Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Metode Mind Mapping

a. Pengertian Metode

Metode sangat berpengaruh dalam mengajar. Metode berperan untuk

“bagaimana proses” pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan

sistematis. Pembelajaran tanpa metode tidak akan berlangsung dengan baik. Guru

dituntut menguasai metode pembelajaran supaya berlangsung dengan efisien,

menyenangkan dan tujuannya tercapai. Secara penerapan metode pembelajaran

dilaksanakan sebagai teknik, yaitu pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi

yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan.

Metode secara harfiah berarti “cara”. Secara umum, metode adalah suatu

cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode sangat

diperlukan dalam proses pembelajaran. Amri menyebutkan bahwa, “Metode

pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada

semua mata pelajaran, misalnya mengajar dengan metode ceramah, ekspositori,

tanya jawab, dan sebagainya” (2013: 19). Pupuh dan Sobry berpendapat metode

yang tepat saat digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif

pula pencapaian tujuan pembelajaran (2010). Menurut Ramayulis, metode

pembelajaran adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang dilakukan oleh guru

dalam proses pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran atau menguasai

kompetensi tertentu yang ada di silabus (2010).

8
9

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa metode pembelajaran merupakan

cara atau prosedur pembelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan atau kompetensi yang dirumuskan dalam silabus. Metode merupakan

sistem pembelajaran yang tidak dapat dilepaskan begitu saja. Metode dalam

pembelajaran sangat perlu diperhatikan.

Tidak semua metode pembelajaran yang cocok digunakan untuk

mencapai semua tujuan pembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung.

Semua metode pembelajaran memiliki kekhasannya masing-masing dan relevan

dengan tujuan. Dengan kata lain, semua metode pembelajaran memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing.

Guru memilih metode yang tepat sesuai dengan tujuan dan keadaan

pembelajaran. Kesalahan memlilih metode dalam mengajar berarti guru belum

merancang metode untuk pembelajaran. Jadi, metode yang dilaksanakan sesuai

dengan tujuan, maka pembelajaran berlangsung atau terlaksanakan dengan baik.

Sebagai pemandu dalam memilih metode yang tepat, ada empat prinsip

umum dalam menetukan metode pembelajaran, diantaranya :

1) Beriontasi pada tujuan pembelajaran

2) Beriontasi pada aktivitas belajar siswa

3) Beriontasi pada individualitas

4) Beriontasi pada integritas

Kemampuan guru pertimbangan di dalam pemilihan metode, sebab guru

itulah yang melakukakan pembelajaran. Metode yang bagus apabila guru yang

melakasanakan tidak menguasai penggunaannya, maka metode tersebut tidak akan


10

baik. Sebaliknya, apabila guru menguasai penggunaan metode maka penerapan

metode tersebut baik dalam penggunaannya.

b. Pengertian Mind Mapping

Mind mapping berarti memetakan pikiran. Windura (2013)

mendefinisikan mind mapping sebagai berikut :

1) Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan kedua belah otak.


2) Sistem belajar dan berpikir yang menggunakan otak sesuai dengan cara
kerja alaminya.
3) Sistem belajar dan berpikir yang mengeluarkan potensi dan kapasitas otak
penggunaannya yang masih tersembunyi.
4) Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan apa yang terjadi secara
internal di dalam otak kita saat belajar dan berpikir.
5) Sistem belajar dan berpikir yang mencerminkan secara visual apa yang
terjadi pada otak Anda saat belajar dan berpikir (hlm. 12).

Mind mapping merupakan cara mengembangkan kegiatan berpikir ke

segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut. Larasati

menjelaskan mind mapping ini menuntut siswa untuk membuat dan mencatat

materi pembelajaran kreatif dengan menambah variasi kata-kata, warna, garis,

serta gambar pada selembar kertas kosong putih (2015). Mind mapping dapat

mengembangkan cara berpikir divergen dan berpikir kreatif.

Mind mapping yang baik adalah mind mapping yang berwarna-warni,

menggunakan banyak gambar dan simbol, yang biasanya nampak seperti karya

seni. Dalam mind mapping ini, kita dapat melihat hubungan antara satu ide

dengan ide yang lainnya. Ini sangat memudahkan otak untuk menyerap suatu

informasi (Buzan, 2012).

