Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka membentuk sumber daya manusia dibidang penerbangan
yang berkualitas maka peran lembaga pendidikan penerbangan yang
profesional sangatlah dominan. Politeknik Penerbangan (Poltekbang)
Surabaya adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi di bawah Kementerian
Perhubungan Indonesia dengan tugas pokok melaksanakan pendidikan
profesional program diploma bidang keahlian teknik dan keselamatan
penerbangan. Sebagai lembaga pendidikan vokasional maka Politeknik
Penerbangan Surabaya memiliki tugas pokok menyelenggarakan program
pendidikan vokasi di bidang penerbangan. Hal tersebut selaras dengan visi
dan misi Politeknik Penerbangan Surabaya yaitu visi: menjadi perguruan
tinggi vokasi yang unggul, mengahasilkan lulusan yang kompeten di bidang
penerbangan, serta mampu bersaing secara nasional dan global. Sedangkan
misi dari Politeknik Penerbangan Surabaya adalah:
1) menyelenggarakan pendidikan vokasi di bidang penerbangan sesuai
dengan standar kompetensi baik nasional maupun internasional;
2) mewujudkan sarana dan prasarana pendidikan vokasi sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan;
3) menciptakan sumber daya manusia yang prima, profesional dan
beretika;
4) menciptakan iklim akademik yang mampu mewujudkan visi
Politeknik Penerbangan Surabaya;
5) menyelenggarakan dan mewujudkan tri dharma perguruan tinggi;
dan
6) menyelenggarakan dan mewujudkan profesionalisme guna
pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

1
2

Demi tercapainya visi dan misi Politeknik Penerbangan Surabaya untuk


menciptakan sumber daya manusia yang prima, profesional dan beretika
maka program pendidikan di Politeknik Penerbangan Surabaya harus mampu
menjawab dinamika dan perkembangan dunia penerbangan baik nasional
maupun internasional. Program pendidikan di Politeknik Penerbangan
Surabaya harus memenuhi standar kompetensi dan regulasi yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah maupun Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang Undang Nomor
1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan pada pasal 3 disebutkan: penerbangan
diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan penyelenggaraan penerbangan
yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar dan
menghindari praktek persaingan usaha yang tidak sehat. Terwujudnya
penyelenggaraan lalu lintas penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman,
dan nyaman salah satunya adalah tanggung jawab Pemandu Lalu Lintas
Udara/Air Traffic Controller, hal tersebut selaras dengan pasal 279 bahwa
pelayanan lalu lintas penerbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 278
terdiri atas pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan: a) Pelayanan
pemanduan lalu lintas penerbangan (air traffic control service); b) Pelayanan
informasi penerbangan (flight information service); c) Pelayanan saran lalu
lintas penerbangan (air traffic advisory service);dan d) Pelayanan kesiagaan
(alerting service).
Kurikulum program pendidikan di Politeknik Penerbangan Surabaya
yang mendukung implementasi tentang penerbangan yang tertib, teratur,
selamat, aman, dan nyaman terdapat pada mata kuliah Human Factor.
Adapun tujuan mata kuliah Human Factor adalah untuk memberikan
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manusia di dalam
dunia penerbangan. Untuk para Pemandu Lalu Lintas Udara/Air Traffic
Controller diberikan dua Human Factor digest yakni digest no.8 Human
Factor In Air Traffic Control dan digest no.10 Human Factor Management
And Organization sesuai dengan ketetapan pada silabus dalam program studi
lalu lintas udara/Air Traffic Controller. Pada masa pandemi Covid-19 proses
3

pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka harus dilakukan


secara online dari rumah masing-masing untuk mencegah penyebaran virus
corona. Pelaksanaan pembelajaran secara online tentunya tidak terlepas dari
penggunaan teknologi. Dalam pelaksanaan pembelajaran online dosen tidak
hanya dituntut untuk mahir menggunakan teknologi sebagai media utama
pembelajaran, akan tetapi juga mampu menerapkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan media pembelajaran berupa teknologi. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran online dosen harus mampu membuat sebuah
suasana belajar atau kelas yang menarik agar perhatian taruna terfokus hanya
untuk mendengarkan penjelasan dari dosen tersebut, dengan penggunaan
teknologi sebagai media belajar dimana semua hal bisa dicari melalui
teknologi memungkinkan taruna untuk mencari hiburan lain dan tidak
terfokus pada suatu kelas/pembelajaran akibat metode pembelajaran yang
membosankan. Selain itu dengan memanfaatkan teknologi sebagai media
pembelajaran tentunya diharapkan akan memberikan dampak baik terhadap
hasil belajar taruna. Dengan kata lain dosen juga harus memiliki metode
pembelajaran yang sesuai dengan media pembelajaran baru ini untuk
menyampaikan suatu materi secara efektif guna menunjang hasil belajar
taruna, dimana metode pembelajaran klasikal tidak lagi sesuai untuk
diterapkan secara utuh ke dalam suatu pembelajaran berbasis online karena
terlalu monoton. Untuk itu diperlukan metode pembelajaran yang cocok pada
mata kuliah Human Factor untuk menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas pada masa pandemi Covid-19 ini.
Arwendria dalam Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia Volume 1,
Nomor 1, Mei 2014 dengan judul Konektivisme dalam Perspektif Literasi
Informasi mengemukakan tentang kemampuan yang dibutuhkan untuk
belajar di era digital dan pentingya literasi informasi di era digital untuk
mengembangkan keterampilan informasi dalam mengeksplorasi sumber daya
informasi secara efisien dan mengevaluasi hasilnya secara kritis. Lebih lanjut
dalam jurnal ini juga dijelaskan bahwa pembelajaran dengan implementasi
teori konektivisme dapat meningkatkan pencapaian belajar. Dengan demikian
4

pembelajaran tidak lagi tentang usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran


yang spesifik, tetapi tentang kemampuan secara fleksibel menerapkan apa
yang telah dipelajari dalam menghadapi situasi atau masalah baru.
Pembelajaran konektivisme mampu menggabungkan semua pembelajaran
tersebut dengan mengintegrasikan belajar dan pengetahuan melalui media
sosial sehingga belajar menjadi sebuah proses untuk membuat koneksi
dengan yang lainnya melalui jejaring sosial online dan mengakses berbagai
informasi melalui berbagai cara. Konsep teori pembelajaran konektivisme
oleh Siemens, G (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Connectivisme : A
learning theory for digital age. Internasional journal of Instructional
Technology and Distance Learning. (Vol2.No.1) mengemukakan tentang
prinsip-prinsip konektivisme adalah sebagai berikut :
a) Belajar dan pengetahuan terletak pada keberagaman opini;
b) Belajar adalah suatu proses menghubungkan (connecting) sumber-
sumber informasi tertentu;
c) Belajar mungkin saja terletak bukan pada alat-alat manusia;
d) Kapasitas untuk mengetahui lebih banyak merupakan hal yang lebih
penting dari pada apa yang diketahui sekarang;
e) Memelihara dan menjaga hubungan (connections) diperlukan untuk
memfasilitasi belajar berkelanjutan;
f) Kemampuan untuk melihat hubungan antara bidang-bidang, ide-ide,
dan konsep merupakan inti keterampilan;
g) Saat ini (pengetahuan yang akurat dan up-to-date) adalah maksud
dari semua aktivitas belajar konektivistik; dan
h) Penentu adalah proses belajar itu sendiri, pemilihan atas apa yang
dipelajari dan makna informasi yang nampak melalui realita yang
ada.
I Nyoman Mardika dalam
https://mardikanyom.tripod.com/Konektivisme.pdf juga mengemukakan
tentang teori konektivisme sebagai alternatif teori pembelajaran di abad
digital. Teori pembelajaran konektivisme merupakan sebuah paradigma baru
5

di dunia pendidikan yang muncul akibat pesatnya perkembangan teknologi


digital dan menjadi sebuah keniscayaan akibat tuntutan dari situasi pandemi
yang masih berlangsung sampai saat ini. Teori pembelajaran konektivisme
sudah diterapkan dalam pembelajaran mata kuliah Human Factor, dimana
karakteristik mata kuliah ini sangat cocok dengan teori pembelajaran tersebut.
Hal ini didukung oleh sumber belajar yang dibutuhkan dari mata kuliah
Human Factor bersifat luas, beragam, dapat diterapkan, selalu berkembang,
dan up to date sesuai dengan prinsip-prinsip teori pembelajaran konektivisme.
Implementasi teori konektivisme pada proses pembelajaran mata kuliah
Human Factor dan pengaruhnya terhadap hasil belajar taruna di Politeknik
Penerbangan Surabaya menjadi menarik untuk diteliti. Untuk mengetahui
pengaruh teori konektivisme terhadap hasil belajar taruna pada mata kuliah
Human Factor maka penulis menentukan judul “PENGARUH TEORI
PEMBELAJARAN KONEKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR
TARUNA PADA MATA KULIAH HUMAN FACTOR DI
POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana pengaruh teori pembelajaran konektivisme
terhadap hasil belajar taruna pada mata kuliah Human Factor di Politeknik
Penerbangan Surabaya

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas maka diperlukan batasan masalah untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang permasalahan yang akan dibahas. Batasan
masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh teori konektivisme
terhadap hasil belajar taruna pada mata kuliah Human Factor pada Prodi Lalu
Lintas Udara dan Prodi Komunikasi Penerbangan di Politeknik Penerbangan
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai