FullBook Pengantar Komunikasi Antarmanus
FullBook Pengantar Komunikasi Antarmanus
Antarmanusia
Dyah Gandasari, Tikka Muslimah, Firdanianty Pramono
Natalina Nilamsari, Abdul Malik Iskandar, Eni Kardi Wiyati
Ratih Siti Aminah, Lodewyk Nahuway, Eko Sudarmanto
Penulis:
Dyah Gandasari, Tikka Muslimah, Firdanianty Pramono
Natalina Nilamsari, Abdul Malik Iskandar, Eni Kardi Wiyati
Ratih Siti Aminah, Lodewyk Nahuway, Eko Sudarmanto
Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
WA: 0821-6453-7176
IKAPI: 044/SUT/2021
Puji Syukur dan terimakasih bagi Tuhan yang Maha Kuasa atas berkat
dan rahmatNya yang telah dilimpahkanNya, sehingga kami penulis dapat
menyelesaikan buku yang berjudul Pengantar Komunikasi Antarmanusia.
Adapun tujuan disusunnya buku ini, untuk memberikan wawasan yang
luas kepada para pembaca tentang komunikasi antarmanusia yang
dinamis dan menarik. Buku ini juga sangat penting karena membahas
perilaku komunikasi kita sebagai manusia dan keterampilan atau
efektivitas komunikasi yang diperlukan dalam membina hubungan
antarpribadi, dalam kelompok, dalam organisasi, berbicara di depan
umum, berbicara dengan orang dari budaya yang berbeda dan
menghadapi pengaruh media.
Buku ini berisi materi yang dapat digunakan baik oleh tenaga pengajar
maupun mahasiswa, serta para pembaca umumnya untuk menambah
wawasan berpikir dan ilmu yang berkenaan dengan Komunikasi
khususnya dalam Komunikasi Antarmanusia.
Buku ini dapat tersusun karena adanya suatu kolaborasi dari beberapa
penulis yang berasal dari berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta sebagai pelaksanakan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Berkat dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangatlah
membantu tersusunnya buku ini.
Penulis
Daftar Isi
Bab 4 Mendengarkan
4.1 Pendahuluan ................................................................................................. 35
4.2 Pengertian Dan Bentuk Mendengarkan .................................................... 37
4.2.1 Pengertian Mendengarkan ................................................................ 37
4.2.2 Bentuk Mendengarkan Berdasarkan Tujuan, Jenis, Dan Prosesnya . 38
4.3 Mendengarkan Dalam Berbagai Bentuk Komunikasi.............................. 40
viii Pengantar Komunikasi Antarmanusia
yang menyiarkan berita mengenai bencana erupsi Gunung Merapi. Maka dapat
kita analisi untuk jawaban pertanyaan pertama yaitu pembaca berita atau
reporter. Selanjutnya pembaca berita atau reporter tersebut menyampaikan
berita erupsi Gunung Merapi sebagai jawaban pertanyaan kedua. Informasi
tersebut tentu disampaikan kepada pemirsa televisi yang menjadi khalayak
target yaitu masyarakat Indonesia sebagai jawaban pertanyaan ketiga.
Selajutnya jawaban pertanyaan keempat yaitu menggunakan saluran televisi.
Dampak yang ditimbulkan dari penyampaian berita tersebut yaitu membuat
munculnya perasaan khawatir khalayak sebagai jawaban pertanyaan kelima.
Penjelasan dari Harold D. Laswell dapat dikatakan sebagai proses komunikasi
secara ringkas. Namun sebenarnya proses komunikasi memiliki komponen-
komponen yang lebih kompleks dibandingkan dari lima komponen
sebelumnya. Komponen-komponen komunikasi dapat dijelaskan secara
lengkap melalui gambar dibawah ini
8. Feedback
9. Noise
2.1 Sumber
Pihak yang berperan memulai percakapan merupakan sumber komunikasi.
Sumber bisa juga disebut sebagai komunikator (communicator), pengirim
(sender), pembicara (speaker) atau sebagainya. Sumber dapat berupa individu,
organisasi, kelompok, negara atau perusahaan. Sumberlah yang memiliki
kepentingan untuk menyampaikan pesan dan menjadi penginisiasi sebuah
percakapan. Sumber memulai komunikasi memiliki berbagai macam tujuan
misalnya untuk menyampaikan gagasan atau hanya sekedar menyampaikan
sapaan singkat seperti “hai! Apa kabar?”. Namun demikian bukan berarti
sumber menjadi pihak yang serba tahu.
Sebagai sumber informasi, maka sumber atau komunikator memiliki pengaruh
yang besar dalam sebuah proses komunikasi. Sumber akan memengaruhi
bagaimana hasil akhir dari sebuah komunikasi. Sehingga sangat penting untuk
memperhatikan tiga hal penting yang menurut Aritoteles dalam menciptakan
komunikator yang efektif yaitu ethos, phatos dan logos. Ethos merupakan
kemampuan dari komunikator yang berkaitan dengan kecerdasan
(authoritiveness). Kecerdasan seorang komunikator dapat dilihat dari kata-kata
atau kalimat yang dikeluarkan atau diucapkan. Selain itu komunikator yang
memiliki kecerdasan yang baik akan menyampaikan argumen-argumen atau
gagasan yang masuk akal.
16 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
2.2 Encoding
Encoding atau dapat disebut dengan penyandian merupakan proses
penyampaian gagasan atau pikiran dari komunikator. Ketika seorang
komunikator akan berbicara maka terdapat proses penyandian di mana ide atau
gagasan yang akan disampaikan sebelumnya masih bersifat abstrak maka
dilakukan penyandian atau encoding. Setelah proses penyandian maka ide atau
gagasan tersebut dapat menjadi sebuah bentuk ide atau gagasan yang dapat
diterima oleh lawan bicara. Sehingga ide atau gagasan tersebut dapat dipahami
dan dimengerti oleh lawan bicara.
Misalnya ketika kita akan menyampaikan perasaan kita terkait permohonan
maaf kepada pasangan kita, maka kita akan merencanakan terlebih dahulu
kata-kata yang akan kita keluarkan. Atau contoh lain kita dalam kelas
perkuliahan, seorang dosen bertanya mengenai pengertian komunikasi.
Mungkin istilah komunikasi sudah tidak asing di telinga kita, namun untuk
menjelaskan apa itu komunikasi kita perlu melakukan penyandian atau
encoding agar dapat menjelaskan pengertian komunikasi ke dalam kalimat
yang dapat dipahami orang lain. Tentu kemampuan seseorang dalam
melakukan penyandian atau encoding ini berbeda-beda. Ada yang memang
sudah mahir dalam menyusun kalimat yang mengesankan pendengar atau ada
yang memang biasa-biasa saja. Tentu hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
Bab 2 Komponen-Komponen Komunikasi 17
2.3 Pesan
Pesan berkaitan dengan hal-hal yang ingin kita sampaikan saat berkomunikasi.
