Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Efektivitas
Terdapat berbagai pendapat para ahli dan akademisi yang
mengemukakan tentang pengertian dari efektivitas. Hal ini perlu dijelaskan
agar pemahaman tentang efektivitas dapat disinkronisasikan dari konsep
penelitian terhadap suatu kebijakan pemerintah mengenai pembelajaran daring
yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Adapun pengertian efektivitas
tersebut dapat dilihat dalam beberapa pendapat di bawah ini.
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, efektivitas adalah adalah sesuatu yang memiliki pengaruh
atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan
dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari
tercapai atau tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan.1
Menurut Moh Syarif, efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, atau makn
besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.2
Menurut Mulyasa, efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi
berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha
mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas berkitan dengan terlaksananya
semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya
partisipasi anggota.3

1
Hasan Alwi, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 138
2
Mohamad Syarif, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 5.
3
Mulyasa, Management Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), hal 82
Menurut Mardiasmo sebagaimana yang telah dikutip oleh Alisman,
menyatakan bahwa efektivitas yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang
diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan. Dimana ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi adalah bila telah mencapai tujuan, maka dapat dikatan organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan efektif.4
Menurut Ravianto sebagaimana yang telah dikutip oleh Masruri,
efektivitas merupakan sebuah tolak ukur seberapa baik suatu pekerjaan
dilakukan. Artinya suatu pekerjaan dianggap efektif jika diselesaikan sesuai
dengan perencanaan, baik waktu, biaya, maupun mutunya.5
Menurut Firman sebagaimana dikutip dalam Desyana, keefektifan
kegiatan pembelajaran ditandai dengan adanya;
1. Keberhasilan menghantarkan peserta didik mencapai tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
2. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan peserta didik
secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.
3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.6

Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektivitas, dapat kita simpulkan


bahwa efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Kegiatan pembelajaran yang dinilai efektif tidak hanya melihat

4
Alisman, “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Manajemen Keuangan di Aceh Barat”, Jurnal
Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia, ISSN. 2442-7411, Volume 1 Nomor 2, November 2014,
hlm.50
5
Masruri, “Analisis Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan.Padang”, Jurnal Pemerintah dan Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 2 Tahun 2017, hlm. 366
6
Desyana, Skripsi, “Efektivitas Penggunaan Media Kahoot pada Kegiatan Penutup
Pembelajaran Matematika Materi Aturan Sinus dan Cosinus di Kelas X MIPA 4 SMA Stella Duce 1
Yogyakarta”, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2019), hlm. 13
hasil yang diperoleh atau dicapai saja. Lebih dari itu proses dalam kegiatan
pembelajaran merupakan cerminan dari kegiatan pembelajaran yang efektif.

B. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar menurut Usman dan Setiawati sebagaimana yang telah
dikutip oleh Fajri, menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku
ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis
atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat
berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-
kecakapan (skills) atau dalam ketiga aspek yakni pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses
pendidikan. Hal ini mengandung arti, bahwa berhasil tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar
yang dialami oleh peserta didik atau siswa.7
Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktivitas atau
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan ,
memperbaiki perilaku, skiap dan mengokohkan kepribadian. Dalam
konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut
pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan
dengan pengalaman (experience).8

7
Fajri Ismail, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Palembang: Karya Sukses Mandiri, 2016),
hlm.23
8
Suyono dan Hariyanto, hlm.9
Kemudian definisi belajar menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh
Ratna, mengatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.9 Belajar menurut Hayati merupakan upaya untuk
mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Dengan adanya
pengetahuan yang dimiliki seseorang menjadi tahu berbagai hal baik
bersumber dari tenaga pendidik ataupun sumber lainnya karena sekarang
ini guru bukanlah pilihan terakhir dari sumber belajar. Dalam belajar
ilmu pengetahuan yang didapat akan terkumpul sedikit demi sedikit
sehingga berakhir menjadi banyak. Biasanya ketika seseorang memiliki
banyak ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya maka bisa dikatakan
bahwa orang tersebut adalah orang yang terus belajar, sebaliknya apabila
seseorang yang sedikit pengetahuannya
maka mereka dapat dibilang kurang dalam hal menerima pembelajaran. 10
Menurut Fontana yang telah dikutip dalam Winataputra, belajar
adalah
proses peubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Dalam pengertian ini memusatkan perhatian pada 3 hal
yaitu:
(a) bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
individu; (b) bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari
pengalaman;
(c) bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin. 11
Slameto mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.12

9
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm.
19.
10
Sri Hayati, Belajar dan Pembelajaran Kooperatif Learning, (Magelang: Graha Cendekia,
2016) hlm. 1.
11
Udin S Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), hlm. 2.
12
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 2.
Kemudian Slameto menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua13,yaitu:
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari :
1) Faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh)
2) Faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan)
3) Faktor kelelahan

b. Faktor extern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar indiviu,
faktor ekstern terdiri dari :
1) Faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan),
2) Faktor sekolah (metode mengajar,, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah).
3) Faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)

Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas, maka


dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang terjadi dalam diri seseorang menjadi lebih baik.

