Anda di halaman 1dari 6

SERIBU SUNGAI

Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Volume 1 Issue 1 Juli 2023, 1-6
https://jbse.ulm.ac.id/index.php/seru DOI: https://dx.doi.org/10.20527/seru/v1i1/140

Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher


order thinking skills (HOTS) bagi guru SDN Banjarmasin Utara
Higher order thinking skills (HOTS) oriented learning development training for teachers at SDN
Banjarmasin Utara

Suhaimi (1) *, Erny Wahdini (2), Amberansyah (3)


(1) Administrasi Education, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin City, South Kalimantan, 70123, Indonesia
(2) Early Childhood Teacher Education, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin City, South Kalimantan, 70123,
Indonesia
(3) Elementary School Teacher Education, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin City, South Kalimantan, 70123,

Indonesia

*Corresponding Author Email: suhaimi@ulm.ac.id

Received date: 03/01/2022 | Accepted date: 27/06/2022

Abstrak
Tujuan pelatihan pada program pengabdian kepada masyarakat ini yaitu; untuk memberikan pemahaman dan
melatih guru SDN melalui pelatihan Pengembangan Pembelajaran Berorientasi Higher Order Thinking Skills
(HOTS) Bagi Guru SDN Kecamatan Banjarmasin Utara, dimana masa setelah pandemi Covid 19, terjadi
penurunan kinerja guru dalam pembelajaran. Upaya mengembalikan meningkatkan kualitas pembelajaran dapat
dengan melibatkan peserta didik mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi. Metode yang digunakan berupa
pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi HOTS bagi guru SDN Kecamatan Banjarmasin Utara. Dalam
pelatihan ini guru secara mandiri dibekali pengetahuan dan dilatih membuat persiapan, melaksanakan dan
evaluasi pembelajaran berorientasi HOTS. Teknik analisis data skor pengetahuan peserta pada pretest dan
posttest, serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan. Hasil pelaksanaan kegiatan diperoleh
bahwa pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan guru-guru di SDN Kecamatan
Banjarmasin Utara. Rata-rata nilai pretest adalah 59,72 dan rata-rata hasil posttest adalah 83,33. Persentase
peningkatan sebesar 42,58% pembelajaran berorientasi HOTS dapat terlaksana sekolah dasar untuk membuat
siswa terbiasa dengan cara berpikir membuat siswa mampu menyampaikan ide-ide argumentatif, logis, dan
percaya diri, baik tertulis, lisan, dan bekal siswa di tingkat pendidikan berikutnya.

Kata kunci: Pengembangan; Pembelajaran; HOTS; Keterampilan berpikir

Abstract. The objectives of the training in this community service program are; to provide understanding and train SDN
teachers through training on Higher Order Thinking Skills (HOTS) Oriented Learning Development for SDN Teachers in North
Banjarmasin District, where after the covid 19 pandemic, teacher performance decreased in learning. Efforts to improve the
quality of learning can be restored by involving students to reach a higher level of thinking. The method used is in the form of
HOTS-oriented learning development training for SDN teachers in North Banjarmasin District. In this training, teachers are
independently provided with knowledge and trained to prepare, implement and evaluate HOTS-oriented learning. The data
analysis technique of participants' knowledge scores in the pre-test and post-test, as well as from the results of observations
during practice by training participants. The results of the implementation of the activity showed that the training provided
benefits in increasing the knowledge of teachers at SDN, North Banjarmasin District. The average pre-test score was 59.72 and
the post-test average was 83.33. The percentage increase of 42.58% HOTS-oriented learning can be carried out in elementary
schools to make students familiar with the way of thinking so that students are able to convey argumentative, logical, and
confident ideas, both written, oral, and provided for students at the next level of education. Keyword: Development; Learning;
HOTS; Thinking skills

SERU Journal is distributed under Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional 1
SERIBU SUNGAI: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 1 Issue 1, Juli 2023, 1-6

PENDAHULUAN
Pembelajaran di sekolah dasar selama ini cenderung menekankan pada aspek hafalan semata, tanpa
diikuti dengan pemahaman dan pengertian yang mendalam. Dengan kata lain, pembelajaran yang telah siswa
lakukan seolah-olah tidak sama atau terpisah dari kehidupan nyata sehingga menjadikan pembelajaran tersebut
tidak bermakna karena mereka tidak dapat menerapkan apa yang telah mereka pelajari apabila dihadapkan
pada situasi berbeda yang mereka temui di luar kelas/sekolah.
Kondisi keterampilan berfikir, didapati bahwa pembelajaran yang kurang menuntut keterampilan berfikir
siswa atau berada pada daerah Lower Order Thingking Skills (LOTS). Pola belajar LOTS hanya akan menuntut
siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan faktual yang alternatif jawabannya hanya satu dan biasanya
jawaban tersebut berupa sesuatu yang dapat ditemukan langsung di buku atau hapalan. Metode dan pola
pembelajaran yang dominan LOTS, pada perkembangan selanjutnya akan memposisikan siswa sebagai objek
belajar pasif. Pada posisi ideal siswa di tempatkan sebagai subjek belajar aktif, bukan objek pembelajaran pasif.
Pada proses pembelajaran siswa perlu diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman
baru dari pengalaman yang nyata dan bukan memproduksi ulang pengetahuan. Siswa diajak menggunakan
berbagai sumber belajar, yang ditekankan kepada pengalaman belajar serta pemahaman yang mendalam.
Permasalahan dari para guru adalah kurangnya pengusaan konsep dan keterampilan mengemas
Pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS). Diterapkannya kurikulum 2013, menjadi modal
yang cukup baik untuk melakukan pembelajaran berbasis HOTS. Pelaksanaan pembelajaran berbasis HOTS
sebenarnya sudah berada pada jalur yang tepat. Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat hambatan baik itu
dari implementasi kurikulum 2013 maupun dari sisi pembelajaran HOTS. Kunci utama pada pembelajaran
berbasis HOTS terletak pada guru yang mempunyai peran sangat penting dalam upaya menjadikan siswa
mampu berada pada level HOTS.
Kemampuan leterasi dan berhitung siswa saat ini yang lemah, namun setelah adanya perubahan
kurikulum K-13 yang mana adanya kurikulum ini menuntut para guru untuk mampu menerapkan pendekatan
saintifik dengan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan leterasi dan berhitung siswa, guru mencoba
trobosan baru dengan mendesain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan HOTS ini, merupakan sekolah
dasar yang telah menerapka K13 dengan memanfaatkan pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar
mengajarnya. Melalui penelusuran tim pengabdian terhadap pengabdian terdahulu, penulis belum menemukan
pengabdian sejenis yang membahas tentang penerapan Pendekatan HOTS dalam pembelajaran. Dari hasil studi
pendahuluan ini, peneliti berasumsi bahwa impelementasi pendekatan HOTS dalam pembelajaran ini mampu
meningkatkan antusiasme dan minat belajar dalam leterasi dan berhitung siswa.
Berdasarkan analisis situasi tersebut maka untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa
khususnya rendahnya kemampuan leterasi dan berhitung siswa yang sangat ditentukan oleh hasil proses
pembelajaran maka perlu diadakan pelatihan Pengembangan Pembelajaran Berorientasi Higher Order Thinking
Skills (HOTS) dan sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah Guru SDN Kecamatan Banjarmasin
Utara.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pengabdian masyarakat yang berupa Pelatihan Pengembangan
Pembelajaran Berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) Bagi Guru SDN Kecamatan Banjarmasin Utara
ini ini, adalah:
1) Meningkatkan wawasan, partisipasi dan pemberdayaan guru dengan implementasi pembelajaran
berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) berpengaruh pada meningkatan mutu pendidikan.
2) Meningkatkan tanggung jawab dan partisifasi guru terhadap dalam pencapaian prestasi belajar anak siswa.
3) Memberikan saran, kritik bersifat membangun serta kemampuan yang dimiliki tim PKM meningkatan mutu
pendidikan.

