712-Article Review-4210-1-10-20230528
712-Article Review-4210-1-10-20230528
dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
Abstrak
Keratitis bakterial merupakan infeksi pada kornea yang diakibatkan oleh invasi dan proliferasi bakteri pada kornea, sehingga dapat
menyebabkan ulserasi pada kornea. Keratitis bakteri paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermis, Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Penggunaan lensa kontak berkaitan dengan kejadian
keratitis bakterial. Faktor risiko lain adalah alkohol, malnutrisi, trauma, perubahan permukaan kornea. Gejala yang sering dialami
adalah nyeri dan mata merah, pandangan kabur, sensitif terhadap cahaya, mata berair, dan belekan akibat kerusakan pada
kornea, sehingga ditemukan kerusakan pada epitel kornea dan inflamasi stroma akibat masuknya bakteri. Untuk mencegah
terjadinya ulserasi pada kornea, dibutuhkan penegakan diagnosis keratitis bakterial. Diagnosis ditegakkan melalui inspeksi pada
mata menggunakan lampu slit dan ditemukan injeksi konjungtiva, infiltrat putih pada kornea akibat rusaknya epitel kornea. Selain
itu ditemukan penipisan kornea, edema stroma, plak inflamasi endothelial, lipatan membran descemet, discharge mucopurulent,
dan hipopion pada bilik depan mata. Pemeriksaan yang khas adalah melalui kerokan kornea dan spesimen dari kornea untuk
dilakukan pewarnaan gram atau dapat dilakukan kultur bakteri. Untuk penanganan dari keratitis bakterial adalah dengan
antibiotik spektrum luas sebelum dilakukan kultur dan antibiotik definitif setelah bakteri penyebab diketahui.
Korespondensi: Devina Hardianto, alamat Jl. Soemantri Brojonegoro, No 15-16, Kel. Gedung Meneng, Kec. Rajabasa, Bandar
Lampung, hp 089604033536, e-mail devinahardianto03@gmail.com
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 63
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
manusia adalah keratitis mikroba. Keratitis konsumsi alkohol, dan dermatitis atopik juga
mikroba merupakan infeksi pada kornea mata dapat menjadi pemicu 4.
yang diakibatkan oleh beberapa Bakteri penyebab keratitis bakterial tidak
mikroorganisme, seperti bakteri, protozoa, virus, bersifat spesifik gram negatif ataupun gram
dan fungi. Akan tetapi, infeksi yang dimaksud positif saja, tetapi kedua jenis bakteri sama-
bukan merupakan infeksi yang mudah menular. sama menjadi etiologi dari keratitis bakterialis.
Berdasarkan laporan layanan kesehatan, 20-70% Bakteri gram positif yang menjadi penyebab
penyakit yang berhubungan dengan masalah yang paling sering adalah Staphylococci (24-
pada kornea memiliki keterkaitan dengan infeksi 46%), Streptococci (7-16%), dan
bakteri. Selain itu, bakteri juga dianggap lebih Corynebacterium (14%), yang menjadi
mengancam akibat perkembangan penyakit penyumbang 70% kejadian ulser kornea.
yang cepat dan progresif dengan meninggalkan Beberapa spesies Enterobacteriaceae juga
gejala sisa pada penglihatan yang bersifat terlibat sekitar 15% dari kejadian keratitis
ireversibel. Keratitis bakterial merupakan infeksi bakterialis. Sedangkan pada bakteri gram negatif
yang terjadi pada kornea akibat dari masuknya terdapat keterlibatan dengan penggunaan
dan berproliferasinya bakteri pada kornea kontak lensa, trauma, dan operasi dalam
sehingga terdapat defek epitel yang menyebabkan keratitis bakterial. Bakteri gram
menimbulkan rasa nyeri dan terdapat inflamasi negatif yang sering menjadi penyebab adalah
stroma yang memicu terjadinya ulserasi. Pseudomonas sp. Spesies bakteri yang paling
Sehingga dalam beberapa waktu, keratitis sering menyebabkan keratitis adalah
bakterial dapat menyebabkan urselasi kornea, Staphylococcus aureus (5-36%), Staphylococcus
kekeruhan kornea, dan hilangnya epidermidis, Streptococcus pneumoniae, dan
penglihatan2,3,4. Pseudomonas aeruginosa 1,3,4.
Salah satu faktor risiko utama dari Kejadian keratitis bakterialis pada
kejadian keratitis bakterial adalah penggunaan Amerika diperkirakan sekitar 25.000 orang
lensa kontak. Kebiasaan penggunaan lensa mengidap keratitis bakteri setiap tahunnya.
kontak yang bermalam, berlebihan, Sedangkan pada cakupan internasional, jumlah
pembersihan yang tidak adekuat, pembersihan kejadian keratitis bakteri beragam pada setiap
lensa kontak menggunakan air mengalir, negara, bergantung pada pengguna dari lensa
kontaminasi, higienitas kontak lensa yang kontak, dimana semakin sedikit penggunaan
rendah, penggunaan bersamaan, trauma pada lensa kontak, maka semakin sedikit pula kejadian
lensa kontak, dan penggunaan lensa kontak keratitis bakterial 5. Untuk jumlah penggunaan
ketika berenang dapat menjadi pemicu keratitis lensa kontak yang merupakan faktor risiko
bakterial pada pengguna lensa kontak. Selain itu keratitis bakterial sendiri terdapat 125 juta orang
terdapat faktor risiko ekstrinsik seperti trauma, di dunia dan belum terdapat jumlah pengguna
cedera akibat benda asing, bahan kimia, mekanik lensa kontak secara resmi di Indonesia 6. Selain
dan termal, serangga, operasi pada mata atau itu,hingga saat ini belum ada angka akurat dari
palpebra sebelumnya, penggunaan obat kejadian hilang penglihatan secara global akibat
imunosupresan seperti kortikosteroid, dan keratitis bakteri. Akan tetapi, untuk perkiraan
NSAID dapat menjadi pemicu. Sedangkan faktor terkait kejadian keratitis bakterialis dapat
lokal pada mata yang menjadi pemicu dapat disimpulkan dari data kekeruhan kornea yang
berupa mata kering, abnormalitas pada tidak disebabkan oleh trakoma yang menjadi
palpebra, blepharitis, ectropion dan entropion, penyebab kebutaan urutan keenam secara
defek epitel, keratitis viral, dan trikiasis. Penyakit global, 3,2% dari 36 x 106 kasus. Hal ini
sistemik seperti DM, malnutrisi, autoimun, SJS, dikarenakan banyak data yang dilaporkan
merupakan kejadian yang dikelompokkan oleh
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 64
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
keratitis mikroba. Pada India Selatan, terdapat empat tahap berupa infiltrasi, ulserasi, regresi,
kejadian keratitis bakterialis sejumlah 113 per dan penyembuhan yang prosesnya bergantung
100.000 populasi dan di Nepal terdapat 799 pada spesies bakteri, pertahanan pada mata,
penderita per 100.000 populasi setiap tahunnya. akurasi diagnosis, dan tatalaksana yang cepat
Di Cina, prevalensi dari keratitis ini sebesar 192 dan tepat . Dengan demikian, untuk menghindari
per 100.000 populasi dengan etiologi virus yang kerusakan kornea yang lebih dalam, hingga
menyumbang 110 kejadian, bakteri 75 kejadian, kebutaan, dibutuhkan penanganan yang
dan jamur 7 kejadian per 100.000 populasi. adekuat pada keratitis bakterial yang memiliki
Berdasarkan penelitian terdahulu tahun 1995 di potensi tinggi dalam menyebabkan ulser kornea.
Inggris, AS, Australia, dan Taiwan, didapatkan Sehingga penegakan diagnosis dan tatalaksana
4,5-37,7 kasus per 100.000 populasi setiap yang tepat sangat dibutuhkan pada keratitis
tahunnya dan mulai meningkat pada tahun bakterial 1,3.
1970-an akibat penggunaan lensa kontak
semakin banyak3. Berdasarkan dari perilaku Isi
penggunaan lensa kontak, terdapat peningkatan Radang pada kornea atau disebut juga
kejadian keratitis mikroba dengan penggunaan dengan keratitis ini biasanya diklasifikasikan
lensa kontak semalaman, yaitu 20 kasus per berdasarkan seberapa dalam lapisan dari kornea
10.000 populasi pengguna lensa kontak, yang terkena, seperti keratitis superficial,
sedangkan pada penggunaan lensa kontak setiap interstisial, ataupun profunda7,13. Lapisan kornea
hari tanpa dibawa tidur memiliki 2 hingga 4 kasus memiliki lima lapisan penting, yaitu lapisan
per 10.000 pengguna. Angka ini masih bernilai epitel, lapisan bowman, stroma kornea yang
stabil7. merupakan lapisan paling tebal, membran
Pada dasarnya permukaan mata memiliki descement, dan endotel kornea. Jika peradangan
perlindungan yang baik terhadap mikroba. sudah sampai lapisan stroma ke bawah,
Terdapat epitel yang berperan sebagai komplikasi yang timbul akan lebih besar dan
penghalang masuknya mikroba, serta terdapat meninggalkan sikatriks atau jaringan parut pada
beragam zat antimikroba pada tear film yang lapisan kornea.8,9
mencegah masuknya mikroba ke dalam mata.
Ketika terjadi masalah pada pelindung mata atau
terjadi kondisi yang merupakan faktor risiko dari
keratitis bakterial, terdapat ketidakseimbangan
pertahanan pada bola mata dan bakteri dapat
melakukan invasi pada mata hingga ke kornea
dan memicu keratitis bakterial. Invasi dari
bakteri ke kornea akan memicu infiltrasi dari
mediator inflamasi seperti PMN dan limfosit dan
menghasilkan nekrosis jaringan yang apabila
melibatkan lapisan stroma akan terbentuk Gambar 1. Lapisan dari Kornea5
ulserasi dan akan terdapat edema pada kornea
yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada Epitel atau lapisan pada kornea
penderita. Dalam tahap penyembuhannya, akan merupakan pelindung bagi kornea dan dari
terbentuk jaringan parut yang mengganggu invasi mikroorganisme. Trauma atau luka pada
penglihatan dan bersifat irreversibel . kornea seperti berkurangnya produksi airmata,
Perkembangan penyakit keratitis bakterial tidak reaksi alergi, dapat mengakibatkan kornea
selalu menimbulkan ulser pada kornea dan menjadi rentan terhadap infeksi berbagai
meninggalkan gangguan irreversibel. Terdapat organisasi. Penggunaan kortikosteroid topikal
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 65
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 66
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 67
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
penelitian yang dilakukan, ditemukan hasil digunakan sebagai terapi tambahan dalam
bahwa pemberian antibiotik topikal golongan penatalaksanaan keratitis bakterial.
sefalosporin/aminoglikosida mampu Kortikosteroid topikal dapat diberikan guna
memberikan efek terapi yang baik bagi pasien mengurangi reaksi inflamasi dari infeksi bakteri
keratitis bakterial. Pasien keratitis bakterial yang pada keratitis bakterial. Kortikosteroid topikal
tidak merespon pada antibiotik golongan dapat mengurangi derajat keparahan kerusakan
fluoroquinolon kemudian diberikan antibiotik stroma kornea, neovaskularisasi, dan
topikal sefalosporin/aminoglikosida dan terbentuknya jaringan parut pada pasien dengan
hasilnya menunjukkan pasien memiliki keratitis bakterial. Pada penelitian yang
ketajaman penglihatan yang jauh lebih baik. 18 dilakukan oleh Blair pada tahun 2011 yang
Vankomisin merupakan antibiotik dari melakukan penelitian mengenai efektivitas
golongan glikopeptida yang bisa digunakan pemberian terapi antibiotik dengan kombinasi
sebagai terapi antibiotik definitif bagi keratitis antibiotik dan kortikosteroid tambahan pada
bakterial. Vankomisin merupakan antibiotik pasien ulkus kornea menunjukkan perbedaan
yang bekerja dengan menghambat yang tidak terlalu signifikan antara keduanya.
pembentukan dinding dengan menjadikan Pemberian kortikosteroid sebagai pada terapi
peptidoglikan yang dibentuk lemah sehingga ulkus kornea tidak menunjukkan adanya
dinding sel menjadi rentan untuk mengalami perburukan tingkat keparahan perforasi kornea
lisis. Vankomisin efektif untuk mengatasi infeksi akibat penggunaan kortikosteroid namun tidak
akibat bakteri gram positif terutama bagi bakteri pula menunjukkan adanya percepatan proses
methicillin-resistant staphylococcus aureus penyembuhan ulkus kornea. 20, 21, 22, 23
(MRSA). Vankomisin 5% merupakan dosis yang
digunakan untuk terapi keratitis bakterial. 15, 16 Ringkasan
Penggunaan fluorokuinolon seperti Keratitis bakterial merupakan kondisi
ofloxacin dan levofloxacin sebagai antibiotik dimana terjadinya inflamasi pada kornea mata
empiris keratitis bakterial memiliki efektivitas yang disebabkan karena adanya infeksi bakteri.
yang sama jika dibandingkan dengan pemberian Bakteri yang paling sering menjadi etiologi
antibiotik fortifikasi seperti gentamisin, terjadinya keratitis bakterial adalah
tobramisin, dan, cefazolin. Penggunaan Pseudomonas aeruginosa yang menjadi
fluorokuinolon sebagai antibiotik empiris penyebab dari keratitis bakterial akibat
dilakukan dengan pertimbangan harga obat penggunaan lensa kontak. Staphylococcus
pada golongan fluorokuinolon yang lebih murah, aureus juga menjadi salah satu penyebab
memiliki pH yang stabil, masa penyimpanan obat terbanyak dari kejadian keratitis bakterial.
yang lama dan mudah diprediksi. Penggunaan Penegakan diagnosis bagi keratitis bakterial bisa
satu jenis antibiotik lebih dianjurkan diawali dengan melihat tanda dan gejalanya
dibandingkan dengan penggunaan dua terlebih dahulu. Gejala dan tanda yang dialami
antibiotik. Hal ini disebabkan karena oleh pasien dengan keratitis bakterial seperti
penggunaan dua jenis antibiotik mampu nyeri, fotofobia atau silau, penurunan tajam
meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya penglihatan, dan juga adanya sekret purulen
kerusakan pada epitel permukaan bola mata dan ataupun mukopurulen. Selain itu, dapat pula
hal ini akan mengganggu proses penyembuhan ditemukan kemosis dan pembengkakan pada
epitel pada permukaan bola mata. 19 palpebra serta adanya defek epitel dengan
Antibiotik topikal merupakan terapi infiltrat yang dapat dijumpai pada pemeriksaan
utama yang diperlukan dalam penanganan fluoresen. Edema stroma, lipatan membran
keratitis bakterial. Namun beberapa penelitian descemet, dan uveitis anterior yang ditandai
mengatakan bahwa kortikosteroid dapat dengan temuan hipopion di sekitar kornea. Jika
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 68
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 69
Devina Hardianto, Devira Fitriani Kamal, Mochamad Fauzan Dava, Rani Himayani, Putu Ristyaning Ayu | Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana
Keratitis Bakterial
Medula | Volume 13| Nomor 4.1 | Special Edition-Special Sense | Mei 2023 | 70