13
Slameto, hlm.54
Allah SWT berfirman dalam QS. At-Thaha ayat 114:

َ ۡ ‫ۡ ل‬ ۡ ۡ ‫ق‬ َ َ َ
ۡ
‫ٰٓ َض إِ َلك‬ ‫ن‬
‫ج ل بِ ٱل‬ ‫َّلل ٱل‬
ُ َٰ
‫ف ت ع َل ٱ‬
َ
‫ِم ن‬ َ ُّۗ
‫أن ق‬ َ ۡ ُ ‫و‬ َ
‫ب‬ ‫ق ر ءا‬ ‫ع‬ ‫ملِك ٱ‬
‫ق‬ َ
‫ت‬
‫َل‬
‫ي‬
َ
‫ۡل‬

ٗ ۡ ‫رِ ب ز‬ ُ ُ
‫ع ل ما‬ ‫وق‬ ‫ۥ‬ ‫ه‬
ۖ ‫وح ي‬
ۡ
‫ل دِ ِن‬

Artinya:

Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya,

dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca AlQur'an sebelum

disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya

Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".14

َ َ dalamٓ QS.
ۡ َ ٗ ‫ه‬
ْ At-Taubah: 122 ۡ ُۡ
Allah SWT berfirman
َ َ ُ َ ُ َ َ
‫۞ و ما َكن ٱل م ؤ ِم نون َلن روا َك ف ة ٗۚ فل و َل ن ف ر من‬
ٞ َ ٓ ۡ ُ ۡ َ ۡ
‫ِ ك فِ رق ِم ن ه م طا ئ ِ فة‬
َ َ ْ َ ۡ ُ َ َۡ ْ ُ ْ
ۡ ۡ ٓ ُ ُ ُ ‫ََ َ ه‬
‫ِ َل ت ف ق هوا ِف ٱ ِلين و ِ َلنذ روا ق و م ه م إِ ذا رج عوا إِ َله م ل‬

‫َ ه‬
ُ ۡ ۡ ُ
‫ع ل ه م َيذ رون‬
Artinya:
Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di

antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan

agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

jika mereka telah kembali agar dapat menjaga dirinya. (QS. At-

Taubah:122).

14
Pustaka Al-Hanan, Al-Qur’an Terjemahan dan Asbabun Nuzul (Surakarta: PT. Indiva
Media Kreasi, 2009)
Berdasarkan kedua ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan
kita sebagai hambanya diwajibkan untuk menuntut ilmu
pengetahuan di muka bumi misalnya dengan cara membaca dan
memahami ilmu pengetahuan dari alam sekitar. Allah SWT. juga
memerintahkan kepada hambanya untuk memperdalam
pengetahuan khusunya dalam hal agama sehingga dengan ilmu
pengetahuan tersebut dapat manusia dapat menjaga dirinya dari hal
kemunkaran terhadap Allah SWT.

2. Teori-Teori Belajar
a. Teori Belajar Behavioristik
Dalam pandangan teori behavioristik, belajar merupakan
sebuah hubungan prilaku antar stimulus (S) dan respons (R). Menurut
teori ini dasar belajar adalah asosiasi antar kesan (impression) dengan
dorongan untuk berbuat (impuls to action). Asosiasi itu bisa kuat atau
lemah dengan terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan.
Pengulangan dapat menimbulkan tingkah laku dengan mengubah
respons bersyarat menjadi respon tanpa syarat.
Dari hasil penelitian eksperimental seperti Thorndike, Pavlov,
Skinner dan Guthrie, para kaum behavioris berkeyakinan bahwa hasil
belajar akan lebih baik dikuasai kalua dihafal secara berulang-ulang.
Ikatan menjadi kuat dalam latihan/pengulangan dengan cara
menghafal. Belajar tidak membutuhkan pengertian dan pemahaman
karena terbentuknya hasil belajar hanya dengan mengikatkan S dan R
secara berulang-ulang.15

15
Fajri Ismail, hlm. 25
b. Teori Belajar Gestalt
Dalam teori belajar gestalt, belajar terjadi apabila ada insight
(pemahaman). Insight timbul secara tiba-tiba apabila individu dapat
melihat hubungan antara unsur-unsur dalam situasi problematis.
Dapat pula dikatakan insight timbil pada saat individu memahami
kejadian secara tiba-tiba padahal kejadian tersebut pada awalnya
merupakan suatu masalah yang tidak dapat memberikan penjelasan
apapun. Dengan kata lain insight adalah semacam reorganisasi
pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba, seperti ketika seseorang
menemukan ide baru atau menemukan pemecahan suatu masalah
tanpa didahului apapun.16

c. Teori Belajar Kognitif


Imron sebagaimana dikutip oleh Hayati, berpendapat bahwa
menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha
untuk mengerti tentang sesuatu. Usaha untuk mengerti tentang
sesuatu tersebut dilakukan secara aktif oleh pembelajar. Keaktifan
tersebut dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan,
mengabaikan respon-respon lainnya guna mencapai tujuan. Para
psikologi kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dipunyai
sebelumnya, sangat menentukan terhadap perolehan belajar yang
berhasil dipelajari, yang berhasil diingat dan yang mudah dilupakan.
Salah satu teori belajar yang berasal dari psikologi kognitif adalah
teori pemrosesan informasi. Menurut teori ini, belajar adalah proses
pengolahan informasi dalam otak manusia. Pengolahan oleh otak
manusia dimulai dengan: (1) pengamatan atau penginderaan atas
informasi yang berada

