Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL MIKOLOGI

PENGARUH PEMBERIAN FUNGI MIKORIZA DAN PUPUK KANDANG PADA


TANAMAN KANGKUNG (Ipomea reptans poir.)

Oleh :

NAMA NIM
Atika Puspita Anggraeni 4203520018
Muhammad Farhan Pulungan 4203220042
Rumiris Fanessa Sitorus 4202520006

BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
karunia, serta berkah-Nya, yang telah melimpahkan kekuatan dan ilmu pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Tak lupa pula shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
umat manusia menuju jalan yang benar.

Penyusunan proposal ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis secara mendalam
tentang "Pengaruh Pemberian Fungi Mikoriza dan Pupuk Kandang pada Tanaman Kangkung
(Ipomea reptans poir.) Dalam proses penyusunannya, kami telah melibatkan berbagai pihak
yang turut memberikan dukungan, dorongan, dan saran berharga sehingga proposal ini dapat
tersusun dengan baik. Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dosen Pembimbing bapak Ahmad Shafwan S. Pulungan, S.Pd., M.Si. yang telah
memberikan arahan, bimbingan, serta masukan yang sangat berharga dalam penyusunan
proposal ini. Keberadaan Anda sebagai dosen pembimbing telah memberikan inspirasi dan
pencerahan dalam langkah-langkah kami. Semua kontribusi, dukungan, dan masukan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak tersebut di atas menjadi modal berharga dalam perjalanan kami
menyusun proposal ini. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk pengembangan
lebih lanjut.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, khususnya dalam bidang
pertumbuhan tanaman kangkung melalui pemberian fungi mikoriza dan pupuk kandang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................5
1.3 Manfaat Penelitian.............................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORITIS...............................................................................................................................6
2.1 Deskripsi Tanaman kangkung...............................................................................................................6
2.1.1 Morfologi....................................................................................................................................6
2.1.2 Klasifikasi.......................................................................................................................................6
2.1.3 Cekaman Kekeringan..................................................................................................................7
2.1.4 Mekanisme Ketahanan Tumbuhan Terhadap Cekaman Kekeringan...........................................8
2.1.5 Mikoriza.....................................................................................................................................8
2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Mikoriza.......................................................................................10
2.1.7 Pupuk Kandang........................................................................................................................10
2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Kandang.............................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................13
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................13
3.1 Tahap Persiapan...............................................................................................................................13
3.1.1 Lokasi Penelitian......................................................................................................................13
3.1.2 Waktu Pelaksanaan...................................................................................................................13
3.2 Tahap Pelaksanaan..........................................................................................................................13
3.2.1 Alat dan Bahan yang digunakan...............................................................................................13
3.2.2 Prosedur Pembuatan.................................................................................................................13
3.3 Tahap Pengamatan..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kangkung darat (Ipomea reptans poir.) merupakan salah satu jenis tanaman sayur yang
tergolong dalam Famili Convolvulaceae dan banyak digemari oleh seluruh lapisan
Masyarakat. Kangkong merupakan salah satu jenis sayuran yang bernilai ekonomi dan sangat
popular termasuk di Indonesia, selain harganya yang terjangkau juga mengandung gizi yang
cukup tinggi. Tanaman kangkung dapat mudah hidup dalam tingkat kesuburan tanah tinggi
maupun rendah. Factor yang pertumbuhan tanaman kangkong adalah Cahaya matahari, air,
dan unsur hara untuk mencukupi fotosintesis. Tanaman kangkong darat termasuk tanaman
sayuran yang berumur pendek. Pemilihan tanaman kangkong sebagai tanaman uji
dikarenakan kangkong termasuk dalam tanaman yang berumur pendek sehingga tanaman ini
memiliki respon yang cepat terlihat yang bersifat merangsangan pertumbuhan.
Salah satu mikroba tanah yang dapat dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman adalah fungi mikoriza arbuskula. Telah diketahui bahwa fungi
mikoriza merupakan salah satu agen hayati yang berasosiasi dengan akar dari tumbuhan
hidup terutama untuk transfer hara.