Mind mapping suatu kegiatan untuk menggembangkan ide suatu wacana


11

menggunakan simbol grafis. Contoh simbol grafis tersebut adalah kata, citra,

angka, jarak, warna, simbol, dan lain-lain. Gambar peta yang dimaksud adalah

hasil dari mind mapping dalam sebuah pola yang saling berkaitan dengan topik

utama ditengah, subtopik dan perincian menjadi cabang-cabang dan rantingnya.

c. Langkah-langkah Mind Mapping

Membuat mind mapping ini dapat membuat suasana pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan dan membangkitkan minat belajar siswa, sehingga

aktivitas dalam belajarpun juga meningkat. Siswa membuat mind mapping

menggunakan imajinasi dan pengetahuannya sesuai materi yang diajarkan. Dalam

membuat mind mapping, diperlukan beberapa alat yaitu kertas kosong, pena atau

spidol berwarna, dan imajinasi. Siswa dapat membuat mind mapping dengan

kreasi masing-masing, supaya kelihatan bagus dan menarik.

Huda (2015) menjelaskan bahwa langkah-langkah mind mapping terdiri

dari tujuh langkah, sebagai berikut :

1) Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kunci dari
ceramah tersebut.
2) Menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi di antara berbagai
poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran.
3) Mengembangkan semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang
topik tersebut.
4) Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan
menggambarkan semua aspek dari topik yang dibahas.
5) Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada
satu lembar saja.
6) Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-
permasalahan yang terkait dengan topik bahasan.
7) Mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian (hlm. 307).

Menurut Silberman (2012), cara membuat mind mapping terdiri dari lima
12

langkah, yaitu :

1) Pilihlah topik untuk pemetaan pikitan.


2) Buatkan sebuah peta pikiran sederhana untuk siswa dengan menggunakan
warna, gambar, atau simbol.
3) Sediakan kertas, spidol, dan maetri sumber lain.
4) Sediakan waktu bagi siswa untuk menyusun peta pikiran mereka.
5) Perintahkan siswa untuk saling bercerita tentang pikiran yang mereka buat
(hlm. 200-201).

Windura (2013) menjelaskan langkah-langkah yang dapat digunakan

dalam pembuatan mind mapping, yaitu :

1) Kertas diletakkan dan diposisikan dalam keadaan mendatar.


2) Tentukan topik apa yang ingin dimindimappingkan.
3) Buatlah pusat mind mapping di tengah-tengah kertas berupa gambar.
4) Buatlah cabang utama yang merupakan cabang yang memancar langsung
dari pusat mind mapping.
5) Informasi yang ditulis di atas cabang dan jumlah 1 kata saja, yaitu berupa
kata kunci.
6) Kembangkan cabang utama utama dengan cabang-cabang lain berikutnya
yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan cabang induknya.
7) Gambar harus selalu ditambahkan untuk memperkuat informasi atau
membantu kreativitas berpikir.
8) Selesai (hlm. 32-33).

Dari beberapa langkah-langkah pembuatan mind mapping yang telah

diuraikan, peneliti menggunakan langkah-langkah menurut Windura (2013)

dengan mengganti kalimatnya menjadi mudah dipahami, yaitu :

1) Meletakkan dan memposisikan kertas secara mendatar.


2) Menentukan topik.
3) Membuat pusat mind mapping berada ditengah-tengah kertas.
4) Membuat cabang utama yang merupakan cabang dari pusat mind
mapping.
5) Membuat kata kunci.
6) Mengembangkan cabang utama menjadi cabang berikutnya yang berisi
informasi dari cabang utama.
7) Menambahkan gambar supaya menjadi menarik.
8) Selesai (hlm. 32-33).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh mind mapping pada Gambar
2.1 di bawah ini :
13

Gambar 2.1 Contoh Mind Mapping

d. Keunggulan dan Kelemahan Mind Mapping

Mind mapping memiliki keunggulan dalam proses belajar bagi siswa.

Menurut Windura (2013: 14), siswa dapat menggunakan mind mapping dalam

belajar untuk :

1) Mencatat.

2) Meringkas.

3) Berpikir analisis.

4) Berpikir kreatif.

5) Merencanakan.

6) Menguraikan artikel bacaan.

7) Menguraikan soal cerita mateatika atau sains.

8) Dan lain-lain.

Menurut Olivia (2014), “Keunggulan mind mapping dapat meningkatkan

daya ingat murid dengan mencatat sesuai cara kerja otaknya” (hlm. 1). Setiap
14

siswa memiliki gaya belajar masing-masing yang membuat belajarnya menjadi

nyaman dan senang. Dengan metode mind mapping, siswa dapat membuat peta

pikirannya sesuai dengan kreasinya masing-masing.

Selain itu, Swadarma (2013: 8) juga mengemukakan keunggulan dari

minp mapping adalah :

1) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan.


2) Memaksimalkan sistem kerja otak.
3) Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan
informasi yang dapat disajikan.
4) Memacu kreativitas, sederhana dan murah dikerjakan.
5) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah.
6) Menarik dan mudah tertangkap mata (eye cathing).

Selain dari keunggulan, ada juga kelemahan dari mind mapping itu.

Kelemahan dalam mind mapping terletak pada waktu yang dibutuhkan relatif

lama dan banyaknya alat tulis yang harus digunakan seperti sepidol, pensil warna,

dan lain-lain. Selain itu, informasi detail tidak dapat dimasukkan, waktu terbuang

untuk membaca kalimat yang tidak penting, dan guru kewalahan memeriksa mind

mapping siswa karena mind mappingnya bervariasi.

2. Aktivitas Belajar

a. Pengertian Aktivitas Belajar

Dalam proses pembelajaran aktivitas belajar harus ada. Dikemukan oleh

Deporter, et al., “Aktivitas siswa akan muncul disaat siswa mempelajari materi

yang menantang dan menyenangkan” (2014: 54). Cholifah, et al. menambahkan,

“Suatu proses pembelajaran harus memberikan dorongan kepada siswa untuk

melakukan berbagai kegiatan yang menarik, menantang, menyenangkan, dan


15

bermakna bagi siswa” (2016: 419).

Supinah mengemukakan bahwa “Aktivitas belajar siswa yang terlihat

pada saat kegiatan pembelajaran merupakan salah satu indikator keterlibatan

siswa dalam mengikuti pembelajaran” (2010: 2). Jadi, menurut peneliti aktivitas

belajar itu merupakan keatifan siswa yang melibatkan fisik serta mental dalam

proses pembelajaran guna memperoleh perubahan ke arah yang lebih baik.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat penting dan perlu

diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran tersebut mendapatkan hasil

yang maksimal sesuai tujuan pembelajarannya. Keaktifan tersebut dapat dilihat

dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas mengubah sikap dan keterampilan anak

dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat kepada

siswa, sehingga siswa ikut serta dalam pembelajaran tersebut, dapat

mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan dan

pelaksanaan dalam proses itu, maka pengalaman akan bertambah dalam kegiatan

ini.

Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah

kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan

untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dipusatkan ke siswa dapat

terciptanya situasi belajar aktif. Aktivitas ini diharapkan ada perubahan pada

pengetahuan dan keterampilan anak menjadi lebih baik.

b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar


16

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian, di sekolah itu merupakan salah tempat untuk mengembangkan

aktivitas. Di sekolah terdapat banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh

siswa. Jenis aktivitas tersebut dapat membawa perubahan terhadap siswa.

Ada beberapa faktor aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama

kegaiatan pembelajaran. Hamalik (2011: 172) menyebutkan jenis-jenis aktivitas

belajar antara lain :

1) Aktivitas Visual (Visual Activity)


Membaca dan memperhatikan gambar/pameran.
2) Aktivitas Oral (Oral Activity)
Mengemukakan gagasan/ide dan memberikan pertanyaan.
3) Aktivitas Mendengar (Listening Activity)
Mendengarkan percakapan dan pidato.
4) Aktivitas Menulis (Writing Activity)
Menulis cerita, angket, dan laporan.
5) Aktivitas Menggambar (Drawing Activity)
Membuat gambar dan peta.
6) Aktivitas Motorik (Motor Activity)
Melakukan percobaan dan membuat model.
7) Aktivitas Mental (Mental Activity)
Memecahkan persoalan dan mengingat.
8) Aktivitas Emosional (Emotional Activity)
Merasa jenuh, senang, dan nyaman.

Menurut Rubiyatun bahwa, “Jenis-jenis aktivitas belajar dibagi menjadi

beberapa indikator yaitu: mendengarkan; memandang; meraba, membau, dan

mencicipi/mengecap; menulis atau mencatat; membaca; membuat ikhtisar atau

ringkasan dan menggarisbawahi; mengamati tabel-tabel; menyusun paper atau

lembar kerja; mengingat; berfikir; dan latihan atau praktek” (2011: 11). Jadi,

aktivitas belajar siswa disekolah cukup kompleks dan bervariasi. Jika berbagai

macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, maka sekolah akan benar-

benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal.


17

Keahlian guru dalam menentukan strategi pembelajaran sangat penting

agar aktivitas belajar siswa dapat optimal. Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas,

pada dasarnya bahwa segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan

(mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri. Aktivitas belajar yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Hamalik di

atas.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Sardiman (2014:103) menyebutkan :

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa meliputi faktor dalam


dan faktor luar siswa. Faktor dalam siswa adalah faktor yang ada pada diri
siswa meliputi aspek fisik (jasmani) dan psikis (rohani) siswa. Faktor luar
terdiri dari: (1) faktor guru; (2) faktor sarana prasarana; (3) faktor motivasi
siswa; dan (4) faktor lingkungan.

Menurut Sanjaya (2010:60) aktivitas belajar siswa dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya :

1) Guru
Dilihat dari guru yang mempengaruhi aktivitas belajar, yaitu :
a) Kemampuan Guru
Kemampuan yang dimiliki oleh guru juga dapat mempengaruhi
keberberhasilan pembelajaran dalam aktivitas belajar siswa.
Kemampuan dalam proses pembelajaran tersebut erat kaitannya dengan
cara guru mengimplementasikan perencanaan pembelajaran.
b) Sikap profesional guru
Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi
dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional akan berusaha
melakukan tugasnya dengan optimal dan selalu meningkatkan.
Penerapan pembelajaran aktif sebagai pendekatan dalam pembelajaran
yang menuntut aktivitas belajar siswa secara penuh. Akan sangat
dipengaruhi oleh tingkat profesional guru.
c) Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru
Guru yang memiliki tentang pemahaman psikologi anak ditandai
18

dengan cara guru menghargai usaha seluruh siswanya. Guru akan


mendesain pembelajaran yang mendorong untuk siswa aktif dalam
proses pembelajaran. Begitu dengan pengalaman yang dimiliki oleh
guru. Guru yang memiliki jam terbang mengajar yang tinggi lebih
mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
2) Suasana Belajar
a) Ruang Kelas
Kondisi dalam ruang kelas juga mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Kondisi ruangan yang sempit akan akan mempengaruhi
kenyaman dalam belajar. Penataan kelas yang tidak rapi akan membuat
siswa menjadi cepat lelah dalam belajar.
b) Media dan Sumber Belajar
3) Lingkungan Belajar
Ada dua faktor dalam lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik
dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan
kondisi sekolah. Lingkungan psikologis meliputi keadaan iklim sosial
yang ada dalam lingkungan belajar siswa tersebut.

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

aktivitas belajar siswa ada dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern

adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang sedang belajar,

sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor dari luar diri individu. Selain itu ada

juga yang mempengaruhinya aktivitas belajar seperti dari guru, suasana belajar,

dan lingkungan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar

tersebut, perlu dioptimalkan untuk menciptakan aktivitas belajar yang baik.

d. Pengukuran Aktivitas Belajar

Untuk mengukur aktivitas belajar seseorang dapat dilakukan dengan

berbagai metode, diantaranya :

1) Skala Likert
19

Menurut Sugiyono, “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial” (2013: 93). Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa

pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai sangat negatif, misalkan dari sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju,

sampai sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu

dapat diberi skor. Misalkan untuk pernyataan positif, jawaban dapat diberi skor

“sangat setuju” diberi angka 5, “setuju” diberi angka 4, “netral” diberi angka 3,

“tidak setuju” diberi angka 2, dan “sangat tidak setuju” diberi angka 1. Sebaliknya

untuk pernyataan negatif, jawaban dapat diberi skor “sangat setuju” diberi angka

1, “setuju” diberi angka 2, “netral” diberi angka 3, “tidak setuju” diberi angka 4,

dan “sangat tidak setuju” diberi angka 5.

2) Skala Guttman

Skala Guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan jawaban yang tegas

terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala pengukuran dengan tipe ini,

akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak

pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio

dikotomi (dua alternatif). Pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu

“setuju” atau “tidak setuju”.

Dari penjelasan skala pengukuran di atas, peneliti ini menggunakan skala


20

pengukuran Likert untuk mengukur skala aktivitas belajar siswa. Alasannya

adalah karena skala ini cocok untuk mengetahui sikap individu. Selain itu, juga

mempunyai kemudahan dalam menentukan pertanyaan dan skor.

3. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi pembelajaran Bahasa

Indonesia sudah diterapkan. Marlina menyatakan bahwa, “Pembelajaran Bahasa

Indonesia sangat penting untuk terus diajarkan dan dipelajari” (2010: 17).

Pembelajaran Bahasa Indonesia terutama tingkat sekolah dasar diajarkan untuk

memperkaya kebahasan siswa sejak dini.

Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa sekolah dasar untuk :

1. Siswa menghargai dan membangggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional dan bahasa Negara.

2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi serta

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan,

keperluan, dan keadaan.

3. Siswa memliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk

meningkatkan pengetahuan intektual, kematangan emosional, dan

kematangan sosial.

4. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk

mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

B. Penelitian Relevan
21

Untuk mendukung penelitian ini, berikut disajikan beberapa penelitian

yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut akan

dipaparkan sebagai berikut :

1. Dyah Safitri (2016) dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode

Mind Mapping untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa

Kelas V SD Negeri Balangan 1”. Tujuan penelitiannya untuk meningkat

minat dan hasil belajar IPA melalui metode mind mapping pada siswa kelas V

SD N Balangan 1. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD N Balangan 1.

Objek penelitian adalah penerapan metode mind mapping untuk

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa setelah penerapan metode

mind mapping dalam proses pembelajaran.

2. Desi Hermawati (2017) dengan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode

Mind Mapping dalam Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SDIT

Cordova Samarinda”. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan minat

belajar IPA siswa kelas V SDIT Cordova Samarinda. Penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDIT

Cordova Samarinda. Objek penelitian adalah penerapan metode mind

mapping dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan metode mind mapping dapat meningkat

proses pembelajaran dan prestasi belajar siswa.

3. Evie Widya Surya Putri (2013) dengan penelitian yang berjudul “Penerapan
22

Metode Mind Map untuk Meningkatkan Kemampuan Mengingat di Sekolah

Dasar”. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan aktivitas guru,

aktivitas siswa, kemampuan mengingat siswa yang ditunjukkan dari hasil

belajar. Objek penelitian adalah guru dan siswa. Subjek penelitian adalah

penerapan metode mind map untuk meningkatkan kemampuan mengingat di

sekolah dasar. Hasil penelitian dengan penerapan metode mind map

meningkatkan kemampuan mengingat siswa menjadi lebih baik.

4. Sri Susanti (2016) dengan penelitian yang berjudul “Metode Mind Mapping

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian

adalah untuk meningkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS

khususnya pada materi kedudukan dan peran anggota keluarga. Objek

penelitian adalah siswa. Subjek penelitian adalah metode mind mapping

untuk meningkatkan hasil belajar. Hasil penelitian peningkatan belajar siswa

mencapai 95,23% setelah menggunakan metode mind mapping.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan adalah sama menggunakan metode mind mapping untuk memecahkan

masalah yang ada dalam kelas. Selain itu, juga metode penelitiannya sama-sama

menggunakan penelitian kelas. Perbedaannya dalam penelitian ini adalah :

1. Lokasi peneliti disalah satu sekollah dasar di Kabupaten Kampar.

2. Tujuan penilitian adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Fokus pada pembelajaran Bahasa Indonesia.

4. Subjek penelitian di kelas IV.

C. Kerangka Pemikiran
23

Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran

yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal. Keaktifan tersebut

dapat terlihat dalam aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar merupakan faktor

yang perlu dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, aktivitas belajar siswa

kelas IV SD Negeri 007 Rimbo Panjang Kecematan Tambang Kabupaten Kampar

masih rendah. Rendahnya aktifitas belajar siswa terlihat dari beberapa indikator,

seperti visual activities seperti siswa malas membaca buku siswa, oral activities

seperti keberanian dan inisiatif siswa untuk bertanya masih rendah, emotional dan

mental activities seperti siswa terlihat jenuh dalam proses pembelajaran yang

mengakibatkan siswa mudah lupa dengan materi yang telah diajari.

Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas IV SD Negeri 007 Rimbo Panjang Kecamatan Tambang Kabupaten

Kampar. Salah satu upaya yang dilakukan peneliti yaitu mengunakan metode

mind mapping. Dengan menggunakan metode mind mapping diharapakan

aktivitas belajar siswa akan meningkat. Kerangka pemikiran dari penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini :

Kondisi siswa dalam


pembelajaran (kurang aktif)
24

Metode mind mapping

Meningkatkan aktivitas
belajar siswa

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan hipotesis tindakan

penelitian ini sebagai berikut : “Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dengan

Menggunakan Metode Mind Mapping pada Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tema 1 Subtema 1”.

Anda mungkin juga menyukai