Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP)

Vol. 2, No. 2, Agustus 2020, 126-138


ISSN 2686-1836 (Print), ISSN 2716-0742 (Online)
Available Online at http://ejournal.ipdn.ac.id/JPKP
Department of Management of Public Security and Safety, Faculty of Governance Law,
Institute of Home Affairs Governance (IPDN)
DOI: https://doi.org/10.33701/jpkp.v2i2.1113
Received: 2020-06-16; Accepted: 2020-07-01; Published: 2020-08-01

MANAJEMEN KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI POTENSI BENCANA


DI KABUPATEN SUMEDANG

Ida Yunari Ristiani1,2


1
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Jl. Ir. Soekarno Km. 20, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
2
Corresponding author: idayunarir@ipdn.ac.id

ABSTRACT
Preparedness Management to face disaster Sumedang Regional Government in synergy with
the TNI / Polri, Basarnas, BPBD, and Disaster Volunteers. Data from the Sumedang BPBD
in 2019 approximately 326 events, the highest disasters were fires, landslides and floods. The
purpose of this study was to determine community preparedness with a qualitative method
with a descriptive approach. The process of collecting data is by observation, interview and
documentation. The results of the study there are 4 items: organizational elements,
counseling and training, disaster mitigation, risk, danger, vulnerability, ability, and 4 stages
of training. A study of these four items is very useful for communities in potential disaster
areas.
Keywords: Management, Preparedness and Potential Disasters.

ABSTRAK
Manajemen Kesiapsiagaan menghadapi bencana Pemerintah Daerah Sumedang bersinergi
dengan TNI/Polri, Basarnas, BPBD, dan Relawan Kebencanaan. Data dari BPBD Sumedang
tahun 2019 kurang lebih 326 kejadian bencana, yang paling tinggi adalah kebakaran, longsor
dan banjir. Tujuan penelitian untuk mengetahui kesiapsiagaan masyarakat dengan metode
kualitatif pendekatan deskriptif. Proses pengambilan data dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian terdapat 4 item yaitu: unsur organisasi, penyuluhan dan
pelatihan, mitigasi bencana, resiko, bahaya, kerentanan, kemampuan, dan 4 tahap pelatihan.
Kajian tentang keempat item tersebut sangat berguna bagi masyarakat di wilayah potensi
bencana.
Kata Kunci: Manajemen, Kesiapsiagaan, dan Potensi Bencana.

Copyright (c) 2020 Ida Yunari Ristiani


This work is licensed under the Creative | 126
Commons Attribution-NonCommercial-
ShareAlike 4.0 International License.
PENDAHULUAN 4. Lebih dari 1000 meter dari permukaan
Kondisi Topografi wilayah laut, meliputi:
Kabupaten Sumedang yang tersebar dalam Sebagian besar wilayah Kecamatan
26 kecamatan merupakan daerah berbukit Sukasari, Cimanggung dan Cibugel,
dan pegunungan dengan ketinggian antara serta sebagian kecil wilayah
25 m – 1.667 m di atas permukaan laut. Kecamatan Rancakalong, Pamulihan,
Sebagian besar wilayah berupa Sumedang Selatan, Situraja,
pegunungan/dataran tinggi, kecuali di Darmaraja, Wado, Paseh, Conggeang,
sebagian kecil wilayah utara berupa Buahdua dan Cimalaka yang
dataran rendah. Terdapat Gunung merupakan puncak Gunung
(Tampomas (1.667 m) yang berada di Tampomas.
utara perkotaan Sumedang. Kondisi ini Sedangkan untuk kemiringan lereng
menyebabkan potensi terjadinya bencana dinyatakan dalam derajat atau persen.
pergerakan tanah/longsor makin tinggi Kemiringan lereng merupakan salah satu
diseluruh kecamatan di Sumedang, faktor yang sangat mempengaruhi
khususnya di musim hujan. besarnya erosi. Selain memperbesar
Berdasarkan gambaran umum rata- jumlah aliran permukaan, makin curamnya
rata 43,73 persen wilayah Kabupaten lereng juga memperbesar kecepatan aliran
Sumedang terletak pada kisaran ketinggian permukaan yang selanjutnya memperbesar
501 – 1000 m dpl. Secara umum energi angkut air. Jika lereng permukaan
klasifikasi kelas ketinggian wilayah tanah menjadi dua kali lebih curam maka
Kabupaten Sumedang dapat dibagi atas: banyaknya erosi persatuan luas akan
1. 20 – 100 meter di atas permukaan laut, menjadi 2.0 – 2.5 kali lebih banyak.
meliputi: Berdasarkan gambaran umum
Sebagian besar wilayah Kecamatan tersebut, diketahui kelas kemiringan lereng
Tomo serta Kecamatan Ujungjaya terjadi di Kabupaten Sumedang terdiri dari
serta sebagian kecil bagian utara kelas 1 (satu) hingga kelas 6 (enam). Kelas
Kecamatan Buahdua dan Kecamatan kemiringan lereng yang dominan di
Surian. Kabupaten Sumedang adalah kelas 4,
2. 101 – 500 meter dari permukaan laut, sedangkan kelas 1, 2 dan 3 nampak
meliputi: seimbang. Kemudian kemiringan yang
Sebagian besar Kecamatan Surian, paling sedikit adalah kelas kemiringan 6
Buahdua, Conggeang, Paseh, (enam). Semakin tinggi kelas kemiringan
Tanjungkerta, Situraja, Cisitu, Jatigede lereng maka akan semakin besar pula
dan Kecamatan Jatinunggal, serta kemungkinan terjadinya erosi yang akan
sebagian kecil wilayah Kecamatan mempengaruhi tingkat sedimentasi.
Wado, Darmaraja, Sumedang Utara, 1. 0 – 8%, merupakan daerah datar
Sumedang Selatan dan Kecamatan hingga berombak dengan luas area
Tanjungmedar. sekitar 8,24%. Kemiringan wilayah
3. 501 – 1000 meter dari permukaan laut, dengan tipe ini dominan di bagian
meliputi: timur laut Kabupaten Sumedang yaitu
Sebagian besar wilayah Kecamatan pada Kecamatan Ujungjaya, Tomo
Cimalaka, Cisarua, Sumedang Utara, dan sebagian dari Kecamatan
Sumedang Selatan, Tanjungmedar,
Conggeang, Kecamatan Surian pada
Rancakalong, Pamulihan, Tanjungsari,
Jatinunggal, Cimanggung, Paseh dan bagian utaranya.
Cibugel, serta sebagian kecil wilayah 2. 8 – 15%, merupakan daerah berombak
Kecamatan Tanjungkerta, Buahdua, sampai bergelombang dengan area
Conggeang dan Kecamatan Wado. sekitar 8,37%. Wilayah Kabupaten

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 127
Sumedang yang dominan dengan Dengan demikian berdasarkan
kemiringan tipe ini terletak di bagian topografi di atas bahwa Kabupaten
tengah dan utara, bagian barat laut Sumedang berpotensi terhadap bencana
terutama banjir, longsor dan badai.
serta bagian barat daya yaitu pada
Sehubungan hal tersebut Kabupaten
bagian selatan Kecamatan Surian dan Sumedang dalam rangka menghadapi
Kecamatan Conggeang. potensi bencana memerlukan beberapa
3. 15 – 25%, merupakan daerah persiapan-persiapan bagi manajemen
bergelombang sampai berbukit dengan kesiapsiagaan dalam potensi bencana yaitu
komposisi area mencakup 46,38%. tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap
Kemiringan lereng tipe ini paling pelaksanaan dan tahap evaluasi dan
rencana perbaikan.
dominan di Wilayah Kabupaten
Paradigma kebencanaan yang ke
Sumedang, persebarannya berada di belakang berfokus pada penanganan
bagian tengah sampai ke tenggara, kedaruratan saja sekarang mengalami
bagian selatan sampai barat daya dan perubahan paradigma menjadi
bagian barat yaitu pada Kecamatan pengurangan risiko bencana yang
Tanjungmedar, Tanjungkerta, diwujudkan dalam bentuk kesiapsiagaan
Buahdua, Paseh, Cimalaka, Cisarua, aparat dan masyarakat. Pergeseran
paradigma ini telah mendorong perubahan
Cisitu, Situraja, Sumedang Utara,
radikal cara pandang terhadap
Jatinunggal dan Kecamatan Jatigede. penanggulangan bencana. Jika sebelumnya
4. 25 – 45%, merupakan daerah berbukit penanggulangan bencana merupakan
sampai bergunung dengan luas area tindakan yang terbatas pada keadaan
sekitar 21,58%. Kemiringan lereng darurat saja, sekarang dan ke depan
tipe ini dominan di wilayah penanggulangan bencana dipandang
sebagai suatu upaya yang menitikberatkan
Kabupaten Sumedang bagian tengah,
kepada manajemen kesiapsiagaan dalam
bagian selatan dan bagian timur yaitu menghadapi potensi bencana.
Kecamatan Cimanggung, Jatinangor, Hal ini sejalan Undang-Undang
Pamulihan, Ganeas, Cibugel, Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Sumedang Selatan, dan pada bagian Penanggulangan Bencana dimana
selatan Kecamatan Wado. tanggung jawab penyelenggaraan
5. 45-60%, merupakan daerah penanggulangan bencana tidak hanya
dilakukan oleh pemerintah pusat dan
bergunung dengan luas area sekitar
pemerintah daerah saja tetapi melibatkan
18% yang dominan di wilayah seluruh unsur masyarakat. Secara konkrit,
Kabupaten Sumedang bagian selatan, upaya yang dilakukan dengan peningkatan
bagian timur serta bagian barat yaitu kapasitas dan peran dari masyarakat yang
pada Kecamatan Sukasari, berpijak pada kemitraan publik dengan
Cimanggung dan Kecamatan Wado. pengurangan resiko bencana yang tidak
6. >60%, merupakan daerah terjal dan mengesampingkan muatan lokal dan
kearifan lokal di masing-masing daerah.
mempunyai area di sekitar
Berdasarkan latar belakang di atas,
pegunungan yang berada di sekitar rumusan masalah dalam penelitian ini
Kabupaten Sumedang seluas 1,43%. adalah:1) Bagaimanakah manajemen
Kemiringan ini berada pada kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi
Kecamatan Surian, Cimanggung, bencana di Kabupaten Sumedang?; 2)
Cibugel dan Kecamatan Wado. Bagaimanakah kesiapsiagaan dan
partisipasi masyarakat dalam
(Sumber: Bappeda Kab. Sumedang)

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 128
penanggulangan bencana alam di melalui pelatihan atau memberikan
Kabupaten Sumedang? Kemudian, tujuan contoh bagi yang lainnya.
penelitian ini untuk mengetahui dan 3. Aksi, melihat bagaimana
mendeskripsikan manajemen
pelaksanaan dari perencanaan yang
kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi
bencana di Kabupaten Sumedang serta sudah disusun oleh organisasi yang
kesiapsiagaan dan partisipasi masyarakat sudah terbentuk. Komponen yang
dalam menghadapi bencana di Kabupaten termasuk dalam aspek ini berupa
Sumedang. sistem peringatan dini, penyediaan
kebutuhan dasar, lokasi evakuasi,
KAJIAN TEORI dan penyediaan barang serta
Undang-Undang Republik Indonesia
peralatan pemulihan prasarana dan
No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana adalah sarana.
peristiwa/rangkaian peristiwa yang 4. Kontrol, mengkaji bagaimana
mengancam dan mengganggu kehidupan pengawasan yang dilakukan oleh
dan penghidupan masyarakat yang pihak yang berada di luar organisasi
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau masyarakat ini, seperti pemerintah
faktor non alam maupun faktor manusia setempat yang berwewenang.
sehingga mengakibatkan timbulnya korban
Pengawasan yang dilakukan oleh
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak pemerintah terhadap organisasi
psikologis. Bencana alam adalah bencana kebencanaan akan memberikan
yang diakibatkan oleh peristiwa atau pengaruh positif terhadap
serangkaian peristiwa yang disebabkan masyarakat.
oleh alam. 5. Evaluasi yaitu penilaian terhadap
Manajemen kesiapsiagaan yang
bencana yang dilakukan pada saat
melibat semua unsur dan atau lapisan dari
pemerintah pusat, daerah dan masyarakat simulasi ataupun pada saat bencana benar-
dalam Undang-undang RI No. 24 Tahun benar terjadi
2007 memfokuskan pada 5 aspek yaitu:
1. Perencanaan, mengkaji bagaimana Manajemen kesiapsiagaan bencana
rencana tanggap darurat yang merupakan bentuk sinergitas dari
meliputi prosedur tetap dan pemerintah dan organisasi terkait yang
berperan dalam pemerintahan yang dapat
pembagian tugas masing-masing
mengupayakan maju dan mundurnya suatu
elemen sesaat setelah bencana organisasi pemerintahan dalam pencapaian
terjadi. tujuan tertentu yang dapat menimbulkan
2. Pengorganisasian, mengkaji rasa nyaman pada masyarakat di
pengorganisasian dan pelatihan, daerahnya, Menurut Warto (2002:23)
yaitu pembentukan organisasi mengemukakan bahwa manajemen
kesiapsiagaan bencana merupakan suatu
masyarakat yang siaga bencana serta
proses penting dalam menyikapi dan
pelatihan untuk peningkatan pengambilan tindakan dan penyelesaian
pengetahuan. Pengorganisasian dan pasca bencana yang melalui proses lintas
pelatihan ini perlu dilakukan agar sektoral yang bersinergi dan terintegrasi
masyarakat yang berisiko bencana serta berkelanjutan dalam mencegah dan
mempunyai wadah untuk menangani bencana, yang meliputi
mengembangkan diri, baik itu mitigasi, kewaspadaan, tanggapan
terhadap bencana serta upaya pemulihan.

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 129
Sedangkan Susanto (2006:10) mengatakan kapasitas masyarakat dapat berupa fisik
manajemen bencana yaitu sebuah proses dan non-fisik. Kegiatan fisik seperti
yang terus menerus dimana pemerintah, pemanfaatan lahan dengan tepat dan
dunia usaha, dan masyarakat sipil penyediaan tempat evakuasi. Sedangkan
merencanakan dan mengurangi pengaruh peningkatan kapasitas non-fisik seperti
bencana, mengambil tindakan segera mempelajari gejala alam untuk mengetahui
setelah bencana terjadi, dan mengambil tanda-tanda datangnya bencana, sampai
langkah-langkah untuk pemulihan. saling mengingatkan di antara sesama
Pengetahuan yang dimiliki oleh untuk siaga dapat membentuk
seseorang atau masyarakat merupakan kesiapsiagaan sebagai budaya dalam
salah satu kunci utama dari konsep komunitas masyarakat.
kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki Berdasarkan hal tersebut di atas
oleh seseorang atau masyarakat secara penulis dapat menyimpulkan bahwa
tidak langsung akan mempengaruhi sikap manajemen kesiapsiagaan mempunyai
dan perilaku terutama dalam bentuk rangkaian kegiatan yang dilakukan
mengantisipasi setiap kejadian bencana untuk mengantisipasi bencana melalui
yang terjadi. Menurut LIPI-UNESCO, pengorganisasian dan langkah-langkah
(2006:17) mengatakan bahwa yang tepat guna dan berdaya guna,
Kesiapsiagaan merupakan faktor penting sehingga upaya yaitu: 1) merencanakan
yang menjadi fokus perhatian dewasa ini kontijensi; 2) sistem peringatan dini dan 3)
mengingat kesiapsiagaan adalah faktor rencana kesiapan mengambil tindakan
penentu untuk pengurangan resiko untuk menjamin ketersediaan sumberdaya
bencana yang dapat dilakukan dan untuk memenuhi kondisi darurat yang
diupayakan sejak dini. Kesiapsiagaan sudah diperkirakan sebelumnya.
masyarakat dalam pengurangan risiko Selanjutnya, potensi bencana
bencana, lembaga penanggulangan merupakan terjangkitnya wabah atau
bencana dalam hal ini adalah Palang peristiwa yang dapat menyebabkan
Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa terjadinya kerusakan dan korban jiwa.
Barat, PMI Kabupaten Sumedang dan Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun
Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2007 pasal 1 angka 1 yaitu: Bencana
(BPBD) Kabupaten Sumedang harus adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
mampu untuk berkoordinasi dan saling yang mengancam dan mengganggu
bekerjasama. kehidupan dan penghidupan masyarakat
Sedangkan menurut Dodon yang disebabkan, baik oleh faktor alam
(2013:27) mengkaji kesiapsiagaan dilihat dan/atau faktor non alam maupun faktor
dari 5 indikator yang diadopsi dari LIPI manusia sehingga mengakibatkan
yaitu: pengetahuan dan sikap, rencana timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
tanggap darurat, sistem peringatan dini, lingkungan, kerugian harta benda dan
sumberdaya pendukung dan modal sosial. dampak psikologis. Bencana dapat
Selanjutnya Purwana (2013) mengatakan dikategorikan menjadi 3 yaitu: bencana
bahwa masyarakat menyadari atas alam dan bencana non alam
keterlibatannya dalam penanggulangan 1. Bencana alam adalah bencana yang
bencana sangat diperlukan, karena secara diakibatkan oleh peristiwa atau
tidak langsung memberikan keuntungan serangkaian peristiwa yang
bagi mereka. Disinilah perlunya
disebabkan oleh alam antara lain
manajemen yang bisa memberikan arahan
dan aturan sehingga bisa mengetahui apa berupa gempa bumi, tsunami, gunung
yang mereka harus lakukan untuk meletus, banjir, kekeringan, angin
kedepannya. Peningkatan kesiapsiagaan topan dan tanah longsor.
masyarakat yang memberikan peningkatan

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 130
2. Bencana non alam adalah bencana Teknik pengumpulan data dengan
yang diakibatkan oleh peristiwa atau observasi, wawancara dan dokumentasi.
serangkaian peristiwa non alam yang Metode analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi dan wabah HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit 1. Manajemen Kesiapsiagaan Dalam
3. Bencana sosial adalah bencana yang Menghadapi Potensi Bencana Di
diakibatkan oleh peristiwa atau Kabupaten Sumedang
serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang Kabupaten Sumedang dalam
meliputi konflik sosial atau kelompok menghadapi potensi bencana bersinergi
atau antar komunitas masyarakat dan antar bagian yang saling bahu membahu
teror. untuk mengantisipasi bencana yang
disebabkan oleh bencana alam, bencana
non alam dan bencana sosial yang sering
METODE
dihadapi oleh masyarakat. Dari hal
Metode Penelitian yang penulis
tersebut pemerintah kabupaten Sumedang
gunakan adalah metode pendekatan
membangun kesadaran kewaspadaan
kualitatif dengan tipe deskriptif yang
kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi
menggambarkan gejala-gejala dan fakta-
bencana yang dibagi menjadi 4 tahap
fakta di lapangan. Menurut Bogdan dan
yaitu: 1) tahap perencanaan; 2) tahap
Taylor dalam Moleong (2009:3),
persiapan; 3) tahap pelaksanaan dan ke 4)
menyatakan pendekatan kualitatif berupa
tahap evaluasi dari semua tahapan untuk
kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-
pemberian pelatihan kesiapsiagaan baik
orang atau perilaku yang dapat diamati.
pada sumber daya manusia dalam
Sedangkan pendapat Nazir (2005:63)
organisasi maupun sumberdaya
bahwa metode deskriptif merupakan
masyarakat yang terkena langsung dampak
metode yang meneliti suatu kelompok
bencana.
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran atau peristiwa pada masa
1.1 Tahap Perencanaan
sekarang. Penentuan informan dalam
Pembentukan Tim Perencana
penelitian ini menggunakan teknik
Pemerintah Kabupaten Sumedang
sampling purposive, yaitu teknik
dalam pembentukan tim perencanaan yaitu
penentuan sampel dengan pertimbangan
sebagai berikut:
tertentu. Informan dalam penelitian ini
1. Membentuk organisasi latihan
adalah empat informan dari pemerintah
kesiapsiagaan agar pelaksanaan
daerah kabupaten Sumedang, TNI/Polri,
evakuasi berjalan dengan baik dan
BPBD dan enam informan dari
teratur.
masyarakat. Fokus dalam penelitian ini
2. Tim Perencana terdiri dari pengarah,
adalah pertama, kesiapsiagaan dalam
penanggung jawab, bidang
menghadapi bencana pemerintah
perencanaan, yang ketika pelaksanaan
kabupaten Sumedang, TNI/Polri, BPBD
tim perencana berperan sebagai tim
meliputi pemberian pelatihan
pengendali. Fungsi masing-masing,
kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi
adalah:
bencana sebagai response dan recovery;
a. Pengarah, bertanggung
kedua, kesiapsiagaan dan partisipasi
jawab memberi masukan
masyarakat dalam menghadapi potensi
yang bersifat kebijakan
bencana. Sumber data yang digunakan
untuk penyelenggaraan
adalah data primer dan data sekunder.
latihan kesiapsiagaan, dan

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 131
dapat memberikan masukan a. Menentukan risiko/ancaman yang
yang bersifat teknis dan akan disimulasikan.
operasional, mengadakan b. Menentukan skenario bencana
koordinasi, serta menunjuk
yang akan disimulasikan.
penanggung jawab
organisasi latihan c. Merumuskan strategi dalam
kesiapsiagaan. pelaksanaan latihan
b. Penanggung Jawab, kesiapsiagaan.
membantu pengarah dengan d. Menyiapkan kerangka kegiatan
memberikan masukan- simulasi kesiapsiagaan (tipe
masukan yang bersifat simulasi, maksud, tujuan dan
kebijakan, teknis, dan juga
ruang lingkup latihan).
operasional dalam rangka
penyelenggaraan latihan e. Mengintegrasikan kegiatan
kesiapsiagaan. simulasi kesiapsiagaan menjadi
c. Bidang Perencanaan/ kegiatan rutin dalam jangka
Pengendali, merencanakan panjang.
Latihan kesiapsiagaan f. Menetapkan jadwal kegiatan
secara menyeluruh, latihan kesiapsiagaan.
sekaligus menjadi
g. Mendukung persiapan,
pengendali ketika latihan
dilaksanakan. pelaksanaan, dan evaluasi latihan.
d. Bidang Operasional h. Menyiapkan Rencana Tindak
Latihan, menjalankan Lanjut setelah pelaksanaan
perannya saat Latihan, yang kegiatan latihan kesiapsiagaan.
terdiri dari Peringatan Dini,
Pertolongan Pertama, Menyusun Rencana Latihan
Evakuasi dan Kesiapsiagaan
Penyelamatan, Logistik Menyusun rencana latihan
serta Keamanan turut diuji kesiapsiagaan (aktivasi sirene dan
dalam setiap latihan. evakuasi mandiri) yang melibatkan
e. Bidang Evaluasi, populasi di lingkungan tempat tinggal,
mengevaluasi latihan kantor, sekolah, area publik, dan lain-lain.
kesiapsiagaan yang Rencana latihan tersebut berisi:
digunakan untuk perbaikan 1. Tujuan, sasaran, dan waktu
latihan kedepannya.
pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
3. Jumlah anggota tergantung tingkat
kompleksitas latihan yang 2. Jenis ancaman yang dipilih atau
dirancang sebanyak 4 organisasi disepakati untuk latihan
yang terhimpun dari pemerintah kesiapsiagaan. Sebaiknya, latihan
daerah Kabupaten Sumedang, disesuaikan dengan ancaman di
TNI/POLRI, BPBD, dan anggota wilayah masing-masing. Informasi
masyarakat dan LSM dari 26 ancaman bisa dilihat di
Kecamatan.
inarisk.bnpb.go.id
4. Anggota organisasi bertanggung
jawab pada perencanaan, 3. Membuat skenario latihan
pelaksanaan, hingga akhir latihan. kesiapsiagaan. Skenario adalah acuan
5. Tugas dari tim perencana ini jalan cerita kejadian yang dipakai
meliputi: untuk keperluan latihan. Skenario
dibuat berdasarkan kejadian yang

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 132
paling mungkin terjadi. Skenario perlu minimum muatan jika
dipahami oleh pelaksana dan peserta dibutuhkan.
yang terlibat dalam latihan (contoh e. Peta evakuasi berdasarkan
terlampir). hasil survei dan desain yang
4. Menyiapkan atau mengkaji ulang menginformasikan jalur
SOP/Protap yang sudah ada yaitu evakuasi, tempat
memastikan kembali: pengungsian dan waktu
5. Memastikan beberapa area/tempat untuk mencapainya, jalur
alternatif yang akan dijadikan Sebagai alternatif, lokasi-lokasi aman
pusat evakuasi, tempat pengungsian bencana, serta posisi posko
maupun tempat perlindungan siaga tim evakuasi.
sementara. Tempat tersebut bisa 8. Orientasi sebelum Latihan
memanfaatkan bangunan, seperti a. Sosialisasi untuk mendapat
kantor, sekolah, tempat ibadah, pembelajaran terbaik, seluruh
gedung, dan area terbuka lainnya peserta latih dan pelaksana
berdasarkan keamanan, aksesibilitas, yang terlibat perlu
juga lingkungan lokasi. memahami tujuan dari
6. Menentukan tempat pengungsian yang latihan. Tidak dianjurkan
dipilih setelah mempertimbangkan membuat latihan tanpa
kapasitas ketersediaan logistik (seperti kesiapan yang baik dari
makanan atau minuman, pakaian, peserta latih maupun
obat-obatan dan peralatan medis, pelaksana.
keperluan tidur, peralatan kebersihan, b. Perkenalkan kembali
bahan bakar, dan lain-lain), serta pemahaman risiko bencana di
ketersediaan fasilitas umum. lingkungan, sebelum dan
7. Menetapkan dan menyiapkan jalur sesudah latihan dilakukan
evakuasi, dengan memperhatikan c. Sampaikan tujuan latihan,
beberapa hal penting sebagai berikut: waktu pelaksanaan dan hal-
a. Jalur evakuasi yang hal yang perlu dipersiapkan
merupakan rute tercepat dan d. Himbau pentingnya
teraman bagi pengungsi keterlibatan aktif dan
menuju tempat pengungsian. keseriusan semua pihak
b. Rute alternatif selain rute dalam mengikuti latihan
utama. e. Sampaikan tanda bunyi yang
c. Kesesuaian waktu yang akan digunakan dalam
dibutuhkan untuk mencapai latihan, tanda latihan dimulai,
tempat tanda evakuasi, tanda latihan
d. Kelengkapan sumber daya berakhir). Pastikan seluruh
termasuk ketersediaan peserta latih memahami
kendaraan yang dapat tanda ini.
digunakan dalam proses 9. Dalam melaksanakan latihan, yang
evakuasi. Penting juga akan melakukan simulasi juga dapat
mempertimbangkan posisi mengundang pengamat atau observer
kendaraan dan jumlah untuk membantu memberikan

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 133
masukan dan umpan balik proses berupa apa yang dapat dan tidak
latihan, untuk perbaikan ke depan. dapat dilakukan selama simulasi.
10. Perencanaan Dokumentasi. Bagian c. Lokasi: tempat di mana simulasi
penting lainnya dari kegiatan latihan akan dilakukan.
kesiapsiagaan adalah dokumentasi. d. Keamanan: hal-hal yang harus
Diperlukan berbagai macam dilakukan untuk keamanan
dokumentasi sebagai salah satu alat simulasi dan prosedur darurat
untuk pelaporan maupun monitoring selama simulasi.
dan evaluasi. Kegiatan 2. Memberikan poster, leaflet, atau surat
pendokumentasian ini dilakukan pada edaran kepada siapa saja yang terlibat
keseluruhan tahap kegiatan latihan kesiapsiagaan.
penyelenggaraan, mulai dari 3. Menyiapkan gedung dan beberapa
perencanaan, persiapan dan peralatan pendukung, khususnya yang
pelaksanaan hingga selesainya berkaitan dengan keselamatan
pelaksanaan simulasi bencana. masyarakat. Misalnya, gedung dan
Dokumentasi kegiatan tidak hanya fasilitas medis, persediaan barang-
berupa foto dan video saja, tetapi juga barang untuk kondisi darurat, dan lain-
mencakup laporan, dokumen- lain.
dokumen output termasuk peta-peta, 4. Memasang peta lokasi dan jalur
surat edaran, manual latihan/SOP, evakuasi di tempat umum yang mudah
dokumen skenario dan SOP simulasi, dilihat semua orang.
formulir evaluasi (atau panduannya
jika ada), kumpulan catatan masukan, 1.3 Tahap Pelaksanaan
rencana perbaikan dan tindak lanjut, Berikut hal-hal yang perlu
diperhatikan saat Latihan Kesiapsiagaan
ringkasan laporan dan rekomendasi.
Berlangsung:
1. Tanda Peringatan
1.2 Tahap Persiapan
Tentukan tiga tanda peringatan berikut:
Persiapan dilakukan beberapa hari
Tanda latihan dimulai (bencana);
sebelum pelaksanaan kegiatan latihan
Tanda Evakuasi; Tanda Latihan
kesiapsiagaan. Dalam persiapan ini yang
Berakhir. Tanda bunyi yang
terutama dilakukan adalah:
menandakan dimulainya latihan, tanda
1. Briefing-briefing untuk mematangkan
evakuasi, dan tanda latihan berakhir.
perencanaan latihan. Pihak-pihak yang Tanda mulainya latihan dapat
perlu melakukan briefing antara lain menggunakan tiupan peluit, atau tanda
tim perencana, peserta simulasi, dan bunyi lainnya. Tanda ini harus berbeda
tim evaluator/observer. Informasi dengan tanda peringatan dini untuk
penting yang harus disampaikan evakuasi seperti pukulan
selama kegiatan ini, yakni: lonceng/sirene/megaphone/bel panjang
terus-menerus dan cepat, atau yang
a. Waktu: alur waktu dan durasi
telah disepakati. Tanda latihan berakhir
waktu simulasi yang ditentukan dapat kembali menggunakan peluit
sesuai PROTAP/SOP simulasi. panjang.
b. Batasan Simulasi: batasan-batasan 2. Reaksi Terhadap Peringatan
yang ditentukan selama simulasi, Latihan ini ditujukan untuk menguji
reaksi peserta latih dan prosedur yang
ditetapkan. Pastikan semua peserta

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 134
latih, memahami bagaimana harus (3) gunung meletus, (4) banjir, (5)
bereaksi terhadap tanda-tanda kekeringan, (6) angin topan, (7) tanah
peringatan di atas. Seluruh komponen longsor. Sedangkan bencana non alam,
latihan, harus bahu membahu seperti (8) gagal teknologi, (9) gagal
menjalankan tugasnya dengan baik. modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah
3. Dokumentasi penyakit, dan (12) bencana sosial berupa
Rekamlah proses latihan dengan konflik sosial antar kelompok atau antar
kamera foto. Jika memungkinkan, komunitas masyarakat, (13) teror.
rekam juga dengan video. Seluruh Berdasarkan dari jenis-jenis bencana
peserta latih, pelaksana maupun yang tersebut, terdapat empat bencana yang
bertugas, dapat bersama-sama melihat paling riskan mengancam daerah-daerah di
hal-hal yang baik atau masih perlu Kabupaten Sumedang yaitu: kebakaran
diperbaiki secara lebih baik dengan gedung, banjir, banjir bandang, dan tanah
rekaman dokumentasi longsor. Di Kabupaten Sumedang di
musim penghujan, bencana yang
1.4 Tahap Evaluasi Dan Rencana mengancam di seluruh wilayah kecamatan
Perbaikan kabupaten Sumedang yaitu potensi
Evaluasi adalah salah satu komponen bencana pergerakan tanah dan atau
yang paling penting dalam latihan. Tanpa longsor.
evaluasi, tujuan dari latihan tidak dapat Menurut Kepala BPBD Kabupaten
diketahui, apakah tercapai atau tidak. Sumedang Ayi Rusmana yang didampingi
Dalam mengevaluasi latihan, beberapa hal oleh Yedi, Kasi Kedaruratan dan Logistik
berikut ini perlu dipertimbangkan: mengatakan bahwa:
1) Apakah peserta memahami tujuan “Dari 26 kecamatan, seluruh wilayah
dari latihan? rawan bencana pergerakan tanah
dengan tingkat kerawanan menengah
2) Siapa saja yang berperan aktif
hingga tinggi, yang disebabkan oleh
dalam latihan? topografi Kabupaten Sumedang
3) Bagaimana kelengkapan peralatan merupakan wilayah perbukitan dan
pendukung latihan? pegunungan. Kondisi ini
4) Bagaimana respon peserta latih? menyebabkan potensi terjadinya
5) Berapa lama waktu yang bencana pergerakan tanah/longsor
diperlukan untuk melakukan makin tinggi diseluruh kecamatan di
Sumedang. Berkaca dari peristiwa
tindakan-tindakan dalam setiap
bencana yang terjadi sepanjang
langkah latihan? tahun 2018, di Kabupaten
6) Apa hal-hal yang sudah baik dan Sumedang, telah terjadi 280 kejadian
hal-hal yang masih perlu diperbaiki? bencana. "Selain bencana pergerakan
tanah atau longsor, dengan tingginya
2. Potensi Bencana Di Kabupaten intensitas curah hujan yang terjadi
Sumedang sejak awal 2019, kami juga
Kondisi geografis, geologis, dan mengimbau warga tetap waspada
demografis Kabupaten Sumedang terhadap datangnya bencana banjir
berpotensi bencana. Dengan demikian bandang, angin puting beliung, dan
sesuai dengan Undang-Undang No. 24 pohon tumbang."
tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Bab 1, tentang ketentuan umum, Kemudian Badan Geologi Pusat
pasal 1, jenis-jenis bencana dapat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
dikelompokkan menjadi bencana alam, Geologi (PVMBG) mengemukakan
antara lain (1) gempa bumi, (2) tsunami, bahwa:

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 135
“…telah memberikan peringatan PENUTUP
terkait kerawanan bencana di seluruh Berdasarkan hasil penelitian
kecamatan di Sumedang. Namun, tersebut di atas, maka penulis
tidak berarti desa di tiap kecamatan menyimpulkan bahwa:
tersebut sangat rawan berpotensi 1. Terdapat Sinergitas Manajemen
terjadi bencana. Tapi jika terjadi Kesiapsiagaan Potensi bencana
hujan dengan intensitas tinggi, kami alam oleh pemerintah daerah
imbau warga untuk meningkatkan
(BPBD) Kabupaten Sumedang
kewaspadaannya. Wilayah yang
paling rawan pergerakan tanah alias yang terdiri dari 3 tahapan yaitu:
longsor merupakan daerah yang tahapan response, recovery dan
berdekatan dengan aliran sungai dan development. Dari ke 3 tahapan
wilayah dengan kemiringan tanah tersebut yang paling menonjol
lebih dari 40 derajat. Kewaspadaan dilakukan adalah pada tahapan
ini patut ditingkatkan di musim response bencana.
penghujan seperti sekarang ini.
2. Adanya Response bencana dari
Untuk itu, kami telah memberikan
imbauan berupa peringatan agar BMKG yaitu: mengirim tim reaksi
warga, khususnya pemerintah cepat untuk melakukan sosialisasi
kecamatan di Sumedang lebih pada masyarakat melalui tindakan
meningkatkan kesiapsiagaannya sebelum dan sesudah terjadinya
dalam menghadapi kemungkinan bencana untuk meminimalisir
terburuk, terjadinya bencana di adanya korban.
wilayah masing-masing".
3. Adanya partisipasi Masyarakat
Sedang menurut pemerintah melalui dalam bentuk partisipasi buah
Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial pikiran, tenaga, harta benda
Kemensos RI Harry Hikmat untuk potensi keterampilan dan kemahiran, serta
bencana di Kabupaten Sumedang telah partisipasi sosial. Penelitian ini
ditetapkan bahwa Desa Cimanintin, menunjukkan bahwa partisipasi
Kecamatan Jati Nunggal, Kabupaten
paling menonjol yang dilakukan
Sumedang sebagai Kampung Siaga
Bencana (KSB) ke 628, yang bertujuan masyarakat dalam penanggulangan
untuk memberikan pemahaman dan bencana adalah partisipasi tenaga
kesadaran masyarakat tentang bahaya dan dan partisipasi sosial.
risiko bencana, membentuk jejaring siaga 4. Manajemen Kesiapsiagaan
bencana berbasis masyarakat dan Kabupaten Sumedang memberikan
memperkuat interaksi sosial anggota pelatihan dalam menghadapi
masyarakat, mengorganisasikan
potensi bencana di kabupaten
masyarakat terlatih untuk siaga bencana,
serta mengoptimalkan potensi dan sumber Sumedang yang meliputi: 1) tahap
daya yang ada dalam penanggulangan perencanaan; 2) tahap persiapan; 3)
bencana, sehingga khususnya kesiagaan tahap pelaksanaan dan ke 4) tahap
warga Dusun Cimanintin sangat evaluasi dari semua tahapan untuk
dibutuhkan untuk meminimalisir korban. pemberian pelatihan kesiapsiagaan
Dusun ini sangat rawan bencana. Dusun baik pada sumber daya manusia
ini merupakan KSB ke 5 di Kabupaten
dalam organisasi maupun
Sumedang,
sumberdaya masyarakat yang
terkena langsung dampak bencana.

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 136
Dari hal tersebut di atas, dari 2. Unit pelaksana pemerintah daerah
Manajemen Kesiapsiagaan Pemerintah melakukan koordinasi lebih intensif
Kabupaten Sumedang pada umumnya agar penanganan bencana menjadi
sudah dilaksanakan dengan baik, namun
efektif, juga melakukan koordinasi-
perlu lebih meningkatkan lagi dalam
menghadapi potensi bencana yang koordinasi agar dunia usaha mau
didukung oleh pengalokasian dana yang berperan serta dalam
cukup sebagai penunjang pelaksanaan penanggulangan bencana.
kegiatan dan sinergitas dari berbagai 3. Penambahan SDM yang
lapisan. berkompeten dalam
Berdasarkan hasil penelitian, penanggulangan bencana untuk
maka peneliti merekomendasikan saran
ditempatkan di BPBD.
sebagai berikut yaitu
1. Melakukan upaya mitigasi banjir 4. Mengurangi resiko dengan
yang merupakan bencana dengan menjadikan pembangunan adalah
intensitas paling tinggi dengan investasi, segala kegiatan
kegiatan struktural dan non- pembangunan dikaitkan dengan
struktural yang dilakukan melalui: ancaman bencana.
a. kegiatan struktural 5. Sosialisasi kebencanaan kepada
dengan pembangunan tanggul- masyarakat tetap dilakukan sebagai
tanggul di pinggir sungai pada upaya mitigasi bencana. Disamping
titik-titik daerah rawan banjir itu pemberian pengetahuan tentang
yang bertujuan mencegah kebencanaan kepada anak-anak
meluapnya air pada tingkat yang masih duduk di bangku
ketinggian tertentu ke daerah sekolah juga diperlukan, bukan
rawan banjir, dan hanya sosialisasi kepada
pembangunan kanal-kanal masyarakat yang sudah terbilang
yang bertujuan menurunkan dewasa.
tingkat ketinggian air di daerah 6. Menyeimbangkan partisipasi
aliran sungai dengan masyarakat agar tidak hanya
menambah dan mengalihkan partisipasi tenaga dan sosial saja
arah aliran sungai yang menonjol, tetapi partisipasi
b. kegiatan non- buah pikiran, harta benda,
struktural dengan pengawasan keterampilan dan kemahiran terus
penegak hukum terhadap peran dilatih karena tingginya ketiga
masyarakat dalam menaati partisipasi tersebut juga dibutuhkan
ketentuan penggunaan tata dalam penanggulangan bencana.
ruang dan pola pembudidayaan
dataran banjir dan das hulu,
untuk menghindari
penyempitan dan
pendangkalan alur sungai
akibat sampah padat maupun
bangunan/hunian dan tanaman
di bantaran sungai.

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 137
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Pengetahuan Indonesia,
BPBD Kabupaten Sumedang. 2017. Buku Jakarta
Pedoman Penanggulangan Moleong, L.J. 2009. Metode Penelitian
Bencana. BPBD press. Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
Carter, W. Nick. (1991). Disaster PT Remaja Rosdakarya.
Management: A Disaster Nazir, M. 2005. Metode Penelitian Sosial.
Manager’s Handbook, Manila: Jakarta: Ghalia.
Asian Development Bank. Purwana. R., 2013. Manajemen
Dodon. 2013. Indikator dan Perilaku Kedaruratan Kesehatan
Kesiapsiagaan Masyarakat Di Lingkungan Dalam Kejadian
Permukiman Padat Penduduk Bencana. PT. Raja Grafindo
Dalam Antisipasi Berbagai Fase Persada. Jakarta.
Bencana Banjir. Jurnal Rohman, A., Putra, F., Riansyah, L. &
Perencanaan Wilayah dan Kota, Arif, S. (2009). Politik, Partisipasi
24.2: 125-140 dan demokrasi dalam
Kementerian Sosial RI. 2011. Himpunan Pembangunan. Malang: Averroes
Perundang-undangan Press.
Penanggulangan Bencana Bidang Susanto, A.B. 2006. Disaster Management
Perlindungan Sosial. di Negeri Rawan Bencana. Jakarta:
Kementerian Sosial RI. 2011. Modul Aksara Grafika Pratama.
Petugas Pendamping Sosial Warto, A., Sunit, T. & Nugroho P. P.
Penanggulangan Bencana. 2002. Pengkajian Manajemen
LIPI – UNESCO/ISDR, 2006, Kajian Penanggulangan Korban Bencana
Kesiapsiagaan Masyarakat dalam pada Masyarakat di Daerah
Mengantisipasi Bencana Gempa Rawan Bencana Alam dalam Era
Bumi & Tsunami, Deputi Ilmu Otonomi Daerah. Yogyakarta:
Pengetahuan Kebumian Lembaga Departemen Sosial RI.

Jurnal Pemerintahan dan Keamanan Publik (JP dan KP) Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 | 138

Anda mungkin juga menyukai