Anda di halaman 1dari 8

Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis

dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana Keratitis Bakterial


Devina Hardianto1, Devira Fitriani Kamal2,
Mochamad Fauzan Dava3, Rani Himayani4, Putu Ristyaning Ayu5
1Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2 Bagian Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3 Bagian Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Keratitis bakterial merupakan infeksi pada kornea yang diakibatkan oleh invasi dan proliferasi bakteri pada kornea, sehingga dapat
menyebabkan ulserasi pada kornea. Keratitis bakteri paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Penggunaan lensa kontak berkaitan dengan kejadian
keratitis bakterial. Faktor risiko lain adalah alkohol, malnutrisi, trauma, perubahan permukaan kornea. Gejala yang sering dialami
adalah nyeri dan mata merah, pandangan kabur, sensitif terhadap cahaya, mata berair, dan belekan akibat kerusakan pada
kornea, sehingga ditemukan kerusakan pada epitel kornea dan inflamasi stroma akibat masuknya bakteri. Untuk mencegah
terjadinya ulserasi pada kornea, dibutuhkan penegakan diagnosis keratitis bakterial. Diagnosis ditegakkan melalui inspeksi pada
mata menggunakan lampu slit dan ditemukan injeksi konjungtiva, infiltrat putih pada kornea akibat rusaknya epitel kornea. Selain
itu ditemukan penipisan kornea, edema stroma, plak inflamasi endothelial, lipatan membran descemet, discharge mucopurulent,
dan hipopion pada bilik depan mata. Pemeriksaan yang khas adalah melalui kerokan kornea dan spesimen dari kornea untuk
dilakukan pewarnaan gram atau dapat dilakukan kultur bakteri. Untuk penanganan dari keratitis bakterial adalah dengan
antibiotik spektrum luas sebelum dilakukan kultur dan antibiotik definitif setelah bakteri penyebab diketahui.

Kata kunci : Diagnosis, keratitis bakterial, tatalaksana, ulserasi kornea

Diagnose and Management of Bacterial Keratitis


Abstract
Bacterial keratitis is an infection of the cornea that caused by the invasion and proliferation of bacteria in the cornea, which can
cause ulceration of the cornea. Bacterial keratitis is most often caused by Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis,
Streptococcus pneumoniae, and Pseudomonas aeruginosa. The use of contact lenses is associated with the incidence of bacterial
keratitis. Other risk factors are alcohol, malnutrition, trauma, changes in the surface of the cornea. Symptoms that are often
experienced are pain and red eyes, blurred vision, sensitivity to light, watery eyes, and tearing, because of damage in corneal
epithelium and stromal inflammation due to the entry of bacteria. It is necessary to establish the diagnosis of bacterial keratitis.
Evaluation is by inspection of the eye using slit lamp. Conjunctival injection, white infiltrate on the cornea due to damage to the
corneal epithelium can be found. In addition, corneal thinning, stromal edema, inflammatory endothelial plaques, folds of
Descemet's membrane, mucopurulent discharge, and anterior chamber hypopyon were also found. Laboratory test is through a
scraping of the cornea for gram staining or bacteria culture. The treatment of bacterial keratitis is using broad-spectrum antibiotics
before culture test and definitive antibiotics after the causative bacteria are identified.

Keywords : Bacterial keratitis, cornea ulcerative, diagnose, management

Korespondensi: Devina Hardianto, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro, No 15-16, Kel. Gedung Meneng, Kec. Rajabasa, Bandar
Lampung, hp 089604033536, e-mail devinahardianto03@gmail.com

pada lapisan dari kornea ini disebut sebagai


Pendahuluan keratitis. Inflamasi yang terjadi dapat mengenai
Kornea merupakan salah satu bagian mata lebih dari satu lapisan dan dapat mengancam
yang memiliki fungsi sebagai media refraksi dan terjadinya ulkus kornea apabila telah mengenai
memfokuskan cahaya, sehingga untuk bagian stroma dari kornea. Keratitis kornea
menjalankan tugasnya, kornea harus terbebas dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan
dari kotoran dan perlukaan1. Kornea memiliki jamur, mata kering, paparan cahaya yang terlalu
lima lapisan yang terdiri dari permukaan epitel, terang, alergi atau kosmetik mata, debu dan
membran Bowman, stroma, membran polusi, serta trauma akibat benda asing2. Salah
descemet, dan endotel. Inflamasi yang terjadi satu keratitis yang mengancam penglihatan