16
Fajri Ismail, hlm.26
dalam lingkungan manusia; (2) penyimpanan (baik dalam jangka
pendek maupun panjang); (3) penyimpulan/pengkodean/penyandian
terhadap informasi-informasi yang tersimpan, dan setelah
membentuk pengertian, kemudian dikeluarkan kembali oleh
pembelajar. Suatu informasi yang berasal dari lingkungan, pada
awalnya diterima oleh reseptor, diteruskan ke registor penginderaan
yang terdapat pada saraf pusat, kemudian diteruskan ke memori
jangka pendek/memori kerja dan kesadaran, sedangkan sebagian
lainnya hilang dari sistem. Kapasitas memori jangka pendek ini amat
terbatas dan waktunya juga pendek, informasi ini dapat
ditransformasikan dalam bentuk kode- kode yang kemudian
diteruskan ke memori jangka panjang. Saat transformasi, informasi
baru terintegrasi dengan informasi lama yang sudah tersimpan.
Informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang bertahan
lama, dan disiapkan untuk digunakan di kemudian hari. Pengeluaran
kembali atas informasi yang tersimpan dalam memori dalam jangka
panjang adalah dengan pemanggilan. Dalam pikiran yang sadar,
informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka
pendek, dan kemudian ke generator respon. Sementara untuk respon
otomatis, informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang
ke generasi respon selama pemanggilan.17

d. Teori Belajar Humanistik


Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh
karena itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi,
dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik lebih

17
Sri Hayati, hlm. 49
banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicitacitakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si pembelajar, maka tidak akan
terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dimilikinya.18 Dalam pandangan ini, belajar dapat dilakukan
sendiri oleh siswa, siswa diharapkan senantiasa menemukan sendiri
mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari guru. Peranan
guru dalam mengajar dan belajar demikian relatif rendah. Kedaulatan
siswa dalam belajar demikian relatif tinggi, sementara kedaulatan
guru relatif rendah. Belajar dilakukan dengan cara memberikan
kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu.19

e. Teori Belajar Sibernetik


Teori belajar yang paling baru dari semua teori belajar yang
kita kenal adalah teori sibernetik. Teori ini berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori
ini, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan
proses belajar dari pada hasil belajar. Jika teori sibernetik lebih
tertarik kepada kerja otak, tetapi teori kognitif lebih tertarik kepada
hasil kerja otak itu. Proses memang penting dalam teori sibernetik.
Namun, yang lebih penting lagi adalah “sistem informasi” yang
diproses yang akan dipelajari siswa itu. Informasi inilah yang akan
menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung,
sangat ditentukan oleh sistem

18
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2005), hlm.68.
19
Sri Hayati, hlm. 63
infomasi yang dipelajari. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah
bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala
situasi, dan yang cocok untuk semua pembelajar. Sebab cara belajar
sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi bisa
dipelajari pembelajar dengan satu macam proses belajar, dan
informasi yang sama mungkin akan dipelajari pembelajar lain dengan
proses belajar yang berbeda.20

3. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar menurut Winataputra adalah sebagai berikut:21
a. Prinsip Kesiapan/readiness. Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa,
yang dimaksud kesiapan adalah kondisi individu yang memungkinkan
ia dapat belajar. Yang termasuk kesiapan ini adalah kematangan dan
pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang pengalaman, hasil
belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
b. Prinsip Motivasi. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu, dan memelihara
kesungguhan. Secara alami anak selalu ingin tahu dan melakukan
kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
seyogyanya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan
yang sama untuk semua anak.
c. Prinsip Persepsi. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang
hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Seorang guru

20
Sri Hayati, hlm.70
21
Winataputra, hlm. 24-30
akan dapat memahami siswanya lebih baik bila ia peka terhadap
bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
d. Prinsip Tujuan. Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan
diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. Tujuan
adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
e. Prinsip Perbedaan Individu. Proses pembelajaran sebaiknya
memperhatikan perbedaan individual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-
tingginya. Seorang guru perlu memahami latar belakang, emosi,
dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran
dan tugas- tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
f. Prinsip Transfer dan Retensi. Belajar dianggap bermanfaat bila
seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam
situasi baru. Apapun yang dipelajari dalam situasi pada akhirnya akan
digunakan dalam situasi lain. Proses tersebut di kenal dengan proses
transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar
disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat
digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru.
g. Prinsip Belajar Kognitif. Belajar kognitif melibatkan proses
pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi
antar unsur, Pembentukan konsep, penemuan masalah, dan
keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk
perilaku baru. Berfikir, menalar, menilai, dan berimajinasi merupakan
aktifitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
h. Prinsip Belajar Afektif. Proses belajar afektif seseorang menentukan
bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.
Dalam banyak hal siswa mungkin tidak mempelajari belajar afektif.
Sesungguhnya,
proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan
bentuk dari sikap, emosi, dorongan, minat, dan sikap individu.
i. Prinsip Belajar Psikomotor. Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktifitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
j. Prinsip Evaluasi. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar, dan kesiapan untuk belajar. Individu
yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji
pengalaman belajarnya, dan hal ini pada gilirannya akan dapat
meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.

