Sintaksis Indonesia: Prof. DR A. A. Fokker
Sintaksis Indonesia: Prof. DR A. A. Fokker
SINTAKSIS
INDONESIA
O L EK
PROF. D R A. A. F O K K E R
D IlN D O N pS IA K A N
OLE]*
DJONJiAR
OLEH
PROF. DR A. A. FOKKER
DIINDONESIAKAN
OLEH
DJONHAR i
gelar
Sutan Panduko Sati
PERPUSTAKAAK
PAKULTAS-SASI8A U.I
VA&.
T .a g g .l
No. t ^ ...
3
A W A L K A T A
Penterdjemah.
SEPATAH KATA PADA TJETAKAN KE-2.
I S I
Hal.
Awal k a t a .................................................... , ............................ ...... 3
Sepatah kata dari penterdjemah ................................................. 5
Sepatah kata pada tjetakan k e - 2 .................................................. 6
Sepatah kata dari Penerbit .......................................................... 6
i s i ................................................................................................... 7
Bab I K a lim a t....................................................... .................... 9
A. Umum ....................................... .............................. 9
B. Beberapa type kalimatjangpenting .................... 15
C. Ichtisar type kalimatjangtelah d ib a h a s ............... 52
D. Bentuk d i - ................................................................ 53
Bab II Matjam kalimat ............................................................ 58
Bab III Hubungan k a lim a t........................................................ 63
Bab IV Merapatkan kalimat .................................................... 72
Bab V Kalimat luas I ................................................................. 85
Bab VI Kalimat luas II ......................... ................................... 95
Bab VII Kalimat luas I I I ......................... .................................. 114
Bab VIII Pandangan kembali dan penjim pulan.............. .. 121
Bab IX Kelompok kata ............................................................ 125
A. U m u m ...................................................................... . . 125
B. Kelompok bertingkat.............................................. 130
C. Kelompok setara ................................................... 157
D. Pandangan kembali dan penjimpulan ... ............... 165
Daftar kata ............................ ........................................................... 167
Daftar hal .......................................................................................... 170
T e k s ..................................................................................................... 172
Daftar publikasi jang d ik u tip ...... ................................................. , 173
I
9
Bab I
KALIMAT
A. U M U M
1) Reichling: De taal, haar wetten en haar wezen. E.N.S.I.E. II, hal. 38. dbb.
2) Lerch. Satzdefinition und Stimmfiihrung, Leuv. Bijdr. 1940, dl. 1-2.
;!) Perbandingkan apa jang dikatakan tentang hal ini pada Overdiep, hal. 80
dbb. *
10 1. KALIMAT A. UMUM
Djuga sama sekali tidak mungkin, bahwa kita akan melajani ber-
matjam2 soal jang muntjul berhubungan dengan intonasi*).
1 BANGUN KALIM AT
2.- Tiap2 kita, jang pernah berpikir tentang bahasa jang kita
pakai se-hari2, mengetahui, bahwa kalimat2 jang kita utjapkan ter-
bentuk dengan tjara jang tertentu. Dalam pembentukan kalimat2 kita
itu kita bekerdja bukan dengan tidak menentu sadja, tetapi kita dengan
tidak sadar mengikuti aturan2 jang tertentu, misalnja tentang urutan
kata2nja. Aturan2 atau undang2 itu dipeladjari oleh tiap2 manusia
dalam masa kanak2nja dengan menirukan orangtuanja dan orang*
sekelilingnja. Kalau ada orang dalam berbitjara menjimpang dari
aturan2 atau undang2 itu, akan dapat djuga difahaminja — kadang3
djuga tidak — tetapi penjimpangan itu akan dirasakannja sebagai
sesuatu jang aneh, dan orang jang memakainja, dengan alasan itu,
akan dianggapnja sebagai orang asing atau se-tidak2nja sebagai orang
jang berasal dari daerah lain sama sekali. Dan kalau kita pada umur
jang lebih landjut mempeladjari bahasa kedua, maka kita akan segera
merasakan, bahwa kalimat2 dalam bahasa tersebut kerap kali dibentuk
dengan tjara jang lain, dan intonasinjapun berlainan. Misalnja kita
tidak mungkin dengan begitu sadja menterdjemahkan bahasa Belanda
kedalam bahasa Inggeris, ataupun bahasa Djawa kedalam Bahasa
Indonesia, dengan menterdjemahkan kata2nja satu demi satu. Kalau
kita berlaku demikian, maka dalam banjak hal bukanlah kalimat jang
terdjadi, tetapi omong kosong (onzin). Hal jang demikian tentu sadja
akan nampak benar- pada bahasa2 jang tidak serumpun jang mem-
punjai type jang menjimpang sama sekali, seperti misalnja bahasa
Djawa dan Belanda. Lebih2 beda intonasi akan nampak dan terasa
benar pada orang2 jang mengutjapkan isi hatinja dalam bahasa asing.
Dalam berbitjara mereka sebagian mempergunakan intonasi bahasanja
sendiri. Kalau kita mendengar mereka berbitjara pada djarak jang
demikian djauhnja, sehingga kita hanja mendengar suaranja dengan
djelas, tetapi tidak kata demi kata, maka kita akan mendapat kesan,
bahwa mereka berbitjara dalam bahasanja sendiri. Waktu m endekati
mereka barulah kita tahu, bahwa mereka berbitjara dalam bahasa
jang asing untuk mereka.
Undang2 untuk membangun kalimat dari tiap2 bahasa memang
berlainan. Barang siapa jang mempunjai tugas untuk melukiskan se
suatu bahasa, entah untuk tudjuan ilmu pengetahuanj entah untuk
keperluan pengadjaran, haruslah mentjari undang2 itu, jaitu undang2
ilmu tatakalimat atau sintaksis.
i) P ad a banjak hal jang penting djuga belum ada kesatuan pendapat, dem i
kian mis, tentang pertanjaan, apakah bentuk2 tonal konvensionil atau spon-
tan, a ta a , kalau ia boleh ke-dua2nja, dim ana h aru s k ita letakkan batasnja.
L ihat D uijker, T a a l en psychische w erkelijkheid.
SUBJEK DAN PREDIKAT 11
i) Perb. Bally dan Sechehaye: ”Le noyau central de tout expos6 syntaxique
est naturellem ent la phrase independante la plus elem entaire, celle qui unit
un sujet simple avec un predicat simple.” (Actes, hal. 51).
*) Bally dan Sechehaye. Actes, hal. 52.
I. KALIMAT A. UMUM [4
Dalam semua hal ini petundjuk2 jang lebih landjut itu mendjadi ^
bagian dari P. Tempat petundjuk2 jang lebih landjut sematjam itu
dalam kalimat, atau, seperti jang dikatakan orang, keterangan dalam
banjak hal bergantung kepada hal penting atau tidaknja ia terhadap
bagian kalimat jang lain. Dengan demikian ia kerap kali djuga dapat
ditempatkan dimuka, djadi dimuka S. M is.:
(16) Seminggu lagi kita akan bertemu muka.
tentu pun dapat pula mempunjai arti jang ak tifJ). Sebaliknja perten-
tangan aktif/pasif pun tidak konsekwen dinjatakan oleh ber-bagai2
bentuk. Kadang2 beberapa kata berisi kedua kemungkinan. M is.:
(19) a. Ia lupa akan perdjandjian itu.
b. Perdjandjian itu sudah lupa olehnja.
(20) a. Tombak tembus kedadanja.
b. Dadanja tembus oleh tombak.
OBJEK
V J-m ai oa.
2) T jontoh2 gedjala jang sam a dalam bahasa-* la g kita djumpai pada Gonda.
O ver Indonesische werkwoordsvormen (I), Bijdragen dl. 105, hal. 343.
3) Band. D e G root, hal. 118 dbb.
18 B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [9 , 2 , 3
PENTING
Beberapa tjo n to h :
(33) Tempoh hari telah saja uraikan tentang keadaan itu.
(34) Hal demikian merusakkan pada perdjuangan kita.
(35) Orang lain telah mengetahui hal kelakuannja jang djahat itu.
(36) Nanti saja mengabarkan perihal jang terdjadi disana.
(37) Aku memikirkan peri tingkah laku sahabatku itu.
Peri hanja masih dipakai dalam bahasa jang lebih tua atau bahasa
kesusasteraan. Dalam B.I. umumnja lebih banjak dipergunakan kedua
kata jang terachir, atas dan terhadap. M is .:
i) Enklitis artinja: dem ikian bersatunja dengaft1 k a ta sebelum nja, sehingga ter
b entuk satu keseluruhan. , ' '
*) P engulangan disini m em punjai arti frekw entatif.
•) L ih a t 71, 2
OBJEK 19
D juga:
awas akan hormat akan loba akan rindu akan
bangga 99 ingat „ lupa 99 sadar
bentji 99 insaf „ maklum 99 sajang ♦»
biasa 99 jakin „ malu 99 segan
bimbang 99 kasih „ marah 99 tahu •>
K c a d a a n B. I. d e w a s a i n i t i d a k m e n g -
izinkan u n tuk m enentukan dengan s e - t e l i t i 2-
nja, b i l a d i u t a m a k a n k a t a p e n g h u b u n g jang
satu dan bila ja n g lai'n , atau bilakah ke=
m u n g k i n a n i t u l e b i h d a r i s a t u m a t j a m. Hal
itu berlaku djuga untuk hal2 jang tersebut pada no. 29 s/d no. 38.
l ) A rtinja dalam bahasa tertulis. D alam bahasa lisan kita dalam hal ini lebih
m erdeka.
z) D alam bahasa jang lebih tua dan bahasa sastera tunduk kebawah.
20 I. B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [9, 4, 10
PENTING
1) L ih a t 8, N o. 17 dan 18.
2) B andingkan 42, 3.
3) D ari b ah asa D jaw a kagum .
11, 12, 1, 2] BENTUK BER- KAN 2]
PENJEKATAN SINTAKSIS
1) D ari bahasa D jaw a (Sunda) njolok mata. D alam B.I. m enjolok mata = me-
njakitkan hati, tetapi sekarang djuga berarti ,.menarik perhatian”.
2) L ihat 81.
22 I. B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [ 12 , 3, 4 5, 1 3 1
PENTING ’ ’
t e Pa ^ ^ h S t s a t S ° “ Sebe“,ar «
Demikian d ju g a:
berpedoman kepada kejakinan berguru kepada si Anu
bertupang kepada masa jang silam
berpihak kepada lawan bertuan kepada g. A qu
Demikianlah maka untuk pengganti berdasarkan dan bersendikan
djuga kita d ju m p ai: berdasar kepada dan bersendi kepada
5 Achirnja - oleh pengaruh bahasa Belanda _ - ‘ reiasi ^
djuga diungkapkan orang dengan memakai atas. Mis. •
kapital jang bersandar atas negara modem
berdasar atas pengalam anx).
Djuga disini keadaan bahasa Indonesia
d e w a s a i n i b e l u m m e n g i z i |n fc a n u n t u k m e -
n e n ' t u k a n , k o n s t r u k s i m a n a j a n g l e b i h rfi
utamakan^
DUA OBJEK
13. 1. Pada achirnja kita minta perhatian atas sekumpulan
kata jang isi pengertiannja menghendaki tambahan dua unsur. M is .:
(48) G uru memberi kami kitab.
Kita lihat disini, bahwa P terdiri atas tiga elemen, jaitu memberi,
kam i dan kitab. Kedua kata terachir ialah tambahan jang perlu
Kita lihat disini, bahwa P terdiri atas tiga elemen, jaitu memberi,
xami dan kitab. Kedua kata terachir ialah tambahan jang perlu pada
jang pertama. Bukankah memberi itu tidak dapat dipikirkan tanpa
orang kepada siapa kita memberi dan hal jang diberikan ? Dengan
kata lain, memberi mempunjai dua objek. Relasi antara ketiga elemen
tersebut disini se-mata2 lagi dapat dikenal pada kedudukannja (posisi-
Qja) terhadap sesamanja. Urutan kedua objek, kami dan kitab, adalah
tetap dan tidak berubah. Atas dasar itu maka kami kita namakan
objek pertama dan kitab objek kedua,
Beberapa tjontoh jang lain :
(49) Ajah mengirimi saja uang tiap2 bulan.
(50) Pemimpin menjerahinja pekerdjaan penting.
(51) Rakjat mentjurahi orang itu kepertjajaan penuh.
2. Kalau konstruksi ini kita balikkan, maka objek jang pertama
mendjadi S, sedangkan objek jang kedua kembali lagi tempatnja di-
belakang sekali. D jad i:
(52) Orang itu ditjurahi rakjat kepertjajaan penuh.
Djuga dalam hal ini urutan kata tetap. Rakjat dan kepertjajaan
hanjalah dapat bertukar tempat, apabila dipakai kata penghubung
D jadi:
(53) Orang jang ditjurahi kepertjajaan penuh oleh rakjat.
3. Pada no. 49 s/d no. 53 terus-menerus kita djumpai kata-
kcrdja jang memakai achiran -i, dengan arti dasar umum „memberi”.
Konstruksi jang sama kita lihat sekarang pada sedjumlah katakerdja
jang lain, djuga dengan achiran -i, jang, biarpun tidak mempunjai
arti „memberi”, mempunjai arti jang berdekatan.
Bedanja dalam hal ini hanjalah, bahwa elemen ketiga disini
biasanja disertai oleh kata penghubung dengan, biarpun hal itu tidak
selamanja diharuskan benar. M is.:
(54) Amerika membandjiri seluruh dunia dengan barangnja.
(55) Mereka melempari andjing dengan batu.
(56) Pak tani menanami sa\Vah dengan padi.
Dengan konstruksi jang dibalikkan :
(57) Sawah ditanami pak tani dengan padi.
A ta u :
(58) Sawah ditanami (dengan)' padi oleh pak tani.
Dalam hal jang achir ini pemakaian dengan adalah fakultatif.
4. Selandjutnja dalam kelompok ini termasuk sedjumlah kata
kerdja jang memakai achiran -kan, dengan arti dasar umum „me-
ngerdjakan sesuatu untuk seseorang”. Sebagai objek pertama bertindak
orang, untuk siapa sesuatu itu dilakukan dan sebagai objek kedua
sesuatu jang dikenai pekerdjaan. M is.:
I.B . BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [ 13, 4, 5, 14 > 1
PENTING
)u8a diutjapkan dengan tjara sebagai b erik u t: suara jang amat me-
^ lnggi dan tempo jang dilambatkan pada S dan kemudian djeda jang
eraug terdengar (disini kebanjakan penulis memakai koma). Setelah
. dimulai lagi dan P mempunjai intonasi type kalimat pertama
Jang biasa.