Mikoriza arbuscular adalah kelompokjamur tanah yang hidupnya memilih untuk bekerja
sama dengan akar tanaman, agar jamur ini mendapat pasokan gula cair dari tanaman, dan
sebaliknya jamur ini menukarkanya dalam bentuk air dan unsur hara yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman. Adanya berbagai macam mikoriza arbuscular pada tanaman memiliki
banyak manfaat yang sangat besar bagi tanaman tersebut seperti, membantu meningkatkan
penyerapan unsur – unsur hara dan nutrisi yang penting bagi tanaman.Mikoriza arbuscular
bertujuan untuk memperbaiki tingkat serapan hara dan air terutama unsur fosfor dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen tanah melalui simbiosis
antaramikoriza arbuscular dengan akar tanaman. Secara tidak langsungmikoriza arbuscular
dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman melalui hifa eksternal yang
mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara lain oleh tanaman. Ukuran hifa yang sangat
halus pada bulu-bulu akar memungkinkan hifa dapat menyusup ke pori - pori tanah yang
paling halus sehingga hifa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah.
Serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza juga akan membawa unsur hara
sepertifosfor.

Mikoriza memiliki akses terhadap sumber P anorganik yang relatif tidak dapat larut.
Selain itu, mikoriza arbuscular merupakan salah satu mikroorganisme potensial dengan
adanya pemberian mikoriza arbuscular pada tanaman dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman dengan meningkatkan penyerapan unsur hara terutama fosfor, selain membantu
penyerapan unsur hara, mikoriza juga lebih tahan terhadap serangan patogen dan lebih
toleran terhadap tekanan lingkungan seperti kekeringan, suhu, ekstrim dan kemasaman tanah,
mikoriza dapat menangkal keracunan oleh Al dan konsentrasi H yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh fungi mikoriza dan pupuk kandang terhadap pertumbuhan
kangkong ?
2. Berapa dosis fungi mikoriza dan pupuk kandang yang terbaik terhadap pertumbuhan
kangkong ?

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengetahui dosis FMA yang
terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan kangkung.
2. Memberikan upaya peningkatan pertumbuhan bibit tanaman dengan menggunakan
Fungi Mikoriza Arbuskular
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Deskripsi Tanaman kangkung

2.1.1 Morfologi

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.
Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akar
menyebar ke semua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100
cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis
kangkung air (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak
daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk
daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau
tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase
pertumbuhannya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama
jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk terompet dan
daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Ashari 1995). Batang
kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceous)
dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan
setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.
Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah
tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur
buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi- segi atau tegak bulat.
Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua (Ashari
1995).

2.1.2 Klasifikasi

Klasifikasi Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir)


Tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir) Merupakan salah satu tanaman yang
tidak asing bagi kita. Tanaman kangkung ini sangat mudah di jumpai dan di
budidayakan baik di daratan maupun di perairan. Tanaman kangkung berasal dari
Asia dan Afrika yang menyebarluas keberbagai benua terutamanya benua Asia yaitu
indonesia dan lainnya. Menurut (Djuariah, 2007)., sistematiks tanaman kangkung
darat (Ipomoea reptans Poir) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Convolvulaceae
Genus :Ipomea
Spesies : Ipomea reptans Poir

Berdasarkan klasifikasi tanaman kangkung di atas, maka secara morfologi


tanaman kangkung memiliki dua varietas yaitu kangkung air dan kangkung darat.
Kangkung darat, yang mempunyai daun-daun yang panjang dengan ujung yang
runcing, berwarna hijau keputih-putihan dan bunganya berwarna putih. Misal, sutera,
Bangkok, dan lain-lain. Kangkung darat biasanya ditanam di tempattempat yang agak
kering, sedangkan kangkung air biasa ditanam di pinggirpinggir kolam, rawa dan
lain-lain. (Djuariah, 2007)..