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 63
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

manusia adalah keratitis mikroba. Keratitis konsumsi alkohol, dan dermatitis atopik juga
mikroba merupakan infeksi pada kornea mata dapat menjadi pemicu 4.
yang diakibatkan oleh beberapa Bakteri penyebab keratitis bakterial tidak
mikroorganisme, seperti bakteri, protozoa, virus, bersifat spesifik gram negatif ataupun gram
dan fungi. Akan tetapi, infeksi yang dimaksud positif saja, tetapi kedua jenis bakteri sama-
bukan merupakan infeksi yang mudah menular. sama menjadi etiologi dari keratitis bakterialis.
Berdasarkan laporan layanan kesehatan, 20-70% Bakteri gram positif yang menjadi penyebab
penyakit yang berhubungan dengan masalah yang paling sering adalah Staphylococci (24-
pada kornea memiliki keterkaitan dengan infeksi 46%), Streptococci (7-16%), dan
bakteri. Selain itu, bakteri juga dianggap lebih Corynebacterium (14%), yang menjadi
mengancam akibat perkembangan penyakit penyumbang 70% kejadian ulser kornea.
yang cepat dan progresif dengan meninggalkan Beberapa spesies Enterobacteriaceae juga
gejala sisa pada penglihatan yang bersifat terlibat sekitar 15% dari kejadian keratitis
ireversibel. Keratitis bakterial merupakan infeksi bakterialis. Sedangkan pada bakteri gram negatif
yang terjadi pada kornea akibat dari masuknya terdapat keterlibatan dengan penggunaan
dan berproliferasinya bakteri pada kornea kontak lensa, trauma, dan operasi dalam
sehingga terdapat defek epitel yang menyebabkan keratitis bakterial. Bakteri gram
menimbulkan rasa nyeri dan terdapat inflamasi negatif yang sering menjadi penyebab adalah
stroma yang memicu terjadinya ulserasi. Pseudomonas sp. Spesies bakteri yang paling
Sehingga dalam beberapa waktu, keratitis sering menyebabkan keratitis adalah
bakterial dapat menyebabkan urselasi kornea, Staphylococcus aureus (5-36%), Staphylococcus
kekeruhan kornea, dan hilangnya epidermidis, Streptococcus pneumoniae, dan
penglihatan2,3,4. Pseudomonas aeruginosa 1,3,4.
Salah satu faktor risiko utama dari Kejadian keratitis bakterialis pada
kejadian keratitis bakterial adalah penggunaan Amerika diperkirakan sekitar 25.000 orang
lensa kontak. Kebiasaan penggunaan lensa mengidap keratitis bakteri setiap tahunnya.
kontak yang bermalam, berlebihan, Sedangkan pada cakupan internasional, jumlah
pembersihan yang tidak adekuat, pembersihan kejadian keratitis bakteri beragam pada setiap
lensa kontak menggunakan air mengalir, negara, bergantung pada pengguna dari lensa
kontaminasi, higienitas kontak lensa yang kontak, dimana semakin sedikit penggunaan
rendah, penggunaan bersamaan, trauma pada lensa kontak, maka semakin sedikit pula kejadian
lensa kontak, dan penggunaan lensa kontak keratitis bakterial 5. Untuk jumlah penggunaan
ketika berenang dapat menjadi pemicu keratitis lensa kontak yang merupakan faktor risiko
bakterial pada pengguna lensa kontak. Selain itu keratitis bakterial sendiri terdapat 125 juta orang
terdapat faktor risiko ekstrinsik seperti trauma, di dunia dan belum terdapat jumlah pengguna
cedera akibat benda asing, bahan kimia, mekanik lensa kontak secara resmi di Indonesia 6. Selain
dan termal, serangga, operasi pada mata atau itu,hingga saat ini belum ada angka akurat dari
palpebra sebelumnya, penggunaan obat kejadian hilang penglihatan secara global akibat
imunosupresan seperti kortikosteroid, dan keratitis bakteri. Akan tetapi, untuk perkiraan
NSAID dapat menjadi pemicu. Sedangkan faktor terkait kejadian keratitis bakterialis dapat
lokal pada mata yang menjadi pemicu dapat disimpulkan dari data kekeruhan kornea yang
berupa mata kering, abnormalitas pada tidak disebabkan oleh trakoma yang menjadi
palpebra, blepharitis, ectropion dan entropion, penyebab kebutaan urutan keenam secara
defek epitel, keratitis viral, dan trikiasis. Penyakit global, 3,2% dari 36 x 106 kasus. Hal ini
sistemik seperti DM, malnutrisi, autoimun, SJS, dikarenakan banyak data yang dilaporkan
merupakan kejadian yang dikelompokkan oleh