■Dalam kalim at2 jang sematjam ini pokok pemberitaan, jaitu S,
niula2 digeser kemuka, sehingga ia mendjadi pusat perhatian.
. . se-akan2 m erupakan antjang2. Inti pemberitaan jang sebenarnja,
jaitu sesuatu jang ingin kita beritakan tentang pokok pembitjaraan,
J2kni p } dipisahkan dari S oleh suatu djeda.
Djeda inilah tjiri lahir jang menjatakan hubungan jang longgar
antara kedua bagian kalimat. M enurut tatabahasa hubungan jang
longgar ini dinam pakkan oleh P, jang mempunjai konstruksi jang
berdiri sendiri, dengan kata2 lain p r e d i k a t m e n u r u t
b e n t u k nja adalah kalimat jang t e r s e n d i r i 1).
Ikatan dengan subjek, kalau perlu, dapat dikembalikan lagi dengan
memakai salah satu kata penundjuk. Sebagai tjontoh penundjukan
jang demikian 'kita berikan kalimat b erik u t:
(69) Orang jang melanggar aturan itu, tentulah ia dihukum
berat.
Dalam kalimat ini ia menundjuk kepada S. orang jang melanggar
aturan itu. Apabila kita namakan ia dan dihukum berat, atas dasar
relasi sesamanja, masing2 pokok, dengan singkatan p2), dan sebutan,
dengan singkatan s, maka no. 69 dapat kita lukiskan setjara skematis
d en g an :
S / - - L _ 3)
pS
P, tentulah ia dihukum berat, menurut bentuknja kalimat tersen
diri, jang dalam keadaan lain djuga dapat bertindak demikian. Tepat
serupa itu ialah djuga P pada no. 68, beladjar pada sekolah rendah,
dengan tidak suatu keberatan dapat bertindak sebagai kalimat ter
sendiri. Beda satu2nja ialah, bahwa pada no. 68 p tidak ada, seperti
djuga dalam kalimat berdiri sendiri S kerap kali tidak ada. Djadi
no. 68 dapatlah kita lukiskan:
S/ .
(p)s *
Tjatatan. Dalam bahasa Belanda no. 68 sebenarnja harus kita
terdjemahkan dengan „Zijn dochtertje, die is op de lagere
school” („His daughter, she is at the elementary school”).
2. Kalimat type ini dapat kita kemukakan sifatnia sebagai ber
ikut :
d a n s a t u h n <r ■J 3 ° ^ m e m b e r i k a n k e t e g a n g a D
a n i t u Oleh sebab3itu W 115 ^ * e l e P a s k a n ketepanf
beruas. kalim at begini kita nam akan k a l i m a t
* r s £ sZ
? £ £ '%££? « c r 5 S ? d S ? pa ” un hasard si
■a syntaxe segmentce joue ;ci un r. , . irnI)ori0n t : elle est avec
KATA2 PENGANTAR.
dinprirMnt ^ ek Persiapan seperti tersebut diatas masih dapat lagi
d ^ T ak; , ^ a,aa pc“ 0,0nS Jans se-akan®
itu iane S , a n i a k r t i ! v l Pa .d ‘“ llkan * n g a i „tentangan hal”. Untuk
art) . i . ? at ia la h : adapun, akan, tentang (atau tentang-
an). untuk, bum, perkara dan, lebih* dalam bahasa pwfjakapan, kalau.
Selandjutnja kita lihat dalam kalimat2 type ini kerap kali djuga
kata-penghubung ialah dan jaitu, jang telah kita sebut pada 7, 2. Hal
itu dapat kita pahami, oleh sebab kata2 ini, seperti adapun, akan dsb.
m empunjai tugas untuk mendjadi batas antara S dan P.
Tjatatan. Jaitu terdjadi dari ia itu, dan ialah sebenamja gunanja
untuk mengulangi S. Djadi kata2 ini ialah kata2 penundjuk *)•
Dengan jaitu dapat disamakan benar kata Sunda nja eta.
2. Sekarang kita berikan beberapa tjo n to h :
(77) Adapun tempat tinggalnja, tidak diketahui orang.
(78) Adapun jang punja rumah itu ialah orang hartawan.
(79) Akan kamarku jang dahulu, ditempati oleh orang jang
baharu itu.
Dengan pertolongan kata2 ini djuga dapat diungkapkan sesuatu
jang berlawanan. M is.:
(81) A dapun akan namaku, Sjamsu’ddin.
Tetapi ini tetap terbatas pada bahasa jang lebih tua atau kuno.
(82) Tentangan persediaan alat2 dan mesin, akan diberikan
bantuan jang banjak.
(83) Perkara memberi nasihat, sudah lama dalam ingatan saja.
(84) Kalau buku ini, belum lagi pernah dibatja abang.
(85) Kalau saja, sekali-kali tidak sepakat dengan mereka.
3. Selandjutnja pemakaian kata2 pengantar sematjam itu tidak
lah berarti bahwa kita berhadapan dengan kalimat type kedua. Kita
hanja dapat mengatakan, bahwa dalam kalimat type kedua kerap kali
dipergunakan kata2 ini untuk lebih mengemukakan S.
Tjatatan. K ata2 pengantar seperti tersebut diatas terdapat
dalam kebanjakan bahasa2 Indonesia, biasanja dalam kalimat2
beruas, Bahasa Djawa memakai untuk ini diantaranja jen dan
d e n i. Mis. :
Jen kowe, weruh d6we
(Kalau kamu, tahu sendiri)
Bahasa Sunda memakai diantaranja ari. M is.:
Ari- tungtungan mah 2), nja 3) salah V a n g duaan.
(Achirnja, kita berdua jang salah).
Bahasa Batak-Toba memakai antara lain anggo dan ija. M is.:
1) L ih. 41.
2) M a h g u nanja untuk m enjatakan pertentangan.
8) N ja g u n an ja disini untuk m engantarkan dan m enegaskan P.
15» 3, 16, 1, 2] SUBJEK PILIHAN 29
Perlu diketahui, bahwa kata Djawa Jen, kata Sunda ari dan djuga
kata Toba anggo dapat menjatakan relasi sjarat (kondisi). Mungkin
sekali fungsi pengantar jang sederhana itu harus dianggap primer dan
arti sjarat harus kita anggap sebagai perkembangan art! kemudian 2).
Perkembangan jang sama berlaku pula pada kalau, jang djuga me-
njatukan kedua fungsi dalam dirinja.
U ntuk bahasa2 Indonesia jang lain dapat pula kita bandingkan
Kahler, dalam penjelidikannja tentang bahasa Nias 3) dan Jo n k e r4).
SUBJEK PTLIHAN
16. 1. Tiap bagian jang mana sadja dari kalimat type pertama
dapat berlaku sebagai S dari sebuah kalimat type kedua. Untuk mem-
buktikan ini dengan se-djelas2nja, akan kita berikan sedjumlah tjontoh,
tiap2 kali dua kalimat, jang sudah dipilih demikian rupa, sehingga
ia dibangun dari unsur2 jang sama, tetapi jang lain tjara pengelompok-
annja, oleh sebab unsur2 tadi diletakkan dalam urutan jang Iain. 8).
Tjatatan. Disini harus diingat benar2, bahwa perbandingan
kalimat-, jang dipakai disini biarpun terdiri atas unsur2 jang
sama, tetapi dalam pengelompokan jang ber-matjam2, selan
djutnja tidak menjatakan apa2 tentang hubungan sesamanja.
Djadi kita tidak mengatakan, bahwa jang satu terdjadi dari
jang lain. Kalimat2 tersebut ialah kalimat2 jang berdiri sendiri2
jang mungkin kita djumpai, andai kata kita dapat mengumpul-
kan kalimat jang tak terbatas djumlahnja dan mengaturnja,
dan disinii hainja diletaik'kan berd'amipingan sebagai perbandLngam,
agar kemungkinan3 pentrapan type kalimat, jang kita bahas
disini, dapat dikemukakan dengan djelas.
PENUNDJUKAN
17. 1. Kerap kali terdjadi dalam type kalimat ini, bahwa
suatu unsur jang termasuk dalam P, mewakili S atau menundjukkan-
nja. Hal itu sesuai benar dengan watak kalimat beruas. Dalam type
pertama S dan P tidak sadja merupakan setjara tatabahasa, tetapi
djuga setjara psichis suatu keseluruhan jang rapat. Sebaliknja type
kedua mempunjai watak jang terbuka; S dan P ditjeraikan oleh suatu
djeda. Djeda ini ialah tjiri jang lahii jang menandakan hubungan
psichis jang longgar.
Tjatatan. Bahwa kita merasakan hubungan ini memang longgar,
ouktinja ialah, bahwa hubungan itu dapat djuga diputuskan. M is,:
J2 I.B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [17, 1, 2, 3
PENTING
PEMAKAIAN BENTUK ME
18. Dalam kalimat jang terachir muntjul pula keistimewaan jang
bersifat morphologis, jang djuga bersifat karakteristik untuk kalimat
beruas, jaitu pemakaian bentuk me-. Tentang pemakaian bentuk ini'
bukankah peraturannja 2) berbunji, bahwa bila objek (pat'iens) menda-
hului, tidaklah boleh dipakai bentuk me-, tetapi se-mata2 bentuk di- ?
Berhubung dengan ini baiklah kita bandingkan dengan tjontoh2 jang
diberikan pada 8 (no. 17 dan 18). Rupanja no. 114 b berlawanan
dengan peraturan ini. Bukankah disini objek dari mengindahkan, jaitu
tjelaan, berdiri dimuka ? Namun demikian bentuk me- dipertahankan.
Memangnjalah peraturan diatas tidak berlaku dengan sama kuatnja
untuk kalimat beruas. Dapatlah kita katakan, bahwa pada type ini
ada kemungkinan untuk memakai bentuk me-, jang tidak mungkin
pada type pertama.
Djuga gedjala ini adalah sesuai dengan sifat terbuka pada kalimat
beruas, jaitu bahwa P dapat membentuk suatu konstruksi jang berdiri
sendiri.
Kita berikan sekarang beberapa tjontoh jang lain lagi :
(115) Akan larangannja tak boleh merokok, saja membenarkan.
(116) Mana baik pada pendapat entjik, saja mengikut.
(117) Pertanjaan itu, saja tidak sanggup menjahuti.
(118) Segala apa jang disuruh kemauan, badan tangkas dan
tjepat melakukannja.
No. 114 s /d 118 termasuk semuanja pada type kedua karena
pemakaian bentuk me-.
Selandjutnja terbukti pada no. 115, 116 dan 117, bahwa pernra-
djukan pada S dengan pertolongan achiran -nja dalam hal ini tidak
perlu benar.
d a h u lu k a n P se 1npC
^f•*aH• ^e-n ^ a,ctif d a la m hal o b je k ja n g d i-
m atjara2 bahasa Indonesia de d' ataS’ k 'ta djum Pai daIam ber'
Djawa • Prakawis ^ ei?San scrupa benar. Bandingkanlah :
' rn W I ? Unika’ kula boten ngretos.
Sunda : A n d ie Jrf t e h - v Saj"8i l-idak: m enSerti)-
-*u sadaJana pada neangan.
B atak-T oh^ a Sem1u ani a ™ n tja ri m an).
n > nfn dl3).dalan si-degeon, ulang ho humolso.
te n tan g ^ aU tiO ^ n8 h3rUS diIalui’ dianSan,ah susah
*) Bandingkan 64, 8.
36 B. BEBERAPA TVPE KALIMAT (30, I, 2, 3, 4, 21 , 1
ja n g p e n t in g
ASPEK
21.
kita d a n a t V t '* '^ kedJadian didunia ini jang berlangsung disekeliling
keseluruhannia da? beberapa segL Kita daPat menilrknja dalam
istimewa k e J .t’t u ■ .pat djuga menudjukan pandangan kita
habisannja K eh an ;!^ an .?\ng tertentu- Mis- permulaa-nnja atau peng-
kan hal ini n m • i bahasa mempunjai tjara2 untuk mengungkap-
kediadian dala™ ,ah n?aka kita daPat menggambarkan suatu
tertentu, bahwa j f 6/ ”111 aan,nj.a > art‘nja .menjatakan dengan tjara jang
kan bahwo l- mu ai (inchoatif) ; kita dapat djuga menjata-
(progresif) h a w t -a ang dalam perkembangannja benar
bahwa ia 'm e n f la. berlangsung dalam waktu jang tertentu (duratif),
Perfektif) b a h w f ^ a i( tUr ]Uj ni. l 311 Penjelesaiannja (resultatif atau
bahwa ke’djadian ^ raPa kali beivturut2 (frekwentatif),
Qjadian sama sekali tidak terikat pada lamanja berlangsung,
A SPE K 37
2 1, 1 ]
!) B agaim ana ber-m aijam - aspek. diungkapkan dalam bahasa- Indonesia, se-
tah u kam i belum p ernah diselidiki setjara sistematis. O leh sebab itu tjukup-
lah, kalau k ita disini m em perbintjangkannja dengan setjara pendek.
2) B ahw a ia bukan achiran dibuktikan oleh hal. bahw a ia tidak m em pengaru-
hi tekanan kata.
22. 3, 4, 5, 6, 7] ASPEK INCHOATIF 39
5. K erap kali kita lihat pun dan lah ada ber-sama* dengan
bentuk ter-, jang dengan sendirinja sudah djuga dapat dipergunakan
untuk mengungkapkan kedjadian2 jang tiba2 atau jang tidak di-sangka2.
Mis. :
(142) Sajapww terbangun/a/; dari tidur.
(143) Ia pun tertidur dengan njenjak.
1) Lih. 54.
") G en ta r artinja s e b e n a rn ja : „gem etar”.
3) V an G inneken m enjebutkannja disini sebagai ,,vaagbew uste olnderlaag”
(Van G inneken, F eiten en dingen, N ieuw e T aalgids V I, hal. 132 dbb.).
42 12 3 , 4. 5. 6, 2 4 , 1
Beberapa tjontoh la g i:
A da seorang pengemis duduk dipekarangan.
Ada kereta api terbalik.
Tepat seperti itu dipakai orang dalam bahasa Djawa dan Sunda
masing2 ana dan aja, Mis. :
Ana botjah dolanan r). (Ada anak main-).
Aja djelema diuk diburuan. (Ada orang duduk dihalaman).
5. Bahasa Indonesia masih mempunjai berbagai tjara jang lain
untuk istimewa menundjukan perhatian pada lamanja sesuatu bci-
langsung. H al itu lebih- dilakukan dengan pengulangan kata. Mis. •
(159) Uang sebanjak itu disimpan-simpan sadja2).
Dalam pada itu tidak ada bedanja, apakah sesuatu berlangsung
dengan tidak terputus-putus, atau dengan berulangj-ulang (frekwen-
tatif). Hal itu terletak sama sekali pada watak kata jang diulangi stu.
Mis. :
(160) Orang itu mengangguk-angguk beberapa kali.
6. Pengulangan djuga dapat dipakai untuk m e n g g a m b a r k a n
suatu kedjadian, tidak sebagai satu proses jang berlangsung pada
suatu saat jang tertentu, tetapi sebagai keseluruhan kompleks, tanpa
garis2 batas jang tadjam, jang tak tertentu dalam hal lamanja bcr-
• langsung, tudjuan atau hasil (indeterminatif). Mis. :
(161) Ia hendak menakut-nakuti saja sadja.
Selandjutnja kita djuga tidak dapat membedakan dengan korif-
sekwen indeterminatif dari duratif.
Tjatatan. Pengulangan kata untuk mengungkapkan aspek ialah
suatu gedjala jang amat banjak tersebar dalam bahasa2 Indo
nesia. Dalam bahasa- jang lain dari pada bahasa Melaju kiia
djumpai selain pengulangan seluruhnja kerap kali djuga redu-
plikasi, jaitu pengulangan suku pertama, dengan boleh di
katakan fungsi jang sama. Selain itu pengulangan dapat
ber-sama2 dengan pertukaran bunji. Jang terachir ini, s e d i k i t
sekali kita ketemukan dalam B.I. dibandingkan dengan banjak
bahasa2 Indonesia jang lain. Hal itu tidaklah m e n g h e r a n k a n
kita benar, ia sesuai benar tiengan sifat „intelektuil” B.I.
TY PE KALIM AT KELIM A
24. 1. Untuk dapat mengemukakan sifat type ini dengan djelas,
marilah kita dulu membandingkan kalimat- berikut :
Kalau lah dan jang dipakai, seperti pada no. 168 s /d 171, maka
pertentangan dengan type kalimat pertama tentu sadja tidak lagi se-
mata2 berdasarkan intonasi. Pemakaian lah dan jang sudah menentu-
kan, bahwa kalimat itu type kalimat kelima.
5. Klimaks dapat diungkapkan dengan pertolongan partikel pun
itu djuga, jang telah kita sebutkan pada 22, tetapi sekarang dalam
fungsi jang lain. Dalam bahasa Belanda hal itu dinjatakan dengan
„zelfs” (Inggeris „even”). Bandingkanlah kalimat2 b erik u t:
(172) a. M entjetak belum habis.
M et het drukken is men nog niet klaar.
They have not yet finished printing.
b. M entjetakpun belum habis.
Zelfs met het drukken is men nog niet klaar.
They haven’t even finished printing it.
No. 172 a dapat digolongkan pada type kalimat pertama ; b ter
masuk type kelima.
Tjatatan. Pun djuga digunakan untuk menjatakan ketidaktentu-
an. Mis. :
siapapun
apapun
dimanapun
bagaimanapun
Dalam fungsi ini ia masih pula dapat diperkuat dengat pertolong
an djuga atau djua 1). M is .:
siapapun dju(g)a
atau boleh djuga : siapa djuapun.
U ntuk pengganti pun dapat djuga dipakai barang dalam fungsi
jang sama. Mis. :
barang siapa
Tetapi jang terachir ini lebih lemah dari siapapun.
Ketiga unsur tersebut dapat pula dipakai ber-sama2. M is.:
barang siapapun dju(g)a
K ata ganti taktentu, terdjadi dari peleburan dengan keingkaran,
seperti dalam bahasa Belanda n-iemand, rriets, Inggeris: no-body,
no-thing, tidak ada dalam bahasa Melaju dan demikian djuga dalam
bahasa2 Indonesia jang lain.
Kita berikan beberapa tjontoh :
]) Djua asalnja m ungkin suatu bentuk variasi dari djuga d an kem udian agak
sedikit dibedakan. Djuga dapat djuga dipakai tersendiri, djadi tanpa pun,
untuk m enjatakan ketidaktentuan.
2 4, 5, 2 5 , 1, 2, 3] TYPE KALIMAT KELIMA 4
tjeraikana ivlis^-ta^ tentU *tU dan ^eingkaran dapat dengan mudah di-
TY PE KALIMAT] KEENAM
26. 1. Untuk menggambarkan type kalimat keenam, marilah
kita bandingkan kalimat2 b erik u t:
(184) a. Tamu datang.
b. Datang tamu.
No. 184 a dapat digolongkan pada type kalimat pertama. Dalam
hal jang' demikian tamu, jang terkenal pada si pembitjara dan si
pendengar oleh hal jang baru lalu atau pada umumnja oleh situasi •").
dipilih sebagai titik permulaan untuk suatu pemberitaan. Djadi si
pembitjara berbitjara disini tentang sesuatu, jang dianggapnja sudah
diketahui oleh si pendengar. Dengan kata lain, tamu ialah S dan datang
ialah P.
No. 184 b termasuk golongan type kalimat keenam. Disini tamu
hanjalah terkenal pada si pembitjara sadja dan djustru adalah m aksud-
nja untuk memberitakannja kepada si pendengar. Dengar kata lain,
pada b tidak ada subjek. Seluruh kalimat terdiri atas P, dan S ialah
keseluruhan keadaan2 jang agak kurang tertentu, dan jang untuk si
pembitjara mendjadi sebab untuk mengutjapkan kalimat in i4).
Beda a dan b djuga terdengar pada intonasi. Pada b datang di-
utjapkan dengan suara datar dan tamu dengan suara naik.
2. Pada type kalimat keenam muntjul suatu aturan, jang mc-
mainkan peranan penting dalam sintaksis Indonesia, jaitu kegemaran
m e l e t a k k a n unsur (orang atau h a l ) baru jang masih tak dikenal di-
belakang.
1) A chiran -ndu m ula2 hanja dipakai untuk radja=. Sekarang tidak lagi demi-
, kian halnja. Kakanda, adinda, ajahanda dan jang sem atjam itu ialah bentuk
h o rm at dan bentuk sastera untuk kak, adik, ajali.
2) Lih. Bab IV.
*) Lih. 4.
4) H al jang sem atjam itu telah kita sebutkan p ad a 23, 4. Tjat.
2 6 , 2, 3. 27. Ij TYPE KALIMAT KEENAM 47
TY PE KALIMAT KETUDJUH
27. l . Untuk menondjolkan watak type ini dengan djelas. kita
bandingkan dulu kalimat2 b erik u t: 4
(193) a. H'ari itu, barang dagangan laris benar.
b. Hari itu, laris benar barang dagangan.
No. 193 a termasuk type kedua dan sesuai dengan rum us.
S p .
(p)s
No. 193 b termasuk golongan type ketudjuh. Kalau dibanding-
kan dengan a, maka nampaklah perbedaan dalam hal bangun pada I .
Pada a, P diutjapkan dengan intonasi type pertama. Pada b sebaliknja,
P mempunjai intonasi type kelima. Kita dapat menganalisa kalimat
terachir sebagai berikut :
S P
J) K ata modal.
48 I. B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [27, I, 2, 3, 4, 5, 6
PENTING
P
Djadi kalimat ini sesuai dengan rumus : 5 ^
s / /(P)s
r
No. 206 a termasuk type kedua, djadi sesuai dengan ru m u s:
No. 206 b termasuk type jang kedelapan. Djuga kalimat ini ter-
diri atas dua bagian jang terpisah oleh sebuah djeda. Disini ia main,
diutjapkan dengan intonasi kalimat type pertama, djustru membentuk
bagian pertama, sedangkan bagian kedua, akan pulang kenegerinja,
diutjapkan dengan suara menurun dan agak pekak (dof). Djadi dalam
kalimat ini perbandingan bagian2 kalimat djustru terbalik. Kalimat
terachir ini dapat kita analisakan sebagai b erik u t:
Mengganti badjupun
Djadi kalimat ini sesuai dengan rumus : P
L ih a t 85.
%
52 I. B. BEBERAPA TYPE KALIMAT JANG [30
PENTING
C. ICHTISAR
30. Kita berikan sekarang ichtisar type2 kalimat jang telah di-
bahas :
P
9. Marah ia, melihat kelakuan anaknja, (214 b)
D. BENTUK2 DI-
Terdjem ahan dari „bound form ” (Bloomfield, hal. 160). Lih. djuga Sapir,
hal. 25 dbb.
I. D. BENTUK2 DI- [31, 1, 2
54
Bentuk2 ini, seperti djuga bentuk2 me-, dapat dipakai dalam arti
aktif, djadi dengan langsung dimulai dari sebuah pelaku (agens).
Kalau kita ingin memberitakan sesuatu tentang seseorang, jang telah
dikenal oleh si pendengar, maka kita misalnja dapat m engatakan:
‘) Lihat 8.
3 1 , 2. 3. 4. 5| 1. D. BENTUK2 DI- 55
J) Sesuai dengan apa jang dinjatakan dalam bahasa Belanda dengan „m en” ;
Ingg. : ’’people, they, we”.
3 1 , 6] 1. D. BENTUK2 DI- 57
I*
i) Bandingkan V aclav Polak, L a periphrase verbale dans les langues de
I ’E urope occidentale, Lingua, Vol. II. 1, hal. 64 dbb.
58
Bab II
MATJAM KALIMAT
PERTANJAAN
32. 1. Dalam bab jang baru lalu telah kita bahas, dengan
memakai sedjumlah tjontoh2 lepas, beberapa type kalimat, jang me-
mainkan peranan penting dalam bangun kalimat Indonesia. Pada
permulaan telah kita tundjukkan, bahwa dengan memakai kalimat2
tjontoh jang lepas2 itu kita sebenarnja memperkosa kenjataan. Bukan-
kah tidak ada sebuah kalimatpun jang sama sekali berdiri sendiri ?
Tiap kalimat terrnasuk satu situasi jang tertentu, didalam mana harus
hadir tidak sadja si pembitjara, tet’api djuga si pendengar. Tetapi dalam
tjontoh2 kita, tiap2 kali kita kemukakan hanja si pembitjara. Lebih
terasa lagi keberatan ini dalam kalimat2 tanja. Bukankah dalam per
tanjaan si pembitjara lebih tegas menudjukan pembitjaraannja kepada
si pendengar dari pada dalam pemberitaan? Ia se-akan2 menuntut
dari si pendengar suatu reaksi tertentu. Dengan kata lain, si pendengar
disini lebih banjak madju kemuka.
Kita ambillah sebagai tjontoh pertama pertanjaan berikut:
(1) Engkau sudah bitjara dengan dia ?
Dari intonasi terbukti, bahwa kita disini tidak berhadapan dengan
suatu keseluruhan. jang tertutup, tetapi bahwa disini diperlukan suatu
djawaban. D j a d i k i t a t i d a k d a p a It m e m a s u k k a n
u t j a p a n b a h a s a ini k e d a l a m d e f i . n i s i k a l i m a t ,
t e m p a t k i t a b e r t o l a k 1). Dengan kata lain, suatu pertanjaan
barulah ber-sama2 dengan djawabnja membentuk suatu kalimat
lengkap2). M is.:
(2) Masih ingat djandji kita ? Masih.
Ada djuga kalimat2 jang mempunjai semua tjiri lahir suatu per
tanjaan jang tidak memerlukan djawaban. Jang terachir ini dinamakan
pertanjaan2 retoris. Dalam hal jang demikian. si pembitjara menge-
tahui (atau merasa mengetahui), apa jang akan mendjadi djawabnja
dan ia hanja ingin untuk melihat reaksi si pendengar. Ia berusaha
mis., agar si pendengar mengiakan sesuatu dari padanja atau jang
sematjam itu 3).
PERTANJAAN2 UNTUK DIIAKAN ATAU UNTUK
DIINGKARI
33. 1. Pertanjaan2 jang sematjam ini hanja dapat dikenal pada
intonasinja. Lebih2 dalam bahasa lisan kita; djumpai banjak pertanjaan2
1) Lihat 1.
2) Bahwa kita dalam menganalisa kalimat- jang sematjam ini sel and jut nja
masih terbentur pada ber-matjam2 soal jang belum dipetjahkan, tjukup di-
ketahui.
3) Lih. Gardiner, hal. 304.
33, 1, 2, 3, 4] PI-KTANJAAN UNTUK DIAKUI ATAU 59
DIINGKARI
D. BENTUK2 DI-
Terdjem ahan dari „bound form ” (Bloomfield, hal. 160). Lib. djuga Sapir,
hal. 25 dbb.
33, 1, 2, 3, 4] PI-KTANJAAN UNTUK DIAKUI ATAU 59
DIINGKARI
BANGUN
35. 1 . Djuga dalam pertanjaan, lebih2 dalam bahasa lisan,
lebih gemari pemakaian bangun kalimat beruas.
Marilah kita ambil sebagai tjontoh pertama kalimat berikut:
(23) Anak2 lain, adalah berbuat seperti kita ini pula ?
j - a P ^ tanja^n *nf terdiri atas dua bagian, dipisahkan oleh sebuah
djeda. Pertanjaan jang sebenarnja dilakukan oleh bagian kedua.
Kita berikan tentang ini beberapa tjontoh lagi :
(24) Surat itu, dari siapakah gerangan datangnja ?
(25) Uang sebanjak itu, dimanakah disimpannja ?
(26) Pengarang lagu itu, siapa sebenarnja ?
BANGUN
37. Djuga disini kerap kali kita djumpai lagi bangun kalimat
beruas. M is.:
(36) Hal ini, djangan tuan tjemaskan.
(37) Perkataan saja, djangan saudara putar-putarkan artinja.
(38) Waktu jang singkat itu, hendaklah dipergunakan sebaik-
baiknja.
(39) Bajang2 hendaklah sepandjang badan.
i) L ih a t 31. 1. T jat.
62 II. MATJAM KALIMAT [38
SERUAN
Bab IU
h u b u n g a n k a l i m a t
HUBUNGAN SE SA M A N JA
penundjukan
elips
katapenghubung
PENUNDJUKAN
(a) Dalam trem susah bernapas. (£>) Tapi orang merokok djuga.
In de tram kon je bijna niet ademhalen, maar de mensen
rookten toch.
Arti jang sama dipunjai oleh meskipun begitu atau sungguhpun
demikian, jang agak memasuki daerah bahasa sastera.
Untuk pengganti djuga dipakai dalam B.l. toh, jang diambil dari
bahasa Belanda. M is.:
i) Untuk arti jang lain lagi untuk cljtiga, bandingkan 24, 5. Tjat.
4J, 7. 8, 9. 10] PENUNDJUKAN 67
(a) Rupanja orang itu berselisih dan pak Miun tahu rahasianja.
(b) Aku pun tahu djuga.
9. Pula dapat mempunjai arti jang sama. Berlawanan dengan
djuga dan pun, ia tidak pernah diletakkan dimuka. Mis. :
ELIPS
42. 1. Alat jang kedua, jang dapat kita pakai untuk memper-
hubungkan kalimat, ialah elips, artinja hanja menjebutkan satu kali
sadja tentang unsur2 tertentu.
•Kita ambillah sebagai tjontoh jang pertama kalimat2 berikut:
(a) Tenaga sematjam itu tidak perlu bagi rakjat.
(ft) Merusakkan djiwa rakjat.
1) Band. Van Ginneken. Ellipsomanie. Nieuwe Taalgids IV. hal. 192 dbb.
42, 2, 3, 4] ELIPS 69
l) Atau tapi.
'•*) Sama dengan tetapi. setelah mengalami pengingkaran lebih dahulu. Ban-
dingkan kata Djerman „sondern”.
3) Tentu sadja disini ada ber-matjam- hal batas (grensgevallen). Bandingkan
djuga 5.
4 3 , 2, 3] KATA PENGHUBUNG 71
Bab IV
MERAPATKAN KALIMAT
S e p e r t i k i t a l i h a <t, t a k a d a s e d i ' k i t p u n
p e r b e d a a n d a l a m u r u t a n k a t a , berlainan dengan
bahasa Belanda (Inggris). Bangun a' dan b' se-akan2 tak ada bedanja
dengan bangun kalimat jang berdiri sendiri. Tapi ada djuga bedanja :
o' dan b' menampakkan masing2 bangun jang lebih tegang dan lebih
tcrtutup. Bangun jang lebih tegang itu antara lain dapat menjatakan
dirinja dalam hal2 jang chas, jang akan kita sebutkan sekarang.
1) O leh sebab itulah m aka perbedaan antara katadepan dan kata penghubung
sukar untuk dipertahankan Bandingkan Roolvink dan pem bitjaraan tentang
hal itu dalam T.B.G., djl. 83, 1949, afl. 1.
74 IV. MERAPATKAN KALIMAT |44, 4, 5, 6. 7, 45, 1, 2
(13) Dia memanggil saja mas adalah karena dia iiu adik saja.
7. a' dapat diantarkan oleh adapun -) Mis. :
3. Djuga disini dapat dipakai partikel pun dan lah untuk me-
njatakan aspek inchoatif. Mis. :
(16) Setelah kami berlabuh disana dua hari m ak a2) kamipi//!
naikfar/f kedarat.
Kalimat ini terdiri lagi atas dua bagian. Kalau dia kita banding-
kan dengan no. 14, maka P rapanja dibangun setjara lain. Dia dapat
kita analisakan sebagai berikut:
S P
' ___ _s ___ _ p
Setelah mendarat dipantai maka berlangsunglah pertempuran
S diutjapkan lagi dengan suara naik seperti pada no. 14, sedang
P sekarang mempunjai intonasi sebuah kalimat type kelima.
Djadi menurut intonasinja kalimat ini termasuk type ketudjuh.
3. Achirnja kita sebutkan lagi hal berikut:
(19) Aku belum maklum, apa maksudmu itu.
Djuga no. 19 terdiri lagi atas dua bagian, dipisahkan oleh djeda.
Bagian pertama, aku belum maklum, diutjapkan sebagai kalimat type
pertama, sedang bagian kedua, apa maksudmu itu dengan suara turun
jang agak pekak (dof)- Djadi menurut intonasinja kalimat ini termasuk
type kedelapan.
ditimbulkan oleh hal jang begini, dalam bahasa2 jang masih kuat
terikat kepada kedaerahan, seperti bahasa2 Indonesia, tidak dirasakan
sebagai demikian, djadi djuga tidak 'dirasakan sebagai keberatan.
Dengan kata lain, keadaan samar2 itu hanja berlaku untuk orang luar,
untuk para pemakai bahasa2 itu tidak ada jang demikian. Tetapi ke
beratan tersebut ada dirasakan dalam suatu bahasa sebagai B.I., jang
sudah lama terlepas dari suasana kedaerahannja. Oleh sebab itulah
djuga, B.I. dalam hal ini, tentu djuga lebih2 oleh pengaruh tjara ber-
pikir Barat, djauh menjendiri dari bahasa2 saudaranja, karena pe
makaian jang djauh lebih luas dari ber-matjam2 katapenghubung, jang
sebagian diambilnja dari bahasa2 asing. Dalam bab2 selandjutnja kita
akan kerap kali mempunjai kesempatan untuk menundjukkan hal ini.
Selain itu djumlah katapenghubung berkembang terus-menerus oleh
ber-matjam2 pergeseran sintaksis.
Tjatatan. Kebiasaan untuk lebih suka memakai relasi implisit
seperti tersebut diatas, kita dapati, selain dalam bahasa2 Indo
nesia, djuga dalam banjak bahasa lain. Dahulu dianggap orang
hal ini sebagai tjiri bahasa2 „prim itif’, berlawanan dengan
bahasa2 Barat modern, dimana relasi2, jang dinjatakan setjara
eksplisit, berkuasa. Memang dalam hal ini kerap kali ada beda
jang menjolok antara sebuah bahasa, seperti bahasa Djawa atau
bahasa Batak dan salah satu bahasa perhubungan Barat. Tetapi
dewasa ini orang telah insaf, bahwa beda ini tidaklah-mengung
kapkan dirinja dengan pertentangan „primitif — modern”. Hal
itu memberikan gambaran jang terlampau sederhana (simplis-
tisch). Bukankah kegemaran tersebut kerap kali djuga kita temu-
kan dalam bahasa2 pertjakapan rakjat di Barat ? a).
3. Dalam pepatah2, ungkapan2 dan slogan2, jang ekspresivitas-
nja djustru diaki'batkan oleh tjara pengungkapan jang keras berisi,
tentu sadja djuga disini berkuasa, seperti djuga dalam bahasa2 jang
lain, relasi2 jang diungkapkan setjara implisit. Marilah kita berikan
tentang ini beberapa tjontoh:
Djuga kata- ini dapat dipakai dalam kalimat luas dari type se
bagai jang dilukiskan diatas dan mempunjai disamping fungsi modal
djuga fungsi penghubung. Kita berikan dari masing2 sebuah tjontoh :
belum habis
sudah sedanS
telah tenSah
Tentang ini kita berikan beberapa tjontoh :
(40) Belum selesai pekerdjaan itu, pekerdjaan baxu datang pula.
82 IV. MERAPATKAN KALIMAT [48, 6, 7
sebelum setelah
sesudah sehabis
i) Lihat 21.
48. 7J PERKEMBANGAN KATAPENGHUBUNG 83
Abong2 keur baluwen, mikiran bibina anu keur gering tea, sexnah
teh teu dibere 'budi anu manis.
(Karena ia bingimg, memikirkan bibinja jang sakit, ia tidak
menundjukkan budi jang manis kepada tamu).
Unsur modal hilang, kalau diterdjemahkan kedalam bahasa
Belanda.
Kena2 sesuai dengan kata bahasa Melaju mentang* (kadang*
djuga dikombinasikan dengan abong: abong kena). Sebagai kata
modal jang murni kita lihat kata ini p a d a :
Kena2 boga duit.
(Mentang2 punja uang).
Sebagai katapenghubung modal dengan tenaga kausal kita lihal
kata ini p a d a :
' Kena* kawasa, ngabedil djelema sakarep-karep.
i) Kerap kali diperkuat oleh teuing, jang menjatakan’ deradjat jang tinggi, atau
pada um um nja gunanja untuk memperkuat.
85
Bab V
K A L I M A T LUAS I
RELASI TEMPORAL
1) Bandingkan 48, 6.
86 V. KALIMAT LUAS 1 [50, 2, 3
sambil sesudah
seraja setelah
sedang(kan) (se)habis
tengah
sementara sedjak
diantara semendjak
dalam sedari
3. Sekarang kita berikan dari tiap- kelompok sebuah tjontoh :
sebelum:
(12) Sesak napas gadis itu, apabila ingatannja terhadap kepada -1)
hal jang mungkin terdjadi itu.
Manakala (untuk gantinja kadang2 djuga kalamana) dapat di-
anggap bersifat sastera.
selagi:
(13) Selagi njawaku dikandung badanku ini, takkan sampai
maksudnja itu.
N.B. selama ini : sampai sekarang ini.
semendjak:
(14) Semendjak orang tuamu meninggal, aku jang niendjaga
engkau.
Djuga dalam relasi- jang diungkapkan setjara eksplisit, kita
djumpai djuga P diantarkan oleh maka. M is.:
setelah:
(15) Setelah kapal itu diperbaiki, maka kamipun berlajarlah.
4. Relasi temporal sebagai pada no. 15 dapat djuga diungkap-
dengan djalan pemakaian awalan se-. Mis. : •
(16) Sesampai disana, dilihatnja djamu sudah hadir.
Demikian pula kita djumpai mis. setiba; sepulang; sekembali.
Hanja djarang sekali kita djumpai awalan ini dimuka kata2 jang ber-
sambungan (geaffigeerd), mis. dalam ungkapan: sepeninggalnja.
Bentuk2 seperti seberangkatnja ada dipakai orang, tetapi tidak di-
gemari.
^ - RELASI KAUSAL
51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang
satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan
dalam bagian kalimat jang lain. . . . . . .
Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti
djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me
nurut keadaannja agak longgar. M is.: .
(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku.
(18) Aga'k malu dia, ketahuan tipu dajanja.
*) U ntuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap
sadja. dalam arti jang sama. ] ih. 90. 3.
48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81
belum babis
sudah sedanS
telah tenSah
Tentang ini kita berikan beberapa tjontoh :
(40) Belum selesai pekerdjaan itu, pekerdjaan baxu datang pula.
85
Bab V
K A L I M A T LUAS I
RELASI TEMPORAL
1) Bandingkan 48, 6.
48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81
belum habis
sudah sedanS
telah tenSah
Tentang ini kita bexikan beberapa tjontoh :
(40) Belum selesai pekerdjaan itu, pekerdjaan baru datang pula.
85
Bab V
K A L I M A T LUAS I
RELASI TEMPORAL
1) Bandingkan 48, 6.
50, 3, 4. 511 RELASI KAUSAL 87
^ - RELASI KAUSAL
51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang
satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan
dalam bagian kalimat jang lain. . . . . . .
Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti
djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me
nurut keadaannja agak longgar. M is.: .
(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku.
(18) Aga'k malu dia, ketahuan tipu dajanja.
*) U ntuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap
sadja. dnlam arti jang sama. 1 ih. 90. 3.
48, 4, 5, 6] PERKEMBANGAN KATA PENGHUBUNG 81
belum habis
sudah sedanS
telah tenSah
Tentang ini kita berikan beberapa tjontoh :
(40) Belum selesai pekerdjaan itu, pekerdjaan baru datang pula.
85
Bab V
K A L I M A T LUAS I
RELASI TEMPORAL
1) Bandingkan 48, 6.
50, 3, 4. 5 1 1 KELAS) KAUSAL 87
^ - RELASI KAUSAL
51. 1. Kita namakan relasi kausal, apabila bagian kalimat jang
satu mentjeriterakan sebab atau alasan sesuatu, jang diungkapkan
dalam bagian kalimat jang lain. . . . . . .
Relasi2 kausal kerap kali diungkapkan setjara implisit. Seperti
djuga dalam hal2 jang lain, maka ikatan antara bagian2 kalimat me
nurut keadaannja agak longgar. M is.: .
(17) Aku girang, ada orang jang menunggui lumahku.
(18) Agak malu dia, ketahuan tipu dajanja.
*T~Untuk ganti terhadap kepada dipakai orang sekarang kebanjakan terhadap
sadja. dalam arti jang sama. Lih. 90. 3.
50, 3, 4, 5 1 1 RELASI KAUSAL 87
belum habis
sudah sedang
telah tengah
Tentang ini kita bexikan beberapa tjontoh :
(40) Belum selesai pekerdjaan itu, pekerdjaan baru datang pula.
85
Bab V
K A L I M A T LUAS I
RELASI TEMPORAL
1) B andingkan 48, 6.
50, 3, 4, 5 1 1 RELASI KAUSAL 87
RELASI KOND1SION1L
52. 1. Jang kita namakan relasi kondisionil, ialah apabila
dalam bagian kalimat jang satu diungkapkan sjarat, untuk berlakunja
sesuatu, jang diungkapkan dalam bagian kalimat jang lain.
Seperti relasi temporal, relasi kondisionilpun djuga kerap kali di
ungkapkan setjara implisit, lebih2 dalam bahasa lisan. M is.:
(22) Tampak seorang, tampak kedua-duanja.
(23) Sedikit sadja aku menggerit, sakitnja bukan kepalang.
(24) Bersahabat dengan orang pendjudi, kita akan djadi Remain
pula.
(25) Terlambat sedikit mengerdjakan perintah, sudah k en a4).
(26) Dibandingkan dengan keadaan dahulu, negeri ini sekarang
berubah.
Tentu sadja lebih2 dalam pepatah2 :
(27) Malu bertanja, sesat didjalan.
Dengan memakai maka :
(28) Sekali kami dapat persetudjuan, maka kami bisa kerdja
terus.
2. Untuk pengungkapan relasi kondisionil setjara eksplisit, maka
pada umumnja dapat dipakai kata2 penghubung b erik u t:
J) Berasal dari bahasa Djawa.
2) Lihat 48, 4.
3) Lihat 43, 2.
4) U ntuk kata ini lihat 93, 7.
52, 2, 3, 53, 1, 2] RELASI FINAL 89
djikalau seandainja
djika andai kata
kalau apabila, pabila atau bila
sekiranja asal(kan)
Beberapa tjontoh :
(29) Djika tidak datang perubahan, mereka sendiri mengada-
kannja.
(30) Asal kita tidak putus asa, lambat-laun tentu keadilan akan
datang djua.
3. Tjontoh2 diatas semuanja berhubungan dengan sjarat2 jang
dapat dipenuhi. Sjarat2 jang tidak dapat dipenuhi diungkapkan djuga
dengan tjara jang tepat sama. M is.:
(31) Apabila aku tadi dekatmu, tentulah kutolong engkau.
Sjarat jang diberikan dalam tjontoh terachir sama sekali terletak
didaerah anggapan, tidak didaerah kenjataan. Djadi bahasa Melaju,
seperti kita lihat, setjara formil tidak mengadakan pembedaan antara
realitas dan irealitas. Kadang2 kedua hal ini sekali ada dan hanjalah
dapat dibuktikan dari situasi jang bersangkutan, jang mana dari kedua
kemungkinan itu jang dimaksudkan. M is.:
(32) Dji'ka mendapat pimpinan baik, maka akan berhasillah
usahanja.
Selandjutnja anggapan2 jang demikian lebih digemari untuk
diungkapkan dengan djikalau sekiranja (atau sekiranja sadja), andai
kata atau seandainja. M is.:
(33) Sekiranja aku diberi orang segumpal intan, takkan demiki-
an besar hatiku.
RELASI FINAL
*) L ihat 41, 7,
-) Bandingkan diuga 23. 3.
>
54, 2. 3. 4 | RELASI KONSESIF 91
RELASI KONSEKUTIF
57. 1. Jang dinamakan relasi konsekutif ialah, apabila dalam
bagian kalimat jang satu diberitahukan akibat sesuatu, jang diungkap
kan dalam bagian jang lain.
Relasi konsekutif kerap kali diungkapkan setjara implisit. Bagian
kalimat jang menundjukkan akibat, terletak selamanja dibelakang,
kebanjakan diantarkan oleh maka. Mis. :
KALIMAT LUAS II
S P
<»—
'■»' i *>i i . ■■ 1 ■—
______ I ______ _______________ 2___________
Penduduk banjak merantau. mentjari rezeki dinegeri lain.
Djadi predikat terdiri disini dari dua bagian, jang dipisahkan
oleh djeda dan seluruh kalimat termasuk type keempat, jang telah
kita pertjakapkan dengan pendek dalam bab pertama (20 ).
Djeda antara bagian2 predikat menundjukkan disini ikatan, jang
menurut keadaanuja, longgar. Ikatan itu dapat dengan mudah diputus-
kan, sehingga terdjadilah dua kalimat jang setara. Kadang” sama sekali
tidak terdengar djeda ; hal itu tentu sadja bergantung pada ketjepatan
orang berbitjara, tetapi ia setjara potensiil ada.
2. Tetapi kerap kali, antara bagian- predikat jang demikian,^ ada
ikatan jang lebih ra p a t: maka bagian2 itu diutjapkan tanpa djeda.
Mis. :
96 VI. KALIMAT LUAS II [58, 2, 59, 60, 61
(2) Kedua suami isteri itu tampak hidup dengan rukun dan damoa.
(3) Pintu pagar kedengaran dibukakan.
(4) Laki2 itu kelihatan bodoh.
(5) Mereka terkenal suka bernjanji.
(6) Amat sudah pergi mentjari anaknja.
(7) Tuan sudah bermurah hati menolong saja dahulu.
jang S a k “dapat
type kahm aM nf^11 pertjakapkan la§i sedjumlah hal chusus dari
HUPS
60. Apabila lebih baniak hem
turut, maka achiran -nja iaiU j- dipakai dengan berturut-
hanja perlu ditempatkan pada orang jang dikenal2)’
n?) r . . 8 terachir sadja. Mis. :
Demikian djuga ' 2 ^ * ° diselidikinja dengan saksama‘
bentuk di- untuk orane nertama J J3ng berk°respondensi dengan
hanja dipakai pada jang £ erta“ fa d u a ' ka,aS anti m !a t
PEMAKAIAN BER-
61. Penurunan dengan awala
dengan diberi jang mendahuluinja Mis • ~ kadang2 dikombinasikan
3) Bandingkan 31, Tjatatan.
-) Lihat 41, 5.
3) Mvrasakan ada dipakai dalam B I .
• uisamping merasai.
6 1, 62, 1] k o o r d in a si 97
KOORDINASI
ongeluk, en hij viel dat zijn nek brak. — Wees zo goed en zeg
me eens __Ga eens te werk en breng die palen in de schiair ).
Dalam bahasa Afrika (Selatan) banjak djuga kita djumpai kons
truksi jang demikian. M is.: „Waarom wil jij me vir mij luister
en kap die spul uit en plant vrugtebome op die grond me ? —
Toe begin die Engelsman en vertel vir ons van die afskeiding -).
Jang dari bahasa Inggris ia lah : "Try and come early” — Come
and have a cup of tea. — Go and see what they are doing” 3).
Semua konstruksi ini gunanja untuk melukiskan lebih hidup.
Menurut beberapa orang gedjala ini mungkin ada hubungannja
dengan alam, karena manusia dahulu hidup lebih mesra dengan
alam dan banjak terikat pada lingkungan, jang mendjadikan
penjaksian jang amat teliti dari segala jang dapat disaksikan,
suatu keharusan4).
r) Lihat Overdiep, h. 363 dbb. dan De Vooys, h. 379 dbb. U ntuk bahasa2
Indonesia istilah ini selandjutnja tidak terpakai.
102 VI. KALIMAT LUAS II [63, 3, 4. 64 , I
mengadakan keseimbangan. Dengan djelas kita lihat hal itu mis. dalam
hal seperti b erik u t:
(43) Itu semuanja telah kita timbang kita pikirkan dengan pikir
an kita sendiri.
Relasi antara kita timbang dan kita pikirkan dapat kita lukiskan
demikian : < ______
Itu semuania telah kita tim bang----------> kita pikirkan dengan
pikiran kita sendiri.
Beberapa tjontoh lagi jang demikian :
(44) Ajahnja ditangkap dipendjarakan.
(45) Kaum itu berpanas berhudian dipasar.
(46) Anak itu diambilnja didjadikannja anak pungut.
2. Tetapi tidak selamanja relasi sesamanja antara basian2 pre
dikat merrfperlihatkan keseimbangan jang demikian. Timbangan
se-akan2 daoat memberat pada satu pihak, sehingsa relasi lebih baniak
menundjukkan pergantunaan dari sdtu pihak daripada dari kedua
belah pihak sesamanja. Hal itu kita lihat misalnja pada :
(47) Badannja menggigil kedinginan.
Hrj rilde van de kou.
He shivered with cold.
Tetapi apabila relasi antara menggigil dan kedinginan lebih kita
teliti, maka djelaslah, bahwa titik beratnja terletak pada bagian per
tama, menggigil. Kita dapat melukiskan hal ini demikian :
Badannja menggigil < ---------- kedinginan.
Tetapi relasi antara bagian2 predikat tidaklah demikian benar,
sehingga kita dengan begitu sadja dapat mengatakan, bahwa ada jang
diterangkan dan ada jang menerangkan, sebab kedinginan sama sadja
dengan menggigil, mempunjai ikatan langsung dengan subjek, badan
nja. Oleh sebab itu dalam hal demikian menggigil kita namakan
„bagian utama dari predikat” dan kedinginan „bagian predikat jang
bergantung” . Relasi antara kedua nja ialah bersifat kausal.
Tjatatan. Dalam bahasa Belanda tidak ada ikatan langsung
dengan subjek. Oleh sebab itulah maka terdjemahan bahasa
Belanda dari kalimat2 jang demikian sebenarnja tidak memberi
kan gambaran jang tepat. Kita disini terbentur lagi pada beda
jang chas (karakteristik) antara kedua bahasa, jang telah kita
sebutkan pada 62.
Hal jang sama kita lihat dalam bahasa Inggris. Terdjemahan ”He
shivered with cold” menundjukkan kelemahan jang sama dengan
terdjemahan bahasa Belanda „Hij rilde van de kou” .
3. Kita berikan lagi sekarang sedjumlah tjontoh kalimat jang
dibangun demikian, dengan relasi kausal dari bagian2 pred ik at:
104 VI. KALIMAT LUAS II 164. 3, 4, 5
4. Selain relasi kausal, tentu sadja masih ada lagi banjak ke
mungkinan lain. Djelas final ialah misalnja relasi p ad a:
(51) Seisi rumah berusaha menghiburkan hatinja.
Tetapi dalam hal jang banjak sekali, sifat konstruksi ini tidak
mengizinkan untuk membagi-bagi sifat relasi dalam rubrik2 jang ter
tentu. Kita berikan lagi beberapa tjontoh :
(52) Telur jang didjualnja petjah < ------ dipidjak orang.
(53) Badjunja robek < ------ dibuatnja.
(54) Padi melambai-lambai < ------ ditiup angin.
(55) Seorang perampok mad < ------ ditembaknja*).
Demikian djuga : mati digantung.
(56) Polisi lama < ------ akan datang.
l) B a n d in g k a n 63, 4.
64, 5, 6] RELASI BAGIAN2 PREDIKAT SESAMANJA
') K iliaan m enerim a hal ini untuk bahasa Djawa, dim ana dapat kita saksikan
gedjala jang sam a (Kiliaan, hal. 329 dbb.), Band, djuga V an der Tuuk, hal
267 dbb.
6 4 , 7, 8] RELASI BAGIAN2 PREDIKAT SESAMANJA 107
Tjatatan. Hal ini dapat kita hubungkan dengan apa jang kita
katakan diatas tentang ikatan dengan subjek. Ikatan antara bagi
an predikat jang tidak bergantung dan subjek memang tidak
diputuskan, tetapi lebih longgar daripada biasaJ). Berg telah
membitjarakan gedjala ini, jang dinamakannja „keduasegian”
(dubbelzijdigheid), dengan luas untuk bahasa Djawa. Dia mem-
beda-kan dua matjam keduasegian, jaitu jang semasiologis dan
jang sintaktis. Pada matjam pertama kita berhadapan dengan sifat
jang sebenarnja dari kata2 jang bersangkutan ; jang kedua ialah
akibat pemakaian tertentu dalam kalimat.
Keduasegian sintaksis dapatlah diterangkan dari „divergensi
afinitet Iogis dan gramatis dari katapredikatbantu dan subjek” 2).
Konstruksi2 jang telah diterangkan dalam paragraf ini (65) ter
masuk matjam kedua.
2. Sekarang kita berikan lagi sedjumlah tjontoh jang la in :
(90) a. Menteri penerangan terpaksa menjerahkan pekerdjaan-
nja kepada orang lain.
b. Pekerdjaannja terpaksa diserahkan kepada orang lain.
(91) a. Saja tidak sempat menjelesaikan surat itu.
b. Surat itu tidak sempat saja selesaikan.
(92) a. Saja tak susah mendjawab pertanjaan itu.
b. Pertanjaan itu tak susah saja djawab.
!) Lihat 64, 5.
2) Sam a sadja seperti jang sudah kita katakan diatas. H anja perumusannja
m enurut hem at kita agak kurang I-anfjar. (Lihat Berg. Bijdrage tot de kennis
der Javaanse werkwoordvormen, Bijdr., djl. 95).
65, 2, 66, 1, 2] RELASI SETJARA EKSPLISIT 109
TERDJADINJA KATAPENGHUBUNG
67. 1. Pada 62 telah kita tundjukkan koordinasi jang mendjadi
sifat jang karaktenstik untuk bahasa2 Indonesia. Pada 64 telah kita
perlihatkan, bagaimana titik beratnja kerap kali dapat djatuh pada
salah satu bagian jang dikoordinasikan. Kadang2 hal ini sudah demi
kian djauhnja, sehingga kita dapat berkata, bahwa ada pergeseran
sintaktis, artinja satu daripada bagian2 itu berkuasa sama sekali, jang
lain mengundurkan diri dan kehilangan .kebebasan aslinja. Dengan
kata lain : koordinasi berhenti mendjadi koordinasi. Proses itu baru-
lah timbul, apabila suatu tjara pengungkapan jang dikoordinasikan
kerap kali dipakai. Apa jang pada asalnja terpisah, tidak dirasakan
lebih lama seperti hal jang demikian. Unsur2 jang mula-mula berdiri
sendiri2, lambat-laun mendjadi satu kesatuan.
2. Sebagai penutup bab ini marilah kita pertjakapkan lagi se
buah gedjala, jang djuga mengingatkan pada penggeseran sintaksis jang
demikian, jaitu terdjadinja katapenghubung2). Marilah kita ambil
sebagai tjontoh pertama kalimat berik u t:
(114) Saja diangkat mendjadi guru.
Ik ben benoemd tot onderwijzer.
I have been appointed as a teacher.
i) L ihat djuga 50, 4.
*) L ihat djuga Roolvink, hal. 208 J b b .
67, 2, 3, 4] TERDJADINJA KATA PENGHUBUNG 111
Dalam kalimat ini dapat lagi kita beda2kan dua bagian predikat
jang dikoordinasikan, jaitu diangkat dan mendjadi guru.
Tetapi mendjadi, jang boleh dikatakan kosong (artinja miskin
akan arti), dan boleh dikatakan tidak bersuara itu, mengundurkan
dirinja demikian djauhnja terhadap lingkungannja jang djauh lebih
„penuh”, sehingga ia hanja dipergunakan sebagai penghubung antara
diangkat dan guru. Dengan kata lain, disini telah terdjadi pergeseran
sintaktis dan mendjadi mulai bertindak sebagai katapenghubung,
Sebabnja dapat ditjari dalam kenjataan, bahwa mendjadi banjak di
pakai dalam pembelokan arti tertentu, istimewa dalam kombinasi
dengan kata2, jang mengungkapkan gerak atau perubahan. Dalam
bahasa Belanda ia dapat dinjatakan oleh bermatjam-matjam kata
depan, „tot, als, in”, (Ingg.: ”to, to be” ; „appointed to a p o st; to
appoint a person (to be) commander”) semuanja menurut hubung-
annja masing2.
Kita berikan tentang ini beberapa tjontoh:
(115) Karangan2 itu dikumpulkan mendjadi risalah.
Die opstellen zijn verzameld tot een brochure.
Those compositions have been collected as a brochure.
(116) Ia akan menerima orang muda itu djadi menantunja.
Hij zal de jongeman tot schoonzoon nemen.
He will take the young man as his son-in-law.
(117) Perselisihan itu lama kelamaan memuntjak mendjadi
perang saudara.
D at geschil culmineerde langzamerhand in een burger-
oorlog.
That point of difference gradually culminated into a civil
war.
(118) Keadaan telah berubah mendjadi baik.
De toestand heeft zich ten goede gekeerd.
The situation has changed for the good.
3. Dengan tjara jang sama hendak dapat berfungsi sebagai kata
penghubung dengan daja final. Ia dalam bahasa Belanda dapat di*
terdjemahkan dengan „om” (Ingg.: ”to”). M is.:
(119) Ia sendiri tidak bernafsu hendak makan.
Hij zelf had geen trek om te eten.
He himself had no appatite (to eat).
(120) Saja telah bersusah-pajah hendak bersua dengan dia.
Ik heb al veel moeite gedaan om haar te ontmoeten.
I have already taken great pains to meet her.
4. Kena *) dapat berfungsi sebagai katapenghubung dengan daja
kausal. M is.:
*) L ih a t d juga 93, 7.
112 VI. KALIMAT LUAS II 167, 4, 5 6
njaTf f lerJjadi'
5 p S d"d“ de' i™™;op™vued:
k a l i m a t LUAS III
68. 1. Untuk melukiskan tjara mehiaskan kalimat, jang akan
kita pertjakapkan sekarang, kita ambillah sebagai tjontoh kalimat2
setara berikut:
(a) Langit ditutup dengan awan gelap.
(b) Mengandung hudjan.
Kedua kalimat ini dihubungkan sesamanja oleh elips, dengan
tjara, seperti telah kita lukiskan pada 42.
Kalimat2 ini dapat dirapatkan mendjadi satu kalimat sadja dengan
djalan meneruskan suara dan menghapuskan djeda untuk seluruhnja
atau sebagian. D jadi:
(1) (a7) Langit ditutup dengan awan gelap
Cb') mengandung hudjan.
(a') dan (b') sekarang bukanlah kalimat2 jang berdiri sendiri2,
tetapi berfungsi sebagai bagian2 ketjil dari kesatuan jang lebih besar,
dan dengan tjara jang demikian, sehingga b' membentuk keterangan
(kwalitatif) pada awan gelap *) jang terletak dimukanja.
Tjatatan. Serupa benar dengan itu dapat diterangkan kalimat
Inggris There is someone out here wants to talk to you jang ter
djadi dari rapatan dua kalimat setara:
(a) There is someone out here.
(b) (He) wants to talk to you.
Sekarang kita berikan lagi beberapa tjontoh jang lain :
(2) Kedengaran bunji beberapa gendang dipukul beramcu-
ramai2). . '.
(3) Dari kalbunja mengalir perasaan kasih-sajang tidak tertahan-
tahan. .
(4) Disana bertemu burung terlalu amat banjaknja.
(5) Bunji orang bertepuk tangan dengan hebat terdengar sampai
disini.
2. Kita djumpai konstruksi2 sematjam ini lebih2 dalam bahasa
“ sastera dan dalam ungkapan2 tetap. M is.:
(6) Bentuk muka keduanja bagai pinang dibelah dua.
(7) Gadis itu lenjap sudah sebagai bintang djatuh dari langit.
(8) Ia gelisah seperti ajam mau bertelur sadja.
RELASI SETJARA EKSPLISIT
69 1 Relasi2 kwalitatif sebagai jang dimaksudkan disini, dapat
diungkapkan setjara eksplisit dengan pertolongan katapenghubung
jang. M is.: .
')
2)
T e ta p i b a n d in g k a n 44, 1, T jatatan .
U n tu k p e m a k a ia n b e r a m m -r a m m ini band 6d .
vn. KALIMAT LUAS m [6 9 , 1, 2, 3
TERDJADINJA KATAPENGHUBUNG
(30) Masa saja masih berusia empat tahun, ajah saja telah wafat.
Dalam hal ini titik berat tidak terletak pada jang diterangkan,
masa, tetapi djustru pada jang menerangkan, saja masih berusia empat
tahun. Masa mundur kebelakang dan berfungsi sebagai katapeng
hubung 3). Dalam fungsi ini ia dapat diperlengkapi dengan awalan se-,
jang mentjapnja sama sekali mendjadi kata penghubung4). Hal jang
sama benar kita lihat pada kata2 jang lain untuk waktu dan saa ,
seperti waktu, saat, ketika, tatkala. Jang pertama, _dalam fungsmja
sebagai katapenghubung, djuga dapat diperlengkapi dengan awaia
se- : Sewaktu.
2. Dengan tjara jang sama seperti diterangkan diatas dapatlah
diterangkan terdjadinja sedjumlah besar katapenghubung, jai
karena pergeseran sintaktis. Kita sebutkan la g i:
(37) W aktu nja anak saja tammat peladjarannja telah hampir tiba.
Tjatatan. Achiran -nja disini mempunjai fungsi jang menun
djukkan, seperti pada hubungan kalim at*). Bedanja hanjalah,
bahwa disini ia tidak menundjuk kebelakang, tetapi kemuka.
T jobalah bandingkan :
Nanti kita bertengkar pula dengan dia. Apa gunanja? dan
A pa gunan/a kita bertengkar pula dengan dia ?
Dalam hal jang pertama -nja mempunjai tenaga penundjuk 'ke
belakang, dalam hal jang kedua tenaga penundjuk kemuka. Banding-
kanlah bahasa Belanda „wat is het nut ervan d a t .............................”
(In g g .: ’’what is the use of i t .............................. ”). _
2. Selandjutnja relasi2 ini dapat diungkapkan setjara eksplisit
dengan memakai katapenghubung, dimana perlu berkombinasi dengan
-nja. M is .:
(38) Buktinja bahwa ia berbohong belum dimadjukan.
\ (39) Pengharapan saja supaja kita bertemu lagi tidak dilaksana-
kan.
Djuga maka banjak dipakai dalam hubungan2 jang demikian.
fstimewa setelah sebab. M is.: »
(40) Sebabnja maka ia dibunuh terang sekali.
3. Dalam bermatjam-matjam hal orang lebih suka memakai
relasi jang diungkapkan setjara implisit. Demikianlah maka pada
penundjukan2 waktu (no. 19, 20, 21), pada tempat (no. 22, 23, 24),
pada tjara (no. 25), pada alamat (no. 26) tidak pernah dipakai kata
penghubung.
Dalam hal2 seperti pada no. 27 dan no. 28 katapenghubung di-
pakai setjara fakultatif.
73. 1. Achirnja kita pertjakapkan lagi tjara j'ang ferachir untuk
meluaskan kalimat. Untuk melukiskan hal ini, kita ambil kalimat
berikut: -
(a) Aku jakin.
(b) Pertjobaan itu takkan berhasil.
Dua kalimat setara ini dapat dirapatkan mendjadi hanja satti
kalimat dengan djalan meneruskan suara dan penghapusan djeda
seluruhnja atau sebagian. Djadi.
(41) (a') Aku jakin
(b') pertjobaan itu takkan berhasil.
(a') dan (b') berfungsi sebagai bagian2 dari kesatuan jang lebih
besar dan dengan tjara jang demikian, sehingga kita dapat mengata
kan, bahwa penundjukan2 antara jakin dan (b') sesuai dengan relasi
i) L ih a t 41, 5,
VII. KALIMAT LUAS III [7 3 , 1, 2 , 3, 4
120
1) L ihat 9.
2) A rtinja, dalam B .l. M enurut tem patnja, kata ini banjak dipakai dalam fung
si ini, mis. di Sum atera-Tim ur.
121
Bab VIII
Bab IX
KELOMPOK KATA
A. U M U M
76. 1. Dalam bab2 jang lampau telah ber-kali2 dapat kita lihat,
bahwa subjek dan djuga predikat terdiri atas kompleks2 kata, jang
hubung-menghubungi sesamanja. Kompleks2 demikian dinamakan
kelompok kata. Dalam bab pertama, keenam dan ketudjuh telah kita
terangkan ber-matjam2 tjara pembentukan kelompok. Tentang hal ini
sekarang akan kita adakan lagi pembahasan tersendiri.
2. Pertanjaan jang segera kita hadapi ialah demikian: bagai-
manakah perbandingan antara kelompok kata dengan kesatuan3
bahasa jang lain, seperti kata dan kalimat ? Pertanjaan ini dapat
kita djawab sebagai berikut. Dalam dua hal kelompok kata berbeda
dari kata: 1. kwantitatif — bukankah kelompok kata selamanja ter
diri atas dua kata atau lebih — 2. dalam hal bangun. Anggotai" suatu
kelompok membentuk kesatuan jang lebih longgar^ dari bagian2 jang
membentuk suatu kata. D a r i k a l i m a t i a b e r b e d a
b u k a n l a h s e t j a r a k w a n t i t a t i f 1), t e t a p i s e
ra a t a 3 d a l a m h a l f u n g s i . Apabila kita menerima sebagai
tjiri2 kalimat, suara kalimat atau intonasi *), maka mendjadi djelaslah,
bahwa kelompok ialah kesatuan jang lebih rendah tingkatannja dan
kalim at3). Kelompok sebaliknja pula dapat ber-tjiri- intonasi jang
tertentu. Tetapi hal jang terachir ini dapat dikalahkan oleh intonasi
kalimat.
Seperti kalimat dibangun menurut undang2 jang tertentu,
demikianlah pula ada dalam tiap2 bahasa undang2 jang menguasai
pembentukan kelompok kata. Mentjari undang2 ini dan menentukan-
nja termasuk djuga dalam sintaktis. ,
Tjatatan. Kelompok kata, demikianlah utjapan Reichling, telah
selalu dianaktirikan oleh linguistik4), dan memanglah demikian
H t
/■ ----
gadis jang tjantik molek
H t
tidur njenjak
Kelompok jang dibangun demikian dinamakan kelompok ber-
tingkat.
2. Amat lain soalnja anak kelompok tjantik molek. Dalam ke
lompok ini kedua sukunja tidaklah berbanding sesamanja sebagai jang
diterangkan dan keterangan. Molek disini 'bukanlah keterangan tjantik,
djuga tidak sebaliknja. Namun demikian keduanja tidaklah berdiri
bebas 2) sama sekali. Kita dapat mengatakan, b a h w a k e d u a n j a
saling m e n e n t u k a n dan s e - a k a n 2 m e n g a d a k a n
keseimbangan s e s a m a n j a . Dengan kata lain, dalam
kelompok ini ada perbandingan saling bergantung. Oleh sebab itu
tidak dapat kita beda^kan disini inti dan suku tambahan, tetapi kita
katakan-dengan biasa sadja, suku pertama, suku kedua, ketiga dsb.
D jadi: suku I suku II
tjantik molek
Kelompok2 jang dibangun demikian bemama kelompok2 setara.
Tjatatan. Pembedaan jang diadakan disini berpangkal pada
bangun kelompok. Tetapi tiap kelompok kata masih pula mem
punjai segi jang lain, jaitu fungsinja dalam kalimat. Atas dasar
itu Bloch dan Trager masih mengadakan pembedaan jang lain,
jaitu kelompok endosentris dan kelompok eksosentris. Endosentris
ialah kelompok2, jang dalam keseluruhannja menduduki fungsi
jang sama dalam kalimat dengan fungsi sebuah sukunja atau
lebih. Dalam ini termasuk semua kelompok jang tersebut diatas.
Maka demikian gadis jang tjantik molek dapat menduduki fungsi
jang sama dengan fungsi gadis dalam kalimat. Demikian djuga
tjantik molek dan tjantik. Eksosentris ialah kelompok, jang dalam
keseluruhannja tidak menduduki fungsi jang sama dengan fungsi
salah sebuah sukunja. Sebagai tjontoh diberikan oleh pengarang
tersebut for John, of our horses, in fresh milk, sebab, demikian
Jcata mereka, ’’these phrases are not prepositions and not substan
tive expressions ; they function rather as attributes of nouns (a
present for John), of verbs (wait for John), and adjectives (good
for John). An exocentric construction has neither a head nor an
1
i) Bloch and Trager, hal. 76. L ihat djuga Bloomfield, hal. 235.
130
B. KELOMPOK BERTINGKAT
RELASI KWALITATIF
80. 1. Kita namakan relasi kwalitatif, apabila t menjatakan suatu
sifat, keadaan, matjam atau peri hal H.
2. Kelompok kwalitatif menampakkan sifat1- berikut-
■ ci. urutan suku boleh dikatakan selamanja H / t ;
b. antara suku tidak ada djeda dan kelompok dipertahankan gabung-
annja oleh aksen kesatuan jang lemah, jang terletak pada t;
c. suku2 dengan relasi implisit tidak dapat dipisahkan.
3. Sekarang kita berikanlah dulu sedjumlah tjontoh :
(4) buku tebal (7) tindakan demikian
(5) anak ketjil (8) hasil sementara.
(6) susu kental
Djuga penundjukan waktu dapat bertindak sebagai t. Mis. :
(9) waktu sekarang ’ (10) tempo dulu.
4. Djuga ber-matjam- kata turunan dapat bertindak sebagai t.
Tentang ini kita berikan sedjumlah tjontoh :
(11) tjelana ber-tambal- (18) latihan terus-menerus
(12) orang bersendjata' ( i 9) or.ang keturunan
(13) pekerdjaan bersama (20) kelakuan ramah-tamah
(14) kami berdua ^ (21) pertjobaan besar-besaran
(15) suara meraju (22) pasukan terpilih
(16) ukuran melintang (23) s>uara terharu.
(17) penjakit turun-temurun
1) H elai dipakai sebagai katabantu bilangan untuk benda jang tipis dan ringan,
seperti kain, kertas, rambut dsb.
2) Lihat Bloomfield, hal. 233.
E K S P L IS IT [8 1 , 8 2 , 1, 2, 3
132
i) T e ta p i d jug a: a n a k n ja ja n g tunggal.
8 2 , 4, 5, 6 ] IX. B. KELOMPOK BERTINGKAT 133
B. KELOMPOK BERT1NGKAT
RELASI KWALITATIF
80. 1. Kita namakan relasi kwalitatif, apabila t menjatakan suatu
sifat, keadaan, matjam atau peri hal H.