2.1.3 Cekaman Kekeringan

Menurut Purwanto dan Agustono (2010) cekaman kekeringan adalah kondisi


minimnya kadar air tanah yang berpengaruh terhadap kondisi tanaman, sedangkan untuk
melangsungkan siklus hidupya setiap tanaman membutuhkan air. Apabila sumber air
terbatas maka akan berdampak pada berkurangnya hasil panen tanaman budidaya
(Gardner et al.,1991).
Tanaman memperoleh air melalui penyerapan pada akar. Penyerapan pada akar
terjadi dengan adanya kandungan air yang terikat dalam tanah serta kemampuan akar itu
sendiri untuk menyerap (Jumin, 1992). Perubahan iklim berupa kemarau berkepanjangan
akibat global warming dapat menurunkan ketersediaan air tanah. Hal ini menyebabkan
minimnya kadar air yang terkandung di dalam tanah (Nio Song dan Lenak., 2014).
Kondisi air yang minim juga dapat berpengaruh pada sifat kimia dan fisika tanah seperti
pH, kandungan fosfor, nitrogen, kalium serta bahan organik lainnya sedangkan bahan-
bahan tersebut merupakan nutrisi yang dibutuhkan bagi tanaman untuk proses
metabolisme (Dhlilion & Friese, 1997).
Minimnya air akan mengakibatkan menutupnya stomata karena turgor yang
menurun pada sel daun sehingga menyebabkan menurunnya fotosintesis (Karti, 2004).
Kondisi kekeringan ini mengganggu aktivitas fisiologis dan morfologis, dan jika terjadi
secara terus menerus akan menyebabkan perubahan secara irreversibel (tidak dapat
kembali lagi) dan menyebabkan kematian.
2.1.4 Mekanisme Ketahanan Tumbuhan Terhadap Cekaman Kekeringan

Cekaman kekeringan menjadi faktor eksternal yang berpengaruh terhadap


pertumbuhan tanaman (Farooq et al., 2009). Tumbuhan yang mengalami kekeringan akan
menutup stomata pada daunnya. Stomata dapat menutup karena adanya penimbunan
absisic acid (ABA) yang merangsang stomata untuk menutup (Gardner et al., 1991). Hal
tersebut mengakibatkan CO2 tidak dapat masuk melalui stomata dan menurunkan proses
fotosintesis. Dampak lain yang terjadi dalam tumbuhan yaitu terhambatnya sintesis
protein dan dinding sel (Salisbury and Ross, 1995). Selain menghambat fotosintesis dan
integritas dinding sel, cekaman kekeringan ini berdampak pada semua aspek
pertumbuhan dan metabolisme tumbuhan. Hal lain yang juga terpengaruh yaitu
kandungan pigmen dan keseimbangan osmotik dalam tumbuhan (Anjum et al., 2011).

Proses adaptasi yang terjadi dalam tumbuhan akibat cekaman kekeringan ini
berbeda satu sama lain tergantung tahap-tahap yang ada dalam perkembangan tumbuhan
itu sendiri (Anjum et al., 2011). Mekanisme adaptasi terhadap kekeringan dapat
dilakukan oleh tumbuhan dengan cara menggulung daun yang dilakukan oleh tumbuhan
monokotil dengan tujuan untuk menurunkan laju evaporasi. Proses ini berlangsung
dengan adanya sel kipas yang mana ketika kekurangan air maka jumlah dan ukuran sel
kipas meningkat sehingga daun dapat menggulung (Nio Song dan Lenak, 2014).Bentuk
mekanisme adaptasi lain dalam ketahanan tanaman adalah dengan mempertahankan
status air dalam jaringan sehingga tanaman tetap dapat melangsungkan metabolismenya
pada kondisi status air yang rendah serta memiliki sifat toleran (drought tolerance)
(Levitt, 1980).
Bentuk adaptasi sebagai respon terhadap kekeringan ini dapat berupa perubahan
pertumbuhan seperti penurunan pertumbuhan batang dan daun. Selain adanya perubahan
pertumbuhan juga terjadi perubahan secara biokimia seperti adanya akumulasi senyawa
organik yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan osmotik dalam tubuh tumbuhan
(Arve et al., 2011). Salah satu contoh senyawa organik yang sering terakumulasi adalah
senyawa prolin (Farooq et al., 2009). Selain prolin ada beberapa senyawa lain yang
berperan dalam penyesuaian osmotikal sel antara lain gula osmotik dan protein dehidrin
(Wang et al.,1995).