Adapun manfaat kegiatan pelatihan peningkatan kinerja guru melalui Pelatihan Pengembangan
Pembelajaran Berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah:
1) Bagi Guru SDN Kecamatan Banjarmasin Utara ini hasil pengabdian ini dapat memberikan gambaran bahwa
kinerja guru dapat dapat memperkuat kemampuan guru menerapkan pembelajaran berorientasi Higher
Order Thinking Skills (HOTS) yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kemampuan analisis, siswa
2) Bagi Program Studi, sebagai wujud pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi di bidang pengabdian kepada
masyarakat dengan tanggung jawab membantu guru SDN di Kecamatan Banjarmasin Utara dalam
menerapkan pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Suhaimi et al. (2023) Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher order thinking skills (HOTS) bagi guru | 2
SERIBU SUNGAI: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 1 Issue 1, Juli 2023, 1-6

METODE
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah berupa pelatihan pengembangan menerapkan
pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan metode presentasi dan demonstrasi, dan
praktik menerapkan pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) oleh peserta pelatihan
secara mandiri maupun berkelompok. Dalam pelatihan, guru-guru akan dibantu mulai dari merancang
persiapan/perencanan pembelajaran, pelaksanaan pembelajasan dan membuat soal Higher Order Thinking
Skills (HOTS) tersebut.
Supervisi klinis akan diberikan untuk guru-guru yang memerlukan penangan lebih, sehingga diharapkan
materi pelatihan dapat dipahami oleh semua guru sasaran kegiatan sampai pada tingkat tuntas. Evaluasi dari
kegiatan pengabdian masyarakat ini, meliputi: Pemberian pretest tentang pengetahuan awal peserta pelatihan
mengenai persiapan/ perencanan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan membuat soal Higher Order
Thinking Skills (HOTS).
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data skor pengetahuan peserta pada pretest dan posttest,
serta dari hasil observasi selama praktik oleh peserta pelatihan. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskritif kualitatif terhadap data yang diperoleh dari hasil observasi, sedangkan analisis data kuantitatif
dilakukan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest.
Analisis kuantitatif menggunakan analisis statistika, yaitu statistif deskriptif dan inferensial. Statistik
deskriptif dipergunakan untuk melihat sebaran data semua variable penelitian, sedangkan statistik inferensial
dipergunakan untuk melihat keterkaitan antar satu variabel dengan variabel lainnya.

Pelaksanaan Kegiatan
Pemecahan masalah di atas dengan mempersiapkan materi pelatihan yang merupakan ringkasan materi
penelitian penelitian pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang dilakukan oleh tim
Pengabdian Kepada Masyarakat. Dari ringkasan/rangkuman materi ajar tersebut kemudian menjadi bahan
dalam pembuatan bahan pembelajaran dalam pelatihan ini. Tahap selanjutnya adalah tahap menuangkan konsep
verbal yang ada dalam ringkasan materi pelajaran tersebut ke dalam bentuk urutan langkah pembelajaran
sampai pada penilaian, dengan memanfaatkan sofware Microsoft Power Point dan aplikasi zoom.
Mempersiapkan beberapa contoh RPP dan Contoh soal untuk pembelajaran pembelajaran berorientasi Higher
Order Thinking Skills (HOTS) sebagai contoh-contoh yang akan dijadikan bahan dalam pemberian pelatihan bagi
guru-guru di SDN di Kecamatan Banjarmasin Utara.
Selanjutnya memperkenalkan langkah pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS), menggunakan
metode inquiri dan demonstrasi untuk mendemonstrasikan tahapan-tahapan dari pembelajaran tersebut.
Memperkenalkan cara membuat soal yang berkualifikasi pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dengan menjadikan pengetahuan sebelumnya jadi pedoman pembuatan soal Melakukan evaluasi peningkatan
pemahaman guru-guru Higher Order Thinking Skills (HOTS) tentang cara-cara membuat persiapan/perencanan
pembelajaran, Jika masih terdapat kekurangan memberikan supervisi klinis bagi guru-guru yang masih kurang
pemahamannya dan penerapan pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Rangkaian kegiatan penyajian materi dan sampai bimbingan terhadap guru-guru di SDN di Kecamatan
Banjarmasin Utara dalam penerapan pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS). Strategis
khalayak sasaran kegiatan ini adalah guru-guru SDN di Kecamatan Banjarmasin Utara yang terpilih sebagai
sasaran kegiatan, yang sangat membutuhkan pelatihan dalam menerapkan pembelajaran berorientasi Higher
Order Thinking Skills (HOTS) ini dan sesuai dengan tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kegiatan Pengetahuan awal peserta pelatihan tentang pembelajaran Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dilihat dari jawaban peserta pelatihan terhadap pretest yang diberikan. Pengetahuan awal peserta pelatihan
mengenai perlunya dikembangkan pembelajaran berorientasi HOTS untuk mengoptimalkan pembelajaran di
kelas khususnya SDN. Seluruh peserta pelatihan perlu dapat menjawab pertanyaan antara lain:
1) Karena siswa mengalami kesulitan dalam tahap analisis sehingga guru perlu mengetahui dan
mempraktikkan prilaku pendekatan saintifik (5M) dalam pembelajaran;
2) Karena siswa sangat perlu motivasi diawal pembelajaran maka guru perlu mengetahui dan mempraktikkan
prilaku membuka pelajaran dengan pertanyaan–pertanyaan yang mengarah pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi;
3) Agar Pelaksanaan pembelajaran HOTS mudah dilaksanakan maka guru dapat membuat dan
mempresentasikan contoh Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 yang siap digunakan untuk
pembelajaran HOTS;
4) Agar dapat dipastikan lancarnya pembelajaran HOTS maka guru harus dapat menjalankan sintak
pembelajaran yang bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan untuk pembelajaran HOTS;

Suhaimi et al. (2023) Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher order thinking skills (HOTS) bagi guru | 3
SERIBU SUNGAI: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 1 Issue 1, Juli 2023, 1-6

5) Agar siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru maka guru harus dapat
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan untuk
pembelajaran HOTS;
6) Agar ada kepastian guru mampu menerapkan soal evaluasi berbasis HOTS maka langkah membuatnya a)
analisis KI dan KD). b) kisi-kisi soal. c) memillih stimulus yang tepat dan kontekstual. d) menulis butir
pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal. e) membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban;
7) Agar dapat dipastikan guru paham tentang pembuatan soal HOTS maka guru harus dapat membuat minimal
2 buah soal yang memuat penalaran yang lebih tinggi (HOTS) untuk masing-masing mata pelajaran di
Sekolah Dasar;
8) Agar guru dapat mengerti pertingnya dan kegunaan evaluasi dalam pembelajaran HOTS maka guru
memahami konsep assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning
(penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).

Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah mempraktikkan dengan baik prilaku pendekatan
saintifik (5M) dalam pembelajaran; sebagian besar responden menjawab sudah mempraktikkannya dan
sebagian kecil menjawab tidak. Guru yang menjawab sudah mempraktikkannya dengan alasan karena a)
memudahkan peserta didik dalam belajar, b) proses pembelajaran lebih aktif, c) peserta didik lebih mudah
mengerti karena pada saat memecahkan masalah peserta didik berusaha untuk mencari jalan keluar sendiri
tanpa berharap banyak bantuan dari guru, d) serta dapat mempermudah guru dalam mengajar. Guru yang
menjawab belum mempraktikkannya dengan alasan karena a) pada kegiatan menanya, guru merasa kesulitan
untuk memotifasi peserta didik agar mau bertanya tentang permasalahan yang belum peserta didik mengerti
dan (b) guru kewalahan dalam menumbuhkan motifasi siswa untuk mau mengeluarkan pendapat agar
pembelajaran dapat berlangsung dengan aktif.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda memberi motivasi diawal pembelajaran dengan
mempraktikkan prilaku membuka pelajaran dengan pertanyaan–pertanyaan yang mengarah pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi, sebagain besar peserta pelatihan menyatakan (ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil
saja menjawab tidak. Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak pernah dengan alasan Guru tidak
menggunakan pertanyaan yang mengarah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi karena a) keterbatasan
waktu guru dalam membuat soal HOTS; b) Belum paham dalam mencari dan mencocokan KKO Taksonomi
Bloom untuk soal HOTS; c) Pemilihan KD yang terkadang kurang tepat, d) Minimnya sosialisasi mengenai
pembuatan soal HOTS; e) Masih membuat soal yang modelnya sama; f) Penulisan soal yang salah berulang-ulang.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) K13 yang digunakan untuk pembelajaran HOTS, sebagain besar peserta pelatihan menyatakan (ya) sudah
terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak. Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak dengan
alasan beberapa peserta pelatihan kesulitan membuat RPP HOTS karena masih kesulitan dalam membuat a)
indikator pembelajaran HOTS, b) tujuan pembelajaran HOTS, dan c) soal HOTS sebagai satu kesatuan dalam
pembuatan RPP.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah menjalankan sintak pembelajaran yang bercirikan
Strategi pembelajaran yang terapkan untuk pembelajaran HOTS, sebagain besar peserta pelatihan menyatakan
(ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak. Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak
dengan alasan beberapa peserta pelatihan kesulitan menjalankan sintak pembelajaran HOTS karena a)
kurangnya referensi siswa terhadap teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang dipelajari, b) Sulitnya
membedakan jawaban pada soal pilihan ganda, karena jawaban yang tersedia sangat mirip-mirip, c) pemilihan
KD yang terkadang kurang tepat dengan soal, d) Siswa berkemampuan konigtif yang bagus maka mudah untuk
menjawab soal, sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan konigtif kurang bagus maka sulit untuk untuk
menjawb soal. d) Belum terbiasa menyusun soal HOTS.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan untuk pembelajaran HOTS, sebagain besar peserta pelatihan
menyatakan (ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak. Diantara peserta pelatihan yang
menjawab tidak dengan alasan beberapa peserta pelatihan mengalami kesulitan menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan untuk pembelajaran HOTS; a)
kesulitan pemahaman dan b) kesiapan guru terhadap Pembelajaran Berbasis HOTS; dalam perencanaan
perencanaan dan evaluasi pembelajaran; sarana dan prasarana.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah membuat soal evaluasi berbasis HOTS dengan langkah:
a) analisis KI dan KD). b) kisi-kisi soal. c) memillih stimulus yang tepat dan kontekstual. d) menulis butir
pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal. e) membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban;
sebagain besar peserta pelatihan menyatakan (ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak.
Diantara peserta pelatihan yang menjawab tidak dengan alasan guru kesulitan membuat soal evaluasi berbasis

Suhaimi et al. (2023) Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher order thinking skills (HOTS) bagi guru | 4
SERIBU SUNGAI: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 1 Issue 1, Juli 2023, 1-6

HOTS dengan langkah yang benar karena guru tidak menguasai Cara membuat soal HOTS prosedurnya dapat
anda ikuti pada langkah-langkah penyusunan Soal HOTS.
Soal pretest untuk pertanyaan apakah Anda sudah membuat soal yang memuat penalaran yang lebih
tinggi (HOTS) untuk masing-masing mata pelajaran di Sekolah Dasar, sebagain besar peserta pelatihan
menyatakan (ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak. Diantara peserta pelatihan yang
menjawab tidak dengan alasan guru kesulitan membuat soal yang memuat penalaran yang lebih tinggi (HOTS)
yaitu a) Sulit membuat stimulus dan kalimat soal dengan baik, b) Kurang menguasai penerapan taksonomi
Bloom (yang direvisi Anderson) dan c) waktu yang dibutuhkan di kelas tidak cukup.
Hasil analisa skor pretest dan posttest diperoleh nilai rata-rata pretest adalah 59,72 dan rata-rata hasil
posttest adalah 83,33. Persentase peningkatan sebesar 42,58%. Persentase peningkatan tersebut menunjukkan
bahwa pelatihan yang diberikan memberikan manfaat bagi peningkatan pengetahuan guru-guru di SDN
Kecamatan Banjarmasin Utara tentang pengembangan pembelajaran berorientasi Higher Order Thinking Skills
(HOTS).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, maka beberapa hal dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
1) Rata-rata nilai pre test adalah 59,72 dan rata-rata hasil post test adalah 83,33. Persentase peningkatan
sebesar 42,58% menunjukkan bahwa pemberian pelatihan memberikan manfaat dalam meningkatkan
pengetahuan guru-guru di SDN Kecamatan Banjarmasin Utara tentang pengembangan pembelajaran
berorientasi Higher Order Thinking Skills (HOTS).
2) Berdasarkan hasil jawaban peserta pelatihan pada soal pre test maupun post test, tentang:
a) Mempraktikkan dengan baik prilaku pendekatan saintifik (5M) dalam pembelajaran;
b) Memberi motivasi diawal pembelajaran dengan mempraktikkan prilaku membuka pelajaran dengan
pertanyaan–pertanyaan yang mengarah pada keterampilan berpikir tingkat tinggi;
c) Membuat Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) K13 yang digunakan untuk pembelajaran
HOTS;
d) Menjalankan sintak pembelajaran yang bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan untuk
pembelajaran HOTS;
e) Menggunakan model pembelajaran yang bervariasi bercirikan Strategi pembelajaran yang terapkan
untuk pembelajaran HOTS;
f) Membuat soal evaluasi berbasis HOTS dengan langkah prosedur, sebagain besar peserta pelatihan
menyatakan (ya) sudah terlaksana dan sebagian kecil saja menjawab tidak dengan alasan guru kesulitan
yaitu belum mendapat pengetahuan yang utuh dari pembelajaran berorientasi HOTS; sulit membuat
stimulus dan kalimat soal dengan baik; kurang menguasai penerapan taksonomi Bloom (yang direvisi
Anderson) dan waktu yang dibutuhkan di kelas tidak cukup.

DAFTAR PUSTAKA
Langrehr, J. (2018). Learn to think: basic exercises in the core thinking skills for ages 6-11. New York: A David Fulton
book
Lestari, T. K. (2015). Higher Order Thinking Skill (HOTS). http://trikurniahlestari- ririn- mpm.blogspot.co.id/ 2015/
10/ hots- metode-pembelajaran- matematika.html
Newman, F. M. & Gary, G. W. (2013). Five standards of authentic instruction. Educational leadership. Association for
supervision and curriculum development. http://www. pdonline.ascd.org/ pd_online/diffinstr/el199304
Puchta, H. (2012). Developing thinking skills in the young learners’ classroom. http://www.herbertpuchta.com/wp-
content/files_mf/ 1337014114YL_Thinking_booklet.pdf
Rajendran, N. (2012). Using constructivist approach to teach higher-order thinking skills: Transforming teaching
practice to facilitate mindful learning. Paper presented at the 10th International Conference on Thinking.
http://www.nsrajendran.com/ documents/ articles/ harrogate2012.pdf
Resnick, L. B. (1987). Education and learning to think. Washington DC: National Academy Press
Suhaya. (2015). Pembelajaran dan penilaian di Sekolah Dasar.
http://suhayasip.blogspot.co.id/2014/10/pembelajaran-dan-penilai-an. html (visited Oct 20, 2015)
Titus, H. H. (1959). Living issues in philosophy. New York: American Book
Thomas, A & Thorne, G. (2019). How to increase higher level thinking. http://increase-high-order-thinking/(visited Oct
20, 2019)

Suhaimi et al. (2023) Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher order thinking skills (HOTS) bagi guru | 5
SERIBU SUNGAI: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 1 Issue 1, Juli 2023, 1-6

Yang, Y. T. C. (2015). Virtual CEOs: A blended approach to digital gaming for enhancing higher order thinking and
academic achievement among vocational high schoolstudents. Computers & Education, 81, 281-295.
Yen, T. S., & Halili, S. H. (2015). Effective teaching of higher order thinking (HOT) in education. The Online Journal of
Distance Education and e-Learning, 3(2), 41-47
Zohar, A & Dori, Y. J. (2013). Higher order thinking skill and low achieving students: Are there mutually
exclusive? http://www.cc.gatech.edu/lst/jls/vol12no2.html#Article1.

Suhaimi et al. (2023) Pelatihan pengembangan pembelajaran berorientasi higher order thinking skills (HOTS) bagi guru | 6

Anda mungkin juga menyukai