Kolong Efek Penambangan Timah
Kolong Efek Penambangan Timah
Besi
Dibandingkan dengan makronutrien (C, N, dan P), mikronutrien (Fe, Zn, Mn,
Cu, Ni, dan Co) dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk mendukung proses
metabolisme sel (McKay et al. 2004). Besi termasuk salah satu unsur esensial
dan berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil bagi tumbuhan akuatik.
McKay et al. (2005) menjelaskan besi berperan pada proses fisiologi seperti
fotosintesis, respirasi, dan asimilasi nitrogen sehingga menjadi salah satu faktor
nutrisi terpenting bagi pertumbuhan fitoplankton. Pada alga, besi berperan dalam
sistem enzim dan transfer elektron pada proses sintesis, namun dalam kadar
berlebihan dapat menghambat fiksasi unsur lainnya.
Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2,
Fe(HCO)3 dan Fe(SO4). Pada perairan tawar, besi oksida dibentuk oleh reaksi
kimia besi dengan oksigen terlarut dalam air. Selanjutnya besi oksida akan
menyerap fosfor dan menjebaknya dalam sedimen. Hal ini menyebabkan
terbatasnya ketersediaan fosfor di air (Glass 1997). Blomqvist (2004)
menjelaskan bahwa pada danau anoksik, fosfat umumnya diendapkan oleh Fe
sebelum mencapai lapisan oksik di atasnya. Fe juga mempengaruhi kemampuan
organisme untuk mengasimilasi nitrat, baik sebagai co-faktor yang berkaitan
dengan enzim atau reduktan (Robert et al. 2004).
8
Pirit (FeS) adalah bentuk umum mineral sulfida, sebagai mineral ikutan,
timah termasuk mineral gangue (bagian dari asosiasi mineral yang membentuk
batuan dan bukan mineral bijih didalam suatu jebakan). Mineral gangue bijih
timah terdapat dalam bentuk kaolin dan pasir kuarsa (Sukandarrumidi 2007).
Berdasarkan proses geologinya, mineral gangue diendapkan terlebih dahulu,
kemudian diikuti oleh mineral oksida dan yang paling akhir mengkristal adalah
mineral sulfida.
Pirit yang terekspos ke lingkungan akan bereaksi dengan oksigen dan air
membentuk asam sulfida dan hidroksi besi menghasilkan acid main drainage.
Kondisi asam dimulai saat mineral besi sulfida diekspos dan bereaksi dengan
oksigen dan air. Faktor lain yang mempengaruhi oksidasi mineral sulfida adalah
suhu, pH, keseimbangan besi ferri dan ferro, dan aktivitas mikrobiologi,
khususnya Thiobacillus ferrooxidan. Aliran asam ditandai oleh pH rendah dan
tingginya konsentrasi logam berat terlarut (sulfur mudah melarutkan logam Fe, Cu
dan Al).
Fosfor
Fosfor merupakan unsur essensial bagi pertumbuhan sehingga menjadi
faktor pembatas bagi pertumbuhan alga akuatik serta sangat mempengaruhi
tingkat produktivitas perairan. Fosfor dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas seluruh ekosistem. Fosfor pada umumnya sering menjadi nutrien
pembatas pada air tawar (Glass 1997).
Fosfor ditemukan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat
dan polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat di perairan.
Ortofosfat merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat yang paling sederhana
dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh alga (Boyd 1988). Alga tidak dapat
memanfaatkan fosfor yang berikatan dengan ion besi dan kalsium pada kondisi
aerob karena bersifat mengendap (Jeffries dan Mills 1996).
Tinggi rendahnya kandungan fosfat dalam perairan merupakan pendorong
terjadinya dominasi fitoplankton tertentu, yaitu perairan dengan kandungan fosfat
rendah (0,00–0,02 ppm) akan didominasi oleh Diatom; pada kadar sedang (0,02–
9
0,05 ppm) didominasi oleh Chlorophyta dan pada kadar tinggi (lebih dari 0,10
ppm) didominasi oleh jenis Cyanophyta (Liaw 1969).
Nitrogen
Gas nitrogen, nitrat, nitrit, amonium, amonia, dan bentuk nitrogen organik
adalah bentuk nitrogen dalam air (Boyd 1992). Nitrogen tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami
fiksasi terlebih dahulu menjadi amonia (NH3), amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).
Namun beberapa jenis Cyanophyta dapat memanfaatkan gas N2 secara langsung
dari udara (Effendi 2003).
Nutrien anorganik utama yang paling dibutuhkan fitoplankton bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah nitrogen dalam bentuk nitrat
(Nybakken 1988). Namun untuk memanfaatkan nitrat, dibutuhkan penambahan
energi dengan adanya enzim nitrat reduktase (Goldman dan Horne 1983).
Senyawa-senyawa nitrogen dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut, nitrogen
berubah menjadi ammonia saat oksigen terlarut rendah, sebaliknya berubah
menjadi nitrat saat oksigen terlarut tinggi.
Fitoplankton
Fitoplankton merupakan golongan plankton tumbuhan yang melayang
dalam air dan tidak mampu menahan arus (Barnes 1980). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa fitoplankton mampu hidup di perairan atau mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan perairan sebagai media fitoplankton berada, terutama pada
perairan yang tenang seperti kolam, danau, dan waduk.
Menurut Welch dan Lindell (1980), fitoplankton yang hidup di air tawar
terdiri dari lima kelompok besar yaitu fillum Cyanophyta, Chlorophyta,
Chrysophyta, Pyrrophyta, dan Euglenophyta. Setiap jenis fitoplankton yang
berada dalam lima kelompok besar tersebut mempunyai respon yang berbeda-
beda terhadap kondisi perairan, khususnya unsur hara makronutrien dan
mikronutrien, sehingga komposisi jenis fitoplankton bervariasi dari satu tempat ke
tempat lain.
10
Produktivitas Primer
Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem
perairan. Salah satu peran fitoplankton di perairan adalah mengubah zat-zat
anorganik menjadi organik dengan bantuan cahaya matahari melalui proses
fotosintesis yang hasilnya disebut produksi primer. Produktivitas primer
merupakan sumber pokok energi bagi proses metabolik yang terjadi dalam biosfer.
Di ekosistem akuatik, sebagian besar produktivitas primer dilakukan oleh
fitoplankton (Wetzel 2001). Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi nilai
produktivitas primer adalah cahaya matahari, suhu, ketersediaan unsur hara, dan
gas-gas terlarut (Odum 1993).
Reaksi fotosintesis secara sederhana (Wetzel 2001) dapat diringkas dalam
persamaan umum sebagai berikut:
cahaya
6C02 + 12 H20 C6 H12 06 + 6 H20 + 6 02
pigmen receptor
Dalam proses ini energi cahaya diserap oleh pigmen fotosintetik terutama
klorofil dan dengan adanya CO2, air dan zat hara akan dihasilkan senyawa organik
yang mempunyai potensi kimiawi yang tinggi dan disimpan dalam sel. Potensi
energi ini kelak dapat digunakan oleh tumbuhan untuk respirasi, pertumbuhan,
dan berbagai proses fisiologi lainnya (Nybakken 1988).
Dalam pengukuran produktivitas primer di perairan ada beberapa metode
yang dapat digunakan, salah satu diantaranya metode oksigen botol gelap-botol
11
terang. Prinsip kerja metode ini adalah mengukur perubahan kandungan oksigen
dalam botol terang dan botol gelap yang berisi contoh air setelah diinkubasi dalam
jangka waktu tertentu pada perairan yang mendapat sinar matahari. Pada botol
terang terjadi proses fotosintesis dan respirasi, sedangkan dalam botol gelap
terjadi respirasi. Dengan asumsi bahwa respirasi dalam ke dua botol itu sama,
maka perbedaan kandungan oksigen pada botol terang dan botol gelap pada akhir
percobaan menujukkan produktivitas primer kotor. Perbedaan antara kandungan
oksigen pada botol terang dan botol awal yang tidak diinkubasi, menunjukkan
produktivitas bersih. Satuan produktivitasnya masih dalam oksigen per satuan
waktu. Produktivitas dalam satuan karbon kemudian dijabarkan dengan
menggunakan faktor koreksi (Boyd 1981).
Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan tergenang (Effendi 2003),
termasuk kolong dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Oligotrofik, yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomass
rendah. Unsur hara nitrogen dan fosfor rendah serta jenuh dengan oksigen.
b. Mesotrofik, yaitu perairan dengan produktivitas primer dan biomass
sedang. Perairan ini merupakan peralihan antara oligotrofik dan eutrofik.
c. Eutrofik, perairan dengan unsur hara dan produktivitas primer tinggi.
d. Hiper-eutrofik, perairan dengan unsur hara dan produktivitas primer sangat
tinggi. Pada perairan ini, terjadi kondisi anoksik pada lapisan hipolimnion.
e. Distrofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik.
Pengelompokan status tingkat kesuburan (trofik) suatu perairan tergantung
dari beberapa parameter, diantaranya adalah kandungan klorofil, kecerahan air,
laju penurunan oksigen, kandungan hara, densitas alga, dan spesies indikator
(Seller dan Markland 1987).
Berdasarkan ketentuan Welch dan Lindell (1980), perbandingan antara P
dan N dapat menentukan tingkat kesuburan suatu perairan. Perairan eutrofik
dicirikan oleh rasio N/P lebih kecil dari 16/1, sedangkan perairan oligotrofik rasio
N/P lebih besar atau sama dengan 16/1.
Selain itu Reynolds (1984) mengemukakan pula bahwa, jika rasio N/P lebih
besar dari 15/1, maka perairan dibatasi oleh unsur P, sedangkan rasio N/P lebih
kecil dari 15/1 maka perairan dibatasi unsur N.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
10 tahun dan bersifat terbuka) dengan luas sekitar 10,25 ha (Gambar 3). Kondisi
umum stasiun II adalah berair jernih, vegetasi pada badan air dan sempadan belum
banyak, malah pada kawasan sempadan dan sekitarnya dipakai lagi untuk aktivitas
pertambangan rakyat dengan limbah pencucian yang langsung dibuang pada
kolong tersebut.
Contoh Air
Pengambilan Contoh Air
Penelitian direncanakan dilakukan pada waktu proses fotosintesis
fitoplankton aktif berlangsung. Pengambilan contoh dilakukan satu minggu sekali
selama 6 (enam) minggu.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh air dan spesimen
fitoplankton yang diambil dari tiap stasiun atau kolom air yang telah ditentukan.
Alat untuk mengambil contoh air adalah pompa celup ”Showflow” dengan
maksimum flow 0.2 m3/menit. Contoh air tersebut dibagi menjadi beberapa
15
bagian untuk analisis fitoplankton dan produktivitas primer, serta analisis fisika-
kimia air seperti pada Tabel 1.
Stasiun III
LETAK STASIUN
PENELITIAN PADA TIGA
KOLONG DI KECAMATAN
PEMALI KABUPATEN
BANGKA
Stasiun I Oleh:
Stasiun II
Robani Juhar/C 151050121
Sumber:
Diolah Google Map
Gambar 5 Peta lokasi penelitian di Kabupaten Bangka (diolah dari Google map)
16
Indeks Keanekaragaman
Untuk menganalisis keragaman (diversitas) fitoplankton digunakan indeks
keragaman Shannon-Weaver. Indeks keragaman Shannon-Weaver adalah suatu
perhitungan matematik yang menggambarkan analisis mengenai jumlah individu
dalam setiap spesies, jumlah macam spesies serta total individu yang ada dalam
suatu komunitas. Keragaman adalah keheterogenan yang terdapat pada genera
dari individu yang diambil secara acak dari suatu populasi. Semakin banyak
terdapat jenis, maka semakin besar pula keheterogenannya. Besar indeks
keragaman (H’) dirumuskan sebagai berikut (Wilhm dan Dorris 1968 diacu dalam
Mason 1980):
n
H’ = - Σ pi log pi
i=l
E = H’
H’ maks
Nilai keseragaman suatu populasi (E) berkisar antara 0,0 sampai 1,0.
Semakin kecil nilai E (mendekati 0,0), akan semakin kecil keseragaman suatu
populasi. Berarti penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama, ada
kecenderungan terjadi dominansi oleh jenis-jenis tertentu. Semakin besar nilai E
(mendekati 1,0), menunjukkan keseragaman populasi yang tinggi, jumlah individu
setiap jenis dapat dikatakan sama atau tidak jauh berbeda.
Indeks Dominasi
Indeks dominasi dihitung berdasarkan Indeks Simpson diacu dalam
Legendre dan Legendre (1983), yang diaplikasikan untuk menganalisis komunitas
fitoplankton di perairan kolong, yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai
berikut:
C = Σ [ni / N] 2
Biomassa fitoplankton
Biomassa diartikan sebagai banyaknya kloroplas per satuan luas atau
volume pada saat tertentu (Wetzel 2001). Selain itu akumulasi fitoplankton
merupakan produk akhir pertumbuhan fitoplankton yang ditentukan dengan laju
produksi biomassa. Pengukuran biomassa dinyatakan dalam jumlah miligram
klorofil-a per detik. Untuk analisis biomassa fitoplankton menggunakan
formulasi dari Vollenweider (1974) sebagai berikut:
V 1000
Klorofil-a (μg/l) = 11,9 (A665 – A 750) x -- x -------
L S
Produktivitas Primer
Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode
botol gelap-botol terang. Berhubung kecerahan pada ketiga kolong sampai dasar
perairan, maka botol terang dan gelap yang digunakan pada penelitian
ditempatkan sekitar 20 cm di atas dasar perairan. Dalam metode ini yang diukur
adalah perubahan kandungan oksigen dengan menggunakan dua buah botol yang
identik. Sebuah botol sepenuhnya tembus cahaya (bening), sedangkan botol yang
lain tidak tembus cahaya (gelap).
Perhitungan produktivitas primer dilakukan menurut persamaan sebagai
berikut (Umaly dan Cuvin 1988):
20
Produktivitas satu meter persegi kolom air ditentukan oleh potongan dari
setiap pencahayaan kedalaman dan secara grafik dengan.mengintegrasikan area
menurut kurva produktivitasnya.
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Gambaran mengenai struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton dan
populasi fitoplankton disajikan dalam bentuk tabel. Demikian pula dengan
konsentrasi nitrogen, fosfor serta beberapa parameter fisika-kimia air lainnya.
Rataan dan hasil pengukurannya disajikan dalam satu tabel dan grafik.
Analisis Statistik
Untuk mengetahui hubungan fungsional atau keterkaitan antara unsur hara
dengan kelimpahan fitoplankton dan produktivitas primer antar stasiun
pengamatan, dilakukan analisis korelasi dan regresi linier berganda (Steele dan
Torrie 1980).
Analisis data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
program MINITAB versi 14 dan Microsoft office excel 2003. Sebagai peubah
bebas, kualitas kimia air (Xi) dan sebagai peubah terikat, kelimpahan dan
produktivitas primer fitoplankton (Yi). Persamaan fungsi regresinya adalah
sebagai berikut:
Yi = ß0 + ß 1 X1 + ß 2 X2i + …..+ ß n Xn + €i
Sebagai penduganya
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + …… + bn Xn
Jika F-hitung lebih besar dari t-tabel berarti tolak H0 dan terima H1,
sebaliknya jika F-hitung lebih kecil dari t-tabel berarti terima H0 dan tolak H1.
Nilai koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya
peranan dari peubah X terhadap Y, nilai R2 berkisar antara 0,0 – 1,0. Jika
nilainya lebih besar dari 0,5 atau mendekati 1,0, maka dapat diartikan bahwa X
memiliki peranan yang besar terhadap Y.