2.1.5 Mikoriza

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar
tanaman (Djuariah, 2007). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis
ini. Umumya mikoriza dibedakan dalam tiga kelompok , yaitu: endomikoriza atau Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) pada jenis tanaman pertanian, ektomikoriza (pada jenis
tanaman kehutanan), dan ektoendomikoriza (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).
Peranan FMA dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman telah banyak
dilaporkan dan dari hasil penelitian belakangan ini banyak laporan yang memuat aplikasi
dan usaha produksi inokulan FMA yang diusahakan secara komersil (Dewi, 2007).
Tanaman yang mempunyai mikoriza cenderung lebih tahan terhadap kekeringan
dibandingkan dengan tanaman yang tidak mempunyai mikoriza. Rusaknya jaringan
kortek akibat kekeringan dan matinya akar tidak permanen pengaruhnya pada akar yang
bermikoriza. Setelah periode kekurangan air, akar yang bermikoriza akan cepat kembali
normal. Hal ini disebabkan karena hifa jamur mampu menyerap air yang ada pada pori-
pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang
sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat (Dewi,
2007).
Rhizoctonia merupakan jamur mikoriza yang bersimbiosis dengan anggrek
sehingga disebut juga dengan jamur mikoriza anggrekan. Sebutan mikoriza anggrekan
diberikan untuk jamur mikoriza yang ada pada tanaman anggrek. Baik kecambah anggrek
maupun anggrek dewasa (Dewi, 2007). Beberapa spesies genus Rhizoctonia memiliki
sifat sebagai simbion mutualisme atau sebagai patogen. Hal yang menjadi dasar dalam
pengelompokan yaitu warna dan morfologi koloni, jumlah sel inti hifa, karakteristik
pertumbuhan dan patogenesis pada inang (Dewi, 2007). Dilihat dari jumlah sel inti
Rhizoctonia dapat dibagi menjadi tiga kelompok antara lain uninukleat, binukleat, dan
multinukleat (Dewi, 2007).
Aplikasi mikoriza pada tanaman merupakan salah satu upaya untuk mengatasi
terhambatnya pertumbuhan karena cekaman kekeringan. Mikoriza merupakan bentuk
simbiosis mutualisme antara jamur dan sistem akar tanaman tingkat tinggi. Prinsip kerja
mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa
secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu
meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara (Dewi, 2007).
Tirta (2006) meneliti pengaruh kalium dan mikoriza terhadap pertumbuhan bibit
vanili (Vanilla planifolia) menunjukkan bahwa perlakuan mikoriza dan kalium
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan berat segar vanili dengan dosis mikoriza
tertinggi. Puja (2001), menyatakan perlakuan kalium berpengaruh nyata terhadap berat
jerami padi kering, berat gabah berisi kering, dan berat gabah hampa kering. Sejauh ini
belum pernah dilakukan penelitian untuk mendapatkan planlet kangkung air (I. aquatica)
yang tahan terhadap cekaman kekeringan secara In Vitro. Planlet kangkung yang mampu
tumbuh dalam medium yang telah diinokulasi dengan mikoriza nantinya apabila
diregenerasikan diharapkan dapat menghasilkan tanaman kangkung air yang tahan
terhadap cekaman kekeringan.
Mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan
terhadap kekeringan, memproduksi zat pengatur tumbuh, menyerap Ca, Mg serta
beberapa unsur mikro, disamping berfungsi juga sebagai pelindung fisik untuk masuknya
patogen dengan adanya mantel dan dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan
patogen. Inokulasi FMA dapat mengimbas ketahanan tanaman melalui mekanisme
supresif, terhambatnya pertumbuhan propagul efektif dan terhalangnya kolonisasi
patogen pada akar tanaman yang bermikoriza (Dewi, 2007).