Pesan merupakan simbol-simbol yang digunakan untuk menyampaikan
gagasan atau ide. Pesan juga dapat diartikan sebagai kumpulan ekspresi yang
dimengerti bersama dan dibuat untuk menyampaikan sesuatu. Mulyana (2015)
pesan dapat diartikan sebagai perangkat simbol verbal maupun non verbal
yang dapat mewakili perasaan, gagasan atau nilai seseorang.
Rustan & Hakiki (2017) menjelaskan bahwa pesan memiliki lima atribut
utama yaitu:
1. Insentif motivasi, merupakan dorongan external untuk melakukan
Tindakan tertentu.
2. Kredibilitas, berkaitan dengan tingkat kepercayaan isi pesan yang
disampaikan. Pesan yang akurat yang disertai bukti-bukti yang dapat
dipercaya
3. Menarik, penyajian pesan yang atraktif dan menghibur. Isi pesan
yang dapat membangkitkan secara emosional
4. Relevan, isi pesan disajikan berdasarkan situasi dan kebutuhan.
Sehingga isi pesan dapat mencapai tujuan komunikasi seperti
merubah perilaku khalayak.
2.4 Saluran
Saluran atau media merupakan sarana atau alat yang digunakan komunikator
untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Terdapat banyak sekali
saluran komunikasi seperti surat, televisi, radio, internet, spanduk, brosur dan
sebagainya. Proses pemilihan saluran sangat penting dalam menyampaikan
pesan. Oleh karena itu perlu memikirkan banyak pertimbangan dalam
menentukan media yang digunakan. Mulyana (2015) juga menjelaskan bahwa
saluran atau media pada dasarnya menggunakan dua saluran yaitu cahaya dan
suara, meskipun demikian kita dapat menggunakan lima indra dalam
menerima pesan. Misalnya ketika ketika kita mencium wangi parfume dari
orang lain maka akan muncul fantasi lain sebagai gambaran dari aroma
18 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
2.5 Decoding
Decoding atau penyandian balik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
penerima pesan. Decoding merupakan proses menerjemahkan atau
menginterpretasikan pesan-pesan yang diterima ke dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh penerima pesan. Pesan-pesan yang diterima oleh penerima
pesan (receiver) akan diproses menjadi sebuah gagasan atau ide yang memiliki
arti baginya. Contohnya ketika seorang mahasiswa yang sedang
mendengarkan penjelasan dosennya dan mahasiswa tersebut berusaha untuk
memahami setiap kalimat yang ia dengarkan. Aktivitas yang dilakukan oleh
mahasiswa tersebut termasuk dalam decoding dan tentu tujuan dari mahasiswa
tersebut agar materi yang dijelaskan oleh dosen dapat dipahami olehnya.
Proses penyandian balik ini menurut Mulyana (2015) dipengaruhi oleh
pengetahuan, pola pikir, perasaan, pengalaman di masa lalu, rujukan nilai dan
persepsi yang dimiliki penerima pesan.
Bab 2 Komponen-Komponen Komunikasi 19
2.6 Receiver
Receiver atau sering disebut juga penerima pesan, pendengar, khalayak,
pemirsa, sasaran, target atau sebagainya. Receiver merupakan pihak yang
berperan dalam menerima pesan dalam proses komunikasi. Receiverlah yang
melakukan interpretasi terhadap pesan-pesan yang diterima dan receiverlah
yang berperan dalam melakukan decoding. Mulyana (2015) menyatakan
bahwa receiver melakukan penafsiran atau penerjemahan seperangkat simbol
verbal dan non verbal dipengaruhi oleh pengalaman dimasa lalu, pengetahuan,
rujukan nilai, persepsi, perasaan dan pola pikir yang dimilikinya.
Penerima pesan juga tentu dapat berupa perorangan, kelompok, organisasi atau
negara. Joseph Devito dalam Rustan & Hakiki (2017) menjelaskan bahwa
antara sumber pesan dan penerima pesan tidak dapat dipisahkan, keduanya
merupakan satu kesatuan yang terlibat dalam komunikasi. Sebab sumber pesan
(pembicara) merupakan penerima pesan (receiver) pula. Karena dalam
berkomunikasi terjadi perputaran interaksi.
2.7 Response
Response atau disebut efek merupakan hal-hal yang terjadi atau dialami oleh
penerima pesan setelah menerima pesan dalam komunikasi. Misalnya ketika
seseorang menerima pesan komunikasi makan terjadi penambahan
pengetahuan, perubahan sikap, perubahan perilaku, perubahan persepsi,
perubahan minat dan sebagainya. Seperti iklan di televisi yang menawarkan
sebuah produk maka menimbulkan efek berupa perubahan sikap. Khalayak
yang awalnya tidak berminat untuk membeli terjadi perubahan sikap berupa
munculnya keinginan untuk membeli. Namun keinginan tersebut baru berada
pada tahap keinginan pada diri sendir.
2.8 Feedback
Feedback atau sering kita kenal sebagai umpan balik merupakan isyarat yang
disampaikan kembali dari penerima pesan terhadap pengirim pesan (Rustan &
Hakiki, 2017). Isyarat tersebut dapat berupa uacapan ataupun tindakan.
20 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
2.9 Noise
Noise, distorsi atau gangguan merupakan hambatan atau gangguan yang
berlangsung ketika proses komunikasi berlangsung dan memengaruhi
efektivitas komunikasi terdapat berbagai macam noise seperti jaringan, suara
bising, kemampuan dalam menggunakan media dan sebagainya. Misalnya
ketika kita sedang berbincang dalam sebuah rumah makan yang ramai
pengunjung, biasanya terdapat suara noise berupa suara ramai. Suara ramai
tersebut dapat memengaruhi efektivitas komunikasi dan tak jarang
menimbulkan kesalahpahaman karena suara dari lawan bicara tidak terdengar
dengan jelas.
Berdasarkan Gambar 2.1 menunjukkan bahwa noise kemukinan dapat terjadi
di berbagai komponen komunikasi. Bisa saja noise terjadi pada media yang
digunakan yaitu jaringan internet yang down ketika penyampaian pesan
berlangsung. Namun noise bisa juga terjadi pada sender yang kurang mampu
22 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
3.1 Pendahuluan
Dalam wawancara dengan 60 remaja SMA di Kota Bogor beberapa tahun
yang lalu, sebagian dari mereka mengaku hubungan dengan orang tuanya tidak
harmonis. Mereka menggambarkan pola komunikasi dengan orang tuanya
hanya satu arah. Dari informasi yang diberikan, penulis menangkap pesan
bahwa sebagian remaja lebih sering menerima daripada menyampaikan
pendapatnya. Tak jarang orang tua mereka berbicara tanpa melihat ekspresi
atau isyarat yang diberikan oleh anak.
Sebagai contoh, Asri (bukan nama sebenarnya), remaja perempuan berusia 16
tahun, ini mengaku jarang cerita ke orang tuanya karena merasa tidak nyaman.
“Saya memilih menuruti kata Bunda karena tidak ingin berbeda pendapat,”
katanya. Remaja perempuan lainnya, Melia (nama samaran), juga berusia 16
tahun, mengungkapkan, ia jarang berkomunikasi dengan ayahnya. Kalau kami
mengobrol, biasanya berujung pertengkaran. “Saking jarang ketemu Papa,
waktu kecil saya tidak tahu kalau itu Papa saya. Saya memanggilnya Om,”
tuturnya sambil tertawa.
Dari pengalaman itu penulis menyimpulkan, tidak mudah menggambarkan
pola komunikasi di dalam keluarga. Menurut Tubbs dan Moss (2012), hal ini
karena komunikasi insani adalah proses yang tidak berwujud (intangible) dan
24 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
bahwa model adalah gambaran dari proses, struktur, definisi, formula, bahkan
teori yang lebih simpel dan mudah dimengerti, sehingga menjadi pedoman
rencana kerja.
Kajian tentang model komunikasi terus berkembang. Selama lebih dari
setengah abad, para peneliti mengembangkan model komunikasi yang
semakin akurat dan canggih (Adler & Rodman, 2006; West & Turner, 2011;
Tubbs & Moss, 2012). Para peneliti komunikasi menciptakan model-model
komunikasi dari hubungan-hubungan yang kompleks di antara berbagai
komponen dalam proses komunikasi. Tujuannya untuk membantu kita
mengenali proses komunikasi yang tidak sederhana. Meskipun ada banyak
model komunikasi yang telah dikaji oleh banyak peneliti, di bab ini penulis
hanya akan membahas tiga yang paling utama, yaitu model linear,
interaksional, dan transaksional (West & Turner, 2011).
Gambar 3.1: Model Komunikasi Linear (West & Turner, 2011) diadaptasi
dari Shannon & Weaver (1949). Sumber: google.com
28 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
orang lain. Sebaliknya, itu adalah sesuatu yang kita lakukan dengan mereka.
Dalam pengertian ini, Adler dan Rodman (2006) mengibaratkan komunikasi
seperti menari. Maksudnya, komunikasi bergantung pada keterlibatan
pasangan bicara. Sebagaimana tarian yang bagus, komunikasi yang sukses
bukanlah sesuatu yang hanya ditentukan pada keterampilan satu orang. Penari
hebat yang tidak mempertimbangkan dan beradaptasi dengan tingkat
keterampilan pasangannya dapat membuat keduanya terlihat buruk. Dalam
komunikasi dan menari, bahkan pasangan yang berbakat tidak menjamin
kesuksesan. Ketika dua penari berbakat tampil tanpa koordinasi gerakan,
hasilnya terasa buruk bagi penari dan terlihat bodoh bagi penonton.
Model transaksional menyadarkan kita betapa pentingnya pengaruh sebuah
pesan terhadap pesan lainnya. Sebuah pesan dibangun dari pesan sebelumnya.
Di antara unsur-unsur komunikasi ada saling ketergantungan. Perubahan di
satu komponen akan memengaruhi lainnya. Asumsi yang diajukan dari model
transaksional adalah saat seseorang sedang mengirimkan dan menerima pesan,
ia berhubungan dengan komponen verbal dan nonverbal dari pesan tersebut.
Dapat dikatakan, para komunikator berusaha untuk mencapai kesamaan
makna (West & Turner, 2011).
Dalam sebuah perbincangan antara dokter dan pasien yang sedang berobat,
misalnya, besar kemungkinan pasien akan bertanya kepada dokter apa
penyebab penyakitnya. Saat dokter menjelaskan nama penyakit dan faktor
penyebabnya, pasien itu mungkin akan mengerutkan dahinya sebagai tanda
bahwa ia kurang memahami perkataan dokter. Menanggapi reaksi pasien,
dokter akan menjelaskan lebih detail mengenai penyakit yang dimaksud
sampai pasien betul-betul paham. Sepanjang pembicaraan antara dokter dan
pasien tersebut, akan terjadi pertukaran pesan yang berlangsung terus-menerus.
Contoh ini memperlihatkan bahwa dokter dan pasien sama-sama terlibat aktif
dalam peristiwa komunikasi. West dan Turner (2011) menggarisbawahi bahwa
dalam proses transaksional pesan nonverbal dan verbal sama pentingnya.
(Gandasari, 2021) mencontohkan kasus lain. Senyuman lebar mungkin akan
dijumpai ketika seorang penyuluh pertanian menceritakan salah satu lelucon
dalam suatu pertemuan kelompok tani. Perilaku nonverbal seperti ini
menunjukkan bahwa sebagian besar komunikasi tatap muka berlangsung dua
arah. Respons yang terlihat dari penerima terhadap pesan yang dikirimkan,
bisa bersifat nonverbal tetapi bisa juga tidak. Kadang-kadang berupa lisan,
seperti ketika penyuluh mengajukan pertanyaan kepada petani tentang hama
penyakit yang menyerang tanamannya atau saat penyuluh memberikan
34 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
4.1 Pendahuluan
Seorang dosen di Fakultas Ilmu Komunikasi pernah bertanya kepada para
mahasiswa di kelas, “Menurut Saudara, keterampilan apa yang paling
diperlukan agar kita bisa sukses dalam dunia komunikasi?” Beberapa
mahasiswa mengacungkan tangan, dan semuanya menjawab sama:
“keterampilan berbicara”. Jawaban para mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
tersebut dapat dikatakan mewakili jawaban orang-orang pada umumnya
tentang komunikasi dan kompetensi yang perlu dimiliki secara khusus oleh
mereka yang bekerja atau berkecimpung dalam dunia komunikasi. Namun,
benarkah demikian?
Ternyata tidak. Keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam
berkomunikasi yang pertama adalah mendengarkan. Kedua adalah: membaca.
Keterampilan ketiga adalah menulis. Keempat, barulah keterampilan berbicara.
Hal ini sesuai dengan struktur anggota tubuh kita di mana telinga ada dua,
mulut hanya satu. Jadi keterampilan mendengarkan perlu mendapat perhatian
sungguh-sungguh untuk mencapai komunikasi efektif. Banyak
kesalahpahaman, konflik, dan permasalahan dalam kehidupan terjadi karena
orang-orang tidak mau atau tidak bisa mendengarkan. Demikian pula
sebaliknya. Banyak keuntungan akan diperoleh, alternatif solusi permasalahan
dapat ditemukan, serta hubungan-hubungan yang nyaman dan saling
36 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Aktivitas ini dilakukan dengan penuh kesadaran. Karena itu, jika ada hambatan
maka akan diusahakan untuk diatasi atau dikendalikan. Untuk memperoleh
informasi, umpan balik akan diberikan dengan cara bertanya. Orang akan
menggunakan alat bantu untuk mengingat informasi, misalnya dengan catatan
atau rekaman (baik audio saja maupun audio visual).
c. Mendengarkan untuk membantu orang lain.
Aktivitas mendengarkan tipe ini adalah untuk memahami dan mengevaluasi isi
pesan pembicara berdasarkan : logika argumentasi yang disampaikan, bukti-
bukti data yang disajikan, kesimpulan yang tepat, implikasi pesan bagi
penerima/pendengar, dan maksud serta motivasi dari pembicara. Dalam hal ini
kita perlu berhati-hati dalam mengevaluasi dan membedakan antara opini dan
fakta.
Mendengarkan tipe ini tepat dilakukan dalam forum-forum ilmiah. Tetapi juga
dapat diterapkan dalam pergaulan sehari-hari untuk menghindar dari informasi
hoaks.
c. Mendengarkan dengan empati (emphatic listening).
b. Mendengarkan intensif.
Hambatan lainnya dapat berupa hambatan dari pesan itu sendiri. Pesan yang
memuat gagasan terlalu banyak sulit untuk didengar dan dicerna. Demikian
pula pesan yang kompleks, terlalu rumit menjadi sukar untuk dipahami.
Selain hambatan dalam mendengarkan, ada pula bentuk-bentuk non
mendengarkan. Bentuk non mendengarkan itu adalah:
a. Pseudolistening (mendengarkan semu)
Perilaku mendengarkan hanya pada isi pesan dengan makna denotatif (makna
sebenarnya) dan mengabaikan faktor lain.
Bab 4 Mendengarkan 45
g. Sadari dan akui bahwa relativitas makna dari kata-kata itu merupakan
kenyataan yang tidak terhindarkan.
h. Bersedia menerima bahwa orang lain tidak harus selalu sepakat
dalam percakapan dengan kita.
5.1 Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu
hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun
dalam konteks sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia
membutuhkan fungsi-fungsi satu dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu
fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat
bagi manusia lain. Menurut Bungin, (2008); Iskandar, (2021a) Karena fungsi-
fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia untuk saling berkolaborasi dengan
sesama fungsi sosial lainnya, dengan kata lain , manusia menjadi sangat
bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan
orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian
ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang
kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Evett Kkleinjan
dari East West Center Hawaii (Cangara, 2007) mengatakan komunikasi sudah
merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas.
Sepanjang manusia hidup, ia perlu berkomunikasi. Secara spesifik, hubungan
individu tersebut terwujud dalam bentuk komunikasi dan interaksi sebagai
representasi penguatan (Iskandar et al., 2018).
48 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Secara etimologi kata “komunikasi” berasal dari kata latin “communis” yang
merupakan dasar kata bahasa Inggris “common” yang berarti sama. Dari kata
ini berkembang menjadi ‘communicatus” (bahasa latin) dalam bahasa Inggris
“communication”, yang berarti pekabaran atau perhubungan. Dalam bahasa
indonesia kata ini bermakna “komunikasi” yang berarti berbagi atau menjadi
milik bersama (Cangara, 2007).
Menurut Effendy (2003) dalam bukunya Komunikasi teori dan Praktik bahwa
istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata
latin communicatio, dan bersumber dar kata communis yang berarti ”sama”.
Sama di sini maksudnya adalah ”makna sama”. Lebih jauh dia menerangkan
bahwa kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk
percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan
makna komunikasi.
Hemat penulis, inti dari komunikasi adalah kesamaan makna. Dalam berbagai
kesempatan perkuliahan sering membuat contoh kasus seperti ini, seorang
suami mengatakan kepada istri pertamanya bahwa garam sekarang sedang
murah karena sedang musim kemarau. Tanggapan istrinya betul, banyak
persediaan garam. Kalimat yang sama diucapkan juga kepada istri keduanya,
tapi apa yang terjadi, istri keduanya tiba-tiba naik darah, marah dan berkata
”kenapa tidak beristri lagi yang pandai memasak tidak seperti saya. Kata
”garam” dua istri istri berbeda makna. Istri pertama bukan komunikasi karena
bukan bicara harga garam. Komunikasi terjadi pada istri kedua , karena yang
dimaksud suaminya menegur masakan yang sangan ”asin”.
Dalam hal proses berlangsungnya komunikasi antarpribadi, tak selamanya
berjalan sesuai rencana yang dipersiapkan, walaupun diakui bahwa
komunikasi yang paling efektif adalah komunikasi antarpribadi karena hanya
melibatkan dua atau tiga atau lebih peserta komunikasi, tatap muka dan
cenderung tidak formal. Tak menjamin komunikasi berjalan lancar. Kasus –
kasus salah komunikasi banyak terjadi banyak interaksi. Misalnya murid dan
guru, orang tua dan anak, tenaga kesehatan dan pasien, pilot dan pemandu
udara , dan sebagainya.
Begitu pula dalam hubungan berpacaran yang seringkali mengalami konflik
karena kurangnya kualitas komunikasi. Beberapa hubungan berpacaran, jika
konflik tidak dapat terselesaikan, maka akan menimbulkan kekerasan psikis.
Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya komunikasi antar pribadi dalam
Bab 5 Komunikasi Antarpribadi 49
Channel include airwaves, light waves and the like” (Mc Croskey dalam
(Cangara, 2007).
Eka (down load 10/16/2008) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal
(antar pribadi) adalah komunikasi antara orang–orang secara tatap muka yang
memunkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dan komunikasi
interpersonal ini adalah komunikasi diadik yang hanya melibatkan dua orang,
misalnya dokter dengan pasien, guru dengan murid, dan sebagainya.
Menurut Purwanto (2006) komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang
dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun
organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media komunikasi
tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu
diperhatikan , antara lain:
a. Bertatap muka (face to face).
b. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
c. Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon selular, atau
bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat
menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa
campuran.
d. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila
komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat; dan untuk pelaksanaan
tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.
6.1 Pendahuluan
Dalam kehidupan sosial, komunikasi menjadi bagian dari proses penyesuaian
diri dalam kelompok dan masyarakat secara luas. Secara tidak langsung, setiap
individu dalam kelompok dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Menjalin hubungan baik antar individu dalam kelompok
merupakan bagian konsep diri yang positif. Proses komunikasi yang dibangun
antar individu-individu atau kelompok berperan penting sebagai alat
penghubung antar individu. Hal ini dapat dikatakan bahwa komunikasi
merupakan aktivitas antar manusia. Aktivitas komunikasi merupakan
aksesibilitas responden berkomunikasi dengan orang melalui berbagai media
dan adanya partisipasi aktif dari anggota..
Proses komunikasi yang terjalin, tentu dapat efektif jika pesan dapat diterima
dengan baik oleh komunikan. Komunikan dapat menerima pesan dengan baik
tentu tidak terlepas dari beberapa faktor, di antaranya memiliki hubungan yang
erat antar komunikator dan komunikan. Hubungan yang erat antar manusia,
dapat dikatakan sebagai kelompok kecil.
Setiap kelompok tentu memiliki tujuan dan aturan yang dibuat sendiri dan
merupakan kontribusi arus informasi di antara para anggota sehingga mampu
menciptakan atribut kelompok sebagai identitas yang khas yang melekat pada
58 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
memiliki ketertarikan yang sama dapat berkumpul dan berbagi satu sama lain
(Rheingold, 1993). Dalam perkembangan teknologi komunikasi, hadir sebuah
komunitas. Komunitas adalah sekelompok orang yang berbagi tempat (atau
ruangan yang terbatas), sebuah identitas, norma-norma, nilai-nilai, praktik
budaya tertentu, dan biasanya cukup kecil untuk saling mengenal atau
berinteraksi (McQuail, 2011). Menurut Turner et. al (2011), CMC dalam
komunitas virtual bersifat interaktif dan termotivasi yang tidak tersedia di
media massa atau lingkungan fisik terdekat. Meskipun disisi lain terdapat
keraguan-keraguan terhadap keaslian dari komunitas virtual yang ada, hal ini
disebut juga dengan pseudo-community atau komunitas semu (Beniger, 1987).
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Rheingold (1993) bahwa dalam
komunitas online, identitas seringkali tidak asli atau tidak diungkapkan.
68 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Bab 7
Berbicara di Depan Publik
7.1 Pendahuluan
Ir. Soekarno, Presiden pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia dikenal
sebagai sosok yang mumpuni saat berbicara di depan umum. Pada setiap
pidato yang disampaikannya mampu “menyihir” sesiapa yang hadir. Isi pesan
yang sama akan berbeda dirasa para pendengarnya saat Soekarno yang
menyampaikan. Kepercayaan diri yang kuat, tatap mata yang memancarkan
kepercayaan diri dan gerak tangannya mampu melahirkan semangat persatuan
dan kesatuan masyarakat Indonesia masa itu. Sosok Soekarno dengan
kepercayaan dirinya yang tinggi saat berpidato tersimpan rapi dalam ingatan
masyarakat Indonesia. Soekarno tak sendiri. Jika menilik di era global saat ini,
khususnya di era perkembangan media sosial, banyak lahir public figure yang
lazim disebut sebagai selebram, Vlogger, Youtuber ataupun sebutan lainnya
yang serupa yang menampilkan kepercayaan diri tinggi saat memandu acara,
berstandup comedy, berpidato, ataupun mengudara melalui Podcast dan
melakukan siaran langsung melalui media sosial Instagram. Kesemuanya
memperlihatkan, bagaimana sosok di dalamnya memiliki kepercayaan diri dan
kemampuan berkomunikasi secara menarik.
Namun, di antara banyaknya individu yang ekstra pede, masih ada
sekelompok individu yang menjadikan berbicara di depan umum sebagai
kegiatan horor. Jika kalian termasuk individu yang tak berani berbicara di
70 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
depan umum, jangan sedih, kalian tak sendiri. Namun, mari berusaha keluar
dari ketakutan saat diminta berpendapat ataupun maju ke depan kelas
menceritakan isi tugas yang dibuat serta presentasi di depan banyak orang
dengan tujuan memasarkan produk, atau memandu diskusi.
Berbicara di depan umum melalui pidato, pembawa acara, presentasi produk
pada klien atau menyampaikan pendapat telah ada dalam kehidupan manusia
sejak abad kelimabelas, tepatnya berbarengan dengan hadirnya ilmu filsafat.
Masa itu, berbicara di depan umum lazim disebut sebagai retorika. Keberadaan
retorika sangat dirasakan manfaatnya, khususnya pada bidang Psikologi dan
sosiologi. Permasalahan berbicara di depan umum dihadapi semua individu.
David Zarefsky (2013) mendefinisikan berbicara di depan umum dengan
berfokus pada seni berbicara di depan umum dengan tujuan agar pendengar
berpikir, merasakan, dan bertindak sesuai dengan harapan pembicara.
Kemampuan seseorang berbicara di depan umum dapat dilihat dari
kemampuan melakukan presentasi, gerak tubuh, mampu berkonsentrasi,
pengendalian emosi, perbendaharaan kata, dan mampu mengatasi demam
panggung.
Kemampuan seseorang berbicara di depan umum berkait erat dengan
kepercayaan diri yang melekat dalam diri seseorang (Ady wibowo, 2010).
Seseorang dengan kepercayaan diri tinggi pada umumnya memiliki
kemampuan diri, tidak bersikap konformis, mampu menjadi diri sendiri serta
dapat menghadapi penolakan, memiliki kontrol emosi yang baik, tidak mudah
putus asa berpandangan positif dan realistis. (Fatimah, 2006: 149). Orang-
orang dengan kepercayaan diri rendah biasanya pemikirannya didominasi
dengan pikiran negatif. Pikiran negatif ini pada akhirnya berkontribusi pada
kehadiran rasa cemas. Rakhmat dalam Wahyuni mendefinisikan kecemasan
disebabkan oleh adanya pikiran-pikiran negatif seperti, merasa bahwa orang
lain tidak menerimanya sukai beranggapan seseorang menganggap orang lain
tidak dapat menerimanya karena perbedaan yang dimiliki misalnya status
sosial, ekonomi, atau tingkat pendidikan. Hal ini bisa membuat seseorang sulit
mengomunikasikan gagasannya dan cenderung menghindar. Mahasiswa yang
memiliki kepercayaan diri akan menganggap presentasi sebagai hal yang
positif, sebuah proses belajar dan tantangan.(Wahyuni, 2014).
Berbicara di depan umum sampai sekarang tampaknya masih menjadi momok
bagi sebagian mahasiswa. Bahkan di depan kelas saja tidak semua mahasiswa
memiliki keberanian untuk berbicara. Kepercayaan diri mahasiswa untuk
tampil berbicara di depan umum masih sangat kurang. Dalam dunia
Bab 7 Berbicara di Depan Publik 71
Saat ini banyak perusahaan yang meminta calon karyawannya untuk membuat
proposal program kerja yang akan dilakukan lalu mempresentasikannya. Ide
yang telah dituangkan dalam sebuah proposal akan terdengar menarik atau
tidak tergantung dari bagaimana komunikator mempresentasikannya. Dapat
dipastikan pelamar yang dapat mempresentasikan idenya dengan baik yang
akan diterima bekerja. Semakin banyak kita berlatih maka semakin baik kita
mempresentasikan ide di depan orang lain. Kita pun akan semakin percaya diri
karena ide kita lebih sering didengar dan diterima orang.
2. Memengaruhi dunia sekitar kita
Perubahan yang terjadi di masyarakat sering kali berawal dari ide satu orang
yang ditularkan kepada orang-orang lain. Melalui berbicara di depan umum
kita akan lebih mudah dapat memengaruhi orang-orang lain supaya menerima
dan melaksanakan ide kita, yang menghasilkan perubahan kelompok tersebut.
Bab 7 Berbicara di Depan Publik 73
3. Meningkatkan karir
Siapa dan berapa orang yang akan berbicara dengan saya atau yang akan
hadir? Pemahaman akan publik akan mempermudah kita dalam menyiapkan
materi. Memahami publik akan menentukan gaya bahasa yang kita gunakan,
cara menyampaikan pesan yang kita lakukan, contoh-contoh yang kita berikan,
bahkan cara berbusana kita saat public speaking.
76 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Apa yang akan saya sampaikan? Tidak hanya mempelajari isi presentasi yang
kita berikan, pelajari juga hal-hal yang berhubungan dengan materi untuk
menambah wawasan. Pengetahuan akan banyak hal tentang topik membuat
kita menjadi lebih percaya diri, membuat kita lebih yakin saat memberikan
contoh atau menjawab pertanyaan publik. Kita bahkan dapat mengulang pesan
dengan kalimat yang berbeda bila kita melihat tatapan bertanya atau
kebingungan di wajah publik saat kita menyampaikan presentasi kita.
3. Why should I talk about it?
Kapan saya bicara dan berapa banyak waktu yang saya miliki? Dengan
mengetahui kapan kita bicara, kita dapat menyiapkan segala sesuatu sebelum
waktunya. Selain itu, Anda punya waktu untuk latihan. Mengetahui jumlah
waktu yang diberikan untuk berbicara juga penting agar kita dapat
menyampaikan pesan secara efektif dalam batas waktu yang diberikan. Bila
kita memiliki materi yang membutuhkan waktu 20 menit untuk presentasi
padahal kita hanya memiliki 5 menit, kita berisiko akan tidak dapat
memberikan pesan secara utuh dan memberikan kesimpulan yang
mengesankan publik.
5. Where?
Di mana saya bicara? Bicara di lingkungan tempat kita sudah biasa berada
tentunya lebih nyaman dibandingkan dengan bicara di tempat yang baru
pertama kali kita kunjungi. Ketahui di mana dan bagaimana suasana serta
pengaturan ruang tempat kita bicara. Dengan mengetahui tempat terlebih
dahulu, setidaknya membuat kita menjadi lebih tenang. Bila kita diminta
berbicara di tempat yang belum kita ketahui letaknya, sebaiknya cari tahu cara
Bab 7 Berbicara di Depan Publik 77
menuju tempat tersebut hingga kita bisa sampai ke lokasi public speaking tepat
pada waktunya.
6. How?
2. Aksentuasi
Aksentuasi adalah penekanan yang tepat pada suku kata di dalam kata atau
kalimat, lebih dikenal dengan istilah pelafalan. Mempelajari Aksentuasi
terhadap kosakata yang sangat banyak, serta tetap mengikuti perubahan
penggunaannya membutuhkan usaha seumur hidup. Namun, bagi telinga yang
tajam, kajian terhadap asal usul kata, dan kebiasaan membuka kamus, terbukti
sebagai penolong-penolong perkasa dalam tugas yang tidak akan pernah usai
ini.
3. Pengucapan
perhatian audiens. Selain itu, jika presentasi anda membutuhkan waktu lebih
dari 20 menit, maka anda perlu memecahnya menjadi potongan-potongan
kecil dengan maksimum 20 menit per informasi.
80 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Bab 8
Komunikasi Antarbudaya
8.1 Pendahuluan
Proses komunikasi yang selama ini berlangsung dalam kehidupan kita sehari-
hari, apakah itu dalam pekerjaan, dalam rumah tangga, dalam lingkungan
masyarakat, dalam urusan politik, pemerintahan, agama, sosial, budaya hingga
level negara dan bangsa kita senantiasa berkomunikasi satu sama lain, baik itu
disengaja maupun tidak, sebab komunikasi senantiasa ada di tengah realitas
kita.
Pada realitas tersebut, komunikasi yang terjadi juga senantiasa melintasi batas
suku, etnis, ras, agama, warna kulit, jenis kelamin, usia, hingga bangsa dan
negara. Ini menunjukkan bahwa komunikasi akan selalu ada dalam kehidupan
kita, dan terjadi dalam keseluruhan aktivitas dan tingkatan hidup kita.
Singkatnya, karena komunikasilah manusia bisa hidup bersama, bahagia,
saling melengkapi dan mempunyai semangat dan hasrat untuk berkembang.
Sebaliknya, komunikasi juga bisa membuat malapetaka dan bencana antar
manusia, terutama dalam bentuk propaganda, hasut dan adu domba
(komunikasi semu). Komunikasi dalam bentuk ini menjadi banyak perbedaan
harapan dan keinginan yang tidak mampu diberikan tempat secara baik,
proporsional dan dipahami.
82 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Tahap Pertama, apa yang diistilahkannya dengan masa “Bulan Madu” yang
penuh pesona, kegembiraan dan keakraban dengan kultur yang baru dan
masyarakat yang baru pula. Lama kelamaan anda akan merasakan budaya dan
masyarakat baru tersebut seakan sebagai bagian bahkan pemiliknya. Pada
kondisi ini, bila anda berada pada kelompok yang secara kultur berbeda
dengan anda, maka keramah-tamahan sifatnya dangkal dan dalam waktu yang
singkat.
Bab 8 Komunikasi Antarbudaya 87
Tahap kedua, disebutnya sebagai masa “krisis”, di mana perbedaan kultur anda
dan kultur baru menimbulkan masalah seiring dengan bertambahnya waktu
hubungan anda dengan orang lain yang berbeda budayanya.
Tahap ketiga, pemulihan dari kondisi kedua. Sebab pada tahap ini kita sudah
bisa memperoleh keterampilan untuk bertindak secara efektif dalam menyikapi
kultur baru.
Tahap keempat, yakni penyesuaian diri untuk memasuki kultur baru, bahkan
mendapatkan pengalaman baru.
Kemudian perlu ditambahkan beberapa hal yang sangat memengaruhi proses
komunikasi antarbudaya, sebagaimana aspek tersebut juga memengaruhi
komunikasi secara umum, yakni penyebab kegagalan dan kekeliruan persepsi.
Dalam komunikasi antarbudaya, kita juga senantiasa mempunyai persepsi
dalam komunikasi, terutama terhadap budaya lawan komunikasi kita yang
berbeda satu dengan lainnya.
Deddy Mulyana (2001) dengan mengutip pendapat Larry A. Samovar dan
Richard E. Porter, menyebutkan paling tidak ada enam unsur budaya yang
secara langsung memengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan
orang lain budaya, yakni :
1. Kepercayaan (belief), nilai (values) dan sikap (attitude).
2. Pandangan dunia (world view).
3. Organisasi sosial (social organization).
4. Tabi`at manusia (human nature).
5. Orientasi kegiatan (activity orientation).
6. Persepsi tentang diri dan orang lain (perception of self and others)
Asimilasi merupakan salah satu bentuk hubungan antar etnis atau ras dalam
suatu masyarakat yang ditandai oleh upaya mengurangi perbedaan di antara
mereka demi meningkatkan kesatuan tindak dan sikap untuk mencapai tujuan
bersama. Proses asimilasi itu ditandai oleh pengembangan sikap-sikap yang
sama, walaupun terkadang bersifat emosional, bertujuan untuk mencapai
kesatuan, atau paling sedikit untuk mencapai integrasi dalam organisasi dan
tindakan (Soerjono Soekamto dalam Liliweri, 2009). Analisis sosiologi-
antropologi membagi beberapa jenis asimilasi, yaitu asimilasi budaya,
asimilasi struktural, asimilasi perkawinan, asimilasi identifikasi, asimilasi sikap
resepsional, asimilasi perilaku resepsional, asimilasi kewarganegaraan.
90 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
2. Akomodasi
Migrasi, adalah perpindahan seseorang dari suatu tempat tertentu. Faktor yang
mendorong terjadinya migrasi adalah keadaan satuan imigran, situasi dan
kondisi didaerah asal, situasi dan kondisi didaerah tujuan, situasi dan kondisi
sosial, ekonomi, politik serta jaringan yang terkait di dalamnya.
5. Stratifikasi
Stratifikasi adalah hubungan antar etnis atau antar ras dapat terjadi melalui
stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial selalu berkaitan erat dengan bagaimana
masyarakat memberikan penilaian terhadap pembagian kekayaan, kekuasaan,
dan martabat seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat.
Kerap kali hanya merupakan label, stigma, stereotip.
6. Kompetisi
Kompetisi, adalah persaingan terhadap hal yang ingin dicapai, apakah sumber
daya, pekerjaan maupun perumahan yang sama. Konflik yaitu dapat dikatakan
sebagai suatu bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu atau
kelompok yang berbeda etnis (suku bangsa, agama, ras, golongan), karena di
antara mereka memiliki perbedaan dalam sikap, kepercayaan, nilai atau
kebutuhan.
7. Eksterminasi
melalui kebijakan imigrasi yang melarang atau mempersulit izin masuk bagi
sekelompok etnis ke wilayah suatu negara. Alasan utamanya karena etnis itu
dianggap bisa mengancam kehidupan penduduk asli. Biasanya dilakukan
dalam bentuk paksaan yang dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap
kelompok minoritas.
8. Memisahkan Diri
Memisahkan diri, adalah bentuk hubungan antar etnis atau antar ras yang
diawali semacam gerakan separatis (organisasi tanpa bentuk) atau gerakan-
gerakan manifes dalam bentuk pemberontakan atau perang dari kelompok.
9. Segregasi
Segregasi, merupakan salah satu bentuk hubungan antar etnis yang berbentuk
tindakan pemisahan dari dua kelompok yang berbeda, kelompok mayoritas
dan minoritas baik etnis atau ras. Pemisahan dapat dilakukan berdasarkan
tempat tinggal, tempat kerja, fasilitas sosial, dll.
10. Fusi
Liliwery (2009) berpendapat bahwa konflik antar etnis yang terjadi pada
individu ditimbulkan oleh persepsi terhadap perilaku yang sama, namun
bersumber dari harapan-harapan yang berbeda-beda. Konflik antarpribadi
selalu terjadi hanya karena mereka yang terlibat dalam komunikasi
menampilkan persepsi yang berbeda (Liliwery, 2009). Konflik itu ada karena
suatu perbedaan yang menyulut suatu ketidaksepakatan dalam pengambilan
keputusan bersama.
memegangnya dengan kaku dan menerapkannya secara pukul rata pada semua
orang dari latar belakang budaya tertentu tanpa menyadari kemungkinan
adanya kekeliruan pada dasar-dasar stereotip tersebut maupun adanya
individual di dalam sebuah budaya. (David Matsumoto, 2008).
Hewstone dan Giles (1986) dalam Liliweri (2009) mengemukakan hubungan
stereotip dan komunikasi yaitu sebagai berikut :
a. Proses stereotip merupakan hasil dari kecenderungan kita untuk
mengantisipasi atau mengharapkan kualitas derajat hubungan tertentu
antara anggota kelompok-kelompok tertentu berdasarkan sifat-sifat
psikologis yang dimiliki. Semakin negatif generalisasi itu kita
lakukan, semakin sulit kita berkomunikasi dengan sesama.
b. Stereotip berpengaruh terhadap langkah individu dalam proses
informasi. Sumber dan sasaran informasi memengaruhi proses
informasi yang diterima atau yang hendak dikirimkan.
c. Stereotip menciptakan harapan pada anggota sekelompok tertentu
terhadap perilaku kelompok lain.
d. Stereotip menghambat pola-pola perilaku komunikasi kita dengan
orang lain.
2. Jarak Sosial
3. Diskriminasi
Gangguan teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang di transmisi
melalui saluran mengalami kerusakan.
2. Gangguan semantik
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena jarak sosial di antara
peserta komunikasi, misalnya perbedaan status antara senior dan yunior atau
atasan dan bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku
komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah
membudaya pada masyarakat, yakni bawahan cenderung hormat pada
atasannya, atau rakyat pada raja yang memimpinnya.
5. Rintangan kerangka berpikir
9.1 Pendahuluan
Salah satu faktor yang memengaruhi kemajuan suatu masyarakat dapat
diketahui dari peran media massa. Termasuk apabila terjadi kekacauan,
kemerosotan moral, dan tindak kekerasan yang timbul di masyarakat juga
tidak bisa dilepaskan dari peran media massa. Di sini media mempunyai peran
besar dalam kehidupan manusia. Untuk membuat ilustrasi sederhana dari
fenomena ini, dapat dipikirkan dan dijadikan renungan pertanyaan “Berapa
persen pikiran, ucapan dan perilaku yang dipengaruhi media massa?” Bisa jadi
hasil jawabannya akan sangat besar dan fantastis.
Ilustrasi tersebut tersebut terjadi karena adanya komunikasi antarindividu di
dalam masyarakat yang merupakan kegiatan penyampaian pesan dari
seseorang komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan)
di mana komunikan akan memberikan umpan balik kepada komunikator
sebagai tanggapan dari pesan yang telah diterima.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan. Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lainnya.
Sedangkan perasaan dapat berupa keyakinan, kepastian, keberanian, dan
sebagainya yang timbul dari lubuk hati seseorang. Pada dasarnya komunikasi
massa adalah komunikasi melalui media massa baik melalui media cetek
100 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
maupun elektonik dan cyber (online). Media cetak bisa berupa surat kabar,
majalah, tabloid, dan buku, sedangkan media elektronik bisa melalui radio,
televisi, radio dan juga film. Dari sini dapat diketahui bahwa media massa
adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara
serempak, cepat, kepada audiens yang luas dan heterogen.
Sebagai cabang dari studi komunikasi, komunikasi massa menjadi salah satu
yang paling sering dibicarakan, karena perannya yang sangat penting di era
modern digital dewasa ini. Saluran komunikasi massa sangat berguna dan
mampu menghubungkan pihak komunikator dengan komunikan secara
bersamaan atau serentak.
Sedangkan McQuail (1987) menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:
a. Sumber: bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya
seringkali merupakan komunikator profesional.
b. Pesan: beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan
selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai
tukar.
c. Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan
mungkin sekali sering bersifat non-formal dan kalkulatif.
d. Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
104 Pengantar Komunikasi Antarmanusia
Gamble & Teri (1989) menyebutkan, komunikasi massa adalah mencakup hal-
hal sebagai berikut:
a. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan
modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat
kepada khalayak yang luas dan tersebar melalui media massa.
b. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-
pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan
orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.
c. Pesan adalah milik publik. Artinya pesan bisa didapatkan dan
diterima oleh siapa saja.
d. Komunikator massa biasanya organisasi formal, seperti jaringan,
ikatan, atau perkumpulan. Komunikator tidak berasal dari seseorang
melainkan sesuatu yang bersifat lebih besar (lembaga).
e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper, yaitu sejumlah orang
yang mengontrol suatu pesan sebelum pesan tersebut disebarkan atau
diberitakan kepada khalayak luas. Gatekeeper di media adalah editor
atau redaksi.
f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Hal ini
dikarenakan komunikasi ini melalui media massa, berbeda dengan
jenis komunikasi yang lain umpan balik dapat dilakukan secara
langsung misalnya seperti komunikasi antarpersona.
Sedangkan menurut Severin dan Tankard Jr. (2008) terdapat beberapa model
efek komunikasi massa antara lain:
a) Model teori peluru (bullet theory model)
Teori ini dikenal dengan teori hypodermic needle atau stimulus respon yang
mekanistis, media massa memiliki pengaruh besar atas mass audience.
b) Model effek terbatas (limited effects model)
Teori pengaturan agenda merupakan salah satu teori yang menjelaskan efek
kumulatif media. Teori ini menggambarkan sejauh mana kekuatan pengaruh
media. Inti dari teori ini adalah pembentukan kepedulian dan perhatian publik
terhadap beberapa isu yang ditampilkan oleh media berita.
2. Teori Sistem Ketergantungan Media (Media Systems Dependency
Theory atau Dependency Theory)
Teori ini menyatakan bahwa media bergantung pada konteks sosial yang
memiliki pandangan bahwa bertemunya media dengan khalayak didasarkan
atas tiga perspektif, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori
sosial, dan perspektif hubungan sosial.
3. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory)
Teori ini menitikberatkan pada peran sosial media massa dan bagaimana
media dapat digunakan untuk mendefinisikan hubungan kekuasaan di antara
beragam subkultur dan menjaga status quo. Para ilmuwan melakukan
penelitian bagaimana hubungan media dengan berbagai masalah seperti
ideologi, ras, kelas sosial, dan gender.
7. Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory)
Teori jarum hipodermik disebut juga dengan magic bullet atau stimulus
response theory. Menurut teori ini, media massa memiliki dampak yang
sifatnya langsung, segera, dan kuat terhadap khalayak massa. Teori ini
mengasusmsikan bahwa media massa dapat memengaruhi sebagian besar
orang secara langsung dan seragam dengan cara membombardir mereka
dengan pesan-pesan yang sesuai dan dirancang untuk memantik respon yang
diinginkan.
10. Teori Dua Tahap (Two Step Flow Theory)
Teori ini memberi tekanan khususnya pada orang-orang yang aktif dalam
menggunakan media massa. Poin utama teori ini adalah orientasi psikologis
dalam memenuhi kebutuhan, motivasi, dan kepuasan pengguna media massa.
12. Teori Media (Medium Theory)
Teori ini menekankan pada bagaimana media komunikasi berbeda tidak hanya
dalam terminologi isi tetapi juga pada bagaimana mereka dibangun dan
disalurkan melalui pikiran dan rasa. Teori media menitikberatkan pada
karakteristik media itu sendiri lebih dari sekedar apa yang dikirimkan atau
bagaimana suatu informasi diterima. Menurut teori ini, media merupakan
lingkungan simbolis dari beberapa tindakan komunikatif.
13. Teori Kekayaan Media (Media Richness Theory)
Teori ini didasarkan pada teori kontingensi dan teori proses informasi. Dua
asumsi utama dari teori kekayaan media adalah orang-orang menginginkan
dapat mengatasi ketidakpastian dalam organisasi serta keberagaman media
yang secara umum digunakan dalam sebuah organisasi kerja dianggap lebih
baik untuk menyelesaikan tugas dibandingkan yang lain.
110 Pengantar Komunikasi Antarmanusia