis adalah dijelaskan bahwa Allah telah
pendekatan perbandingan memberimu kebaikan yang banyak di
(Comparative approach). Pendekatan dunia dan di akhirat. Oleh karena itu
perbandingan adalah pendekatan tulus ikhlaslah dalam menjalankan
dengan membandingkan antara satu shalat wajib dan sunatmu serta
konsep atau teori dengan konsep dan berqurbanlah hanya semata-mata
teori yang lain, antara satu aturan untuk tuhanmu, tiada sekutu baginya.
dengan satu aturan yang lain, antara Menurut Ibnu Abbas, 'Atha, mujahid,
satu pemikiran dengan pemikiran Ikrimah, dan Hasan mengatakan yang
yang lain.6 dimaksud dengan hal itu adalah
qurban fisik dan yang semisalnya.
Jelas berbeda yang berlangsung
Hasil Dan Pembahasan dikalangan orang musyrikyang sujud
Dasar disyari'atkannya kurban pada selain Allah dan menyembelih
telah jelas ditetapkan baik binatang pada selain Allah.7
berdasarkan dalil Al- Qur'an, hadist Perkataan yang paling masyhur
dan ijma'. Untuk mengetahui lebih bahwa yang dimaksud dengan kata

Penulisan Penelitian Syariah dan Hukum,


6 Tim Penyusun Pedoman hlm. 45.
Penulisan Penelitian Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Pedoman
7
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir
(Beirut: Darl al-Fikr, t,th) juz II, h. 559.

2
shalat adalah shalat 'Id dan kata al- disuatu tempat (yang
nahr adalah kurban.8 disediakan Allah), sebab itu
b. Berdasarkan Hadits senangkanlah dirimu dengan
Banyak sekali hadits-hadits berkurban. (HR. Tirmizi).9
Rasul yang menjelaskan tentang
disyari'atkannya kurban. Antara Hadits di atas menjelaskan
lain: Hadits dari Aisyah ra. bahwa amalan yang paling disukai
‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫شةَ أَ َّن َر‬ َ ِ‫عائ‬ َ ‫ع ْن‬ َ Allah pada hari Idul Adha adalah
berkurban, dengan cara
‫ي‬ ٌّ ‫ع ِم َل آدَ ِم‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل َما‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ
َ ُ‫َّللا‬ menyembelih binatang yang telah
ِ َّ ‫ع َم ٍل يَ ْو َم النَّح ِْر أَ َحبَّ إِلَى‬
‫َّللا‬ َ ‫ِم ْن‬ ditentukan untuk dikurbankan.

‫ق الد َِّم إِنَّ َها لَتَأْتِي يَ ْو َم‬


Tumpahnya darah dari qurban
ِ ‫ِم ْن إِ ْه َرا‬ tersebutmerupakan bukti taqwa
‫ارهَا‬ ِ ‫َوأَ ْش َع‬ ‫ِبقُ ُرونِ َها‬ ‫ْال ِقيَا َم ِة‬ kepada Allah. Darah kurban itu
sebelum jatuh ke bumi telah jatuh di
َّ ‫ظ ََلفِ َها َوأَ َّن الد ََّم لَيَقَ ُع ِم ْن‬
ِ‫َّللا‬ ْ َ‫َوأ‬ suatu tempat yang disediakan Allah.
‫ض‬ ِ ‫َان قَ ْب َل أَ ْن َيقَ َع ِم ْن ْاْل َ ْر‬ ٍ ‫ِب َمك‬ Artinya pahala yang diberikan Allah
kepada hambanya sangat cepat.
ً ‫فَ ِطيبُوا ِب َها نَ ْف‬
‫سا‬ Sesungguhnya pada hari kiamat
Artinya: “Menceritakan kepada nanti kurban- kurban itu akan datang
kami Abu 'Amrin dan Salim dengan tanduk, bulu dan kukunya
bin 'Amri dan ibnuMuslim al- kepada orang yang berkurban.
Hazza' al-Madani, bergembiralah kamu ketika kamu
menceritakan kepada kami berkurban. Hal ini menunjukkan
'Abdullah bin Nafi' al-Shaigh kurban itu baik untuk dilaksanakan.
Abu Muhammad, dari Abi al- c. Berdasarkan Ijma
Mutsanna, dari Hisyam bin Umat Islam telah sepakat
'Urwah, dari ayahnya, dari bahwasanya qurban telah
Aisyah ra. Bahwasanya disyari‟atkan dalam Islam dan tidak
Rasulullah SAW bersabda: ada satu dalil atau sunnah yang
Tidak ada satu amalan anak menyangkalnya.
Adam pada hari nahr (hari Kurban merupakan salah satu
raya al- Adha), yang lebih yang disyari'atkan Allah kepada
disukai oleh Allah, selain manusia mempunyai sejarah yang
menumpahkan darah tidak dapat diragukan lagi
(binatang yang dikurbankan). kebenarannya. Sejarah ini terdapat
Sesungguhnya ia pada hari dalam al-Qur'an dan sunnah Nabi
kiamat akan datang dengan Muhammad SAW. Perintah
tanduknya, bulunya dan berkurban telah ada sejak zaman
kukunya. Sesungguhnya darah Nabi Adam, diulangi kembali pada
binatang kurban itu sebelum zaman Nabi Ibrahim.
jatuh ke atas bumi, telah jatuh

8
Wahbah al-Zuhailiy, h. 594. 9 Abu Isa Muhammad Ibn
Lihat juga Sayyid Sabiq, Fiqih Al-Sunnah Saurah al-Tarmizi, Sunan al-Tirmizi
(Beirut: Darl al-Fikr,t.th), jilid III, h. 274. (Kairo: al-Maktabah al-Haditsasy-syarif,
t.th), juz 5, h. 83.

3
B. Dasar Hukum Kurban Karena kurban itu
Para ulama tidak ada yang merupakan perintah Allah
berbeda pendapat dalam bagi umat Islam untuk
pensyari'atan qurban, tetapi berbeda mengikuti sunnah Rasul.
dalam menetapkan hukum 2) Merdeka. Yaitu yang bukan
pelaksanaan kurban.10 Ada yang budak atau orang yang terikat
mengatakan bahwa kurban itu padaseseorang.
hukumnya wajib, dan sebagian yang 3) Mukallaf yaitu orang yang
mengatakanhukumnya sunat. baligh dan berakal.
Menurut mazhab Abu Hanifah Menurut mazhab Hanafiah Jika
melaksanakan kurban itu dalam keadaan musafir (bepergian
11 jauh) maka tidak ada kewajiban
hukumnya wajib. Setiap tahun bagi
orang yang menetap di daerahnya, untukberkurban.Karena Abu Bakar
dan bagi orang yang sedang musafir. dan Umar tidak berkurban bila
Yang menjadi alasan mereka adalah mereka musafir.
firman Allah dalam surat al-Kautsar
ayat 2, Ayat tersebut menjelaskan Berkata Ali tidaklah bagi
bahwa perintah berkurban itu orang musafir itu berkumpul dan
disampaikan oleh Allah SWT. Dalam tidak berqurban. Berkata Zaila‟i
bentuk sighat amr ( lafaz perintah). bahwa atsar dari hadits tersebut
Menurut kaedah ushul fiqih bahwa adalah gharib. Sedang menurut
setiap sighat amr menunjukkan pada azhab Malikiyyah; Sunnah bagi
pengertian wajib. Bila ibadah kurban orang musafir untuk berkurban
itu diwajibkan kepada nabi kecuali mereka yang sedang
Muhammad SAW. Ibadah tersebut melakukan ibadah Haji. Menurut
diwajibkan pula pada semua umatnya pandangan mazhab Syafiiyyah dan
Hanabilah kesunnahán untuk
berkurban tetap ada baik bagi orang
C. Syarat-Syarat Kurban yang mukim (tidak berpergian jauh)
Dalam berkurban ada beberapa atau musafir.
hal yang perlu diketahui, antara lain Hal ini dijelaskan dalam kitab
tentangsyarat berkurban. Di bawah ini Mughni al- Muhtaj yaitu Rasulullah
akan dijelaskan dengan terperinci. SAW berkurban di Mina dengan
a. Syarat bagi yang berkurban seekor sapi. (Riwayat dari
1) Muslim yaitu orang Islam.

10 Ibn Rusyd, Bidayah al- (terj) diterjemahkan oleh As'ad Yasin


Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid ( (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h
Indonesia: Darl al-Ihya' al-Kutub al- 492. Dalam redaksi lain dikatakan
'Arabiyah, t.th), h . 314 bahwa makna wajib itu adalah sunnah
11 Istilah wajib yang dimaksud 'ain muakkad tidak akan di azab orang
oleh Imam Hanafi adalah kedudukan yang meninggalkannya dengan api
lebih rendah dari yang fardu, dan lebih neraka, tetapi akan mendapat syafaat
tinggi dari pada sunnah. Karena Darli Rasulullah SAW pada hari kiamat,
hukumnya wajib, maka berdosalah lihat Abdurrahman Al-Jaziri, kitab fiqih
orang yang meninggalkannya, jika ia 'ala Madzahib Arba'ah (Beirut: Darlul al-
tergolong orang yang kaya. Lihat Yusuf Fikr, tt), h. 716.
Qardhawi, fatwa-fatwa kontemporer

4
Syaikhani).12
Inilah yang menjadi dasar
‫ش َع ۤا ِٕى ِر‬َ ‫َو ْالبُدْنَ َج َع ْل ٰن َها لَ ُك ْم ِم ْن‬
mereka sehingga kurban disunatkan ‫ّللا لَ ُك ْم فِ ْي َها َخيْر فَاذْ ُك ُروا‬ ِٰ
baik bagi orang yang bermukim atau ‫ف فَ ِاذَا‬ ۤ
َّ ‫ص َوا‬َ ‫علَ ْي َها‬َ ‫ّللا‬
ِ ٰ ‫اس َْم‬
pun haji.
‫ُجنُ ْوبُ َها فَ ُكلُ ْوا ِم ْن َها‬ ‫ت‬ْ َ‫َو َجب‬
4) Mampu
Semuanya hampir sepakat yang
‫َو ْال ُم ْعت ََّر‬ ‫ْالقَانِ َع‬ ‫ط ِع ُموا‬ْ َ‫َوا‬
dimaksud dengan „mampu‟ adalah ‫س َّخ ْر ٰن َها لَ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ َ‫ك َٰذلِك‬
mereka yang memiliki kelebihan
َ ٰ ‫ لَ ْن يَّنَا َل‬٣٦ َ‫تَ ْش ُك ُر ْون‬
‫ّللا‬
ُ‫لُ ُح ْو ُم َها َو َْل ِد َم ۤا ُؤهَا َو ٰل ِك ْن يَّنَالُه‬
harta setelah memenuhi kebutuhan
pokoknya (termasuk di dalam
kebutuhan pokok adalah membayar ‫س َّخ َرهَا لَ ُك ْم‬ َ َ‫التَّ ْق ٰوى ِم ْن ُك ْم ك َٰذلِك‬
‫ع ٰلى َما َه ٰدى ُك ْم‬
hutang) selama hari Idul Adha dan
Ayyamut Tasyrik. َ ‫ّللا‬ َ ٰ ‫ِلتُكَبِ ُروا‬
D. Hikmah Kurban ٣٧ َ‫َوبَش ِِر ْال ُم ْح ِسنِيْن‬
Diantara hikmah-hikmah
kurban adalah sebagai berikut :

a. Mendekatkan diri kepada


Allah SWT.
b. Memperluas ikatan Artinya: “Dan telah Kami jadikan
dengan tetangga pada untuk kamu unta-unta itu
hari raya kurban dan sebahagian dari syi'ar Allah,
menyebarkan kasih kamu memperoleh kebaikan
sayang di antara orang- yang banyak padanya, Maka
orang fakir dan miskin. sebutlah olehmu nama Allah
c. Bersyukur kepada Allah ketika kamu menyembelihnya
atas apa yang telah dalam Keadaan berdiri (dan
diciptakan-Nya untuk telah terikat). kemudian apabila
kita, termasuk binatang telah roboh (mati), Maka
ternak. Firman Allah makanlah sebahagiannya dan
surat Al-Hajj ayat 36-37 beri makanlah orang yang rela
yaitu: dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta- minta)
dan orang yang meminta.
Demikianlah Kami telah
menundukkan unta-unta itu
kepada kamu, Mudah-mudahan
kamu bersyukur. Daging-
daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah,

12 Muhammad Khatib al- al-minhaj, (Beirut: Darl al-Fikr, 2009),


Syarbaini, Mughni al-Muhtaj ila syarah jilid IV, h. 283.

5
tetapi Ketakwaan dari kamulah 1. Pendapat dan Dalil Imam
yang dapat mencapainya. Nawawi
Demikianlah Allah telah Kurban merupakan salah
menundukkannya untuk kamu satu ibadah yang diperintahkan
supaya kamu mengagungkan Allah untuk dilaksanakan bagi
Allah terhadap hidayah-Nya
umat islam. Pada dasarnya
kepada kamu. dan berilah kabar
gembira kepada orang-orang kewajiban ibadah qurban
yang berbuat baik.” diperuntukkan bagi orang yang
masih hidup. Karena orang yang
Ayat di atas menjelaskan hidup yang masih dikenai beban
bahwa kurban itu menjadi syiar Allah dalam menjalankan amar ma’ruf
untuk bersyukur kepada Allah. Pada nahi mungkar.
hari raya kurban hendaklah umat Sebagaimana Rasulullah
Islam banyak menyembelih kurban dan para sahabat telah
kemudian membagikan sebahagian menyembelih kurban untuk
dari padanya untuktetangga dan para dirinya dan keluarganya. Karena
peminta-minta (fakir miskin). Harus adanya pemahaman sampainya
dipahamami bahwa daging kurban
pahala ibadah bila telah
dan darahnya tidak dapat mencapai
keridhaan Allah, tetapi ketaqwaaan meninggal dunia, ibadah kurban
dalam melaksanakan perintah Allah pun dilakukan untuk
lah yang menjadi penilaiannya. mengirimkan pahala ibadah bagi
Itulah yang menjadi puncaknya. yang telah meninggal. Menurut
Jelaslah bahwa sebenarnya muhammad bin shaleh
dalam pelaksanaan kurban utsmaimin13 ada beberapa
terkandung banyak sekali hikmah- pendapat dikemukakan tentang
hikmah yang diperolah terutama kurban untuk orang yang sudah
dalam mensyi'arkan Islam. meninggal antara lain:
Menunjukkan bahwa Islam sangat
sosial bagi sesamanya untuk a. Berkurban untuk mereka
menolong danmenghibur saudara dengan mengikut yang masih
sesama yang miskin. Begitu juga hidup. Seperti seorang
bagi diri menjadikan amal berqurban untuk dirinya dan
ibadah yang ikhlas kepada untuk keluarganya dengan
Allah SWT. Karena ibadah harta diniatkan untuk yang masih
yang paling mulia salah satunya hidup dan yang telah mati
adalah berkurban. dari mereka.

13 Muhammad bin Shaleh wazzakat, (Riyad: Maktabah al-


Utsaimin, Ahkam al-Udhhiyyah Malik,1430 H), h. 12.

6
Allah maha mendengar lagi
b. Berkurban untuk orang yang maha mengetahui”
telah meninggal sebagai hadiah
atau sumbangan (pahala) Ayat di atas menjelaskan bila
untuk mereka, yaitu dengan seseorang meninggal dunia, orang
dipisahkan (dalam niat) dari yang mendengar wasiat dari yang
orang yang masih hidup. Hal meninggal tidak boleh mengubah
ini boleh dilakukan karena wasiat yang telah ditetapkan. Bila
pahalanya akan sampai diubah akan mendapatkan balasan
kepadanya karena diqiyas dosa dari Allah, karena Allah maha
kepada sedekah14. Artinya mendengar lagi maha mengetahui apa
orang yang masih hidup boleh yang dikerjakan oleh hambanya.
berkurban kepada orang yang Menurut al-Maraghi kata
sudah meninggal dengan niat baddalah bermakna menukar wasiat,15
yang berbeda pada orang yang yaitu mengganti wasiat dengan bentuk
masih hidup. Berkurban bagi lain yang tidak sesuai dengan isi
orang yang telah meninggal wasiat. Ini berarti untuk tidak terjadi
merupakan sedekah baginya. penyelewengan transaksi diperlukan
alat bukti tertulis dan saksi16. Dengan
c. Berkurban untuk orang yang
demikian transaksi dalam wasiat
sudah meninggal sesuai dengan
sangat diperlukan tujuannya menurut
wasiatnya.
al-qur'an untuk menghindari
Dasarnya adalah firman Allah SWT di pertengkaran antara ahli waris dengan
dalam surah Al-Baqarah ayat 181 penerima wasiat.
yaitu: Imam Nawawi mempunyai

َ ‫َف َم ْۢ ْن َبدَّ َلهٗ َب ْعدَ َما‬


pandangan yang berbeda tentang
ٗ‫س ِم َعه‬ kurban untuk orang yang sudah
meninggal. Dalam kitab minhajut

َ‫علَى الَّ ِذيْن‬َ ٗ‫فَ ِانَّ َما ٓ اِثْ ُمه‬ Thalibin Imam Nawawi menuliskan :

‫س ِم ْي ٌع‬ َ ‫يُ َب ِدلُ ْونَهٗ ۗ ا َِّن ه‬


َ ‫َّللا‬ ‫وال تضحيىة عن الغير بغير إذ نه‬
‫وال عن ميت إن لم يوص بها‬
‫ع ِل ْي ٌم‬
َ
Artinya: “Tidak sah berkurban untuk
Artinya: “Maka barangsiapa yang orang lain (yang masih hidup)
mengubah wasiat itu, setelah ia dengan tanpa seijinnya dan tidak
mendengarnya, maka juga untuk orang yang telah
sesungguhnya dosanya adalah meninggal dunia apabila ia tidak
bagi orang-orang yang berwasiat untuk dikurbani”. 17
mengubahnya. Sesungguhnya

14 Ibid, h. 12. 17 Muhyiddin Syarf an-Nawawi,Minhaj


15 Al-Maraghi, h. 80.
16 Q.S. al-Nisa', 4:15. Al-Nur, 24 : ath-Thalibin (Bairut : Dar al-Fikr, 1425 H/2005
4 dan 13. M), cet.

7
Ketetapannya di atas dengan meninggal bila tidak ada wasiat. Jadi
tegas mengatakan tidak boleh ketiga kitab ini mempunyai pandangan
melaksanakan kurban atas nama orang yang sama bahwasanya kurban untuk
lain bila tidak ada izin dari orang orang yang sudah meninggal hanya
tersebut, dan tidak boleh dapat dilaksanakan (wajib) bila ada
melaksanakan qurban bagi orang yang wasiat, sebaliknya kurban untuk mayit
telah meninggal, bila orang tersebut tidak boleh dilaksanakan kalau tidak
tidak memberikan wasiat. Sebaliknya ada wasiat. Yang mana dikatakan jika
pelaksanaan kurban dapat dilakukan berkurban atas nama orang lain tanpa
atas nama orang lain kalau ia memberi izinnya maka tidak berlaku atasnya,
izin dan boleh melaksanakan kurban adapun kurban atas nama mayit maka
untuk orang yang sudah meninggal abu hassan Al-Abadiy memutlakkan
kalau ada wasiat sebelumnya. Hal ini kebolehnnya (boleh tanpa ada wasiat
menunjukkan antara izin dan wasiat atau pun ada wasiat dari si mayit),
merupakan dua kata yang harus ada karena ia termasuk dalam sedekah dan
bila ingin memberikan pahala amal sedekah sah atas nama mayit dan
ibadah pada orang lain dan orang yang bermanfaat baginya serta sampai
sudah meninggal. kepadanya (pahala sedekah itu)
berdasarkan ijma. Dan berkata
Selanjutnya ada beberapa pengarang al-‘iddah dan Al-bagawiy,
ulama yang mendukung pendapat tidak sah kurban atas nama mayit
Imam Nawawi ini. Antara lain syamsu kecuali bahwa ia berwasiat dengannya,
Al-Din Muhammad bin Abi Abbas dan inilah pendapat ar-Rafi’i dalam
menjelaskan dalam kitabnya Nihayatul kitab Al-Mujarrad”.19
Muhtaj ila Syarah Al-Minhaj, ia
mengatakan: Dalam uraian kitab Al-Majmu'
Syarah Al-Muhazzab jelas terlihat
‫وال يجوز تقع اضحية عن ميت ان‬ bahwa Imam Nawawi berpendapat
tidak membolehkan melaksanakan
‫لم يوص بها‬ kurban atas nama orang yang sudah
meninggal kecuali telah diwasiatkan
Artinya: “ Dan tidak boleh dan tidak sebelumnya.
berlaku kurban atas nama mayit
jika tidak diwasiatkan Demikian juga menurut Ar-
dengannya”.18 Rafi'i dalam kitab Al-Mujarrad ia
setuju dengan pendapat Imam Nawawi
Di dalam kitab ini dijelaskan bahwa tidak sah kurban atas nama
bahwa tidak boleh melaksanakan orang yang sudah meninggal kecuali ia
kurban untuk orang yang sudah telah berwasiat terlebih dahulu.

1 h. 321. 19 Abu Zakaria Muhyiddin bin


Syaraf al-Nawawi, Al- Majmu' Syarah Al-
Muhazzablisysyirazy, (Jeddah : Maktabah
18Syams ad-din Muhammad ibn abi al al-Irsyad, t.th), juz 8, h. 382.
abbas, Nihayah al Muhtaj ila Syarh al Minhaj
(Beirut:Darl al-Fikr, 2009), juz VIII, h. 4132.

8
Selanjutnya dalam kitab itu kesempurnaan Allah. Akal dan fitrah
juga dijelaskan bahwa adanya ikut memberikan kesaksian akan hal
pendapat yang berbeda yaitu menurut ini. Ayat pertama menggambarkan
Abu Hasan Al-'Abadiy membolehkan bahwa Allah tidak menghukum karena
kurban atas nama orang yang sudah dosa yang dilakukan orang lain, dan
meninggal walaupun tidak ada wasiat, memberi perlindungan kepada hamba
karena ia termasuk sedekah, dan dari hukuman karena kesalahan orang
sedekah atas nama mayit itu lain. Ayat kedua menggambarkan
bermanfaat baginya serta sampai bahwa tidak ada yang mendapatkan
padanya pahala walaupun telah keberuntungan kecuali dengan amal
meninggal. dan usahanya.
Ternyata dalam kitab Al- bahwa mengatakan ‫ان ا َِّال َما‬ َ ‫َواَ ْن لَّي‬
ِ ْ ‫ْس ل‬
ِ ‫َِل ْن َس‬
Majmu' Syarah Al-Muhazzab adanya ‫ٰى‬
ۙ ‫ َسع‬lafaz al-Qurtubi Tafsir dalam
dua pendapat yang berbeda. Satu huruf lam dalam ayat tersebut
pendapat setuju dengan Imam Nawawi merpakan huruf jar (berfungsi
sementara Abu Hasan al-'Abadiy tidak membaris bawahkan kalimat
menyetujuinya. Hal ini menunjukkan sesudahnya) yang artinya dalam
adanya pemahaman yang berbeda di bahasa Arab adalah menunjukkan
antara para pengikut mazhab milik dan kewajiban, maka tidak
Syafi‟iyah dalam menetapkan diwajibkan atas manusia kecuali apa
keputusan tentang hukum pelaksanaan yang telah diusahakannya. 20
kurban untuk orang yang sudah artinya “apa yang telah
meninggal oleh ahli waris. diusahakannya”. Dihubungkan dengan
kurban untuk orang yang sudah
Adapun dalil yang digunakan meninggal, maka mayit tidak dapat
oleh Imam An-Nawawi berdasarkan melakukan kewajiban ibadah qurban
Qur‟an surah An-Najm ayat 38-39 : karena telah meninggal. Kurban
merupakan kewajiban yang
‫اَ َّال ت َِز ُر َو ِاز َرة ٌ ِو ْز َر‬ diperintahkan Allah bagi orang yang
َ ‫) َواَ ْن لَّي‬٣٨(‫ا ُ ْخ ٰر ۙى‬
‫ْس‬ masih hidup dan dibebani hukum
takhlifi.
)٣٩(‫ٰى‬ ۙ ‫سع‬ َ ‫ان ا َِّال َما‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ِل‬
َ ‫َل ْن‬ Sementara orang yang telah meninggal
Artinya: “Dan bahwasanya seorang tidak menerima lagi beban tersebut,
manusia tiada memperoleh maka terputuslah kewajibannya yang
selain apa yang telah berkenaan dalam kehidupannya.
diusahakannya.” Apabila anak atau keluarga ingin
mengirimkan pahala ibadah kurban
Pemahaman ayat di atas bagi mayit, tidak akansampai bila tidak
menjelaskan makna dan hukum yang ada wasiat.
menggambarkan keadilan, hikmah dan

20 h. 75.
Al Qurtubi, al Jami' li ahkam al
Qur'an (Beirut: Darl al Kutub al-
Ilmiyyah, 1988), juz XVII,

9
Selain itu, dalil yang memerintahkan Ali agar berbuat yang
digunakan Imam An-Nawawi adalah sedemikian setiap tahunnya. Karena
hadits yangdiriwayatkan oleh At- perintah tersebut maka Ali tetap
Tirmidzi yang artinya : berkurban untuk dirinya dan Rasul
sepanjang hidupnya.
‫حدثنا محمد بن عبيد المحاربي‬ Imam Nawawi memahami
‫الكوفي حدثنا شريك عن أبي‬ makna hadits tersebut berbentuk izin.
Dalam kalimat “Nabi memerintahkan
‫الحسناء عن الحكم عن حنش عن‬ saya dengan demikian itu, maka aku
‫ أنه كان يضحى بكبشين‬:‫علي‬ tidak meninggalkannya selama-
lamanya”.
‫أحدهماعن النبي صلى هللا عليه و‬ Dengan adanya perintah Nabi
‫سلم واآلخر عن نفسه فقيل له فقال‬ tersebut menjelaskan adanya kata amr
‫أمرني به يعنى النبي صلى هللا‬ (perintah) berupa izin. Bila masih
hidup harus ada izin, kalau sudah
‫عليه وسلم فَل أدعه أبدا‬ meninggal harus ada wasiat. Artinya
apabila seseorang ingin menyembelih
Artinya: “Menceritakan pada kami kurban atas nama orang lain, harus ada
Muhammad bin 'Abid Al- izin dari orang tersebut agar kurban
Maharibi al-Kufi, menceritakan dapat dilaksanakan.
pada kami Syarik, dari Abi
Hasna'', dari Hakim, dari Bila tidak ada izin maka orang
Hansyii, dari Ali ra." tersebut tidak dapat melaksanakan
Bahwasanya ia berqurban kurban yang diperintahkan kepadanya.
dengan dua ekor kibasy, salah Demikian juga terhadap mayit,
satu diantara keduanya dari Nabi pelaksanaan kurban atas nama orang
SAW, dan yang lainnya dari yang sudah meninggal harus adanya
dirinya sendiri, kemudian wasiat. Jika tidak ada wasiat maka
ditanyakan kepadanya. Ia lantas pelaksanaan kurban atas nama mayit
menjawab. Nabi memerintahkan tidak dapat dilaksanakan.
saya dengan demikian itu, maka
Dari paparan di atas tampak jelas
aku tidak meninggalkannya sudut pandang Imam Nawawi yang
selama-lamanya.” tidak membolehkan malaksanakan
( HR. Tirmidzi).21 kurban untuk orang yang sudah
Hadits tersebut di atas jelas meninggal tanpa ada wasiat darinya.
menyatakan bahwa Ali berkurban
2. Pendapat dan Dalil Ibnu
dengan dua ekorkibasy pada hari raya Taimiyah
Idul Adha. Kurban tersebut seekor atas Setelah Imam An-Nawawi
nama Ali dan seekor atas nama Rasul. mengutarakan pendapatnya di atas tadi
Ali melaksanakan hal itu, karena Rasul

21 Abi 'isa Muhammad ibn 'isa ibn terdapat dalam kitab Mughni al- Muhtaj,
Saurah at-Tirmizi, al Jami' as-sahih sunan Syekh Muhammad Al-Khatib Al-Syarbaini,
at-tirmizi, (Mesir: Mustafa al-baby al- h. 378.
halaby, t.th), juz IV, 1962, h.84. juga

10
mengenai berkurban atas nama orang
yang telah meninggal dunia tanpa
‫جوازهـا ْلنها ضرب من الصدقة‬
wasiat serta pembahasannya, sebagai ‫تصح عن الميت وتنفع هـوتصل‬
kontradiksi terhadap pendapat tersebut
maka saya sebagai penulis akan
‫إليه باإلجماع‬
mengemukakan pendapat Ibnu Artinya: “Seandainya seseorang
Taimiyah mengenai berkurban atas berkurban untuk orang lain tanpa
nama orang yang telah meninggal seizinnya maka tidak bisa.
dunia tanpa wasiat, yaitu : Adapun berkurban untuk orang
yang sudah meninggal dunia
‫وتجوز اْلضحية عن الميت كما‬ maka Abu al-Hasan al-Abbadi
memperbolehkannya secara
‫يجوز الحج عنو والصدقة عنه‬ mutlak karena termasuk
‫ويضحى عنه في البيت وال يذبح‬ sedekah, sedang sedekah untuk
orang yang telah meninggal
‫عند القبر أضحية وال غيرها‬ dunia itu sah, bermanfaat
untuknya, dan pahalanya bisa
Artinya: “Dan boleh berkurban untuk sampai kepadanya sebagaimana
mayit sebagaimana boleh ketetapan ijma` para ulama”.
menghajikannya dan bersedekah
untuknya, dan (hendaklah)
kurban untuk si mayit Pandangan ini didukung oleh
dilaksanakan di rumah dan madzhab Hanafi, Maliki, dan
janganlah ia menyembelihkan Hanbali. Hal ini sebagaimana yang
kurban ataupun (jenis) terdokumentasikan dalam kitab al-
sembelihan lainnya di sisi Mausu‟ah al-Fiqhiyyahal-
kuburan (si mayit)”.22 Kuwaitiyyah.
Abu al-Hasan ‫ او‬,‫أذا أوصي الميت بالتضحية عنه‬
al-Abbadi

termasuk sedekah,
‫ فان‬.‫وقف وقفا لذلك جاز باالتفاق‬
memiliki pandangan bahwa berkurban
sedangkan
‫كانت واجبة بالنذر وغيره وجب‬
bersedekah untuk orang yang telah
‫اما اذا لم‬.‫على الوارث إنفاذ ذلك‬
meninggal dunia adalah sah dan bisa
memberikan kebaikan kepadanya,
‫يوص هـافأراد الوارث او غيره ان‬
serta pahalanya bisa sampai kepadanya
‫ فذهـب‬،‫يضحي عنه منمال نفسه‬
sebagaimana yang telah disepakati
oleh para ulama.
‫الحنفية والمالكية والحنابابلة إلى لو ضح عن غيره بغيرإذنه لم يقع‬
‫ اال ان المالكية عنه (وأما) التضحية عن الميت‬،‫جواز التضحية عنه‬
‫ وإنما فقد أطلق أبوالحسن العبادي‬.‫اجزوا ذلك مع الكراهـة‬
22 Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah,
Majmu’ al-Fatawa (Jakarta; Pustaka Azzam,
1996), Juz. 26,h. 306.

11
‫أجازوه الن الموت ال يمنع التقرب‬ manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya”.
‫عن الميت كما في الصدقة والحجز‬
Berdasarkan ayat tersebut
Artinya: “Adapun jika (orang yang maka akan masuk ke dalam syurga
telah meninggal dunia) belum seorang anak dengan kesolehan
pernah berwasiat untuk ayahnya.48 Hal ini menunjukkan
dikurbani kemudian ahli waris bahwa perbuatan orang yang masih
atau orang lain mengurbani hidup mempunyai pengaruh terhadap
orang yang telah meninggal orang yang telah meninggal dunia.
dunia tersebut dari hartanya Artinya amal ibadah ataupun sedekah
sendiri maka madzhab hanafii, yang dihadiahkan orang yang hidup
maliki, dan hanbali kepada mayit akan sampai, dan Allah
memperbolehkannya. Hanya tidak mengurangi sedikitpun dari
saja menurut madzhab maliki pahala amal mereka yang masih hidup.
boleh tetapi makruh. Alasan
mereka adalah karena kematian Selain itu, ada beberapa hadits
tidak bisa menghalangi orang yang digunakan oleh Ibnu Taimiyah,
yang meninggal dunia untuk ber- antara lain :
taqarrub kepada Allah
sebagaimana dalam sedekah dan
ibadah haji”.23
‫ ان‬:‫عن عائشةرضي هللا عنها‬
‫ إن امي افتلتت‬:‫رجَل قال‬
Adapun dalil yang digunakan ‫ ولم توص واظنها لو‬،‫نفسها‬
oleh Ibnu Taimiyah berdasarkan
firman AllahSWT. dalam Q.S. At-Thur ‫ فهل لها اجر‬،‫تكلمت تصدقت‬
ayat 21:
، ‫ نعم‬: ‫ان تصدقت عنها ؟ قال‬
‫َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َواتَّبَ َعتْ ُه ْم ذُ ِريَّت ُ ُه ْم‬
‫فتصدق عنها‬
‫ان اَ ْل َح ْقنَا ِب ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َو َما ٓ اَلَتْ ٰن ُه ْم‬
ٍ ‫ِب ِا ْي َم‬
‫ئ ْۢ ِب َما‬ ٍ ‫ش ْي ٍۗء ُك ُّل ا ْم ِر‬ َ ‫ع َم ِل ِه ْم ِم ْن‬ َ ‫ِم ْن‬ Artinya: “Dari Aisyah radhiallahu
„anhaa bahwasanya ada
‫ب َر ِه ْي ٌن‬ َ ‫َك‬
َ ‫س‬ seseorang berkata,
Artinya: “Dan orang-oranng yang “Sesungguhnya ibuku telah
beriman, dan yang anak cucu meninggal dunia secara
mereka mengikuti mereka dalam mendadak, dan tidak sempat
keimanan, Kami hubungkan berwasiat, dan aku
anak cucu mereka dengan menyangkanya kalau
mereka dan Kami tiada seandainya ia sempat berkata
mengurangi sedikitpun dari maka ia akan bersedekah,
pahala amal mereka. tiap-tiap maka apakah ia akan

23
Abu Zakaria Muhyiddin bin Muhazzablisysyirazy, (Jeddah : Maktabah
Syaraf al-Nawawi, Al- Majmu' Syarah Al- al-Irsyad, t.th), juz 8, h. 382.

12
mendapatkan pahala kalau aku
bersedekah atas namanya?”.
‫ فهل يكفر‬،‫وترك ماال ولم يوص‬
Nabi shallallahu „alaihi wa ‫ نعم‬:‫عنه ان اتصدق عنه ؟ قال‬
sallam berkata, “Iya, Artinya: “Dari Abu Hurairoh
bersedekahlah untuknya”.” radhiallahu „anhu
(HR Al-Bukhari no 1322 bahwasanya ada seseorang
Muslim no 2326, Abu Dawud berkata kepada Nabi
no 2881, An-Nasaai no 6349, shallallahu „alahi wa sallam,
dan IbnuMaajah no 2717) “Sesungguhnya ayahku telah
Dari Ibnu Abbas r.a ada seseorang yang meningal dan meninggalkan
berkata : harta, namun ia tidak

ٍ ِ‫َحدَّثَنَا أَ ْح َمدُ ْب ُن َمن‬


berwasiat, maka apakah jika
‫ َحدَّثَنَا َر ْو ُح ْب ُن‬،‫يع‬ aku bersedekah atas namanya
، َ‫ َحدَّثَنَا زَ ك َِريَّا ْب ُن ِإ ْس َحاق‬،َ‫عبَادَة‬ ُ maka akan menebus dosa-
dosanya?”, Nabi shallallahu
‫ع ْن‬ َ ،‫َار‬ ٍ ‫ع ْم ُرو ْب ُن دِين‬ َ ‫أَ ْخبَ َرنَا‬ „alaihi wa sallam berkata,
،ً‫ أَ َّن َر ُجَل‬،‫َّاس‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِْن‬ َ ،َ‫ِع ْك ِر َمة‬ “Iya”.” (HR Muslim no 4219,
ْ ‫َّللا ِإ َّن أ ُ ِمي ت ُ ُوفِ َي‬
An-Nasaai no 3652, dan Ibnu
‫ت‬ ِ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫قَا َل َيا َر‬ Majah no 2716)
" ‫ع ْن َها فَقَا َل‬ َ ُ‫صدَّ ْقت‬ َ َ‫أَفَ َي ْنفَعُ َها ِإ ْن ت‬ 3. Sebab (dasar) Perbedaan
‫ قَا َل فَإِ َّن ِلي َم ْخ َرفًا َوإِنِي‬. " ‫نَعَ ْم‬ Pendapat
Sangat sering terdengar,
. ‫ع ْن َها‬َ ‫صدَّ ْقتُ بِ ِه‬ َ َ‫أ ُ ْش ِهدُكَ أَنِي قَدْ ت‬ terlihat dan juga kita merasakan
Artinya: “Wahai Rasulullah, bahwasanya di dalam kehidupan
sesungguhnya ibuku meninggal sehari-hari yang namanya perbedaan
dunia tidak di kehadiranku, pendapat dalam menetapkan sebagian
maka apakah akan bermanfaat hukum furu‟iyah. Terkadang ada
baginya jika aku bersedekah yang ingin menyatukan seluruh kaum
sesuatu untuknya ?”, Nabi muslimin dalam satu pemahaman atau
shallallahu „alahi wa sallam juga pendapat tentang permasalahan
berkata, “Iya”. Orangitu berkata, dalam menetapkan satu hukum.
“Sesungguhnya aku Hendaklah dia menyadari
mempersaksikan engkau bahwa sebenarnya yang ia inginkan
bahwasanya kebunku di Al- adalah sesuatu yang sulit untuk
Mikhroof adalah sedekah dicapai, oleh karena perbedaaan
untuk ibuku.” (HR Al- dalam memahami hukum- hukum
Bukhari no 2605, Abu Dawud no syariah yang tidak prinsipil ini
2882, dan At-Thirmidzi no 669) adalah suatu kemestian dan tidak

‫عن ابي هـريرة رضي هللا عنه‬


‫ان رجَل قال للنبي صلى هللا‬
‫ إن أبي مات‬: ‫عليه وآله وسلم‬

13
dapat dihindari.24 bahwa perbuatan orang yang masih
hidup mempunyai pengaruh terhadap
Adapun perbedaan pendapat orang yang telah meninggal dunia.
yang tejadi diantara dua imam ini Artinya amal ibadah ataupun sedekah
adalah perbedaan dalam menggunakan yang dihadiahkan orang yang hidup
dalil sebagai sumber hukum, dan cara kepada mayit akan sampai, dan Allah
memahami dalil tersebut. Ibnu tidak mengurangi sedikitpun dari
Taimiyah menolak dalil yang pahala amal mereka yang masih hidup.
digunakan oleh Imam An-Nawawi,
yaitu menjadikan firman Allah SWT. Sedangkan Imam An-Nawawi
dalam surah An-Najm ayat 38-39 berpendapat berdasarkan firman
sebagai landasan dalam larangan Allah SWT. dalam surah An-Najm
berkurban atas nama orang yang telah ayat 38-39 :
meninggal dunia tanpa wasiat.
Adapun dalil yang digunakan )٣٨(‫َّال ت َِز ُر َو ِاز َرة ٌ ِو ْز َر ا ُ ْخ ٰر ۙى‬
Ibnu Taimiyah adalah surah At-
Thur ayat 21 :
‫ان ا َِّال َما‬ ِ ‫س‬ ِ ْ ‫ْس ِل‬
َ ‫َل ْن‬ َ ‫َواَ ْن لَّي‬
)٣٩(‫ٰى‬ ۙ ‫سع‬
َ
‫َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َواتَّبَعَتْ ُه ْم ذُ ِريَّت ُ ُه ْم‬ Artinya: “(yaitu) bahwasanya
ٓ ‫ان اَ ْل َح ْقنَا ِب ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َو َما‬ ٍ ‫ِب ِا ْي َم‬ seorang yang berdosa tidak akan
memikul dosa orang lain. Dan
‫ي ٍۗء ُك ُّل‬ َ ‫اَلَتْ ٰن ُه ْم ِم ْن‬
َ ‫ع َم ِل ِه ْم ِم ْن‬
ْ ‫ش‬ bahwasanya seorang manusia
‫ب َر ِهي ٌْن‬ َ ‫ئ ْۢ ِب َما َك‬
َ ‫س‬ ٍ ‫ام ِر‬ْ tiada memperoleh selain apa
yang telah diusahakannya.”
Artinya: “Dan orang-oranng yang
beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam Pemahaman ayat di atas
menjelaskan makna dan hukum yang
keimanan, Kami hubungkan
anak cucu mereka dengan menggambarkan keadilan, hikmah dan
mereka dan Kami tiada kesempurnaan Allah. Akal dan fitrah
mengurangi sedikitpun dari ikut memberikan kesaksian akan hal
pahala amal mereka. tiap-tiap ini. Ayat pertama menggambarkan
bahwa Allah tidak menghukum
manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” karena dosa yang dilakukan orang lain,
dan memberi perlindungan kepada
Berdasarkan ayat tersebut hamba dari hukuman karena
maka akan masuk ke dalam syurga kesalahan orang lain.
seorang anak dengan kesolehan Ayat kedua menggambarkan
ayahnya.25 Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang mendapatkan

24
Wawancara kepada Saudara (Beirut:Darl al- Kutub al- Ilmiyah, 1993), juz IV,
Dedi Opriadi di Desa Tanah Rakyat pada h. 231.
tanggal 12 Juni 2019
25
Abi Muhammad al-Husein ibn Mas'ud
al- Farra' al- Baghawiy, Tafsir al-Baghawi

14
keberuntungan kecuali dengan amal Nawawi dan Ibnu Taimiyah
dan usahanya. Maka dari itu, Imam hidup di masa yang berbeda
An-Nawawiberpendapat bahwa orang dengan kondisi sosial dan
yang berkurban atas nama orang yang budaya yang berbeda pula.
telah meninggal dunia tanpa adanya Perbedaan ini dapat
wasiat pahalanya tidak akan sampai mempengaruhi pandangan
kepada orang yang meninggal keduanya mengenai hukum
tersebut. melaksanakan qurban ke atas
Perbedaan pendapat antara mayit tanpa wasiat, terutama
Imam Nawawi dan Ibnu Taimiyah dalam hal mengaitkan
mengenai hukum melaksanakan tindakan tersebut dengan nilai-
qurban ke atas mayit tanpa wasiat nilai dan konteks sosial dan
dapat disebabkan oleh beberapa budaya yang berlaku pada
faktor, di antaranya: zamannya.
1. Perbedaan dalam metodologi 4. Perbedaan dalam pandangan
interpretasi - Imam Nawawi tentang pentingnya menjaga
dan Ibnu Taimiyah memiliki kehormatan mayit - Meskipun
perbedaan dalam metodologi keduanya sepakat bahwa
interpretasi. Imam Nawawi tindakan melaksanakan qurban
cenderung menggunakan ke atas mayit tanpa wasiat
metode ta'wil atau interpretasi, adalah mubah, tetapi keduanya
sedangkan Ibnu Taimiyah juga memiliki pandangan yang
lebih mengutamakan metode berbeda tentang pentingnya
tekstual atau tafsir al-nass. menjaga kehormatan mayit.
Pendekatan ini dapat Hal ini dapat mempengaruhi
mempengaruhi pandangan pandangan mereka terhadap
keduanya mengenai hukum tindakan yang dilakukan pada
melaksanakan qurban ke atas mayit, termasuk dalam hal
mayit tanpa wasiat. pelaksanaan qurban.
2. Perbedaan dalam pemahaman Faktor-faktor di atas mungkin
terhadap dalil-dalil syariah - menjadi sebab perbedaan pendapat
Imam Nawawi dan Ibnu antara Imam Nawawi dan Ibnu
Taimiyah juga memiliki Taimiyah mengenai hukum
perbedaan dalam pemahaman melaksanakan qurban ke atas mayit
terhadap dalil-dalil syariah. tanpa wasiat. Namun, perbedaan
Keduanya mungkin memiliki pendapat ini tidak mengurangi
sudut pandang yang berbeda kedudukan dan keberhasilan keduanya
terhadap dalil-dalil yang sama, sebagai tokoh-tokoh besar dalam
dan hal ini dapat sejarah pemikiran Islam.
mempengaruhi pandangan B. Analisis Perbedaan pendapat
mereka mengenai hukum antara Imam Nawawi dan Ibnu
melaksanakan qurban ke atas Taimiyah tentang Qurban ke atas
mayit tanpa wasiat. Mayit tanpa Wasiat
Setelah mengetahui pendapat
3. Perbedaan dalam konteks dan dalil-dalil yang digunakan oleh
sosial dan budaya - Imam masing- masing imam tersebut,

15
selanjutnya adalah munaqasyah Syafi‟i menjelaskan bahwa maksud
adillah, munaqasyah adalah berdebat ayat ‫ٰى‬ ۙ ‫ان ا َِّال َما َسع‬ ِ ‫َِل ْن َس‬ َ ‫ َواَ ْن لَّي‬adalah
ِ ْ ‫ْس ل‬
atau membantah, sedangkan adillah tidak wajibnya pekerjaan itu terhadap
adalah dari kata jama‟dari kata dalil. seseorang, namun bukan berarti orang
Dengan demikian munaqasyah adillah lain tidak boleh melakukannya atas
adalah membedakan dan nama orang tersebut. Hal ini
mendiskusikan kedua pendapat imam sebagaimana dinyatakan Imam
di atas untuk mencari pendapat mana Qurtubi dalam tafsir al-Qurtubi Ayat
yang paling rajih berdasarkan dalil ۙ ‫ان ا َِّال َما َسع‬
‫ٰى‬ ِ ‫َِل ْن َس‬ َ ‫ َواَ ْن لَّي‬dan huruf lam
ِ ْ ‫ْس ل‬
yang digunakan. dalam ayat tersebut merupakan huruf
jar artinya dalam bahasa Arab adalah
Melakukan munaqasyah menunjukkan milik dan kewajiban,
adillah untuk menemukan pendapat maksud ayat tersebut tidak wajib
yang kuat diantara kedua pendapat atas manusia kecuali apa yang
imam mengenai berkurban atas nama telah diusahakannya, jika orang lain
orang yang telah meninggal dunia bersedekah atas orang lain, maka
tanpa wasiat. tidak wajib baginya sesuatu pun
Imam An-Nawawi telah kecuali Allah telah melebihkan
menjelaskan bahwa pelaksanaan atasnya dengan apa yang tidak wajib
qurban untuk orang yang sudah baginya sebagaimana Allah akan
meninggal harus adanya wasiat, hal ini melebihkan (memberikan keutamaan)
didasarkannya dari firman Allah surat kepada anak kecil dengan
al- Najm ayat 38 dan 39. Dapat memasukkan mereka ke dalam surga
dipahami berdasarkan makna tanpa adanya suatu perbuatan.
lahiriyahnya bahwasanya seorang Bila dipahami tafsir di atas
yang masih hidup dari ahli tersebut menjelaskan tidak wajib atas
keluarganya atau orang lain tidak manusia usaha orang lain kecuali apa
dapat membawa pengaruh kepada si yang telah diusahakannya.
mayit baik berupa pahala ataupun Dihubungkan dengan mayit,
dosa. Hal ini karena perbuatan itu pahala amal perbuatan tersebut akan
bukan dilakukan oleh si mayit tetapi sampai kepada si mayit dapat melalui
dilakukan oleh orang yang masih doa maupun sedekah. Artinya
hidup. Artinya seseorang tidak akan perbuatan tersebut akan tetap
memikul dosa orang lain baik dari segi membawa pengaruh kepada si mayit
amal baik dan amal buruk, demikian sekalipun tidak diwasiatkan
juga seseorang hanya memperoleh sebelumnya oleh si mayit. Dengan
apayang telah diusahakannya. demikian kurban yang dilakukan untuk
orang yang sudah meninggal
pahalanya akan sampai walaupun
tanpa adanya wasiat. Apabila
1. Analisis Dalil Surah Al-Najm ayat dipahami, sampainya pahala ibadah
39 kurban pada mayit dalam pandangan
Jika dianalisa terdapat kelemahan al-Qurtubi di qiyaskan kepada
Imam Nawawi dalam memahami ayat sedekah.
tersebut. Menurut penafsiran ulama Dalam hal ini Ibnu Abbas
bahkan termasuk juga ulama Mazhab berkata dalam tafsir al-Baghawi,

16
bahwa surat al- Najm ayat 39 telah
dimansukhkan (dihapuskan)
‫وعن أبي هريرة هللا عنه أن‬
hukumnya untuk syari'at nabi : ‫رسوهللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
Muhammad oleh surat al-Tur ayat 21
yaitu
‫إذا مات االنسان انقطع عمله االمن‬
‫ صدقة جارية و او علم ينتفع‬:‫ثَلث‬
‫َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َواتَّبَ َعتْ ُه ْم ذُ ِريَّت ُ ُه ْم‬
‫به و او ولد صالح يدعوله ( رواه‬
ٓ ‫ان اَ ْل َح ْقنَا بِ ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َو َما‬ ٍ ‫بِ ِا ْي َم‬ .)‫مسلم‬
‫ي ٍۗء ُك ُّل‬ َ ‫ع َم ِل ِه ْم ِم ْن‬
ْ ‫ش‬ َ ‫اَلَتْ ٰن ُه ْم ِم ْن‬ Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a.,
‫ب َر ِهي ٌْن‬ َ ‫ئ ْۢ ِب َما َك‬
َ ‫س‬ ٍ ‫ام ِر‬ْ bahwasanya Rasulullah SAW.
berkata: Apabila manusia mati,
Artinya: “Dan orang-oranng yang terputuslah semua amalnya
beriman, dan yang anak cucu kecuali tiga macam, sedekah
mereka mengikuti mereka dalam jariyah, ilmu yang bermanfaat,
keimanan, Kami hubungkan dan anak yang sahaleh yang
anak cucu mereka dengan mendoakannya.” ( Riwayat
mereka dan Kami tiada Muslim ) 26
mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang Hadits di atas menjelasakan
dikerjakannya”. bahwa semua amal manusia akan
terputus bila telah meninggal dunia,
kecuali tiga perkara yaitu sedekah
Berdasarkan ayat tersebut jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa
maka akan masuk ke dalam syurga anak yang saleh yang mendoakan
seorang anak dengan kesolehan orang tuanya. Sedekah jariyah dan ilmu
ayahnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang bermanfaat telah jelas akan tetap
perbuatan orang yang masih hidup mengalir pahalanya, walaupun telah
mempunyai pengaruh terhadap orang meninggal. Demikian juga Anak yang
yang telah meninggal dunia. Artinya shaleh merupakan hasil dari perbuatan
amal ibadah ataupun sedekah yang orang tuanya ketika hidup di dunia.
dihadiahkan orang yang hidup kepada
mayit akan sampai, dan Allah tidak Sehingga kalau anak ingin
mengurangi sedikitpun dari pahala memberikan sedekah atau
amal mereka yang masih hidup. mengirimkan amal ibadah berupa
kurban kepada orang tuanya yang telah
Lebih lanjut Dalam tafsir al- meninggal maka ibadah tersebut akan
Qurtubi menjelaskan bahwa doa anak diterima mayit baik ada wasiat ataupun
yang shaleh akan sampai kepada orang tanpa wasiat.
tuanya yang telah meninggal,
sebagaimana sabda Rasulullah : Hadits yang berkenaan dengan

26 Imam Nawawi, Riyaddhus Shalihin


(Beirut: Darl al-Zikr, t.th), Juz. I, h. 48.

17
sampainya sedekah kepada orang yang berwasiat sebelumnya, bolehkan saya
telah meninggal dunia, yaitu : (lelaki itu) bersedekah atas nama ibu?
Rasulullah membolehkan
: ‫حدثنا سعيد بن ابي مريم‬ (mengizinkan) bersedekah kepada
orang tua yang telah meninggal,
: ‫حدثنا محمد بن جعفر قال‬ walaupun ia tidak berwasiat
‫ عن‬,‫ عن أبيه‬,‫أخبرني هشام‬ sebelumnya.

‫ أن‬:‫ عائشةرضي هللا عنها‬Kemudian, dalil yang kedua


dipergunakan oleh Imam Nawawi
‫ رجَل قال للنبي صلى هللا عليه‬adalah hadits Rasulullah yaitu:
, ‫ إن أمي افتلتت نفسها‬:‫و سلم‬
‫ فهل‬,‫حدثنا محمد بن عبيد المحاربي وأظنها لو تكلمت تصدقت‬
‫الكوفي حدثنا شريك عن أبي لهـا أجر إن تصدقت عنحا ؟‬
)‫ (نعم‬:‫الحسناء عن الحكم عن حنش قال‬
Artinya: “Menceritakan kepada kami ‫ أنو كاف يضحى‬:‫عن علي‬
Sa‟id bin
meneritakan
Abi Maryam,
kepada kami
‫بكبشين أحدهماعن النبي صلى‬
Muhammad bin Ja‟far, ‫هللا عليه و سلم واآلخر عن نفسه‬
Mengabarkan kepada kami
Hisyam, dari ayahnya, dari ‫فقيل له فقيل أمرني به يعنى‬
„Aisyah ra, bahwa ada seorang
laki-laki menemui Rasulullah
‫النبي صلى هللا عليه وسلم فَل‬
saw lalu berkata, “Wahai ‫أدعه أبدا‬
Rasulullah, sesungguhnya ibuku
meninggal secara mendadak dan Artinya: “Menceritakan pada kami
belum sempat berwasiat, aku Muhammad bin 'Abid Al-
menduga sekiranya ibu bisa Maharibi al-Kufi, menceritakan
bicara, tentu ia akan pada kami Syarik, dari Abi
bersedekah”. Apakah ia akan Hasna'', dari Hakim, dari
mendapatkan pahala sekiranya Hansyii, dari Ali ra."
aku mengeluarkan sedekah atas Bahwasanya ia berqurban
namanya? Beliau menjawab, dengan dua ekor kibasy, salah
“Ya”27 satu diantara keduanya dari Nabi
Hadits di atas menjelaskan SAW, dan yang lainnya dari
bahwa ada seorang lelaki menjumpai dirinya sendiri, kemudian
Rasul dengan mengatakan bahwa ditanyakan kepadanya. Ia lantas
ibunya telah meninggal dan tidak menjawab. Nabi memerintahkan

27 Abdullah
Muhammad bin Ismail al- Salafiyah, 1400 H), juz 1, h. 427. hadits no
Bukhari, Jami’ al-Shahih ( Mathba‟ah 1388.

18
saya dengan demikian itu, maka sedekah dari orang lain dapat menjadi
aku tidak meninggalkannya tambahan amal baginya. Selanjutnya
selama-lamanya.” surat al-Najm ayat 39 tersebut telah
( HR. Tirmidzi).28 dimansukhkan oleh surat al- thur ayat
21.
Hadis tersebut di atas
diriwayatkan oleh imam tirmidzi. Demikian juga hadits yang
Setelah diteliti hadis ini adalah dhaif. dipergunakan merupakan hadits yang
Berkata abu Isa bahawasanya hadis ini gharib dan dhaif. Ternyata perbuatan
kedudukannya adalah gharib. Hadis yang dilakukan oleh seseorang atas
tersebut tidak dapat dijadikan hujjah nama orang lain akan membawa
kerana merupakan hadis yang gharib pengaruh terhadap orang lain. Dalam
(hadits yang terdapat tambahan matan arti pahala perbuatan itu akan sampai
atau sanad dari hadis yang kepada orang yang dituju. Dengan
diriwayatkan oleh orang lain) yang demikian terlihat bahwa qurban yang
tidak diketahui melalui hadits syarik. 29 dilaksanakan untuk orang yang sudah
meninggal merupakan suatu perbuatan
Berkata Muhammad, berkata yang boleh dilakukan sekalipun tanpa
Ali ibnu al- Madiniyyi bahwasanya ada wasiat karena dengan
hadits tersebut di atas tidak ada yang dilaksanakannya qurban tersebut akan
meriwayatkannya selain Syarik. menolong si mayit dengan menambah
Berkata „Ali bahwasanya Abu al- pahalanya karena pahala dari qurban
Hasna‟ namanya tidak diketahui tersebut sampai pada si mayit.
yang sebenarnya, sedangkan
menurut Muslim nama Abu al- 1. Memilih Pendapat Yang
Hasna‟ adalah Hasan. Jadi jelasnya Rajih
bahwa hadits tersebut di atas tidak Berdasarkan munaqasah di
dapat dijadikan hujjah karena atas, yang rajih adalah pendapat Ibnu
termasuk hadits yang gharib dan Taimiyah yang mengatakan bahwa
dhaif. boleh berkurban atas nama orang yang
telah meninggal dunia tanpa wasiat,
Berdasarkan uraian diatas
sebagaimana yang dikuatkan oleh
jelaslah terlihat kelemahan
hadits yang berkenaan dengan
pemahaman Imam An- Nawawi
sampainya sedekah kepada orang yang
terhadap surah An-Najm ayat 39
telah meninggal dunia, yaitu :
tersebut karena menurut tafsir al-
Qurtubi dan tafsir al Baghawi bahwa
ayat tersebut mengandung makna
: ‫حدثنا سعيد بن ابي مريم‬
walaupun manusia menerima akibat : ‫حدثنا محمد بن جعفر قال‬
dari apa yang diperbuatnya, Jadi doa,
28 Abi 'isa Muhammad ibn 'isa ibn Syekh Muhammad Al-Khatib Al-Syarbainni,
Saurah at-Tirmizi, al Jami' as-sahih sunan at- h. 378.
tirmizi, (Mesir: Mustafa al-baby al-
29 Abi 'Isa Muhammad ibn Isa at-tirmizi,
hlmaby,tt), jilid IV, 1962, h.84. Hal ini juga
terdapat dalam kitab Mughni al-Muhtaj, h. 84.

19
‫ عن‬,‫ عن أبيه‬,‫أخبرني هشام‬ Secara bahasa maqashid as-
syari‟ah terdiri dari dua kata yaitu
‫ أن‬:‫عائشةرضي هللا عنها‬ maqashid yang artinya kesengajaan
atau tujuan dan syari‟ah artinya jalan
‫رجَل قال للنبي صلى هللا عليه‬ menuju sumber air ini dapat pula
, ‫ إن أمي افتلتت نفسها‬:‫و سلم‬ dikatakan sebagai jalan ke arah
sumber pokok kehidupan. Adapun
‫ فهل‬,‫وأظنها لو تكلمت تصدقت‬ tujuan maqasyid syari‟ah adalah untuk
kemaslahatan manusia.
‫لهـا أجر إن تصدقت عنها ؟‬ Kemaslahatan dapat
)‫ (نعم‬:‫قال‬ terealisasikan dengan baik jika lima
Artinya: “Menceritakan kepada kami unsur pokok dapat diwujudkan dan
Sa‟id bin Abi Maryam, dipelihara , yaitu agama, jiwa,
meneritakan kepada kami keturunan, akal dan harta.
Muhammad bin Ja‟far, Tujuan syari‟ dalam
Mengabarkan kepada kami mensyariatkan ketentuan-ketentuan
Hisyam, dari ayahnya, dari hukum kepada orang- orang mukallaf
„Aisyah ra, bahwa ada seorang adalah dalam upaya mewujudkan
laki-laki menemui Rasulullah kebaikan-kebaikan bagi kehidupan
saw lalu berkata, “Wahai mereka, baik melalui ketentuan-
Rasulullah, sesungguhnya ibuku ketentuan yang daruriy, hajiy, dan
meninggal secara mendadak dan tahsiniy.
belum sempat berwasiat, aku
menduga sekiranya ibu bisa Syatibi berpandangan bahwa
bicara, tentu ia akan tujuan utama dari syariah adalah
bersedekah”. Apakah ia akan untuk menjaga dan memperjuangkan
mendapatkan pahala sekiranya tiga kategori hukum, tujuan dari tiga
aku mengeluarkan sedekah atas kategori tersebut ialah untuk
namanya? Beliau menjawab, memastikan bahwa kemaslahatan
“Ya”.” kaum muslimin baik di dunia maupun
di akhirat terwujud dengan cara yang
terbaik karena Tuhan berbuat demi
Hadits di atas menjelaskan kebaikan hamba-Nya.
bahwa ada seorang lelaki menjumpai
Rasul dengan mengatakan bahwa Kemaslahatan yang ingin diselesaikan
ibunya telah meninggal dan tidak adalah yang memiliki syarat sebagai
berwasiat sebelumnya, bolehkan saya berikut:
(lelaki itu) bersedekah atas nama ibu?
Rasulullah membolehkan
1. Masalah itu harus
(mengizinkan) bersedekah kepada
real atau berdasarkan
orang tua yang telah meninggal,
prediksi yang kuat dan
walaupun ia tidak berwasiat
bukan khayalan.
sebelumnya.
2. Maslahat yang ingin
a) Perspektif Maqashid Syari‟ah diwujudkan harus benar-
benar dapat diterima akal.

20
3. Harus sesuai dengan Jadi, dapat disimpulkan
tujuan syariat secara kaitannya dengan berkurban atas
umumzc dan tidak nama orang yang telah meninggal
bertentangan dengan prinsip dunia dalam perspektif maqashid as-
umum syariat. syariah merupakan sesuatu yang
4. Mendukung tidak dapat dipungkiri untuk
realisasi kemaslahatan umat.
masyarakat
daruriyat atau Adapun berkurban merupakan
menghilangkankesulitan yang salah satu amalan yang dapat
berat dalam beragama. meningkatkan kepedulian sosial
terhadap sesama. Apabila kita
Bila dihubungkan dengan termasuk orang yang cukup dalam
kondisi sekarang, masih banyak harta, hendaknya kita menyisihkan
manusia yang meninggalkan perintah sebagian harta kita untuk berkurban,
Allah, sudah semestinya kurban dengan begitu harta yang dimiliki
dilakukan untuk orang yang sudah akan tetap terpelihara di jalan Allah
meninggal diperbolehkan. Pada saat SWT.
ini tujuan berkurban selain untuk
beribadah kepada Allah juga untuk
kehidupan sosial agar dapat
menumbuhkan keberagaman sejati
pada orang yang melaksanakannya.
Disatu pihak disamping sebagai
salah satu jalan untuk membantu
menambah amal ibadah si mayit, juga
menolong fakir miskin untuk dapat
lebih menikmati dengan memperoleh
daging-daging kurban yang lebih
banyak dan lebih merata kepada
setiap fakir miskin. Jelasnya
pelaksanaan kurban untuk orang yang
sudah meninggal dibolehkan karena
mengandung beberapa hal, antara
lain bagi orang yang hidup lebih
mendekatkan diri kepada Allah,
memberikan sedekah amal kurbannya
kepada orang tua atau keluarganya
yang telah wafat, dan daging
kurbannya dapat membahagiakan
para fakir miskin di hari raya Idul
Adha. Dengan kata lain
dibolehkannya berkurban atas nama
orang yang telah meninggal dunia
mendatangkan kemaslahatan bagi
keluarga, si mayit dan masyarakat.

21
A. Buku Al-Syarbaini, Muhammad
Abdurrahman, E. Hukum Khatib. Mughni al-Muhtaj ila syarah
Kurban Aqiqah dan Sembelihan. al-minhaj. Beirut:Darl al-Fikr, 2009.
Bandung: Sinar Baru,1990.
Al abbas, Syams ad-din
Al-Syarakhsi, Syams al-Din. al- Muhammad ibn abi. Nihayah al Muhtaj
Mabsut. Beirut: Dar al-Kutub al- ila Syarh al Minhaj. Beirut: Darl al-Fikr,
„Ilmiyah, 1993. 2009.
Al-Syarbaini, Muhammad
Al-Qurtubi. Al Jami' li ahkam al
Khatib. Mughni Al-Muhtaj ila Ma’rifah
Qur'an. Beirut: Darl al Kutub al-
Ma’ani Al-Faz Al-Minhaj. Beirut: Darul
Ilmiyyah, 1988.
Fikr, 2009.
Al- Farra' al- Baghawiy, Abi
Alim, Muhammad.
Muhammad al-Husein ibn Mas'ud.
Pendidikan Agama Islam. Bandung:
Tafsir al-Baghawi, Beirut: Darl al-
Remaja Rosdakarya, 2006. Al-
Kutub al- Ilmiyah, 1993.
Jauziyyah, Ibnu Qoyyim, Alam Roh.
Al-Bukhari, Abdullah
Jawa Tengah: Insan Kamil, 2015.
Muhammad bin Ismail. Jami’ al-
Al-Hafidz, Hasin. Kamus Ilmu Shahih. Mathba‟ah Salafiyah, 1400H
Al-Qur’an. Jakarta: Sinar Grafika, An-Nawawi, Muhyiddin Syarf.
2006. Minhaj ath-Thalibin. Bairut: Dar al-
Fikr, 1425H/2005 M.
Al-Utsaimin, Muhhammad bin
Shalih. Asy-Syarh Al-Mumti’. An-Nawawi, Imam. Riyaddhus
Beirut: Darl Ibnu al-Jaizi, t.th. Shalihin. Beirut: Darl al-Zikr, t.th.
Al-Ansari Ibn Manzur, Jamal An-Nawawi, Muhyiddin Syarf.
al-Din Muhammad Ibn Mukarram. Minhaj ath-Thalibin. Bairut : Dar al-
Lisan al'Arab. Fikr,1425 H/2005M.
Kairo: Darl al- Ma'arif, t.th.
Al-Zuhaili, Wahbah. Al Fiqh al- An-Nawawi, Muhyiddin
Islamy wa Adillatuhu. Beirut: Darl al- Syaraf. Al-Majmu’ Syarh al-
Fikr, 1989. Muhadzdzab. Bairut: Dar al- Fikr, t.th.

Al-Syarbaini, Muhammad As-Syarbainiy, Muhammad al-


Khatib. Mughni Al-Muhtaj ila Ma'rifah Khatib. Mugniy ila Ma'rifat Ma'aniy
Ma'ani Al-Faz Al- Minhaj. Beirut: al Faz alMinhaj. Beirut: Darl al-Fikr,
Darlul Fikr, 2009. 1978.

Al-Tarmizi, Abu Isa Fuad Fanani, Ahmad. Islam Mazhab


Muhammad Ibn Saurah. Sunan al- Kritis. Jakarta: Kompas Media
Tirmizi. Kairo: al-Maktabah al-Hadits Nusantara,2004.
asy-syarif, t.th.
Al Kasany, Abu Bakar bin Ibnu Taimiyah, Syaikh al-Islam.
Mas'ud. Badai' al-Sana'i. Beirut: Darl Majmu’ al-Fatawa. Jakarta: Pustaka
al-Fikr, t.th. Azzam, 1996.

22
Moleong,Lexy. Metodologi Jambi Indonesia , 3 januari 2023.
Penelitian Kualitatif. Bandung: Tasnim Rahman Fitra (ed), Pedoman
Remaja K.Rosdakarya, 2005. Penulisan Skripsi, UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, 2020.
Katsir,
Ibnu. Tafsir
Ibnu Katsir.
Beirut: Darl al-
Fikr, t.th.
Ma'luf, Louis.
Al-Munjid.
Beirut: Al-
Maktabah
Syarqiyah, t.th.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI. Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1998.

Munawwir, A.W. Kamus al-


Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progesif, 1997.
Nashir, M. Husain. Fikih Dzahihah
Kurban, Aqiqah, Khitan. Jawa Timur:
PustakaSidogiri, 2005.
Nata, Abuddin. Metodologi
Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2012.
Riza Hamid, Samsul. Fatwa-
Fatwa Rasulullah 3 Seputar Haji dan
Kurban. Jakarta:Cahaya Salam, 2001.
Rosady, Ruslan. Metode
Penelitian: Public Relations dan
Komunikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2008.
Rusyd, Ibnu. Bidayah al-
Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid (
Indonesia: Darl al- Ihya' al-Kutub al-
'Arabiyah, t.th
Tahido Yanggo, Huzaemah.
Pengantar Perbandingan Mazhab.
Jakarta: Logos,1997.

23

Anda mungkin juga menyukai