Sedangkan prinsip belajar menurut Hamalik adalah sebagai berikut: 22

a. Belajar memerlukan bimbingan.


b. Belajar merupakan proses aktif, di mana terjadi hubungan saling
mempengaruhi antara siswa dengan lingkungannya.
c. Belajar akan efektif berdasarkan atas dorongan diri sendiri.
d. Belajar memerlukan latihan agar dapat menguasai masalah yang telah
dipelajari.
e. Belajar harus disertai kegiatan/kemauan yang kuat.
f. Belajar memerlukan pemahaman.
g. Belajar dianggap berhasil apabila si pembelajar dapat menerapkan apa
yang diperolehnya dalam kebutuhan sehari-hari.

4. Ciri-ciri Belajar
Ciri-ciri Belajar menurut Djamarah sebagaimana dikutip oleh Lestari
yakni sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar.

22
Sri Hayati, hlm. 77
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek.23

5. Pengertian Pembelajaran
Istilah pembelajaran sering diidentikkan dengan pengajaran, seperti
dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 20 (tentang
standar proses) dinyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.”24 Kata
atau sitilah pembelajaran masih terbilang baru semenjak lahirnya
Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.25
Menurut Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran.26

23
Putri Lestari dan Adeng Hudaya, :Penerapan Model Quantum Teaching Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP PGRI 3 Jakarta”, Jurnal
Pendidikan: Vol. 5 No. 1 Oktober 2018, ISSN 2406-9744, hlm.49.
24
Undang-Undang R.I No. 19 Tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Pasal 20.
25
Undang-Undang R.I No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
26
Oemar Hamalik,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 239
Menurut Warsita, pembelajaran merupakan suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan
peserta didik.27
Menurut Sugandi, pembelajaran adalah merupakan terjemahan dari
kata instruction yang berarti self instruction (dari internal) dan external
instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara
lain datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam pembelajaran yang
bersifat eksternal, prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi
prinsip-prinsip pembelajaran..28
Menurut Hayati, pembelajaran adalah perubahan dalam
kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai
akibat dari pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang
hanya berlangsung sekejab kemudian kembali ke perilaku semula
menunjukkan belum terjadi pembelajaran meskipun terjadi pengajaran.29
Menurut Sanjaya, definisi pembelajaran menurut Sanjaya merupakan
suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua
aspek yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran
dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang
diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran.30
Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat belajar
secara efektif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.31

27
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm. 57
28
Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2008), hlm. 9
29
Sri Hayati, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning, (Magelang: Graha
Cendekia, 2017) hlm 15
30
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hlm. 23
31
Dimyati dan Mudjiono, Progresivisme John Dewey, (Yogyakarta: Safria Insania Press,
2004), hlm. 19
Menurut Sagala, pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar oleh peserta didik.32
Menurut Dasopang, pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu
proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga diartikan
sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik
dalam melakukan proses belajar.33
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan sebuah upaya yang dilakukan guru dalam
rangka membantu peserta didik sehingga dapat mendorong peserta didik
melakukan proses belajar.

6. Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran menurut Colin Marsh sebagaimana yang telah
dikutip oleh Suyono, mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu cara untuk meningkatkan pembelajaran yang optimal bagi siswa
termasuk bagaimana mengelola disipin kelas dan organisasi
pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam
proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan
guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar,
pengelolaan sumber belajar dan penilaian (asesmen) agar pembelajaran

32
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.62
33
Dasopang, dkk, Belajar dan Pembelajaran, (Padang: IAIN Padangsidimpuan. Jurnal Kajian
Ilmu-ilmu Keislaman, 2017) Volume 3, hlm. 337.
lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
ditetapkan.34

7. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Ada beberapa poin prinsip pembelajaran yang dikemukakan Susanto,
antara lain:
a. Prinsip motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan
belajar, baik dari dalam diri siswa atau dari luar sehingga anak
belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b. Prinsip latar belakang, adalah usaha guru dalam proses pembelajaran
dengan mengedepankan tidak terjadinya pengulangan yang
membosankan.
c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan
perhatian anak dengan jalannya pembelajaran.
d. Prinsip keterpaduan, adalah pengaitan suatu pokok bahasan yang
disampaikan guru dengan pokok bahasan lain agar anak mendapat
gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
e. Prinsip pemecahan masalah, merupakan situasi belajar yang
dihadapkan pada permasalahan. Hal ini dimaksudkan agar anak peka
dan mendorong mereka untuk menentukan pemecahan masalah
sesuai kemampuannya.
f. Prinsip menemukan, kegiatan menggali potensi anak untuk mencari
dan mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan
informasi.
g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memeproleh
pengalaman baru.

34
Suyono dan Hariyanto, hlm. 20.
h. Prinsip belajar sambil bermain, kegiatan yang menimbulkan suasana
menyenangkan bagi anak untuk mendorong anak aktif dalam belajar.
i. Prinsip perbedaan individu, upaya guru dalam proses belajar yang
memperhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat dan
lain lain. Guru hendaknya memperlakukan anak seolah-olah sama.
j. Prinsip hubungan sosial, sosialisasi pada masa anak yang sedang
tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.35

8. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dalam bukunya Sugandi, adalah membantu
siswa pada siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali
sikap dan prilaku siswa. Tujuan pembelajaran menggambarkan
kemampuan atau tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai oleh siswa
setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran.36

9. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur


maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara
penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap
sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara
yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Contoh metode
pembelajaran konvensional antara lain yaitu metode ceramah, metode
Tanya-jawab,

35
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), hlm. 87.
36
Achmad Sugandi, hlm. 20
metode diskusi, metode pemberian tugas, metode proyek, dan berbagai
variasinya.

10. Teknik Pembelajaran


Teknik Pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran
yang secara nyata berlangsung di dalam kelas, tempat terjadinya proses
pembelajaran. Teknik pembelajaran menerapkan berbagai kiat, atau taktik
yang bersifat taktis untuk memenuhi tujuan atau kompetensi yang
diinginkan.37

11. Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses
belajar mengajar tidak akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan
mengajar pasti memiliki dan menguasai materi pelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Materi pelajaran merupakan satu sumber
belajar bagi siswa. Materi yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah
sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Suharsimi
Arikunto dikutip dalam jurnal Dasopang memandang bahwa materi
pelajaran merupakan unsure inti yang ada di dalam kegiatan belajar
mengajar, karena bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai
oleh siswa. Maka, seorang guru ataupun pengembang kurikulum
seharusnya tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan
yang topiknya. tertera yang berhubungan dengan kebutuhan siswa pada
usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.38

37
Suyono dan Hariyanto, hlm. 19-20.
38
Dasopang, dkk, hlm. 344.
12. Media/Alat Pembelajaran
Media merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru
untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang digunakan untuk
mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep
yang abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Alat
pembelajaran adalah media yang berfungsi sebagai alat bantu dalam
mendukung pelaksanaan pembelajaran agar lebih efektif dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Alat atau media pembelajaran dapat berupa orang,
makhluk hidup, benda-benda dan segala sesuatu yang dapat digunakan
guru sebagai perantara untuk menyajikan bahan pelajaran.39

13. Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian hasil belajar yang
dilakukan guru kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui taraf
kesiapan peserta didik dalam proses pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah
untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai tingkat
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai peserta didik sehingga
guru dapat mengupayakan langkah-langkah perbaikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan.40

39
Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima,
2017), hlm.7.
40
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), hlm.17
C. Pandemi Covid-19
Pada Bulan Maret tahun 2020 proses pembelajaran di Indonesia
mengalami perubahan yang signifikan. Baik tentang waktu, cara
pembelajaran, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena suatu wabah yang
muncul di indonesia bahkan dunia. Wabah tersebut adalah coronavirus disease
yang sering disebut COVID-19. COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan,
China pada akhir tahun 2019. Penularan wabah COVID-19 sangat cepat dan
sulit untuk mengenali ciri ciri orang yang sudah tertular dengan virus ini. Saat
ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan COVID-19 sudah
menjadi pandemi, artinya terjadi penambahan kasus penyakit yang cukup
cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. COVID-19 (coronavirus
disease 2019) adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru
yaitu Sars- CoV-2, yang dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada
tanggal 31 Desember 2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala
gangguan pernafasan akut seperti demam diatas 38°C, batuk dan sesak nafas
bagi manusia. Selain itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare.
Pada penderita COVID-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia,
sindroma pernafasan akut, gagal ginjal bahkan sampai kematian. COVID-19
dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet
(percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara. Bentuk
COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron (cairan saluran nafas/ swab
tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-19 seperti virus yang
memiliki mahkota.41

Dampak yang ditimbulkan dari COVID-19 dirasakan hampir seluruh


negara. Banyak sektor yang menerima dampak wabah tersebut, tidak
terkecuali

41
T.Aswani, Hindari Lansia dari Covid-19 , www.padk.kemkes.go.id:
http://www.padk.kemkes.go.id/article/r ead/ 2020/04/23/21/hindari-lansia-dari- covid-19.html, diakses
pada 16 Februari 2021, pukul : 15.00 WIB
pada sektor pendidikan. Akibat pandemi ini, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia melalui Surat Edaran No. 4 Tahun 2020
memutuskan proses belajar mengajar harus dilaksanan dari rumah masing-
masing atau yang kerap disebut dengan Belajar Dari Rumah (BDR).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar


Makariem mengajak seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan
untuk tetap melakukan pembelajaran, meskipun dengan langkah kecil dan
sederhana di tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19). Ia
mengungkapkan, Kemendikbud telah melakukan berbagai upaya untuk
menangani setiap tantangan kontekstual di dunia pendidikan. “Tidak yang
ingin pandemi ini terjadi. Pilihannya adalah belajar, atau tidak belajar sama
sekali” demikian disampaikan Mendikbud dalam acara media briefing, hasil
kerja sama antara Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), dan Ketua Tim Pakar Penanganan Covid-19, di
Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (14/5/2020). Mendikbud mengatakan,
pandemi covid-19 telah menunjukkan sejauh mana ketahanan sebuah negara
dalam menjalankan kebijakan pendidikan yang adaptif, baik terhadap
perkembangan zaman maupun perubahan kondisi sosial masyarakat.
Indonesia sebagai salah satu negara yang tengah berperang melawan covid-19,
juga terus berjuang untuk memberikan layanan pendidikan yang berkualitas
terutama bagi generasi

penerus bangsa.42

1. Pelaksanaan Belajar Dari Rumah oleh Kepala Satuan Pendidikan


Selama masa darurat COVID-19, kepala satuan pendidikan
melakukan langkah-langkah pelaksanan BDR sebagai berikut.

42
KEMENDIKBUD RI. Kemendikbud Dorong Penyesuaian Kegiatan Belajar Mengajar di
tengah Pandemi, https//: kemdikbud.go.id, Diakses pada tanggal 15 Februari 2021.
a. Menetapkan model pengelolaan satuan pendidikan selama BDR,
diantaranya:
1) bekerja dan mengajar dari rumah bagi guru dan tenaga
kependidikan.
2) menentukan jadwal piket apabila diperlukan. Dalam hal
dilakukan piket hendaknya berkoordinasi dengan dinas
pendidikan dan gugus tugas penanganan COVID-19 setempat.
b. Memastikan sistem pembelajaran yang terjangkau bagi semua
peserta didik termasuk peserta didik penyandang disabilitas.
c. Membuat rencana keberlanjutan pembelajaran. Jika masa darurat
COVID-19 dan kegiatan BDR diperpanjang maka perlu
mengoordinir para guru untuk berkreasi dengan menggunakan
bahan ajar yang terdiri dari:
1) instruksi dan materi pembelajaran daring dengan menggunakan
media dan sumber belajar daring.
2) instruksi dan materi pembelajaran luring dengan menggunakan
televisi, radio, buku, dan modul pembelajaran mandiri peserta
didik.
3) intruksi untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran untuk
peserta didik penyandang disabilitas.
d. Melakukan pembinaan dan pemantauan kepada guru melalui
laporan pembelajaran yang dikumpulkan setiap minggu
1) memastikan guru memfasilitasi pembelajaran jarak jauh baik
secara daring maupun luring;
2) memastikan rencana pelaksanaan pembelajaran menerapkan
pembelajaran bermakna, kegiatan kecakapan hidup dan
aktivitas fisik; dan
3) memastikan adanya materi edukasi untuk orang tua/wali
peserta didik terkait pencegahan COVID-19 dan menerapkan
pola perilaku hidup bersih di rumah.
e. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki guru
dalam memfasilitasi pembelajaran jarak jauh baik secara daring
maupun luring selama darurat COVID-19.
1) Ketersediaan gawai/komputer/laptop untuk fasilitas
pembelajaran daring.
2) Akses ke media pembelajaran daring dan luring.
3) Distribusi sarana pembelajaran luring dan alat peraga ke rumah
peserta didik termasuk alat peraga pendidikan bagi peserta
didik penyandang disabilitas (bagi yang tidak memiliki akses
ke pembelajaran daring).
4) Berkoordinasi dengan dinas pendidikan, dan/atau dinas sosial,
dan/atau dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak untuk pengupayaan adanya layanan dukungan psikososial
bagi pendidik, orang tua/wali, dan peserta didik.
f. Membuat program pengasuhan untuk mendukung orang tua/wali
dalam mendampingi peserta didik belajar, minimal satu kali dalam
satu minggu.
g. Membentuk tim siaga darurat untuk penanganan COVID-19 di
satuan pendidikan, memberikan pembekalan mengenai tugas dan
tanggung jawab kepada tim, dan berkoordinasi dengan dinas
pendidikan dan/atau gugus tugas penanganan COVID-19 setempat
dan/atau fasilitas kesehatan/rujukan penanganan COVID-19
terdekat.
h. Memberikan laporan secara berkala kepada dinas pendidikan
dan/atau pos pendidikan daerah terkait:
1) kondisi kesehatan warga satuan pendidikan;
2) metode pembelajaran jarak jauh yang digunakan
(daring/luring/kombinasi daring dan luring);
3) jumlah peserta didik yang belum bisa terlayani;
4) kendala pelaksanaan BDR; dan
5) praktik baik dan capaian hasil belajar peserta didik.43

2. Pelaksanaan Belajar Dari Rumah oleh Guru


Guru memfasilitasi pelaksanaan PJJ secara daring, luring, mupun
kombinasi keduanya sesuai kondisi dan ketersediaan sarana pembelajaran.
a. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran jarak jauh
Dalam menyiapkan pembelajaran, guru perlu memastikan beberapa hal
berikut:
1) memastikan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai. dilarang
memaksakan penuntasan kurikulum dan fokus pada pendidikan
kecakapan hidup.
2) menyiapkan materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan BDR, materi
dapat difokuskan pada:
a) literasi dan numerasi;
b) pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19;
c) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Gerakan
Masyarakat Sehat (Germas);
d) kegiatan rekreasional dan aktivitas fisik;
e) spiritual keagamaan; dan/atau
f) penguatan karakter dan budaya.

43
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Penyelenggaraan Pembelajaran Dari
Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Surat Edaran No.15
Tahun 2020, https://www.kemdikbud.go.id/, (diakses pada 15 Februari 2021 pukul: 14.00 WIB), hlm.
7-9.
3) menentukan metode dan interaksi yang dipakai dalam penyampaian
pembelajaran melalui daring, luring, atau kombinasi keduanya.
4) menentukan jenis media pembelajaran, seperti format teks,
audio/video simulasi, multimedia, alat peraga, dan sebagainya yang
sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan; dan
5) guru perlu meningkatkan kapasitas dengan mengikuti pelatihan
daring yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga
nonpemerintah guna mendukung keterampilan menyelenggarakan
PJJ pada situasi darurat COVID-19.

b. Fasilitasi pembelajaran jarak jauh daring


Waktu pembelajaran daring sepanjang hari menyesuaikan ketersediaan
waktu, kondisi, dan kesepakatan peserta didik dan orangtua/walinya.
Proses pembelajaran daring terdiri atas:
1) tatap muka Virtual melalui video conference, teleconference, dan/atau
diskusi dalam group di media sosial atau aplikasi pesan. Dalam tatap
muka virtual memastikan adanya interaksi secara langsung antara guru
dengan peserta didik.
2) Learning Management System (LMS). LMS merupakan sistem
pengelolaan pembelajaran terintegrasi secara daring melalui aplikasi.
Aktivitas pembelajaran dalam LMS antara lain pendaftaran dan
pengelolaan akun, penguasaan materi, penyelesaian tugas, pemantauan
capaian hasil belajar, terlibat dalam forum diskusi, konsultasi dan
ujian/penilaian. Contoh LMS antara lain kelas maya rumah belajar,
google classroom, ruang guru, zenius, edmodo, moodle, siajar LMS
seamolec, dan lain sebagainya.
c. Fasilitasi pembelajaran jarak jauh luring
Proses Pembelajaran luring dapat dilaksanakan dengan: (a)
menggunakan media buku, modul dan bahan ajar dari lingkunan sekitar;
(b) menggunakan media televisi; dan (c) menggunakan radio.
1) langkah fasilitasi PJJ luring menggunakan media buku, modul dan
bahan ajar dari lingkunan sekitar Waktu pembelajaran dan
pengumpulan hasil belajar disepakati dengan peserta didik dan/atau
orang tua/wali dan sesuai dengan kondisi.
2) Langkah fasilitasi pembelajaran jarak jauh luring menggunakan
televisi dan radio waktu pembelajaran dan pengerjaan tugas
disesuaikan dengan jadwal tayang/siaran dan waktu pengumpulan
tugas setiap akhir minggu atau disesuaikan dengan kondisi peserta
didik ketersediaan waktu peserta didik dan orang tua/wali.44

D. Pembelajaran Daring

1. Pengertian Pembelajaran Daring


Pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan kelas
belajar untuk menjangkau kelompok yang masif dan luas melalui jaringan
internet. Pembelajaran dapat dilakukan secara masif dengan jumlah
peserta didik yang tidak terbatas, peserta yang tidak terbatas, bisa
dilakukan secara gratis maupun berbayar.45

44
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hlm.9-10
45
Bilfaqih dan Qomarudin, Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), hlm.1.
Menurut Hratinski sebagaimana yang telah dikutip oleh Hayati,
pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang tidak memerlukan
intensitas interaksi belajar-mengajar guru dan murid melainkan guru
“meletakkan” materi, tugas , serta evaluasi di suatu tempat yang telah
ditentukandan membiarkan anak didik berusaha mencarinya secara
mandiri dan tidak real-time.46

Menurut Isman, pembelajaran daring merupakan pemanfaatan


jaringan internet dalam proses pembelajaran. 47 Selaras dengan yang telah
dikemukakan oleh Sutopo, pembelajaran daring merupakan pembelajaran
yang memanfaatkan dukungan teknologi internet. Dalam pembelajaran
daring, pengajar tidak sekedar menggunggah materi pembelajaran yang
bisa diakses secara online oleh peserta didik, tetapi pengajar juga
melakukan evaluasi, menjalin komunikasi, berkolaborasi, dan mengelola
aspek-aspek pembelajaran lainnya.48

Menurut Mulyasa sebagaimana dikutip oleh Syarifudin memberikan


argumen pembelajaran daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang
dilakukan secara virtual yang tersedia. Meskipun demikian, pembelajaran
daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan diajarkan.49

Syarifudin juga menjelaskan bahwa pembelajaran daring adalah


bentuk pembelajaran yang mampu menjadikan siswa mandiri tidak
bergantung pada orang lain.50

46
Noor Hayati, Pembelajaran di Era Pandemi, (Yogyakarta: Deepublish, 2020), hlm. 83
47
Isman, hlm.2.
48
Sutopo, Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm. 31
49
Albitar Syarifudin, Implementasi Pembelajaran Daring untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan sebagai Dampak Diterapkannya Sosial Distancing, Universitas Trunojoyo Madura (UTM)
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. ISSN 2528-4371, hlm.33.
50
Albitar Syarifudin, hlm. 33.
Adapun pengertian pembelajaran daring menurut Sadikin,
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan
jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan
kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.51

Sedangkan menurut Ramadhan pembelajaran daring atau online


adalah salah satu model pembelajaran berteknologi untuk melengkapi
pembelajaran tatap muka.52

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap
muka atau melalui jaringan internet dan perangkat teknologi sebagai alat
yang digunakan pada penerapannya.

2. Karakteristik Pembelajaran Daring


Pembelajaran darig merupakan salah satu pembelajaran yang saat ini
sedang berkembang di dalam pendidikan Indonesia. Pembelajaran daring
dalam pengembangan dan implementasinya mempunyai ciri atau
karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut dapat berupa pemanfaatan
jasa teknologi elektronik, di mana guru dan siswa, siswa dan sesama
siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif
mudah.

Menurut Bilfaqih dan Qomarudin pembelajaran daring memiliki


karakteristik yang utama sebagai berikut:

a. Daring, pembelajaran daring adalah pembelajaran yang


diselenggarakan melalui jejaring web;

51
Ali Sadikin,“Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19”, (Jambi: Jurnal Ilmiah
Pendidikan, Universitas Jambi), ISSN 2580-0922, Volume 6, Nomor 02, Tahun 2020, hlm. 216
52
R. Ramadhan C, Pengembangan Pembelajaran Bauran (Blended Learning), Universitas
Negeri Jakarta. Jurnal Pembelajaran Inovatif . 2018, hlm. 37.
b. Masif, pembelajaran daring adalah pembelajaran dengan jumlah
partisipan tanpa batas yang diselenggarakan melalui jejaring web;
c. Terbuka, sistem pembelajaran daring bersifat terbuka dalam artian
terbuka aksesnya bagi kalangan pendidikan, kalangan industri,
kalangan usaha, dan khalayak masyarakat umum. Hak belajar tak
mengenal atar belakang dan batas usia.53

Sedangkan menurut Isman,pembelajaran daring memiliki


karakteristik sebagai berikut:

a. Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan


pengetahuan secara mandiri (constructivism);
b. Pembelajar akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam
membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah secara
bersama-sama (social contructivism);
c. Membentuk suatu komunitas pembelajaran (community of learers)
yang inklusif;
d. Memanfaatkan media laman (website) yang bisa diakses melalui
internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau
kelas digital;
e. Interaktivitas, kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan.54

Berdasarkan beberapa karakteristik diatas, dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran daring tidak semata-mata hanya menyajikan materi
pelajaran secara online saja, namun guru sebagai peran pendidik dituntut
untuk interaktif dan komunikatif. Materi pelajaran didesain seolah siswa
belajar

53
Bilfaqih dan Qomarudin, Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring, (Yogyakarta:
Deepublish, 2015), hlm.5.
54
Isman, hlm.2.
di hadapan guru melalui layar komputer yang dihubungkan melalui
jaringan internet.

3. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Daring


Secara umum, pembelajaran daring bertujuan memberikan layanan
pembelajaran bermutu secara dalam jaringan (daring) yang bersifat masif
dan terbuka untuk menjangkau audiens yang lebih banyak dan lebih luas.

Bilfaqih dan Qomarudin menjelaskan beberapa manfaat


pembelajaran daring sebagai berikut;

a. Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan


multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
c. Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang
bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.55

4. Aplikasi Pembelajaran Daring


Berikut beberapa aplikasi yang dapat digunakan untuk kegiatan
belajar online sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sarana prasarana
pendukung yang ada di sekolah sekarang ini.56
a. Google Classroom
Google Classroom (atau dalam bahasa Indonesia yaitu Ruang
Kelas Google) adalah suatu aplikasi pembelajaran campuran yang

55
Bilfaqih dan Qomarudin, hlm.4
56
Tarmono, Aplikasi Pembelajaran Daring yang Efektif di Masa Pandemi Covid-19,
https://www.kompasiana.com/monexabersaudara/5f9e9b2e8ede4869c4785d32/aplikasi-pembelajaran-
daring-yang-efektif-di-masa-pandemi-covid-19?page=2, (diakses pada 15 Februari 2021 pukul: 14.00
WIB)
diperuntukkan terhadap setiap ruang lingkup pendidikan untuk
menemukan jalan keluar atas kesulitan dalam membuat, membagikan
dan menggolong-golongkan setiap penugasan tanpa kertas. Sejak 12
Agustus 2014 perangkat lunak ini telah diperkenalkan sebagai
keistimewaan Google Apps for Education. Kelas membantu pengajar
untuk membuat dan mengatur tugas dengan cepat, memberi masukan
secara efisien, dan berkomunikasi dengan mudah dengan kelasnya.
b. Zoom Meeting
Aplikasi Zoom meeting merupakan aplikasi komunikasi dengan
menggunakan video yang dapat digunakan dalam berbagai perangkat
seluler, desktop, dan lap top. Aplikasi ini dapat digunakan untuk
melakukan meeting hingga konferensi video dan audio antara guru
dan siswa. Dengan menggunakan zoom meeting guru dan siswa
dapat bertatap muka langsung dan melakukan kegiatan belajar
mengajar. Aplikasi zoom meeting dapat didownload di play store dan
juga dapat diinstal di lap top atau PC.
c. Google Meet
Google Meet merupakan salah satu dari sekian banyak aplikasi
video telekonferensi. Layanan ini mampu menampung sekitar 100
orang dalam satu sesi rapat virtual. Penggunaan google meet sama
seperti zoom yaitu sama-sama dapat bertatap muka langsung antara
guru dan siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.
Pengguna bisa menggunakan layanan Meet secara cuma-cuma baik
melalui aplikasi desktop (PC/laptop) maupun HP Androit. Aplikasi
ini dapat di download di play store dan dapat mudah digunakan baik
oleh siswa maupun orang tua.
d. Whatsapp
Whatsapp adalah aplikasi pengiriman pesan dapat berupa
mengirim gambar, suara dan bahkan video. Penggunaan Whatsapp
sekarang ini
sangat memasyarakat. Hampir setiap orang sudah mampu
menggunakan WA mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Penggunaan WA menggunakan koneksi internet jenis jaringan
GPRS/EDGE/3G/4G atau Wi-Fi.

Kita dapat melihat kontak maupun perbincangan dengan teman,


walaupun tidak tersambung dengan koneksi internet, tetapi saat
mengirim pesan, terdapat tanda jam yang menandakan pesan tertunda
pengirimannya sampai terdapat koneksi internet. WA dapat kita
manfaatkan untuk panggilan video atau Video call dan mengirim
pesan suara atau voice note. WA menjadi pilihan yang sesuai dalam
pembelajaran daring sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai