Nisrina Nibras TM 6 Fisika
Nisrina Nibras TM 6 Fisika
Si
NIM : J0412231083
1. PENDAHULUAN
1.1. Teori Singkat
Osilasi harmonik atau getaran harmonik adalah gerak bolak-balik melalui titik
kesetimbangan dan dapat digambarkan secara fisis melalui fungsi sinusoidal. Pada
kehidupan sehari-hari gerak osilasi tidaklah ideal seperti yang sering dipelajari. Namun
mengalami peredaman oleh gesekan maupun faktor lain. Gerak osilasi merupakan
salah satu kajian dalam fisika yang aplikasinya sangat banyak dalam kehidupan nyata.
Akan tetapi gerak osilasi yang sering dikaji adalah gerak osilasi secara terpisah,
misalnya gerak osilasi bandul dan gerak osilasi pegas.(Febi & Sustini, 2015)
Gerak osilasi merupakan gerak periodik suatu benda atau sistem mekanik
melalui suatu titik kesetimbangan. Sistem mekanik dapat bergerak secara periodik
yang diakibatkan oleh bekerjanya gaya pemulih pada sistem tersebut (Budi, 2015).
Gaya pemulih yang bekerja adalah sebanding terhadap kedudukan relatif massa
sistem terhadap titik kesetimbangan dan selalu berarah menuju titik kesetimbangan
tersebut. Gerak ini disebut sebagai gerak osilasi harmonis sederhana. Secara
umum sistem mekanik dapat digambarkan oleh sistem bandul matematis dan
sistem pegas-massa.
Figure 2 Osilasi harmonic sederhana pegas-massa
Figure 1 Osilasi harmonik sederhana bandul
matematis
Pegas mengalami gerakan harmonik karena sifat elastisnyaa (Panuluh & Sc,
2019). Karena sifat harmonik ini, pegas yang memiliki gaya tekan dan regang pun
dapat kembali pada bentuk awal setelah gaya yang diberikan padanya dihilangkan.
Hubungan antara gaya yang dibutuhkan pegas untuk meregang atau kompresi dalam
ukuran panjang secara linier data dihubungkan melalui Hukum Hooke. Hukum hooke
merumuskan suatu hukum tentang gaya pegas. “besarnya gaya yang diberikan pada
pegas sebanding sengan tetapan pegas (k) dan perubahan panjangnya ( ∆𝑙� ) (Kharida
et al., 2009).
Tujuan
Menentukan konstanta pegas dan hubungannya dengan massa beban
Menentukan konstanta pegas dan hubungannya dengan periode pegas
1.2. Alat dan Bahan
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hubungan Konstanta Pegas dan Massa Beban Pegas
No m Fr L0 L1 L2 L3 L4 L5 𝑙̅ SdL ∆l
1 50 0.49 10.3 10.9 10.9 10.9 10.9 10.9 10.9 0 0.6
2 100 0.98 10.3 11.6 11.6 11.6 11.6 11.6 11.6 0 1.3
3 150 1.47 10.3 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 12.1 0 1.8
4 200 1.96 10.4 13 13 13 13 13 13 0 2.6
2.1.1. Olahan Data Menentukan Regangan (∆𝑥) untuk Setiap Jenis Variasi Beban
Regangan untuk massa 50 gram
∆𝑥� = 𝑥�̅− 𝑥�0
∆𝑥� = 0.109 𝑚� − 0.10 3𝑚�
∆𝑥� = 0.006m
Regangan untuk massa 100 gram
∆𝑥� = 𝑥�̅− 𝑥�0
∆𝑥� = 0.116 𝑚� − 0.10 3𝑚�
∆𝑥� = 0.013m
Regangan untuk massa 150 gram
∆𝑥� = 𝑥�̅− 𝑥�0
∆𝑥� = 0.121 𝑚� − 0.10 3𝑚�
∆𝑥� = 0.018m
Regangan untuk massa 200 gram
∆𝑥� = 𝑥�̅− 𝑥�0
∆𝑥� = 0.13 𝑚� − 0.10 3𝑚�
∆𝑥� = 0.026m
2.1.2. Kurva Hubungan Gaya Pemulih (𝐹𝑟 ) Sebagai Sumbu x dengan Pertambahan
Panjang (∆𝑥) Sebagai Sumbu y.
0.03
0.02
0.018
0.015
0.013
0.01
0.006
0.005
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
𝑘� = 74.79 𝑁�⁄m
2.1.5. Hubungan antara Massa Beban (m) dan Pertambahan Panjang (∆𝑥)
Berdasarkan Grafik hubungan antara massa beban (m) dengan pertambahan
panjang (Δl) yaitu berbanding lurus. Jadi, semakin besar massa beban, maka
semakin panjang pertambahan panjang pegas yang didapatkan, begitu juga
sebaliknya. Semakin kecil massa beban (m) maka semakin pula pertambahan
panjangnya. Hal ini sesuai dengan Hukum Hooke yaitu massa beban akan
berbanding lurus dengan pertambahan panjang.
2.1.6. Hubungan antara Massa Beban (m) dan Pertambahan Panjang (∆𝑥) serta
Hubungan nya dengan Standar Deviasi (𝑠𝑑 𝑥)nya.
Berdasarkan grafik diperoleh bahwa, tidak terdapat nilai pertambahan panjang,
sehingga masing-masing massa beban memiliki standar deviasi (sdl) yang kecil
atau nol.
2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Nilai Konstanta Pegas
No m T1 T2 T3 T4 T5 𝑇̅ SdT 𝑇̅2
1 50 0.24 0.24 0.242 0.238 0.238 0.2396 0.001673 0.057408
2 100 0.276 0.27 0.272 0.27 0.274 0.2724 0.002608 0.074202
3 150 0.338 0.338 0.34 0.34 0.342 0.3396 0.001673 0.115328
4 200 0.38 0.378 0.378 0.38 0.38 0.3792 0.001095 0.143793
m= 50 gr,
4x3.142
maka (k) =� 0.2396 = 1.97192 𝑁�/𝑚�
m= 100 gr,
4x3.142
maka (k) ==� 0.2724 = 3.94384 𝑁�/𝑚�
m= 150 gr,
4x3.142
maka (k) = =5.91576 𝑁�/𝑚�
0.3396
m= 200 gr,
4x3.142
maka (k) = �= 7.88768 𝑁�/𝑚�
0.3792
2.1.9. Kurva Hubungan massa beban (m) sebagai sumbu x (harus dalam gram) dengan
kuadrat periode (𝑇 2 ) sebagai sumbu y
0.16
y = 0.0152x + 0.0226
0.14
R² = 0.9778
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
1.5 2.5 3.5 4.5 5.5 6.5 7.5 8.5
2.1.10. Faktor Penyebab Perbedaan pada Nilai Kuadrat Periode (𝑇 2 )
Berdasarkan grafik, dapat kita lihat bahwa tidak terdapat nilai kuadrat periode
(T2) yang jauh berbeda dari nilai yang lain, sehingga masing-masing massa beban
memiliki standar deviasi yang kecil .
2.1.11. Hubungan Antara Penambahan Beban dan Kuadrat Periode Pegas
Berdasarkan grafik, hubungan antara penambahan beban (∆l) dan kuadrat
periode pegas (T2) yaitu berbanding lurus. Sehingga semakin besar massa
beban, maka semakin besar kuadrat periode pegas (T2) yang dihasilkan begitu
juga sebaliknya.
2.1.12. Hubungan Konstanta Pegas dan Kuadrat Periode Pegas
Hubungan antara konstanta pegas dan kuadrat periode pegas (T2) yaitu
berbanding terbalik. Sehingga semakin besar kuadrat periode pegas maka
semakin kecil konstanta pegas yang didapatkan.
m T k
0.1 1.987 1
0.2 2.81 1
0.3 3.441 1
0.4 3.974 1
0.5 4.443 1
0.6 4.867 1
0.7 5.257 1
0.8 5.62 1
2.2.1. Kurva Hubungan penambahan beban (sebagai sumbu-x) dan periode (sebagai
sumbu-y)
7
6 y = 5.0492x + 1.7778
R² = 0.9811
5
4
3
2
1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Berdasarkan grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa massa beban berbanding
lurus dengan kuadrat periode pegas (atau periode pegas berbanding lurus dengan akar
kuadrat massa beban). Semakin besar massa, maka semakin besar periode pegas yang
dihasilkan
Tabel 3.2
k t m
2 1.987 2
3 1.622 2
4 1.405 2
5 1.257 2
6 1.147 2
2.3.2 Kurva perubahan konstanta pegas (sebagai sumbu-x) terhadap regangan dan
periode (sebagai sumbu-y)
t
2.5
1.5
y = -0.2045x + 2.3016
1 R² = 0.9432
0.5
0
2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5
3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan semakin besar
massa beban yang digantungkan pada pegas, maka semakin besar pertambahan
panjang pegas yang didapatkan. Besarnya nilai konstanta pegas dipengaruhi oleh jenis
bahan pegas, jumlah lilitan pegas, dan luas permukaan pegas. Semakin besar
pertambahan panjang pegas, maka senakin kecil konstanta pegas yang dihasilkan.
Penambahan beban berbanding lurus dengan kuadrat periode pegas (T2). Sedangkan
nilai kontanta pegas berbanding terbalik dengan dengan kuadrat periode pegas (T2).
Pada hasil grafik simuliasi ke-1 dapat disimpulkan massa beban berbanding lurus dengan
kuadrat periode pegas (atau periode pegas berbanding lurus dengan akar kuadrat massa
beban). Dan pada hasil grafik simulasi ke-2 dapat disimpulkan bahwa bahwa konstanta
pegas berbanding terbalik dengan periode dan regangan.
4. DAFTAR PUSTAKA
Budi, E. (2015). Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis. Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Fisika, 01(2), 59–66. https://doi.org/10.21009/1.01210
Elisa, & Claudya, Y. (2016). Penentuan Konstanta Pegas dengan Cara Statis dan Dinamis.
Jurnal Fisika Edukasi, 3(1), 1–57.
Febi, W., & Sustini, E. (2015). Kajian Gerak Osilasi Sistem Pasangan Antara Pegas Dan
Bandul. Seminar Nasional Jurusan Fisika Fmipa Um 2015, 145–147.
file:///C:/Users/user/Downloads/Fisika2015_02 Model Wilda Febri.PDF
Kharida, L. A., Rusilowati, A., & Pratiknyo, K. (2009). Penerapan model pembelajaran
berbasis masalah untuk peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan elastisitas
bahan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5(2), 83–89.
Panuluh, A. H., & Sc, M. (2019). Pembelajaran 6. Elastisitas dan Gerak Harmonik. 81–96.
5. LAMPIRAN