Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOMEDIK III

“TAENIASIS”

Disusun oleh Kelompok 1 :

1.Ceri Lee (9103020002)


2.Bernadette Masayu Sr (9103020004)
3.Jein Pinka Melda Wa (9103020009)
4. Rika Puspanigrum (9103022012)
5. Hilda Putri Febriyan (9103020022)
6. Nadya Laura. P (9103022034)
7. Inggrit Miryam. S (9103022037)
8. Putri Indi Bella Natasya (9103022054)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................6

a. Pengertian dari Taeniasis? ......................................................................... 6


b. Bagiamana cara mengolah daging sapi atau daging babi yang benar..........6

c. bagaimana manifestasi klinik terjadi pada manusia? .................................. 6

d. Bagaimana melakukan pencegahan sejak dini terhadap Taeniasis ............ 6

e. Bagaimana melakukan penatalakasanaan pengobatan pada


Taeniasis........................................................................................................6

1.3 Tujuan penulisan ........................................................................................... 6


a. Tujuan Umum .............................................................................................. 6

b. Tujuan Khusus ............................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................7

2.1 Definisi Taeniasis. ............................................................................................7

2.2 Klasifikasi Taeniasis .........................................................................................7

2.3 Perbedaan Taenia Solium dan Taenia Saginata................................................7

2.4 Siklus Hidup Taeniasis.......................................................................................8

2.5 Patofisiologi Taeniasis. ................................................................................... 10

2.6 Manifestasi Klinis Taeniasis...............................................................................10

2.7 Diagnosa Keperawatan Taeniasis ................................................................. 10

2.8 Pencegahan Taeniasis. .............................................................................. ...10

2.9 Penatalaksanaan Pengobatan Taeniasis ................................................... ...11


2.10 Penatalaksanaan Pengobatan Keperawatan Taeniasis..................................12

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................13

3.2 Saran................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas biomedik III berupa makalah yang
berjudul “Taeniasis” ini tepat waktu dan sesuai dengan bimbingan dosen . adapun tugas
makalah ini merupakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biomedik III dengan dosen
pembimbing yaitu Ibu Anindya Arum Cempaka S.Kep, Ns.M.Kep, selain itu makalah ibu
menjadi pengetahuan dan wawasan bagi kami penulis.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas


bimbingan dosen yaitu Ibu Anindya Arum Cempaka S.Kep, Ns.M.Kep yang sudah
membimbing kami dan mengarahkan kami supaya dapat memenuhi tugas dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu dan memberi
sebagian pengetahuan dan wawasannya kepada kami guna menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan perlu banyak
perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan dukungan dan saran dari semua pihak
supaya kami dapat terus mengembangkan kemampuan kami menjadi lebih baik dan membuat
makalah lebih baik. Sehingga kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan
kami penulis.

Surabaya, 5 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUN

1.1 Latar belakang

Taeniasis adalah infeksi usus yang dikeluarkan oleh 3 spesies cacing pita dewasa: Taenia
saginata (cacing pita sapi), Taenia solium (cacing pita babi) dan Taenia asiatica. Manusia adalah
satu-satunya inang definitif bagi T. saginata dan T. solium. Taeniasis merupakan salah satu jenis
penyakit zoonosis menular strategis di Indonesia. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular
dari hewan kepada manusia atau sebaliknya. Penyakit zoonosis yang masuk ke dalam daftar
penyakit hewan menular strategis di Indonesia yaitu rabies, anthrax, avian influenza,
salmonellosis, brucellosis, dan taeniasis/sistiserkosis (Sutanto dkk, 2011) (Candra Dewi
Pradnyana Yasa,2020). Daging sapi merupakan kebutuhan pangan yang memiliki gizi yang cukup
tinggi untuk dikonsumsi oleh manusia. Dalam pengolahan daging sapi harus didukung oleh
berbagai aspek yaitu pada pakan ternak yang cukup, lingkungan serta iklim yang baik. Hal ini
dikarenakan ternak sapi rentang sekali terinfeksi oleh berbagi parasit. Salah satu parasit yang
sering menyerang hewan ternak sapi muda yaitu cacing pita (Widnyana, 2013). Cacing pita
(Taenia saginata) termasuk genus Cestoda usus yang dapat menginfeksi sapi atau manusia
sehingga manusia atau sapi tersebut terserang penyakit Taeniasis( IJ Dewi 2020).

Taeniasis merupakan infeksi parasit yang umum ditemukan pada seluruh dunia. Taeniasis
adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia yang dapat
menular dari hewan ke manusia, maupun dari manusia ke hewan. Taeniasis pada manusia
disebabkan oleh spesies Taenia saginata juga dikenal sebagai cacing pita sapi (Estuningsih,
2009). Penyakit tersebut dapat menyerang manusia dan sering ditemui pada orang-orang yang
mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging mentah atau yang dimasak kurang matang dan
dapat mengandung Cystecirkus Taenia saginata. Cystecircus pada manusia umumnya
disebabkan infeksi larva Taenia saginata yang bisa menyebabkan infeksi saluran pencernaan
(Nelky, 2014). Tidak hanya daging sapi tetapi juga daging babi (Taenia solium) dapat memicu
adanya penyakit Taeniasis. Gejala klinis penyakit taeniasis adalah gangguan syaraf, insomia,
anoreksia,berat badan menurun, sakit perut atau gangguan pencernaan. Dapat pula
menimbulkan mual, muntah, diare atau sembelit
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang terurai diatas maka dapat


disimpulkan rumusann masalahnya sebagai berikut:
a. Bagiamana cara pencegahan infeksi Taeniasis ?
b. Bagiamana cara mengolah daging sapi atau daging babi yang benar
c. Apakah ketika mengkonsumsi daging yang terkena infeksi Taeniasis
dapat menjadi penyakit yang berbahaya bagi manusia ?

1.3 Tujuan penulisan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran klinis pada penyakit infeksi
Taeniasis pada daging sapi dan babi

b. Tujuan Khusus
Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara
mengolah dan mengkonsumsi daging yang baik dan benar

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah antara lain:

a. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan tentang


gambaran parasit pada sapi dan babi serta bahaya yang di
tumbulkan.
b. makalah ini dapat membantu mahasiswa memahami penyakit
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Taeniasis terjadi ketika telur atau larva cacing pita menginfeksi usus. Jenis cacing pita
yang dapat menyebabkan taeniasis antara lain: Taenia saginata (saginata), yaitu cacing pita yang
terdapat di daging sapi. Taenia solium (solium), yaitu cacing pita yang terdapat di daging babi.
Manusia adalah satu-satunya inang definitif bagi T. saginata dan T. solium.

2.2 KLASIFIKASI
Taenia solium

 Cacing dewasa berukuran panjang antara 2-3 meter, dan dapat hidup sampai25 tahun
lamanya.
 Memiliki skolex berbentuk bulat, dengan garis tengah 1mm, mempunyai alatisap. Kepala
mempunyai rostelum dilengkapi oleh 3deret kait yang melingkar.
 Memiliki berleher pendek, berukuran panjang antara 5-10mm.
 Memiliki proglotid segmen yang berjumlah kurang dari 1000buah. Segmenmatur
berukuran 12mm x 6mm, mempunyai lubang gential yang terletakdidekat pertengahan
segmen.

Taenia saginata

 Cacing dewasa berwarna putih, tembus sinar dan panjangnya dapat mencapai24meter
serta dapat hidup di dalam usus manusia selama 10tahun lamanya
 Memiliki skoleks berbentuk segiempat dengan gari tengah 1-2mm, danmempunyai 4 alat
isap (sucker).
 Memiliki leher bentuk sempit memanjang dengan lebar 0,5mm
 Memiliki segmen dapat mencapai 2000buah. Segmen matur mempunyaiukuran panjang
3-4kali ukuran lebar.

2.3 SIKLUS HIDUP

Taenia solium

Cacing dewasa hidup didalam tubuh manusia yang bertindak selaku hospesdefinitive,
sedangkan larvanya terdapat dalam karingan organ babi yang bertindak sebagai hospes
perantara. Cacing dewasa melepaskan segmen gravid paling ujung,yang pecah di dalam usus
sehingga telur cacing dapat dijumpai pada tinja penderita.
Jika telur cacing yang keluar dari tubuh bersama tinja dimakan babi, di dalam usus babi
telur akan pecah, dan onkosfer akan terlepas. Dengan bantuan kait, onkosfer menembus dinding
usus, masuk dalam aliran darah, lalu menyebar ke organ-organ tubuh babi, terutama otot lidah,
leher, otot jantung, dan otot gerak. Dalam waktu 60-70 hari pasca infeksa, onkosfer berubah
menjadi larva sistiserkus.Bila inang definitif (manusia) maupun inang antara (sapi dan babi)
menelantelur maka telur yang menetas akan mengeluarkan embrio (onchosphere) yang
kemudian menembus dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfa
berangsur-angsur berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otottertentu. Otot yang
paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah,otot pengunyah, daerah
esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.Manusia terinfeksi dengan cara makan daging babi
mentah atau kurang masak,yang mengandung larva sistiserkus. Di dalam usus manusia, skolex
akan mengadakan eksavaginasi dan meletakkan diri dengan alat isapnya pada dinding usus, lalu
tumbuh menjadi cacing dewasa dan kemudian membentuk storbila. Dalam waktu 2-3
bulan,cacing telah dewasa yang mampu memproduksi telur.

Taenia saginata

Seperti cacing pita babi, hospes definitf taenia saginata adalah manusia, tetapi bertindak
selaku hospes perantara adalah sapi atau kerbau. Infeksi pada manusia terjadi jika makan
daging sapi atau kerbau yang masih mentah atau kurang matang.

2.4 Perbedaan Taenia Solium dan Taenia Saginata


2.5 Patogenitas

Taenia solium
Kait kait pada skolex tidak banyak menimbulkan gangguan pada dinding usus tempatnya
melekat. Keluhan penderita umumnya ringan, berupa rasa tidak enak di perut, gangguan
pencernaan, diare, konstipasi, sakit kepala dan anemia. Sangat jarang terjadi adalah komplikasi
peritonitis akibat kait yang menembus dinding usus. Darah tepi menunjukan eosinofili.

Taenia saginata
Kelainan patologis tidak jelas, namun dapat timbul keluhan ringan berupa rasa tidak enak
perut, mual, muntah dan diare. Kadang kadang terjadi obstruksi usus
oleh banyaknya cacing,sehingga timbul gejala ileus.Pemeriksaan darah tepi dapat menunjukkan
eosinophilia ringan.

2.6 Manifestasi Klinis Taeniasis

Gejala yang dapat muncul pada infeksi cacing pita di usus yakni, mual, nafsu makan
menurun, diare, sakit perut, ingin mengonsumsi makanan yang asin, penurunan berat badan
akibat gangguan dalam penyerapan makanan, dan pusing. Kasus taeniasis pada manusia bisa
tanpa gejala(asimptomatis) ataupun hanya sedikit menimbulkan gejala.
Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan
cacing./ Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung,takipkardi/sesak, badan
lemah,selfagi/pusing,wajah pucat,berat badan menurun, diare, konstipasi (suka buang air besar)
dan nafsu makan menurun. Gejala berat dapat terjadi apabila proglotid berpindah ke organ lain
seperti apendiks, uterus, saluran empedu, dan nasofaringeal, dan dapat menyebabkan
apendisitis,kolangitis, atau sindrom lain.

2.7 Diagnosa Keperawatan Taeniasis

1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorsi nutrien dibuktikan


dengan nyeri abdomen,nafsu makan menurun,berat badan menurun dan diare

2. Difungsi Motilitas Gastrointestinal berhubungan dengan intoleransi makanan


dibuktikan dengan nyeri/kram abdomen,merasa mual,regurgitasi,diare

3. nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan mengeluh


mual,merasa ingin muntah, tidak berminat makan,takipkardi,dan wajah pucat.

4. nyeri akut berhubungan dengan agen pencendra fisiologis (infeksi taeniasis) dibuktikan
dengan mengeluh nyeri di abdomen,nafsu makan berubah

5. gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan dengan


mengeluh mual, pola eliminasi berubah
2.8 Pencegahan Taeniasis

Taenia solium
Untuk mencegah terjadinya penularan taeniasis solium, dilakukan tindakan tindakan sebagai
berikut:
1. Mengobati penderita, untuk mengurangi sumber infeksi dan mencegah terjadinya
autoinfeksi dengan larva cacing.
2. Pengawasan daging babi yang dijual, agar bebas larva cacing (sistiserkus).
3. Memasak daging babi sampai di atas 50°C selama 30menit, untuk membunuh kista larva
cacing.
4. Menjaga kebersihan lingkungan dan tidak memberikan tinja manusia sebagai makanan
babi.

2.8 Penatalaksanaan Pengobatan Taeniasis


Taenia solium
Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil jika ditemukan skoleks cacing.Obat-obatan yang bisa
digunakan antara lain adalah:

1)Niclosamide:Dewasa; 2g sebagai dosis tunggal. Pada anak berat badan di bawah


35kgdiberikan 1g. pada anak berat badan di bawah 10kg diberikan 0,5g.

2)Prazikuantel Dosisnya yaitu 600mg sebagai dosis tunggal.

3)Mebendazole Diberikan per oral dengan dosis 2x200 mg/hari selama 4 hari berturut-turut.

4)Albendazole Dewasa: 400mg 1xsehari, selama 3 hari berturutan. Untuk anak umur 1-2tahun,
diberikan dosis 200mg sebagai dosis tunggal.

5)Atabrin Diberikan per oral atau transduodenal. Oral pada dewasa 0,2gram atabrin diberikan
setiap 10 menit bersama sedikit air sampai jumlah seluruhnya 1gram.

Taenia saginata
Obat-obatan untuk taeniasis ditetapkan jika ditemukan cacing dewasa, segmen,skoleks atau telur
cacing. Bentuk skoleks dan segmen yang khas menentukan diagnosis taeniasis saginata.

Taenia saginata
Prinsipnya sama dengan pencegahan taenia solium, yaitu mengobati
penderita,mengawasi daging sapi atau daging kerbau yang dijual,memasak daging dengan
baik,dan menjaga kebersihan makanan sapi agar tidak tercemar tinja manusia.
2.10 Penataksanaan Pengobatan Keperawatan Teaniasis

Edukasi :
1. Indentifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makan
3. Monitor berat badan
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
5. Indentifkasi kemungkinan penyebab BB berkurang
6. Monitor adanya mual dan muntah
7. Indentifikasi pasien-pasien yang mengalami penyakit infeksi menular
8. Identifikasi lokasi,karakteristis,durasi,frekuensi,kualitas,dan intensitas nyeri
9. Indentifikasi skala nyeri
10. Indentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
11. Monitor asupan nutrisi dan kalori
12. Indentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup
13. Indentifikasi faktor penyebab mual
14. Indentifikasi karakteristis muntah
15. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit

Teraputik :
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu sesuai
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurai rasa nyeri.
3. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
4. Terapkan kewaspadaan universal
5. Sterilisasikan dan desinfeksi alat-alat,furnitur,dan lantai
6. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
7. Kurangi atau hilangkan keadaan peyebab mual
8. Bersihkan mulut dan hidung
9. Berikan dukungan fisik saat muntah
10. Berikan kenyamanan saat muntah
11. Dokumentasi respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk
2. Jeltyrttrfaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurai rasa nyeri
5. Ajarkan cara mencuci tangan
6. Anjurkan isirahat dan tidur yang cukup
7. Anjurkan pengunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan

Taeniasis adalah infeksi usus yang dikeluarkan oleh 3 spesies cacing pita dewasa, yang
tergolong dalam geneus taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun dari
manusia ke hewan. Atau bisa disebut dengan penyakit zoonosis menular strategis di Indonesia.
Penyakit tersebut dapat menyerang manusia dan sering di temui pada orang-orang yang memiliki
kebiasaan mengonsumsi makanan daging mentah yang dapat mengandung cystecirkus taenia
saginata, yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi saluran pencernaan.

3.3 Saran

Pencegahan penyakit taeniasis dapaat dilakukan dengan memutus daur hidup cacing
seperti menghindari memakan daging yang mentah atau yang kurang matang. Dan mengobati
sumber penderita, untuk mengurangi sumber infeksi untuk mencegah terjadinya autoinfeksi
dengan larva cacing. Dengan Cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Daftar Pustaka

Candra Dewi Pradnya Yasa, N. P., Mastra, N., Nyoman, I., & Jirna, S. K. M. (2020). Gambaran
Kecacingan Taeniasis pada Penduduk di Wilayah Kerja UPT Kesmas Sukawati I (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Denpasar).
Dewi, I. J. (2020). Identifikasi Telur Taenia saginata Pada Feses Sapi (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Majid, M. (2022). Identifikasi Cacing Endoparasit Pada Feses Sapi (Bos sp.) di Peternakan UD.
Rahma Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros= Identification of Endoparasite
Worms in Feces of Cattle (Bos sp.) at Ranch UD. Rahma District of Bantimurung Maros
Regency (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Pakpahan, C. A., Bakri, M., Hanafiah, M., Fahrimal, Y., Asmilia, N., & Karmil, T. F. (2021). Deteksi
Sistiserkus Cacing Pita (Taenia spp) pada babi (Sus scrofa) di Rumah Potong Hewan
Medan Sumatera Utara. JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 6(1).
Setiawan, A. (2022). SKRIPSI: TINGKAT KEJADIAN KECACINGAN SAPI POTONG PADA
PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MESUJI (Doctoral dissertation, Politeknik
Negeri Lampung).
SDKI-Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
SIKI-Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Yunus, R., Apriyanto, A., Umar, A., Susilawati, S., Idris, S. A., Supryatno, A., ... & Yuniarty, T.
(2022). Parasitologi Medik Dasar.

Anda mungkin juga menyukai