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 64
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

keratitis mikroba. Pada India Selatan, terdapat empat tahap berupa infiltrasi, ulserasi, regresi,
kejadian keratitis bakterialis sejumlah 113 per dan penyembuhan yang prosesnya bergantung
100.000 populasi dan di Nepal terdapat 799 pada spesies bakteri, pertahanan pada mata,
penderita per 100.000 populasi setiap tahunnya. akurasi diagnosis, dan tatalaksana yang cepat
Di Cina, prevalensi dari keratitis ini sebesar 192 dan tepat . Dengan demikian, untuk menghindari
per 100.000 populasi dengan etiologi virus yang kerusakan kornea yang lebih dalam, hingga
menyumbang 110 kejadian, bakteri 75 kejadian, kebutaan, dibutuhkan penanganan yang
dan jamur 7 kejadian per 100.000 populasi. adekuat pada keratitis bakterial yang memiliki
Berdasarkan penelitian terdahulu tahun 1995 di potensi tinggi dalam menyebabkan ulser kornea.
Inggris, AS, Australia, dan Taiwan, didapatkan Sehingga penegakan diagnosis dan tatalaksana
4,5-37,7 kasus per 100.000 populasi setiap yang tepat sangat dibutuhkan pada keratitis
tahunnya dan mulai meningkat pada tahun bakterial 1,3.
1970-an akibat penggunaan lensa kontak
semakin banyak3. Berdasarkan dari perilaku Isi
penggunaan lensa kontak, terdapat peningkatan Radang pada kornea atau disebut juga
kejadian keratitis mikroba dengan penggunaan dengan keratitis ini biasanya diklasifikasikan
lensa kontak semalaman, yaitu 20 kasus per berdasarkan seberapa dalam lapisan dari kornea
10.000 populasi pengguna lensa kontak, yang terkena, seperti keratitis superficial,
sedangkan pada penggunaan lensa kontak setiap interstisial, ataupun profunda7,13. Lapisan kornea
hari tanpa dibawa tidur memiliki 2 hingga 4 kasus memiliki lima lapisan penting, yaitu lapisan
per 10.000 pengguna. Angka ini masih bernilai epitel, lapisan bowman, stroma kornea yang
stabil7. merupakan lapisan paling tebal, membran
Pada dasarnya permukaan mata memiliki descement, dan endotel kornea. Jika peradangan
perlindungan yang baik terhadap mikroba. sudah sampai lapisan stroma ke bawah,
Terdapat epitel yang berperan sebagai komplikasi yang timbul akan lebih besar dan
penghalang masuknya mikroba, serta terdapat meninggalkan sikatriks atau jaringan parut pada
beragam zat antimikroba pada tear film yang lapisan kornea.8,9
mencegah masuknya mikroba ke dalam mata.
Ketika terjadi masalah pada pelindung mata atau
terjadi kondisi yang merupakan faktor risiko dari
keratitis bakterial, terdapat ketidakseimbangan
pertahanan pada bola mata dan bakteri dapat
melakukan invasi pada mata hingga ke kornea
dan memicu keratitis bakterial. Invasi dari
bakteri ke kornea akan memicu infiltrasi dari
mediator inflamasi seperti PMN dan limfosit dan
menghasilkan nekrosis jaringan yang apabila
melibatkan lapisan stroma akan terbentuk Gambar 1. Lapisan dari Kornea5
ulserasi dan akan terdapat edema pada kornea
yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada Epitel atau lapisan pada kornea
penderita. Dalam tahap penyembuhannya, akan merupakan pelindung bagi kornea dan dari
terbentuk jaringan parut yang mengganggu invasi mikroorganisme. Trauma atau luka pada
penglihatan dan bersifat irreversibel . kornea seperti berkurangnya produksi airmata,
Perkembangan penyakit keratitis bakterial tidak reaksi alergi, dapat mengakibatkan kornea
selalu menimbulkan ulser pada kornea dan menjadi rentan terhadap infeksi berbagai
meninggalkan gangguan irreversibel. Terdapat organisasi. Penggunaan kortikosteroid topikal