2.1.6 Kelebihan dan Kekurangan Mikoriza

Mikoriza merupakan bentuk hubungan simbiosis mutualistik antara fungi dengan


akar tumbuhan tingkat tinggi,tanaman inang memperoleh hara nutrisi sedangkan fungi
memperoleh senyawa karbon hasil fotosintesis. Beberapa manfaat mikoriza bagi
pertumbuhan tanaman antara lain:
1) meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman dari lahan tanah
2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan
3) meningkatkan ketahanan terhadap serangan pathogen
4) menghasilkan beberapa zat pengatur tumbuh
5) beberapa fungi ektomikoriza menghasilkan tubuh buah yang dapat dimakan atau
dikonsumsi manusia,sehingga memberikan hasil hutan non kayu yang bernilai ekonomi
dan gizi yang tinggi
6) perbaikan struktur tanah
7) meningkatkan serapan hara Pospat
Mikoriza terbagi menjadi dua golongan, yaitu endomikoriza dan
ektomikoriza.Endomikoriza adalah mikoriza yang hifa jamurnya menembus akar hingga
masuk jaringan kortek, misalnya, jamur yang hidup pada akar sayuran. Ektomikoriza
adalah mikoriza yang hifanya hanya hidup di daerah permukaan akar, yaitu pada jaringan
epidermis, misalnya pada kulit akar pinus.
Beberapa anggota jamur Zygomycota, Ascomycota, dan Basidiomycota ada yang
menjadi anggota Mikoriza. Simbiosis antara jamur dan akar tanaman ini merupakan
simbiosis mutualisme. Jamur diuntungkan karena mendapat zat organik, sedangkan
tanaman mendapatkan air dan unsur hara. Keduanya saling bergantung. Jika salah satu
mati, yang lain tidak dapat hidup.
Kekurangan mikoriza pada tanaman :
1) proses pembuatannya lebih lama dibandingan menggunakan pupuk kandang.
2) Biaya pembuatannya lebih mahal dibandingkan dengan memakai pupuk kandang.

2.1.7 Pupuk Kandang

Pupuk kandang ialah olahan kotoran hewan, biasanya ternak, yang diberikan pada
lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah. Zat hara yang
dikandung pupuk kandang tergantung dari sumber kotoran bahan bakunya.

Pupuk kandang ternak besar kaya akan nitrogen, dan mineral logam. seperti
magnesium, kalium, dan kalsium. Namun demikian, manfaat utama pupuk kandang
adalah mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar dapat tumbuh secara baik.
Oleh sebab itu pupuk kandang sangat baik digunakan dalam budidaya tanaman ubi jalar
karena pupuk kandang selain dapat memenuhi kebutuhan unsur hara juga dapat
memperbaiki sifat fisik tanah yang akan mempermudah perkembangan umbi ubi jalar
sehingga hasil dari umbi ubi jalar akan lebih besar. Kompos kotoran ternak merupakan
kunci keberhasilan bagi petani lahan kering. Selain mudah didapat kotoran sapi juga
relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan harga pupuk an-organik yang beredar di
pasaran. Hal ini mendorong para petani yang biasa menggunakan pupuk buatan beralih
menggunakan pupuk organik (Dewi, 2007).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran-kotoran ternak,
urine, serta sisa-sisa makanan ternak tersebut. Pupuk kandang ada yang berupa cair dan
ada pula yang berupa padat, tiap jenis pupuk kandang memiliki kelebihan masing-
masingnya. Setiap hewan akan menghasilkan kotoran dalam jumlah dan komposisi yang
beragam. Kandungan hara pada pupuk kandang dapat dipengaruhi oleh jenis ternak, umur
ternak, bentuk fisik ternak, pakan dan air (Dewi, 2007).
Pupuk kandang sapi merupakan pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi
yang baik untuk memperbaiki kesuburan, sifat fisika, kimia dan biologi tanah,
meningkatkan unsur hara makro dan mikro, meningkatkan daya pegang air dan
meningkatkan kapasitas tukar kation (Dewi, 2007).