2. Kelompok kwalitatif menampakkan sifat- berikut -
£i. urutan suku boleh dikatakan selamanja H / t ;
b. antara suku tidak ada djeda dan kelompok dipertahankan gabung-
annja oleh aksen kesatuan jang lemah, jang terletak pada t ;
c. suku2 dengan relasi implisit tidak dapat dipisahkan.
3. Sekarang kita berikanlah dulu sedjumlah tjontoh :
(4) buku tebal (7) tindakan demikian
(5) anak ketjil (8) hasil sementara.
(6) susu kental
Djuga penundjukan waktu dapat bertindak sebagai t. Mis. :
(9) waktu sekarang ' (10) tempo dulu.
4. Djuga ber-matjam- kata turunan dapat bertindak sebagai t.
Tentang ini kita berikan sedjumlah tjontoh :
(11) tjelana ber-tambal- (]8) latihan terus-menerus
(12) orang bersendjata ( i 9) or.ang keturunan
(13) pekerdjaan bersama (20) kelakuan ramah-tamah
(14) kami berdua ^ (21) pertjobaan besar-besaran
(15) suara meraju (22) pasukan terpilih
(16) ukuran melintang (23) suara terharu.
(17) penjakit turun-temurun
i) L ih at G4, 7 dan 8.
E K SPL ISIT [82, 6 , 7 S 8
134
RELASI KOMPLETIF
85. 1. Perletakan kata berdampingan dapat berguna untuk
mengungkapkan, bahwa dua hal jang berdiri sendiri2 dan bebas dengan
salah suatu tjara tergolong ber-sama2, dengan tjara demikian,
sehingga jang kedua dibawahi jang pertama. Hal jang demikian kita
namakan relasi kompletif3).
Pada lahirnja kelompok2 kompletif menampakkan sifat2 jang
sama dengan sifat2 kelompok kwalitatif 4)- Pada batinnja ia melingkupi
sedjumlah besar beda2 arti, jang kebanjakan dapat diungkapkan se
tjara implisit. Sekarang akan kita pertjakapkan beberapa diantaranja.
2. Suku2 kelompok dapat berbanding sesamanja sebagai ke-
punjaan dengan jang punja, sebagai bagian dengan keseluruhan5),
sebagai kekeluargaan, sebagai tudjuan dsb. Mis. :
(89) sifat Tuhan (92) dinding rumah
(90) guru kita (93) anak saudagar
(91) petang hari (94) ilmu sekolah
3. Kataganti orang pertama, kedua dan ketiga dalam hal jang
demikian dapat memakai bentuk (singkatan) -ku, -mu dan -nja dan
diletakkan setjara enklitis e). Mis. :
(95) pakaianku (97) anggapannja
(96) dosamu
1) D jangan dikatjaukan dengan kata bahasa Djawa („tjantik”) jang sam a bu-
njinja dan jang berasal dari bahasa Sansekerta.
2) B a n d in g k a n 76, 3.
3) Pembedaan jang diadakan disini antara relasi kwalitatif dan relasi kom pletif
sebagian sesuai dengan pem bedaan Bally antara ,.inherence” dan „relation”.
K ita dalam pada itu tidaklah dengan konsekwen mengikuti B., oleh sebab
hal itu akan terlalu banjak membawa kita kedaerah teori. (lihat Bally, hal.
1 0 7 dbb.).
4) Lihat 80. 2.
5) B a n d in g k a n d ju g a 9 - .
«) B a n d in g k a n 9 , 2.
4, 5, 6 , 7] IX. B. KELOMPOK BERTINGKAT (37
tindakL J-ang u6dUa jaf g dapat diu«gkapkan oleh kelompok2 ini ialah •
akan jang berpangkal pada pelaku (agens)*). M is.:
(98) kedatangan tentara (100) kebangunan negeri
l.yy) kemadjuan masjarakat
Mis 5' Ataupiul dJuga tindakan jang ditudjukan kepada pelengkap.
( bertjerai bergaul
(113) hari (116) kebebasan
| pcrtjeraian pergaulan
membakar
mendidik majat
' (114) tjara (117) upatjara
pendidikan pcmbakaran
majat
bermain
(115) tempat
permainan
8. Djumlah kelompok tetap disini amat besar dan tiap2 hari
makin meluas. Kita sebutkan :
(118) air muka (121) sekolah mengadji
(119) gempa bumi (122) pergaulan hidup
(120) lapangan bekerdja
Bangun tertutup kelompok2 ini, seperti pada kelompok2 kwalitatif,
dapat dinjatakan dengan djalan menempelkan achiran -nja. Mis. :
(123) pidato radionja - (125) hari berangkatnja.
(124) tjara hidupnja
Perbandingkanlah lagi :
(126) bilik tempatnja tidur (127) tempat tidurnja.
PERGESERAN SINTAKTIS
*) Bandingkan 47, 2.
\
87, 3, 4J IX- l} KELOMPOK BERTINGKAT 141
penurunan
t . dalam
lain ■. irolimau
kalunai. ^ demikian makin
.. . _• lama
_ii makin
_____ __
r> T hentuk" *e .J
Dalam B-L• ^ ^ k a n lagi
4. Dalam lagi:
banjak t e r Ki
ak terpakai. p a k a i - . (153) perasaan keagamaan
(151) persediaan
v151) p e rs e d ia a i ' ( , 5 4 ) t a r a , ketatanegaraan
(152) perasaan Keuu
runlah”, boleh djuga ..peimmpin”
>) Suhut ialah „tuan
KELOMPOK KOMBINASI [87, 4, 8 8 , 1, 2, 3
142 ^
Tjatatan. Hal jang menarik hati jang paralel dengan B.I. dalam
segi ini diberikan oleh bahasa Perantjis 2). Disanapun orang djuga
berpegang kepada formasi2 adjektivis jang istimewa, untuk meng-
hindari kesukaran oleh penumpukan substantif. Jang dinamakan
adjectifs de relation ini, seperti djuga dalam B.I. ialah kata turun-
an dari substantif. Demikian diganti o ran g :
chaleur de soleil oleh chaleur solaire
monde des etoiles „ monde stellaire
questions de budget „ questions budgetaires
KELOMPOK KOMBINASI
H t
(164) pertempuran membela tanah air'
H t
j 11■
‘■j y*~~~ ■ i ~y
(165) pengetahuan bahasa dan adat
H t
(166) kegiatan bertindak dan berusaha
H t
(167)kepala rombongan wartawarT
H t
(168) dosa anak jang durhaka
3. Semua kelompok ini ialah beruas dua dan bangunnja boleh
aikatakan sederhana. Bangun jang lebih rumit ialah kelompok jang
beruas tiga, didalam mana H diikuti oleh suku tambahan jang lebih
banjak:
i) B ally, hal. 2 6 6 /6 7 .
«8, 3, 4] IX. B. KELOMPOK BERTINGKAT 143
H t1 t-
djiwa anaknja jang halus
H
(170) penghidupan 'anak negeri jang sede
4. M u n g k in g pada u m u m n ja‘
dari hubungan sesamanja, sehl 5®,n demikian dalam B.I- djuga
d alam h a l relasi kelompok, tetap/ *^ tan. oleh i a tent
ada kem ungkinan2 jang membawa kebera
pengertian itu. M i s . :
t2
H t - — =— > t,nnat iang lengkap
(171) rapat nwktamar iang len§kap ataukah muktamar jg
lengkap)
Pada 87 K b t o 'u S
S r S a K u masih maka soa,
memetjahkan kesukaran to, J«“
no. Z71 ada jang digant. d^ ^
(173) rapat lengKdp ^ diinterpoiasjkan antara H dan
Djadi dalam^ * 5 ionstruksi jang demikian :
f . Beberapa <*>”' ^ man„sia
(174) perkenibang . ^ panitia itu
(175) Pek^ aant! rraasjhur ilmu pengetahuan R u s
(176) wakil jang
___________ __________ tidak perlu lagi.
J) pem ak aian jam; se
\
Dalam bahasa Inggris dan Prantjis dalam hal ini tatakatanja lebih
bebas. Penghubungan katadepan disana dapat djuga dilakukan
segera dibelakang H, mis. :
the evidence on military matters of a soldier
the instinct in such matters of a woman
la destruction par le peste d’une grande partie de l’armee
1’avenement au trone de Philippe le Long.
Djadi bahasa Belanda, dimana konstruksi jang demikian biarpun
mungkin kiranja bisa dipakai djuga; tetapi tidak biasa diperguna-
fcan, dalam hal ini sesuai dengan B.l.
t . . . .
io5) diusa: - ■
djumpai untuk Pe0g.^ h Djuga demikian.
ladjaran tentang seoj • i.ermmgkinan
(226) pengertian tentang
dan sampai2 : toI-indaP orang asing'
(227) penabunuhan
*) L ih at 76, 3.
R E L A S I LI M IT A T I F [9 1 . 1, 2, 3, 4 , 5
148
r e l a s i l im it a t if
RELASI KWANTITATIF
92. 1. Jang dinamakan relasi kwantitatif ialah, apabila suku2
kelompok berbanding sesamanja sebagai perbandingan bagian dengan
kesehiruhannja.
Relasi2 kwantitatif selamanja dinjatakan setjara implisit. Bangun
kelompok ber-beda2 ; selain ada urutan H /t, djuga ada urutan t/H .
Jang achir ini kita lihat mis. pada :
(258) beberapa orang (260) seluruh negeri *)
(259) segala rumah 4) (261) sedikit uang.
2. Kadang2 kedua konstruksi mungkin dipakai, tanpa ada beda
dalam arti. Mis. :
Tjatatan. Urutan t/H , jang kerap kali kita lihat berlaku pada
hubungan kwantitatif, ialah akibat penggeseran sintaktis. Kata2
seperti beberapa, segala, seluruh, sedikit (lihat no. 258 s /d 261)
adalah substantif dan sebenarnja mendjadi inti kelompok.
Djadi pada asalnja kita disini berhadapan dengan k e l o m p o k '
kompletif, dengan urutan H /t jang biasa. Tetapi titik berat telah
berpindah ; ia tidak la^i terletak pada waktu pertama, tetap*
pada suku kedua. Jang achir ini sekarang mendjadi inti, sehingga
urutan suku, menjimpang dari urutan biasa, telah mendjadi t/H *)■
(keseluruhan) (bagian)
(-74) Ketela itu diambilnja scbidji
Van de ketella nam hij er een.
Of the cassava he took one.
Demikian pula :
(275) Benda jang amat lakit itu, hanja tinggal sekarang sadja.
Van die zeer gewilde waar bleef slechts een zak over.
Of that very much demanded ware only one bag was left.
(276) Mereka sedikit jang pernah ke Djawa.
Van hun zijn weinigen ooit op Java geweest.
Few of them have ever been to Java.
(277) Penduduk kota itu banjak jang lari.
Van de bewoners van die stad zijn er velen gevluchl.
Many of the inhabitants of that town have fled.
(278) Hanja jang karib1 benar masih tinggal thtfi iiga GtGUR-
Alleen van de zeer intieme kennissen bieven er nog twee oir
drie over.
Of his very intimate acquaintances only two or three wer
left.
7. Kalau diperbandingkan dengan bahasa Belanda dan bahasa
jang sekeluarga, maka nampaklah disini beda jang djelas.
Dalam bahasa Belanda relasi kwantitatif jang demikian icd
kerap diungkapkan dalam bidang kelompok kata. Mis. :
(279) Pekerdjaannja itu masih banjak jang salah.
Nog veel van zijn werk is verkeerd.
Much of his work is still wrong.
(280) Kaum keluarga dan handai tolan belum semua jang dapat
W c teb b c n nog niet alfc venvanten on vrienden kunnen
W e ° h a v e n o t y et b een able to v isit nil th e re la tiv es and
frien d s.
diuga soal seperti no. 276. Jang begini dalam bahasa
r I diuga diterdjemahkan dengan: „Weinigen van hun
Belanda dapai J Da]am bahasa Melaju konstruksi jang demikian
zijn op Java gewecsi
tidak mungkin-
„ „ . . „ r ooma berlaku djuga untuk ber-matjam^ relasi kompletif, tetapi
} S leWh djelas tertondjol pada relasi kwantitatif.
15 2 RELASI INSTRUMENTAL [92, 7, 9 3 , 1, 2, 3, 4
RELASI INSTRUMENTAL
93. 1. Jang dinamakan r-elasi instrumental ialah, apabila t me-
* nundjukkan. sebab, jang melakukan atau jang mengusahakan, jang
mengakibatkan keadaan atau tindakan jang diungkapkan oleh H.
Relasi instrumental kebanjakan diungkapkan setjara e k s p l i s i t
dengan pertolongan katapenghubung oleh. M is.:
(284) Isi buku telah hafal oleh murid*.
(285) Mereka telah kaiah oleh bangsa lain.
H dan t dalam hal demikian dapat dipisahkan. M is.:
(286) Belum dapat akal oleh hamba.
Kataganti orang dapat dilekatkan setjara enklitis. M is.:
(287) Tak tampak olehnja pandang sedih.
2. Dalam hal2 tersebut diatas pemakaian oleh diharuskan. Hal
jang demikian djuga berlaku setelah bentuk ter-. Mis. :
(288) Kita tertjerai oleh samudera.
(289) Perkataan itu terdengar oleh orang lain.
(290) Maksud perkataan tuan tertangkap oleh saja.
(291) Kami merasa terganggu oleh hawa dingin.
3. Hanja sekali2 sadja dalam hal demikian hubungan dinjatakan
setjara implisit. M is.:
(292) Seluruh negeri itu terantjam baiiaja kelaparan.
4. Pemakaian oleh djuga diharuskan setelah bentuk ber-. Mis- '•
(293) Banjaklah negeri jang baru jang bertemu oleh orang Portugis .
9 3 , 4, 5, 6 , 7, 94, 1, 2] IX. B. K ELO M PO K BERTJN GK AT 153
Tetapi hal2 jang disebut terachir ini dalam B.I. djarang bersua.
5. Sebaliknja pada bentuk ke-an kerap kali nampak oleh kita
relasi jang dinjatakan setjara implisit. M is.:
(294) kedjatuhan pohon (297) kelindungan pohon2an.
(295) kebandjiran barang (298) kemasukan setan.
(296) kedatangan tamu (299) ketularan penjakit.
Dalam hal2 jang lain harus lagi dipakai oleh. M is.:
(300) Suara saja tidak kedengaran benar olehnja.
(301) Lobang itu tidak kelihatan olehnja.
6. Pemakaian oleh ialah fakultatif setelah bentuk di-. M is.:
(302) Kita diserang (oleh) musuh.
Apabila H dan t ditjeraikan, maka pemakaiannja diharuskan.
M is.:
(303) Sekolah ditimpa lagi oleh bentjana.
7. Penggeseran sintaktis kita lihat berlaku pada kern. Mis.:
(304) kena maki.
Dalam kelompok ini ^tik berat tidajc ^ ^ ^ ^ " ^ e h f i a n g a n
tetapi pada jang kedua' ^ a™ J d l J bagai awalan, jang hampir
artinja jang sebenarnja dan Derirnu
serupa benar dengan awalan di-.
Beberapa tjontoh lagi :
(308) kena pukul
(305) kena tipu (309) » tembak
(306) „ ganggu }3r0) sentak.
(307) „ sihir
RELASI FINAL
v n ^lasi final ialah, apabila t mengungkap-
94. 1. J a n g d i n a m a k a n re dipakai oleh pengertian
kan tudjuan atau alat, untuk bergun
jang diungkapkan oleh H. k,apkan setjara eksplisit dengan per-
Relasi final kerap kali B perbintjangkan pada 66, 3. Kita
tolongan awalan ^ h jang Jain2 lagi :
benkan sekarang beberap
(311) uang p e m b a jar utang ^
( 3 1 2 ) s u n t ik p e n tje g a h ;• J
(313) bahan2 pemupuk
_ r haniak sekali kita djumpai kelompok- jang derm-
2. Dalam B.l- ° d J . „ ,baru. Kita sebutkan lagi beberapa,
kian. Tiap2 hari terbentuk jang
jang telah m e n d j a d i te ap •
54 RELASI KOMPARATIF [ 9 4 , 2, 9 5 , 1, 2, 9 6 , 1
KELOMPOK EKSPL1KATJF
96. 1. Dibagian jang lampau telah kita terangkan sedjumlah
relasi, jang timbul dalam kita menganalisa kelompok2 bertingkat. Se
belum kita sekarang mulai dengan menerangkan kelompok setara,
masih kita perbintjangkan dulu sebuah djenis kelompok, jang menurut
bangunnja berdiri antara kelompok bertingkat dan kelompok setara
isan jang dapat kita anggap sebagai suatu peralihan antara keduanja
ini, jakni kelompok eksplikatif. Dalam kelompok ini kedua suku terdiri
atas sebuah katabenda, jang menundjukkan orang atau hal jang sama '-)•
Relasi antara suku disini kerap kali lebih saling menerangkan daripada
i) L ih a t 71, 3
157
C. KELOMPO K SETARA
KELOMPOKSAMBUNG TERTUTUP
l) Bentuk Melaju dari teges (arti) dari bahasa Djawa. D alam B.L dipakai se
bagai sinonim terang.
9 8 , 8, 9 9 , 100J ix . C. KELOMPOK SETARA 159
(376) nusa bangsa (380) sutji niurni
(377) djivva raga (381) warta berita
(378) tanja djawab (382) hasrat kcinginan
(379) siap sedia (383) tugas kevvadjiban
KELOMPOKSAMBUNG TERBUKA
99. Kelompok2 ini menampakkan bangun jang djauh lebih
kurang 'kokohnja daripada kelompok- jang lampau. hal mana nampak
pada sifat2 berikut: v
I antara suku terdengar djeda
II suku- dapat dipisahkan.
Djumlah suku tidak terbatas pada dua buah, tetapi dapat dengan
mudah diperluas. Kclowpok tiga suku atau lebih disini. bukan-
KELOMPOK1KAT
KELOMPOKIKAT KOPULATIF
102. 1. Sebagai katapenghubung bertindak disini:
dan serta dengan
lagi dengan
serta b a i k ................. maupun.
beserta
2. Kita berikan sekarang sedjumlah tjontoh :
dan:
(390) seorang djurutulis jang pandai dan radjin.
(391) Memandang kepadanja dengan tadjam dan heran.
(392) Ia tidak tahu kemana dan mengapa ia berdjalan.
(393) Semua itu sekarang harus dan dapat dilaksanakan.
3. Djuga katatambahan dan katapenghubung dalam B.l. diper-
satukan mendjadi kelompokikat kopulatif. M is.:
(394) Demikian usaha jang sedang dan akan dilakukan Peme-
rintah.
(395) Karangan jang sudah dan akan dimuat dalam surat kabar.
(396) Barang2 jang dimasukkan oleh dan untuk Bank Negara.
(397) Pemerintah jang timbul dari dan oleh rakjat.
4.. Demikianlah maka semua kata, jang dapat melakukan fungsi
sintaktis jang sama dalam kalimat, dapat dipersatukan sebagai kelom
pokikat. Djadi kita djumpai djuga :
(398) anak jang lemah dan pendiam.
(399) suatu pemberontakan jang hebat dan menggojangkan puscit
keradjaan.
(400) langkah jang sesat dan merugikan.
(401) orang jang djudjur dan mempunjai nama baik.
(402) Kekalahan dan rintangan dihadapinja dengan berbesar hati
dan gembira.
Kelompokikat jang bersuku tiga atau lebih biasanja hanja kita
djumpai dalam bahasa sastera jang lebih tua. M is.:
10 2 , 4, 5] IX. c. K E L O M PO K SETARA J6]
Demikian djuga kita lihat jang ada atau tidak ada katapeng-
hubungnja:
(424) nusa (dan) bangsa.
(425) djiwa (dan) raga.
(426) kawan (dan) lawan.
(427) harkat (dan) deradjat.
(428) adat (dan) kebiasaan.
(429) kampung (dan) halaman.
(430) makan (dan) minum.
(431) fakir (dan) miskin.
(432) ini (dan) itu.
- KELOMPOKIKAT ADVERSATIF
KELOMPOKIKAT DISJUNGTIF
i ' ,
104. Sebagai satu nja katapenghubung bertindak disini t atau-
M is.:
(435) Buanglah pendirian atau perasaan tjuriga !
105. 1. Achirnja kita pertjakapkan lagi beberapa hal jang
chusus tentang kelompokikat pada umumnja.
*05, 2, 3, 4] IX. C. KELOMPOK SETARA
163
5. S e b t a . * fS d n o S -K ta S S f l ' a t
hubungan kelompok segera _ J
ini djuga beberapa tjontoh agi.
(449) sikap kita dan l * ? ^ anJ ^ nja.
(450) orang tuanja oji ■ diri ^an vntnk masjarakat.
(451) b e r d j u a n g untuk
(452) didesa an demikian ada djuga kita djumpai
Tjatatan. PenSuIi?n° (terbuka). Ia kerap kali lebih ekspresif
pada k e l o m p o k s a m D u r i ^ ^ ^ untu,k mentjapai suatu efek
dan dipa'kai lew»
retoris jang terteniu- ^ $egenap tenaga kita.
( 4 5 3 ) s e g e n a p K eK ua
_________ ____________ . w a apnbila keterangannja terletak dim uka.
“ Tentu sadja <
M is . s e g e n a p t e " ^ e k o n s tru k s i in i d ju g a 82, 5.
2) Bandingkan untu ksj in; djuga 88,
a) B andingkan untuk konsi
164 KELOMPOKIKAT SAMBUNG [106, 1, 2, 107
-KELOMPOKIKAT SAMBUNG
106. 1. Kelompokikat sambung biasanja terdiri atas tiga suku.
Hanja suku 'kedua dan ketiga jang dihubungkan. Antara suku pertama
- - dan suku kedua terdengar djeda. Suku‘-nja menurut artinja mem'bentu.k
keseluruhan jang saling berhubungan. Selain itu kelompok ini me-
nimbulkan kesan, bahwa ia lengkap dan tertutup. Se-akan2 dengan
kelompok jang demikian diungkapkan se-gala2nja jang mungkin dalam
hubungan jang bersangkutan. M is.:
(456) Disitu neneknja lahir, hidup dan meninggal.
(457) Kita menghadapi kesukaran, rintangan dan halangan.
(458) Udara jang njaman, segar dan bersih.
2. Hal2 jang chusus, jang kita sebutkan pada 105, berlaku djuga
disini. Djadi .keterangan, katapenghubung dan elemen jang lain2 hanja
ditempatkan pada suku pertama atau suku terachir. Kita berikan
tentang ini sedjumlah tjontoh :
(459) bangsa budak jang tidak mempunjai fikiran, aliran dan ke-
mauan jang merdeka.
(460) Rumah itu ditunggui oleh djin, peri dan hantu.
(461) Gadis2 tnenggerakkan badan, kaki dan tangannja menurut
lagu.
Djuga disini di biasanja diulangi. M is.:
(462) tentara diudara, dilaut dan didarat.
i
165
kwalitatif .. T......................... (8 0 )
kom pletif............................... (8 5 )
limitatif .................................. ( 91)
kw antitatif............................. (9 2 )
I KeJompok bertingkat
instrumental........ .......... (9 3 )
f in a l....................................... ( 9 4 )
komparatif ............................ (9 5 )
eksplikatif .............................. (9 6 )
f f kopulatif (98, 2)
implisit f tertutuP j disjungtif (98, 5)
(terbuka ...................... ( 99)
II Kelompok se- (102)
kopulatif
setara
j eksplisit f
adversatif
disjungtif
(kel.ikat sam bung........
(103)
(104)
(106)
108. Sebagai penutup, seperti jang telah kita lakuknn pada
bangun kalimat, akan ‘kita simpulkan dengan pendek beberapa hal,
jang dapat berlaku sebagai sifat chas (karaktxristik) untuk bangun
kelompok.
a tfritfflH progresif. 1. Dalam kelompok bertingkat berkuasa
urutan progresif, artinja keterangan terletak dibelakang jang diterang-
bagian2 p r e d i k a t s e t a r y - ,
lompok k w 1a n t*i t a‘nup
tit ( J ' ^ ^ a n setjara
.... implisit.
* - 1.. —
Relasi
*'«■ antara
» Relasi jans Jisukai pengungkapkannja setjara implisit
suku kelompok lewn
(76, 3). . , g j nampak d'alam kelompok seperti djuga
dalam2' J 3 k e i ^ n un.ulc lebih me.jukai relasi jang dtagkap-
kan setjara eksplisit-
166 D- PANDANGAN KEMBALI DAN PENJIMPULAN [108
/
168
DAFTAK HAL
abstrakta, 141
bahasa Sunda, 20 Tjat.; 28 Tjat.; 34
^ l O ^ Tjat CUm infinitivo* 1 01 Tjat., Tjat.; 40 T jat.; 42 T jat.; 83 Tjat.:
achiran posesif, 1 2 1 2; 98 Tjat.; 99; 123; 137 Tjat.; 149
Tjat.
adjektif, bentuk adjektivis setiara
susunan 135; 139 dbb.; 1 6 6 - 1 ! bentuk ak tif p ad a pelengkap jang
m endahului, 33, 34 Tjat.
(lS3f lf3fiArab.. dengan achiran i)
142V a t ! * J6ktlf de relat*on) bentuk terikat, bound form , 53 Tjat.
bentuk zero, 53 T jat.; 54; 55
aksen dinamis, 41; 43; 50; 59 bertingkat, lih. setara dan koordinasi
aksen kesatuan, 130; 132 Tiat bound form , lih. bentuk terikat
aktif/pasif, 16, 17; 54 bunji kalim at, lih. intonasi
anak kelompok, 1 2 7 , 128
anteseden, — kosong, 1 3 4 Tiat content clauses, 117 Tjat.
antjang2, 25 jat> construction, 124 not 3
asonansi, 157 dem onstrativa, 1 2 1 T jat.
aspek, 36 dbb.; 45 dbb.; 48; 5 !; 5 4 .
elips, 65, 68 dbb.; 95; 96; 113; 122
; 75 ’ 121; (Pcnundjuk aspeki 81
a yntact.c compounds, 131 T ilt frekwentatif, 36; 42
atributif, anak kalimat- - at r i w -
ve clauses, 116 Tjat ’ genetivus objectivus dan subjectivus,
atribut predikatif, 102 137 Tjat.
bahasa 2 Barat, Eropa Barat lih u implisit dan eksplisit, relasi setjara
hasa Eropa at’ llh- ba‘ implisit dan eksplisit, 76, 7 7 ; 1 2 1
dan passim
bahasa Batak, 28 Tiat • ■xa -r- mterjeksi verbal, 40 Tjat.
Tjat.; 137 Tjat • 139- t 94 interpelasi, 143; 166
149 Tjat. ’ 139, 1 4 1 TJat.;
bahasa Belanda, 13- 2 0 - -r- . intonasi, 9,- 10 dan passim
mtuisi, 76
Tjat.; 37 T ja t; 41 Tiat 26
68 Tjat.; 69 Tjat . 7 3 . 7 c i ’ kalim at, 9 dbb. dan passim
Tjat.; 82- 91 -r: . ’ 5 T ja t: 81 Kahmat aposisi, 116, 117
T at. lo i Tiat ^ 91 97; 99 150^ beruas’ 26 dbb>: 34: 48: 121’
105 Tjat.- lOfi” ,1r° 12: 103 Tjat.;
115; 116 Tjat.; 1 2 2 - 1 3 1 t * »Tjat-: katabilangan bantu, 150
Tjat.; 145; 151; 154 Tjat.; 137 kataganti penghubung, 115, 134
kataganti penundjuk, 69 T jat.; —■
ba£?s* Djawa, 20 Tjat 2 - ->8 t - , 73;— 116;— 131
Kataganti taktentu, 44 T jat.; — 45
T j a t . ^ 4 4 Tjat.; a jang m enundjukkan, p e n u n d j u k *
122 25’ 30’ 31 dbb ’ 48: 84 dbb ’
TEKS
* * * * * 2 1 m im , /p iiq
V VJ r u
?/?K K £i< )A -A
K)rain> on%
0=5mar mrU;
8 APR 2BE
Bid* L . 2 1 MAY 2002 | ^
TT6
J(jA/2f)n
2 0 J U N 200'
U £ 3 1 OCT 200? I $
L S S .
w
S') r^O ' W B 2003 1 .4 1 ^ :
310.
t lm ) ■^ 4 R 2003
"<0 ®
perpustakaan Ul
01-10-07078218
UI
^i> lT JE T A K OUEH