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 65
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

juga dapat mengubah reaksi imun pejamu dan


memungkinkan organisme flora normal di
sekitar mata untuk menginfeksi kornea.9
Penggunaan lensa kontak juga dapat membuat
lapisan kornea menjadi rentan terinfeksi karena
hipoksia dan mikrotrauma. Selain itu, penyakit-
penyakit seperti mata kering, trikiasis,
entropion, imunosupresi, diabetes melitus, dan
defisiensi vitamin A membuat lapisan kornea
rentan untuk diinvasi oleh mikroorganisme.10,13
Keratitis ini dapat disebabkan oleh
berbagai hal, seperti berkurangnya produksi air Gambar 2. Hipopion5
mata, keracunan obat, infeksi, reaksi alergi pada
pemberian obat topikal, dan reaksi terhadap Infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa
konjungtivitis yang kronis.14 Berdasarkan berawal dari adanya infiltrat warna abu-abu atau
penyebab infeksi, keratitis juga dibedakan kuning dan berlanjut menjadi infiltrat berwarna
menjadi keratitis bakteri, keratitis fungi, keratitis hijau kebiruan yang merupakan tanda dari
viral, keratitis parasit, dan juga noninfeksi.14 patognomonik dari bakteri Pseudomonas.9,14
Keratitis bakteri paling sering disebabkan oleh Pemeriksaan fisik pertama yang dilakukan
bakteri Pseudomonas auruginosa yang bersifat untuk membedakan keratitis dengan
agresif dan mengakibatkan 60% dari kasus konjungtivitis adalah dengan pemeriksaan visus.
keratitis yang terkait dengan lensa kontak. Untuk keratitis maka terdapat penurunan dari
Keratitis akibat Staphylococcus aureus ditandai visus penderita dibandingkan dengan
dengan adanya infiltrat lokal dengan batas tegas konjungtivitis. Kemudian dilakukan evaluasi
berwarna putih atau kuning keputihan. Bakteri mata secara sistematis dengan temuan-temuan
lain yang menjadi penyebab dari keratitis bakteri khas dari keratitis, seperti adanya infiltrat atau
adalah streptococcus sp.13,14 bercak berbentuk cincin pada kornea atau
Gejala utama yang disebabkan oleh disebut juga dengan hipopion, adanya nyeri,
keratitis bakteri ini bisa berupa nyeri, fotofobia silau pada cahaya, atau adanya sekret yang
atau silau, penurunan tajam penglihatan, dan keluar dari mata yang kental dan padat atau
juga adanya sekret purulen ataupun purulen.13,14
mukopurulen yang ada di mata. Kemosis dan Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pembengkakan kelopak mata juga dapat timbul, bisa dengan kerokan kornea, pewarnaan gram,
lalu adanya defek epitel disertai dengan infiltrat lalu kultur untuk identifikasi mikroorganisme
yang diwarnai oleh test fluoresen.11 Kemudian bakteri penyebab keratitis pada pasien.
dapat juga terjadi edema stroma, lipatan Pemeriksaan fluoresensi juga dapat dilakukan
membran descemet, dan uveitis anterior yang dengan meneteskan zat warna fluoresein pada
ditandai dengan infiltrasi kornea disertai dengan mata, kemudian diirigasi dengan cairan steril
hipopion atau bercak seperti warna keputihan di aquades. Setelahnya, kondisi kornea dievaluasi
sekitar kornea. Pada infeksi Pseudomonas, dengan slit lamp dengan lampu biru dan temuan
radang hingga lapisan stroma hingga endotel berwarna hijau pada kornea mengindikasikan
dapat menyebabkan ulcerasi atau ulkus kornea bahwa adanya defek pada epitel kornea.10,14
hingga perforasi.12 Penatalaksanaan keratitis bakterial
dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme penyebab keratitis bakterial,
mengurangi gejala yang dialami pasien,

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 66
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

meminimalisir pembentukan jaringan parut sintesis protein. Mekanisme penghambatan


pada kornea yang terinfeksi, dan menjaga fungsi sintesis protein dilakukan dengan membentuk
penglihatan agar tidak terjadi perburukan pada antikodon abnormal pada sub unit 30s sehingga
fungsi mata. Penanganan keratitis bakterial terjadi proses salah baca sehingga menyebabkan
dilakukan dengan memberikan beberapa macam terpasangnya asam amino yang salah kedalam
obat seperti antibiotik dan analgesik. peptida sehingga protein yang terbentuk
Antibiotik topikal diberikan sebagai memiliki sifat toksik. 15, 16
penanganan keratitis bakterial. Fluorokuinolon Gentamisin merupakan salah satu obat
biasa digunakan sebagai pilihan terapi antibiotik dari golongan aminoglikosida yang sering
empiris. Antibiotik empiris merupakan antibiotik digunakan sebagai terapi keratitis bakterial.
yang diberikan pada pasien yang belum Gentamisin terbukti secara in vitro mampu
mendapatkan hasil kultur bakteri untuk menginhibisi banyak galur stafilokokus, kolifor,
mengetahui etiologi yang menjadi penyebab dan bakteri gram negatif lainnya. Tobramycin
keratitis bakterial. Golongan fluorokuinolon juga menjadi salah satu obat dari golongan
merupakan antibiotik yang bekerja sebagai aminoglikosida yang sering digunakan.
inhibitor DNA girase yang berperan untuk infeksi Tobramycin mampu untuk menghambat
bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. pertumbuhan gram negatif seperti
Fluorokuinolon bekerja dengan menghambat staphylococcus dan streptococcus. Dosis yang
pembentukan DNA bakteri dengan cara digunakan untuk terapi keratitis bakterial adalah
menghambat pembentukan topoisomerase II gentamisin 0,3% dan tobramisin 0,3%. 16
(DNA girase) dan topoisomerase IV bakteri. Antibiotik dari golongan sefalosporin
Ketika pembentukan DNA girase dihambat maka dapat digunakan pula sebagai terapi dari
relaksasi gulungan DNA yang diperlukan bakteri keratitis bakterial. Golongan sefalosporin
untuk melakukan transkripsi dan replikasi. bekerja dengan menghambat pembentukan
Sedangkan, inhibisi topoisomerase IV akan dinding sel bakteri. Penghambatan
mengganggu proses pemisahan replika DNA pembentukan dinding sel dilakukan dengan
kromosom ke sel-sel anak ketika terjadi inhibisi reaksi transpeptidase tahap ketiga yang
pembelahan sel. Fluorokuinolon menunjukkan terjadi dalam pembentukan dinding sel bakteri.
respon yang sangat baik dalam merespon bakteri Sefalosporin aktif untuk terapi infeksi akibat
gram negatif dibandingkan dengan bakteri gram bakteri gram positif dan gram negatif. 16
positif. Fluorokuinolon yang biasa digunakan Cefazoline merupakan sefalosporin
sebagai antibiotik topikal untuk keratitis golongan pertama yang biasa digunakan sebagai
bakterial adalah ofloxacin 0,3%, levofloxacin antibiotik topikal untuk terapi keratitis bakterial.
0,3%, dan gatifloxacin 0,3%. 15, 16, 17 Sefalosporin golongan pertama lebih unggul
Antibiotik definitif merupakan antibiotik untuk mengatasi infeksi akibat bakteri gram
yang diberikan jika sudah jelas etiologi yang positif. Sefalosporin golongan pertama efektif
menjadi penyebab keratitis bakterial. Antibiotik untuk infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan
definitif dapat diberikan ketika sudah keluar Streptococcus sp. Dosis cefazoline yang biasa
hasil pemeriksaan kultur bakteri dari sampel digunakan untuk terapi keratitis bakterial adalah
scraping cornea yang telah dilakukan. Terdapat 50 mg/mL. 16, 17
beberapa antibiotik definitif yang dapat Pada tahun 2020 Dikmetas melakukan
digunakan sebagai terapi keratitis bakterial. penelitian mengenai penggunaan antibiotik
Golongan aminoglikosida bisa dijadikan topikal golongan sefalosporin/aminoglikosida
alternatif lain sebagai antibiotik topikal bagi pada pasien keratitis bakterial yang tidak
terapi keratitis bakterial. Aminoglikosida merespon pada terapi antibiotik topikal
memiliki peran sebagai inhibitor ireversibel golongan fluorokuinolon. Berdasarkan

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 67
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

penelitian yang dilakukan, ditemukan hasil digunakan sebagai terapi tambahan dalam
bahwa pemberian antibiotik topikal golongan penatalaksanaan keratitis bakterial.
sefalosporin/aminoglikosida mampu Kortikosteroid topikal dapat diberikan guna
memberikan efek terapi yang baik bagi pasien mengurangi reaksi inflamasi dari infeksi bakteri
keratitis bakterial. Pasien keratitis bakterial yang pada keratitis bakterial. Kortikosteroid topikal
tidak merespon pada antibiotik golongan dapat mengurangi derajat keparahan kerusakan
fluoroquinolon kemudian diberikan antibiotik stroma kornea, neovaskularisasi, dan
topikal sefalosporin/aminoglikosida dan terbentuknya jaringan parut pada pasien dengan
hasilnya menunjukkan pasien memiliki keratitis bakterial. Pada penelitian yang
ketajaman penglihatan yang jauh lebih baik. 18 dilakukan oleh Blair pada tahun 2011 yang
Vankomisin merupakan antibiotik dari melakukan penelitian mengenai efektivitas
golongan glikopeptida yang bisa digunakan pemberian terapi antibiotik dengan kombinasi
sebagai terapi antibiotik definitif bagi keratitis antibiotik dan kortikosteroid tambahan pada
bakterial. Vankomisin merupakan antibiotik pasien ulkus kornea menunjukkan perbedaan
yang bekerja dengan menghambat yang tidak terlalu signifikan antara keduanya.
pembentukan dinding dengan menjadikan Pemberian kortikosteroid sebagai pada terapi
peptidoglikan yang dibentuk lemah sehingga ulkus kornea tidak menunjukkan adanya
dinding sel menjadi rentan untuk mengalami perburukan tingkat keparahan perforasi kornea
lisis. Vankomisin efektif untuk mengatasi infeksi akibat penggunaan kortikosteroid namun tidak
akibat bakteri gram positif terutama bagi bakteri pula menunjukkan adanya percepatan proses
methicillin-resistant staphylococcus aureus penyembuhan ulkus kornea. 20, 21, 22, 23
(MRSA). Vankomisin 5% merupakan dosis yang
digunakan untuk terapi keratitis bakterial. 15, 16 Ringkasan
Penggunaan fluorokuinolon seperti Keratitis bakterial merupakan kondisi
ofloxacin dan levofloxacin sebagai antibiotik dimana terjadinya inflamasi pada kornea mata
empiris keratitis bakterial memiliki efektivitas yang disebabkan karena adanya infeksi bakteri.
yang sama jika dibandingkan dengan pemberian Bakteri yang paling sering menjadi etiologi
antibiotik fortifikasi seperti gentamisin, terjadinya keratitis bakterial adalah
tobramisin, dan, cefazolin. Penggunaan Pseudomonas aeruginosa yang menjadi
fluorokuinolon sebagai antibiotik empiris penyebab dari keratitis bakterial akibat
dilakukan dengan pertimbangan harga obat penggunaan lensa kontak. Staphylococcus
pada golongan fluorokuinolon yang lebih murah, aureus juga menjadi salah satu penyebab
memiliki pH yang stabil, masa penyimpanan obat terbanyak dari kejadian keratitis bakterial.
yang lama dan mudah diprediksi. Penggunaan Penegakan diagnosis bagi keratitis bakterial bisa
satu jenis antibiotik lebih dianjurkan diawali dengan melihat tanda dan gejalanya
dibandingkan dengan penggunaan dua terlebih dahulu. Gejala dan tanda yang dialami
antibiotik. Hal ini disebabkan karena oleh pasien dengan keratitis bakterial seperti
penggunaan dua jenis antibiotik mampu nyeri, fotofobia atau silau, penurunan tajam
meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya penglihatan, dan juga adanya sekret purulen
kerusakan pada epitel permukaan bola mata dan ataupun mukopurulen. Selain itu, dapat pula
hal ini akan mengganggu proses penyembuhan ditemukan kemosis dan pembengkakan pada
epitel pada permukaan bola mata. 19 palpebra serta adanya defek epitel dengan
Antibiotik topikal merupakan terapi infiltrat yang dapat dijumpai pada pemeriksaan
utama yang diperlukan dalam penanganan fluoresen. Edema stroma, lipatan membran
keratitis bakterial. Namun beberapa penelitian descemet, dan uveitis anterior yang ditandai
mengatakan bahwa kortikosteroid dapat dengan temuan hipopion di sekitar kornea. Jika

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 68
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

bakteri Pseudomonas aeruginosa menjadi Daftar Pustaka


penyebab infeksi maka biasanya akan 1. Miller, D., Cavuoto, K.M., Alfonso, E.C.
menyebabkan ulserasi hingga perforasi dari Bacterial Keratitis. In: Das, S., Jhanji, V. (eds)
kornea. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Infections of the Cornea and Conjunctiva.
keratitis bakterial akan ditemukan penurunan Singapore : Springer ; 2021
visus yang akan membedakannya dengan 2. Sawitri PA.. Keratitis [Telaah Jurnal].
diagnosis konjungtivitis. Temuan lainnya Kendari : Universitas Halu Oleo ; 2021
biasanya akan ditemukan infiltrat pada kornea, 3. Tuft, S., Somerville, T. F., Li, J. O., Neal, T.,
sekret mukopurulen atau purulen. Pemeriksaan De, S., Horsburgh, M. J., Fothergill, J. L.,
penunjang yang biasa digunakan untuk Foulkes, D., & Kaye, S. Bacterial keratitis:
menegakkan diagnosis keratitis bakterial adalah identifying the areas of clinical uncertainty.
dengan melakukan kerokan kornea, pewarnaan Progress in retinal and eye research. 2022;
gram, dan kultur bakteri untuk menentukan 89: 101031.
bakteri penyebab dari keratitis bakterial yang 4. Gurnani B, Kaur K. Bacterial Keratitis.
dialami seorang pasien. Treasure Island (FL) : StatPearls ; 2022
Manajemen tatalaksana yang dilakukan 5. Deschenes J. Bacterial Keratitis. Medscape;
untuk mengatasi keratitis bakterial adalah 2019
dengan memberikan antibiotik topikal. 6. Apriliona, P. F., Sunariasih, N., & Ningrum,
Antibiotik topikal dari golongan fluorokuinolon R. K. Hubungan Lama Pemakaian Soft
menjadi antibiotik empiris atau sebagai lini Contact Lens dengan Keluhan Sindrom
pertama penanganan keratitis bakterial jika Mata Kering. Aesculapius Medical Journal.
belum diketahui bakteri penyebabnya. 2022 :1(2) : 52
Antibiotik definitif dapat digunakan bila sudah 7. Handayani, A. D. Kajian Sistematik:
keluar hasil kultur bakteri dan diketahui bakteri Identifikasi Patogen Penyebab Biofilm
penyebab keratitis bakterial. Antibiotik definitif Associated Keratitis (Keratitis Kronik) Pada
yang dapat digunakan bisa berasal dari golongan Pengguna Lensa Kontak. [Doctoral
aminoglikosida, sefalosporin, dan glikopeptida. Disertasi]. Makassar: Universitas
Penggunaan kortikosteroid tidak terlalu Hasanuddin ; 2021
memberikan banyak manfaat dalam 8. Ting, D., et al. Infectious Keratitis: An
penanganan keratitis bakterial. Update on Epidemiology, Causative
Microorganisms, Risk Factors, and
Simpulan Antimicrobial Resistance. Eye. London,
Penyakit keratitis bakterial dapat England. 2021; 35(4), pp. 1084–101.
mengganggu manusia dalam menjalani kegiatan 9. American Academy of Ophthalmology.
sehari-hari. Oleh karena itu perlu untuk Photokeratitis. 2022.
melakukan diagnosis dini disertai dengan 10. Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J.
penanganan yang efektif ketika kondisi keratitis Update on the Management of Infectious
masih berlangsung secara akut. Penanganan Keratitis. Ophthalmology.
keratitis bakterial secara dini mampu 2017;124(11):1678–89
menurunkan resiko keparahan dari penyakit 11. Upadhyay MP, Srinivasan M, Whitcher JP.
tersebut sehingga tidak muncul efek jangka Diagnosing and managing microbial
panjang lebih buruk yang dapat mengganggu keratitis. Community Eye Heal J.
kualitas hidup pasien. 2015;28(89):3–6.
12. Deschenes J. Bacterial Keratitis [internet].
Medscape; 2019. [disitasi tanggal 10 Maret
2023]. Tersedia dari:

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 69
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial

https://emedicine.medscape.com/article/1 as First-Line Treatment and in


194028-overview Fluoroquinolone-Resistant Bacterial
13. Lin A, Rhee MK, Akpek EK, Amescua G, Farid Keratitis. Turk J Ophthalmol. 2020
M, Garcia-Ferrer FJ, Varu DM, Musch DC, 30;50(5):258-263.
Dunn SP, Mah FS; American Academy of 19. Hanet, Marie-Sophie; Jamart, Jacques;
Ophthalmology Preferred Practice Pattern Pinheiro Chaves, Alessandra.
Cornea and External Disease Panel. Fluoroquinolones or fortified antibiotics for
Bacterial Keratitis Preferred Practice treating bacterial keratitis: systematic
Pattern®. Ophthalmology. 2019 review and meta-analysis of comparative
Jan;126(1):P1-P55. doi: studies. Canadian Journal of Ophthalmology
10.1016/j.ophtha.2018.10.018. Epub 2018 / Journal Canadien d'Ophtalmologie.
Oct 23. PMID: 30366799. 2012;47(6), 493–499.
14. Tuft S, Somerville TF, Li JO, Neal T, De S, 20. Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J.
Horsburgh MJ, Fothergill JL, Foulkes D, Kaye Update on the Management of Infectious
S. Bacterial keratitis: identifying the areas of Keratitis. Ophthalmology.
clinical uncertainty. Prog Retin Eye Res. 2017;124(11):1678-1689.
2022 Jul;89:101031. doi: 21. Palioura S, Henry CR, Amescua G, Alfonso
10.1016/j.preteyeres.2021.101031. Epub EC. Role of steroids in the treatment of
2021 Dec 13. PMID: 34915112. bacterial keratitis. Clin Ophthalmol. 2016;
15. Katzung, BG, Masters, SB, Trevor AJ, 27;10:179-86.
Farmakologi Dasar & Klinik Vol.2. Edisi ke- 22. Srinivasan, Muthiah. Corticosteroids for
12, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; Bacterial Keratitis. Archives of
2014 Ophthalmology. 2012; 130(2), 143–.
16. Gurnani B, Kaur K. Bacterial Keratitis 23. Blair, Jason; Hodge, William; Al-Ghamdi,
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Saeed; Balabanian, Rita; Lowcock, Beth;
Publishing; 2022 [diperbarui 6 Desember Pan, Yi Irene; Sherif, Hesham; AlMahmoud,
2022; disitasi tanggal 10 Maret 2023]. Tahra; Fergusson, Dean; Slomovic, Allan.
Tersedia dari: Comparison of antibiotic-only and
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK antibiotic-steroid combination treatment in
574509/ corneal ulcer patients: double-blinded
17. Gokhale NS. Medical management randomized clinical trial. Canadian Journal
approach to infectious keratitis. Indian J of Ophthalmology / Journal Canadien
Ophthalmol. 2008;56(3):215-20. d'Ophtalmologie. 2011;46(1), 40–45.
18. M, İrkeç M. The Value of Fortified
Aminoglycoside/Cephalosporin Treatment

Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 70

Anda mungkin juga menyukai