2.1.8 Kelebihan dan Kekurangan Pupuk Kandang


Menurut Setyamidjadja (1986) fungsi pupuk kandang terhadap tanah pertanian
adalah menambah kandungan bahan organik (humus), meningkatkan kesuburan tanah
dengan menambah unsur hara tanaman, memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah,
dan melindungi tanah terhadap kerusakan akibat erosi. Sarief (1986) menyatakan bahwa
pupuk kandang memiliki sifat yang lebih dari pupuk alam lain maupun pupuk buatan,
kelebihan itu antara lain: merupakan bunga tanah (humus), merupakan sumber hara
nitrogen, fosfor, dan kalium yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, banyak mengandung mikroorganisme serta dapat menaikkan daya menahan air
(water holding capacity).
Jenis kotoran hewan yang umum digunakan adalah kotoran sapi, kerbau,
kelinci,ayam, dan kuda. Namun yang umum digunakan sebagai pupuk kandang adalah
kotoran sapi yang ketersediannya lebih banyak dibandingkan dengan kotoran hewan
lainya (Wang et al.,1995).
Kelebihan dari pupuk kandang sapi adalah dapat memperbaiki struktur tanah,
sebagai penyedia unsur hara makro dan mikro, menambah kemampuan tanah dalam
menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara, serta
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. Sedangkan kelemahan dari penggunaan
pupuk kandang sapi itu sendiri adalah kehilangan NH3 (N), diperlukan waktu dan tenaga,
memerlukan biaya, alat dan, pengoperasiannya, perlunya lahan pengomposan, dan
pemasaran.
Pupuk kandang sapi adalah pupuk kandang yang banyak mengandung lendir dan
air. Pupuk ini terdiri dari 44% bahan padat dan 6,3% bahan cair.Komposisi unsur hara
yang terkandung didalam pupuk kandang sapi yaitu 1,36% N, 0,27% Pdan 0,44% K,
0,57% Ca, 0,11% Mg (Sutedjo, 1994).
Kekurangan pupuk kandang pada tanaman :
1) Harus diberikan dalam jumlah yang besar.
2) Secara perbandingan berat, kadar hara yang tersedia bagi tanaman relatif sedikit.
3) Dapat menurunkan kualitas air bila berdekatan dengan sumber air.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahap Persiapan

3.1.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di rumah kaca Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam,Jurusan Biologi,Universitas Negeri Medan.

3.1.2 Waktu Pelaksanaan


Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari Jumat, 01 September 2023 dan akan diamati
selama 60 hari.

3.2 Tahap Pelaksanaan

3.2.1 Alat dan Bahan yang digunakan


Alat :

No Nama Alat Jumlah


1. Polybag ukuran 10 kg 9 buah
2. Timbangan 1 buah
3. Alat tulis dan Alat dokumentasi 1 set

Bahan :

No Nama Bahan Jumlah


1. Bibit kangkung 1 bungkus
2. Tanah 1 karung
3. Pupuk kandang ½ karung

3.2.2 Prosedur Pembuatan


1. Sediakan alat dan bahan
2. Isi Polybag dengan menggunakan tanah sampai 1/3 polybag.
3. Masing masing polybag yang sudah diisi dengan tanah ditaburi benih
kangkung sebanyak 10 butir bibit kangkung .
4. Kemudian diberikan perlakuan.
3.3 Tahap Pengamatan
Penelitian ini akan dilakukan pengamatan setiap 3 hari sekali, untuk mengetahuo ada
tidaknya pengaruh dari perlakuan pemberian pupuk dan mikoriza. Pengamatan ini akan
dilakukan sebanyak 60 hari dalam bentuk percobaan dua faktorial yang disusun berdasarkan pola
Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dengan variabel penelitian sebagai berikut :

 P(0) = Pemberian tanpa Mikoriza dan Pupuk


 P(1) = Pemberian Pupuk Kandang sebanyak 150 gram
 P(2) = Pemberian Mikoriza sebanyak 2,5 gram/ polybag
 P(3) = Pemberian Mikoriza sebanyak 4 gram/ polybag
 P(4) = Pemberian Mikoriza sebanyak 6 gram/polybag

Adapun pengulangan yang akan dilakukan agar data yang diperoleh lebih akurat adalah sebanyak
3 kali perlakuan.

Pengamatan terhadap karakterisitik kangkung yang dilakukan pada hari ke 60 meliputi:

 Tinggi batang
 Panjang daun
 Lebar daun

Selain itu juga,akan dilakukan pengukuran berat kangkung, dan organ morfologi setelah hari ke
60, sebagai data pengamatan tanaman terhadap perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuariah, D. 2007. Evaluasi Plasma Nutfah Kangkung DiDataran Medium Rancaekek. Jurnal
Hortikultura
Ashari, S., 1995.Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press, Jakarta.
Gardner, F.P., E.B. Pearce., & R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta UI-
Press. Terjemahan: Herawati Susilo.
Dhilion, S.S & C.F. friese. 1997. The occurrence of mycorrhizas in prairie. Apalication to
ecological restoration. Thirteenth North Amecican Prairie Conference. Cambridge University
Press 113.
Karti, P. D. M. H., S . Jayadi,. A. Murtiani, . Y. Mariani . 2000. Pengaruh inokulasi CMA
terhadap pertumbuhan, produksi dan serapan unsur hara pakan ternak . Pros. Sem. Nas .
Mikoriza 1. Bogor. AMI PUA-IPB dan Batitan Kehutanan dan Perkebunan, Bogor .
Jumin, 1992 Jumin H.B., 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi,Rajawali
Press,Yogyakarta
Nio Song dan Banyo, Y. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air
pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains. 11 (2).
Farooq, M., A. Wahid., N.Kobayashi., D. Fujita., & S.M.A. Basra.2009. Plant Drought Stress:
Effects, Mechanisms and Management. Agron. Sustain. Dev. 29 (2009): 185–212. online at:
www.agronomy-journal.org.
Anjum, S.A.,X.Y.xie.,L.C.Wang.,M.F. Salem., C. Man., & W. Lei. 2011. Morphological,
physiological, and Biochemical Responses Of Plants to Drought Stress. African J. of Agric. Res.
6(9): 2026-20203
Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1995. Plant Physiology. 4th edition. Terjemahan Verslues, P.E.,
M. Agarwal, S. Katiyar-Agarwal, J. Zhu and J.-Kang Zhu. 2006. Methods and concepts in
quantifying resistance to drought, salt and freezing, abiotic stresses that affect plant water status.
The Plant Journal, 45 : 523-539.
Levitt, J. 1980. Responses of plants to environmental stresses: Water, radiation, salt, and other
stresses. Vol. II. New York, Academic Press.
Arve, L.E., S.Torre., J.E. Olsen., & K.K.Tanino.2011. Stomatal Responses to Drought Stress and
Air Humidity, Abiotic Stress in Plants - Mechanisms and Adaptations, Arun Shanker and B.
Venkateswarlu (Ed.), ISBN: 978-953-307- 394-1, InTech, Available from:
http://www.intechopen.com/books/abiotic-
stress-in-plants-mechanisms-and-adaptations/stomatal-responses-to-drought- stress-and-air-
humidity
Wang, Z., B. Quebedeaux and G.W. Stutte. 1995. Osmotic adjusment: effect water stress on
carbohydrates in leaves, streams and roots of apple. Aust. J. Plant Physiol., 22 : 747- 7
Dewi, R.I. 2007. Makalah Peran, Prospek dan Kendala dalam Pemanfaatan Endomikoriza.
Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai