Anda di halaman 1dari 23

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PX MIOKARDITIS


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Teori Keperawatan Medikal Bedah I (KMB I)
Dosen Pengampu: Maria Manungkalit S.Kep.,Ners.,M.kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
1.Ceri lee (9103022002)
2.Martha Calistania (9103022016)
3.Vincentia Budi (9103022024)
4. Chrisdiana Firka (9103022035)
5.Rachel Audina (9103022042)
6. Septa Adi Nugroho (9103022048)
7. Rosita Septianingsih (9103022039)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................
Latar Belakang Masalah……………………………………………………………............
1.1 Rumusan Masalah………………………………………………………………….
1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus………………………………………………...
1.2.1 Tujuan Umum……………………………………………………………………...
1.2.2 Tujuan Khusus……………………………………………………………………..
1.3 Manfaat Teoritis dan Praktis…………………………………………………….....
1.3.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………………………....
1.3.2 Manfaat Praktis…………………………………………………………………….

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….


2.1 Definisi Penyakit Miokarditis…………………………………………………….........
2.2 Etiologi Penyakit Miokarditis ………………………………………………………....
2.3 Klasifikasi Penyakit Miokarditis ……………………………………………………...
2.4 Patofisiologi Miokarditis …………………………………………………..................
2.5 WOC Miokarditis …………………………………………………………...............
2.6 Manifestasi Klinis Miokarditis …………………………………………………........
2.7. Pemeriksaan penunjang Miokarditis……………………………………………........
2.8 Penatalaksanaan Medis Miokarditis ………………………………………………...
2.9 Komplikasi Miokarditis ………………………………………………......................
2.10 Pencegahan Miokarditis ……………………………………………………….........
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU MIOKARDITIS……………....
3.1 Kasus Semu Miokarditis ……………………………………………………………..
3.2 Pengkajian Miokarditis ………………………………………………………………
i.
3.3 Diagnosa Miokarditis ………………………………………………………………...
3.4 Rumusan Diagnosa Miokarditis ………………………………………………………
3.5 Luaran, Intervensi, dan Rasional Miokarditis ………………………………...............

2
3.6 Implementasi Miokarditis …………………………………………………………......
3.7 Evaluasi Miokarditis ……………………………………………………………..........
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan
berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang
disebut jantung,dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mengalirkan darah dari
jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan
jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot
yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantungmanusia berbentuk
seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dadasebalah kiri.
Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab
untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung
berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia
merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontraksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot
jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf. Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung
atau miokardium. Pada umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi, tetapi
dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia
radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik.
Systemic lupus erythematosus adalah penyakit autoimun klasik dimana interaksi
kompleks dari gangguan apoptosis, peningkatan regulasi system imun bawaan, adaptif,
aktivasi komplemen, kompleks imun dan peradangan pada jaringan berujung pada proses
autoimun. Penelitian menunjukkan prevalensi miokarditis pada pasien SLE sebesar 40-
70%, hanya 5-10% dilaporkan dengan miokarditis simtomatik sedangkan miokarditis
subklinis diperkirakan masih banyak. Pada pasien SLE, Acute lupus myocarditis akibatauto
immune mechanisms memerlukan perhatian yang serius karena dapat berkembang menjadi
aritmia, gangguan konduksi, kardiomiopati dilatasi dan gagal jantung,

4
1.2 Rumusan Masalah
Menjelaskan masalah Asuhan Keperawatan dari Tn/Ny. .... dengan prosedur Asuhan
Keperawatan Miokarditis.

1.3 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada (nama pasien) dengan diagnosa
medis Miokarditis
1.3.2 Tujuan Khusus

A. Melaksanakan Pengkajian terhadap pasien Miokarditis


B. Melaksanakan Analisa data terhadap pasien Miokarditis
C. Melaksanakan Diagnosa Keperawatan apa saja yang terdapat pada pasien Miokarditis
D. Melaksanakan Rencana Asuhan Keperawatan terhadap pasien Miokarditis
E. Melaksanakan Intervensi Keperawatan terhadap pasien Miokarditis
F. Melaksanakan Implementasi Keperawatan terhadap pasien Miokarditis
G. Melaksanakan Evaluasi Keperawatan terhadap pasien Miokardi

1.4 Manfaat Teoritis dan Praktis


1.4.1 Manfaat Teoritis

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan proses asuhan


keperawatan kritis pada klien dengan diagnosa medis Gagal Jantung atau miokarditis
1.4.2 Manfaat Praktis

1.Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan kritis pada klien dengan
diagnosa medis Gagal Jantung atau miokarditis sesuai dengan dokumentasi keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan masukan di institusi sehingga dapat menyiapkan perawat yang berkompeten dan
berpendidikan tinggi dalam memberikan asuhan keperawatan yang komperhensif, khususnya
dalam memberikan asuhan keperawatan kritis pada klien dengan diagnosa medis Miokarditis
3.Bagi Masyarakat

5
Memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang tanda-tanda Gagal Jantung sehingga
mereka dapat melakukan pencegahan komplikasi yang akan terjadi melalui check kesehatan
berkala atau rutin
4.Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan tingkat profesionalisme pelayanan


keperawatan yang sesuai standart asuhan keperawatan.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Miokarditis


Miokarditis umumnya terjadi akibat infeksi sistemik dari virus yang bersifat
kardiotropik,biasanya bermanifestasi ringan dan dapat sembuh sendiri. Namun pada kelompok
pasien tertentu, kondisi miokarditis akut ini dapat menyebabkan gangguan hemodinamik atau
aritmia maligna yang sementara atau permanen. Pada beberapa kasus inflamasi spesifik,
prognosis miokarditis berhubungan dengan kematian dan transplantasi. Studi terbaru
menunjukkan tatalaksana miokarditis terkait penyebab ditambah dengan “guideline directed
medical care” akan memberi keluaran yang baik.
Miokarditis adalah respon imunologis humoral dan selular yang terjadi di jantung dan
bermanifestasi sesuai presentasi klinis dan temuan histologinya. Sekitar 20% pasien
miokarditis akan berlanjut menjadi kardiomiopati dilatasi. Miokarditis dapat disebabkan oleh
berbagai macam virus, bakteri, protozoa, atau jamur, namun virus merupakan penyebab
terbanyak miokarditis. Selain infeksi, miokarditis juga diakibatkan oleh efek toksik atau reaksi
obat yang dimediasi oleh sistem imun, gangguan autoimun sistemik seperti sarkoidosis atau
systemic lupus erythematosus (SLE) dan sebagian besar pasien akan sembuh tanpagejala
sisa.
Definisi fulminan pada miokarditis merupakan kondisi yang berat dan timbul secara cepat
dengan risiko kematian yang tinggi akibat syok kardiogenik, aritmia ventrikel yang fatal, atau
bradiaritmia. Dengan perkembangan terapi saat ini, bantuan sirkulasi extracorporeal membrane
oxygenation (ECMO) dan deteksi dini miokarditis fulminan, maka miokarditis dapat tertangani
dengan baik. Pada beberapa kasus, pemberian imunosupresan danmonitoring yang baik dapat
meningkatkan peluang remisi. Miokarditis fulminan disebabkan oleh inflamasi yang berat dan
timbul secara cepat sehingga menyebabkan nekrosis miosit, edema, dan syok kardiogenik.
Oleh sebab itu, penting untuk membedakan miokarditis fulminan dengan penyebab akut
nekrosis miosit dengan syok kardiogenik lainnya, seperti sindrom koroner akut. (Nauli, S. E.,
& Prameswari, H. S. (2020)).

7
2.2 Etiologi Penyakit Miokarditis
1. Infeksi
• Virus : Coxsackievirus, echovirus, HIV, virus Epstein Barr, influenza,
cytomegalovirus, adenovirus, hepatitis A dan B, poliovirus, rabies, respiratory
sintical virus, rubella, vaccinia, varicella zoster, arbovirus.
• Bakteri : Corynebacterium diphteriae, Streptococcus pyogenes, staphylococcus
aureus, Haemophilus pneumniae, Borellia burgdoferi, treponema pallidum,
brucella, myobacterium tuberculosis, actinomyces.
• Jamur : Candida spp, Aspergillus spp, Histoplasma, Blastomyces.
• Parasit : Trypanosoma cruzzi, Toxoplasma, Schistosoma, Trichina.
2. Non-Infeksi
• Hipersensitivitas
Miokarditis hipersensitivitas adalah sebuah contoh fase awal miokarditis
eosinofilik dan dianggap karena reaksi alergi terhadap macam-macam obat.
Metildopa, penisilin, sulfanomida, tetrasiklin, dan obat-obat antituberkolosis
adalah obat-obat yang paling sering terkait dengan miokarditis. Penyakit
tersebut memiliki ciri adanya eosinophilia perifer dan penyusupan eosinophil ke
dalam miokardium, multinucleated giant cells, dan leukosit. Penatalaksanaan
dengan menghentikan bahan-bahan penyebab dan menggunakan kortikosteroid.
Kondisi ini seringkali tidak disadari danmanifestasi pertama dari keterlibatan
jantung adalah kematian mendadak disebabkan oleh aritmia.
• Giant-cell Myocarditis
Sangat jarang namun merupakan bentuk miokarditis yang agresif, miokarditis
umumnya progresif dan tidak respons terhadap terapi medis. Penyakit ini
umumnya terjadi pada remaja, dengan usia rata-rata onset 24, berkisar 16-69
tahun. Hubungan kelainan autoimun lainnya dilaporkan pada kurang lebih
20% kasus. Diagnosis dibuat berdasarkan biopsy endomiokardial. Nekrosis
multifocal atau luas dengan infiltrate inflamasi campuran termasuk limfosit
dan histiosit dibutuhkan untuk diagnosis histologis. Eosinofil seringkali
ditemukan, seperti halnya multinucleated giant cells sebagai ganti granuloma.
Manifestasi klinis biasanya berupa gagal jantung kongestif prognesif dan
seringkali berhubungan dengan aritmia ventricular refrakter. Angka harapan

8
hidup buruk. Penatalaksanaan dengan regimen immunosupresif tertentu, bukan
hanya steroid, dapat memperpanjang kemungkinan bertahan tanpa transplantasi
sampai beberapa bulan. Transplantasi jantung merupakan pilihan
penatalaksanaan yang terbaik meskipun ada kemungkinan rekuren pada jantung
yang ditransplantasi. Giant cells dapat dideteksi pada pengamatan biopsi rutin
sampai dengan 9 tahun setelah transplantasi.(Caforio ALP, Pankuweit S,
Arbustini E. dkk. Euro Heart J 2013)

2.3 Klasifikasi Miokarditis


Miokarditis mewakili entitas polimorfik dan kompleks, sebagaimana tercermin dari banyak
cara untuk mengklasifikasikannya. Misalnya, miokarditis limfositik, eosinofilik, dan sel
raksasa atau granulomatosa dapat dikenali sehubungan dengan jenis sel infiltrasi yang dominan
di EMB, sedangkan berdasarkan mekanisme etiopatogenik yang mendasarinya,penyakit ini
dapat dibedakan menjadi bentuk infeksi dan non-infeksi. Yang terakhir ini secara keseluruhan
lebih jarang terjadi dan termasuk miokarditis toksik (yang disebabkan oleh obat- obatan, racun,
atau agen fisik) dan miokarditis yang dimediasi imun, yang pada gilirannya dapat disebabkan
oleh paparan terhadap alergen, aloantigen, atau autoantigen (seperti pada miokarditis sel
raksasa atau miokarditis terkait dengan penyakit autoimun sistemik) ( 2 ).

Sebaliknya, miokarditis menular dapat disebabkan oleh beberapa patogen yang frekuensi
relatifnya bervariasi di setiap wilayah. Di wilayah dengan sumber daya terbatas, penyakit ini
sering dikaitkan dengan kondisi tertentu seperti penyakit rematik, penyakit Chagas, HIV, dan
infeksi cacing atau bakteri ( 3 ). Secara keseluruhan, di negara-negara Barat, virus mungkin
merupakan penyebab paling umum dari miokarditis. (Sozzi FB, Gherbesi E, Faggiano A, Gnan
E, Maruccio A, Schiavone M, Iacuzio L, Carugo S. .2022)

2.4 Patofisiologi Miokarditis


Penyakit miokarditis memiliki fase akut, di mana penyebaran hematogenosus
virus/bakteri akan menginvasi jaringan-jaringan dan sistem organ. Invasi tersebut diikuti
dengan reaksi inflamasi hebat dengan sel-sel mononuklir dan manifestasi klinis demam,
berkeringat, myalgia, hepatosplenomegaly, dan case fatality rate sekitar 5%. Sebagian
besar pasien sembuh dari fase akut dan memasuki fase laten tanpa gejala, namun 20-30%
akan menjadi kronis sampai dengan 20 tahun sejak infeksi pertama.

9
Fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem immune akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan
permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai berat.
Kemudian terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang antara
obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium dan habisnya
otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung dan
hipertrofi miosit yang tersisa.
Tahap kronis adalah hasil penghancuran jaringan yang bertahap. Saluran cerna dan
jantung merupakan lokasi keterlibatan yang tersering, dengan penyebab kematian utama
adalah gagal jantung. Di dalam abdomen, penghancuran pleksus mienterik menyebabkan
pembentukan megaesofagus (dilatasi esofagus) dan megacolon. Pada jantung, myofibril
dan serat-serat purkinje digantikan oleh jaringan fibrosa, yang akan menyebabkan
kardiomegali, gagal jantung kongestif, blok jantung, dan aritmia. Penemuan-penemuan
mikroskopis menunjukkan adanya fibrosis luas, tapi seringkali ada infiltrate selular kronik
yang terdiri dari limfosit, sel-sel plasma, dan makrofag, serta ditemukan parasite pada
beberapa pasien.Dan pada akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya kompensasi
mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung.(Jurnal American Journal
of Medicine 2019)

10
2.5 WOC Penyakit Miokarditis

Infeksi
Non infeksi

Invasi kuman/virusVirus, bakteri, jamur,


parasit. Contohnya Toxoplasma Gondii, Hipersensitivitas/Giant
Enterovirus, Streptococcus -Cell Myocarditis

Melalui saluran pernafasan Memiliki ciri eosinophilia perifer dan


dan saluran pencernaan penyusupan eosinophil/sel darah putih
ke dalam miokardium
Darah mengikat oksigen lalu
masuk ke dalam sel miokardium Bilik kanan jantung kesulitan
dan virus bereplikasi memompa darah ke paru-paru dan
mengakibatkan darah kembali ke
Lisis sel/sel pecah pembuluh darah balik (vena)

Miokardium diinfiltrasi sel radang Menyebabkan penunumpukan


cairan pada perut dan bagian tubuh
Terjadi perubahan permukaansel miokardium lain, seperti kaki

Terbentuk antibodi di Gagal jantung


miokardium kongestif prognesif

Spasme mikrovaskuler
Miokarditis
Peningkatan asam laktat

11
B1 B2 B3 B4 B5 B6

Ketidak Kekuatan pompa Hikposia Hikposia Excovirus Kelamahan


seimbangan jantung menurun serebral penyebab infeksi
ventilasi-perfusi Kekurangan
Setelah
O2 dalam Volume Mual dan Muntah
Tekanan darah dilakukan tes
Sesak napas darah Ketidak
rendah sistolik EKG, hasil
(Dispnea) menurun cukupan aliran
<60 mmHg gambaran EKG
(Hipoksia)
darah Tidak nafsu aritmia letal
PCO2 meningkat Saturasi oksigen makan
Frekuensi
menurun
nafas
PO2menurun Syok
(hipoksia) Respons tidak MK:
Frekuensi nafas Intoleransi
sesuai
menurun aktivitas
pH arteri
MK
Takikardia
Defisit
Takikardia MK
MK Nutrisi
Gagal jantung Gangguan
Resiko syok
Pucat, sianosis, Persepsi
kesadaran
menurun (GCS: Suhu38˚C,
E4.V5.M4) kulit merah,
dan hangat Perubahan
Kesadaran Kontraktilitas
menurun,GCS:
E4/V5/M4
MK :
MK
Gangguan Setelah
Resiko
dilakukan tes
Pertukaran Gas Penurunan
EKG, hasil
gambaran EKG Curah jantung
aritmia letal

MK :
Gangguan
sirkulasi
spontan

MK :
Hipertermia

12
2.6 Manifestasi Klinis Miokarditis
Manifestasi klinis miokarditis dapat bervariasi dari ringan hingga parah tergantung pada
tingkat peradangan dan kerusakan jantung yang terjadi. Beberapa manifestasi klinis umum
yang dapat muncul pada miokarditis meliputi:
1. Gejala flu-like: Pada awalnya, miokarditis sering dimulai dengan gejala yang mirip dengan
infeksi saluran pernapasan atas atau flu, seperti demam, kelelahan, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, dan nyeri otot.
2. Nyeri dada: Pasien dengan miokarditis dapat mengalami nyeri dada yang dapat bervariasi,
seperti nyeri dada tumpul atau nyeri dada tajam. Nyeri dada ini dapat terasa seperti angina
(nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah jantung) dan dapat memburuk saat aktivitas
fisik atau saat bernapas dalam-dalam.
3. Sesak napas: Peradangan pada miokardium dapat mengganggu fungsi pompa jantung dan
menyebabkan kegagalan jantung sementara. Ini dapat menyebabkan sesak napas yang
bertambah parah saat beraktivitas atau berbaring.
4. Palpitasi: Pasien dengan miokarditis mungkin mengalami sensasi yang tidak normal dalam
detak jantung, seperti denyutan yang cepat, tidak teratur, atau berdebar-debar.
5. Kelelahan dan lemah: Miokarditis dapat menyebabkan penurunan energi dan kelelahan
yang berlebihan, bahkan dengan aktivitas ringan.
6. Sinkop (pingsan) atau pingsan: Pada beberapa kasus, miokarditis yang parah dapat
menyebabkan penurunan aliran darah ke otak dan menyebabkan sinkop atau pingsan.
Selain itu, ada juga gejala yang mungkin terkait dengan penyebab miokarditis, seperti gejala
infeksi yang mendasarinya atau gejala penyakit autoimun. Jika terjadi kerusakan jantung
yang signifikan, pasien dapat mengalami gejala gagal jantung, seperti pembengkakan pada
kaki, perut, atau tangan, peningkatan berat badan yang tiba-tiba, dan peningkatan frekuensi
buang air kecil di malam hari.. ( Journal of the American Geriatrics Society (Volume 68, Issue
1, January 2020)

13
2.7 Pemeriksaan Penunjang Miokarditis
• Ekokardiografi

Ekokardiografi adalah pemeriksaan penunjang utama dan pertama untuk deteksi miokarditis.
Beberapa karakteristik miokarditis fulminan dapat ditemukan dari pemeriksaan
ekokardiografi, seperti yang dilaporkan oleh Skouri dkk, yaitu dimensi diastolik ventrikel kiri
yang normal disertai hipertrofi ventrikel kiri akibat edema miokard dan efusi perikard pada
miokarditis akut yang bersifat dinamis (kembali normal secara bertahap).6 Dilatasi ventrikel
menjadi petanda proses kronik, sedangkan abnormalitas segmental ventrikel, disfungsi
diastolik, disfungsi ventrikel kanan, dan trombus intrakardiak dapat ditemukan pada kondisi
kronik dan akut. Penurunan fungsi sistolik disertai dengan penebalan dinding jantung, dan
ruang jantung yang masih normal menjadi parameter miokarditis fulminan akut.
Ekokardiografi dipakai sebagai alat evaluasi perbaikan kasus miokarditis yang ditandai dengan
perbaikan fungsi kontraksi dan dimensi ventrikel
• Cardiac Magnetic Resonance Imaging (cMRI)

cMRI digunakan untuk menilai fungsi dan morfologi ventrikel kiri, serta adanya Late
Gadolinium Enhancement (LGE) dan karakteristik miokard secara lebih spesifik, seperti
edema miokardial dan fibrosis. Hal ini sesuai dengan panduan konsensus berdasarkan kriteria
Lake Louis, yaitu 2 dari 3 karakteristik jaringan dalam penegakkan miokarditis dengantingkat
akurasi diagnosis mencapai 79%.Pemeriksaan cMRI digunakan pada kasus inflamasi akut,
namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan bila pasien dalam kondisi hemodinamik tidak
stabil, takikardia, irama jantung yang tidak teratur dan pada pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik.
• Cardiac Computed Tomography (CT)

Cardiac Computed Tomography (CT) Pemeriksaan ini untuk evaluasi anatomi arteri koroner
sebagai penyebab disfungsi miokard. Namun, data terbaru menunjukkan cardiac CT juga dapat
digunakan untuk menilai karakteristik miokard seperti cMRI dengan metode tertentu.
• Pencitraan Nuklir

Pencitraan Nuklir Metode ini telah digunakan untuk mendeteksi miokarditis, seperti gallium-
67, technetium99m-MIBI, atau thallium-201 single photon emission, indium-111 anti-myosin
antibody, dan 18-fdg positron emission tomography. Namun, technetium-99m-MIBI, atau
thallium-201 single photon emission tidak spesifik menentukan miokarditis.Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat menjadi pilihan adalah PET scan, untuk memberi gambaran

14
metabolisme dan inflamasi miokard, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif deteksi
miokarditis.

2.8 Penatalaksanaan Medis Miokarditis


1. FARMAKOLOGI
Pengobatan terhadap infeksi atau penyakit sistemik (Idrus Alwi, Lukman H.
Makmun, dimuat dalam buku Jane Hokanson Hawks, Edisi 8 Buku 1 tahun 2020).
a. Pada pengobatan perawatan suportif pada pasien dengan gejala miokarditis,
terapi yang diberikan :
▪ Diuretik (amiloride, triamterene, spinorolactone, eplerenone) : untuk
menurunkan tekanan pengisian ventrikel.
▪ Inhibitor angiotensin-converting enzyme (kaptropril, ramipril, lisinopril,
enalapril) : untuk menurunkan resistensi vascular.
▪ Penyekat beta (Atenolol, metoprolol, acebutolol, bisoprolol) : diberikan
pada saat kondisi sudah stabil.
▪ Antagonis aldosterone (spinorolakton) : untuk pengobatan oedem.
▪ Digoksin : meningkatkan ekspresi sitokin inflamasi dan mortalitas (dalam
dosis rendah).
▪ Terapi inotropic intavena dan alat support sirkulasi mekanis : pada pasien
dengan keluhan hebat, seperti kolaps hemodinamik berfungsi untuk
menjembatani pasien yang akan dilakukan transplantasi jantung.
▪ Antiaritmia atau implantasi defribilator : jika pada pasien terdapat aritmia
atrial atau ventricular.
▪ Pemberian Oksigen dosis tinggi direkomendasikan bagi pasien dengan
saturasi perifer < 90% atau PaO2 < 60 mmHg, untuk memperbaiki
hipoksemia. (dr. Nani Hersunarti, SpJP(K), 2020).
▪ Pemberian nitrat (IV) harus dipertimbangkan bagi pasien edema/kongesti
paru dengan tekanan darah sistolik > 90 mmHg, yang tidak memiliki
stenosis katup mitral dan atau aorta, untuk menurunkan tekanan baji kapiler
paru dan resistensi vascular sistemik. Nitrat juga dapat menghilangkan
dispnea dan kongesti. Gejala dan tekanan darah harusdimonitor secara ketat
selama pemberian obat ini. (dr. Nani Hersunarti, SpJP(K), 2020).

15
▪ Infus sodium nitroprusid dapat dipertimbangkan bagi pasien
edema/kongesti paru dengan tekanan darah sistolik > 110 mmHg, yang
tidak memiliki stenosis katup mitral dan atau aorta, untuk menurunkan
tekanan baji kapiler paru dan resistensi vascular sistemik. (dr. Nani
Hersunarti, SpJP(K), 2020).
b. Antivirus : Pemberian terapi immunoglobin intravena atau placebo.
c. Antiinflamasi : obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, meredakan
nyeri, dan menurunkan demam, untuk pasien miokarditis diberikan terapi obat
prednisone yang dapat memberikan peningkatan yang cukup dalam titik fraksi
ejeksi ventrikel kiri.
d. Imunosupresi : pemberian terapi obat prednisone yang dikombinasikan dengan
azatioprin atau siklosporin untuk peningkatan ekspresi HLA pada terapi gagal
jantung.
2. NON FARMAKOLOGI
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien infark miokard
akut dengan elevasi ST yaitu sebagai berikut (Idrus, 2014).
1. Aktivitas. Pasien harus istirahat dalam 12 jam pertama.
2. Diet. Karena resiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard, pasien
harus puasa atau hanya minum air dalam 4-12 jam pertama. Diet mencakup
lemak <30% kalori total dan kandungan kolesterol <300 mg/hari. Menu harus
diperkaya dengan makanan yang kaya serat, kalium, magnesium, dan rendah
natrium.
3. Bowels. Istirahat di tempat tidur dan efek penggunaan narkotik untuk
menghilangkan nyeri mengakibatkan konstipasi. Dianjurkan penggunaan kursi
komod di samping tempat tidur, diet tinggi serat dan penggunaan pencahar
ringan secara rutin seperti dioctyl sodium sulfosuksinat.
4. Sedasi. Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan
periode inaktivasi dengan penenang. Dapat menggunakan diazepam 5 mg,
oksazepam 15 – 30 mg atau lorazepam 0,5- 2 mg diberikan 3 atau 4 kali sehari
biasanya efektif.
Jurnal Kebaharuan : (Jurnal Cendekia Muda,Vol2,No1,2022)
Tindakan non-farmakologis penerapan teknik deep breathing exercise. Untuk
mengatasi sesak nafas pada pasien PPOK, teknik deep breathing exercise adalah
teknik pernapasan yang dilakukan dengan pernapasan yang dalam dengan
16
mengembangkan otot diafragma, hal ini bertujuan agar jalan pernapasan terbuka
sehingga ventilasi udara akan optimal, dimana respon yang diharapkan adalah
pasien mampu bernafas dengan dalam, dengan pengembangan paru sempurna
sehingga tidak sampai terjadi komplikasi seperti atelektasis dan pneumonia.
(Andarmoyo&Sulistyo,2012).

3. PEMERIKSAAN FISIK
Yang dapat di lakukan pada pasien miokarditis dengaan melakukan inspeksi,palpasi,perkusi
dan auskultasi.
• B1 (Breathing)
Apabila gangguan sudah mengenai katup jantung biasanya klien terlihat
sesak,frekuensi nafasmelebihi normal. Sesak nafas ini terjadi akibat pengeluaran tenaga
yang berlebihan dan disebabkanoleh kenaikan tekanan akhir diastolik dari fentrikel kiri
yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah ventrikel kiri padawaktu melakukan kegiatan fisik. Dispnea
kardiak bila sudah parah dapat timbul pada saat istirahat.Klien biasanya mengalami
batuk.
• B2 (Blood)
Inspeksi
Inspeksi dilakukan terhadap adanya parut. Keluhan lokasi nyeri biasanya berada di
daerahsubsternal atau nyeri diatas perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada dan
klien seringmengalami ketidakmampuan menggerakkan bahu bdan tangan.

Palpasi
Denyut nadi perifer melemah,panas tinngi(38,9-40C ) disertai menggigil. Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemis
yangterjadi sesuai virulensi organisme yang menyerang. Bila ditemukan mur-mur
poada seseorangyang menderita infeksi sistemis,maka harus dicurigai adanya infeksi
endokarditis. Perkembanganmur-mur yang prigresif sesuai perkembangan waktu dapat
terjadi dan menunjukkan adanyakerusakan katup akibat vegetasi atau perforasi

17
katup. Pembesaran jantung atau adanya bukti(tanda dan gejala) gagal jantung kongestif.
• B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, sakit tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan
disertaieksudat (awitannya mendadak) dan nyeri sendi dan punggung. Sinusitis akut
dan otitis media akut(mungkin karena streptokokus) dapat pula terjadi. Manifestasi
sistem saraf pusat mencakup sakitkepala, iskemia serebral transien atau sementara
dan stroke yang mungkin diakibatkan oleh emboli pada arteri setrebral.
• B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu
memonitoradanya oliguria pada klien dengan infark miokardium akut karena
merupakan tanda awal syokkardiogenik.
• B5 (Bowel)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah,tidak nafsu makan, berat badan turun.
Pembesarandan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri abdomen (lebih sering padaanak).
• B6 (Bone)
Meliputi pengkajian terhadap aktifitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidakdapat
tidur, pola hidup menetap,dan jadwal olah raga tak teratur. Tanda yang dapat dikenali
adalah takikardiadan dispnea pada saat istirahat atau aktifitas. Hiegiene: kesulitan
melakukan tugas perawatan diri.

2.9 Komplikasi Miokarditis


Miokarditis adalah peradangan pada lapisan tengah jantung yang disebut miokardium.
Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat dari miokarditis, tergantung pada tingkat keparahan
dan faktor-faktor individu yang terlibat. Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat
miokarditis antara lain:
1. Disfungsi jantung: Miokarditis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otot jantung,
yang dapat mengganggu fungsi jantung secara keseluruhan. Ini bisa mengakibatkan gagal
jantung atau penurunan kemampuan jantung untuk memompa darah dengan efektif.

18
2. Aritmia: Peradangan pada miokardium dapat mempengaruhi sistem listrik jantung dan
menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia. Aritmia dapat menyebabkan detak jantung
yang tidak teratur, terlalu cepat, atau terlalu lambat.
3. Pembekuan darah: Miokarditis dapat meningkatkan risiko pembekuan darah karena
peradangan dapat mempengaruhi fungsi platelet dan mengganggu keseimbangan koagulasi
darah. Ini dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan
masalah serius seperti stroke atau emboli pulmoner.
4. Kerusakan katup jantung: Dalam beberapa kasus, miokarditis yang parah dapat
menyebabkan kerusakan pada katup jantung. Ini dapat mengganggu aliran darah normal
melalui jantung dan menyebabkan gejala seperti sesak napas, kelelahan, atau pembengkakan
ekstremitas.
5. Gagal jantung: Miokarditis yang parah atau tidak diobati dapat menyebabkan gagal jantung,
yaitu ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dengan efektif ke seluruh tubuh. Gagal
jantung merupakan kelainan multi sistem dimana terjadi gangguan pada jantung, otot skelet dan
fungsi ginjal, stimulasi sistem saraf simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks.
Gagal jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung tidak dapat lagi memompa darah ke
jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih dalam
keadaan normal. Dengan kata lain, gagal jantung merupakan suatu ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh (forward failure) atau kemampuan tersebut hanyadapat terjadi dengan tekanan pengisian
jantung yang tinggi (backward failure) atau keduanya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya gagal jantung adalah kontraktilitas miokard, denyut jantung (irama dan
kecepatan/menit) beban awal dan beban akhir. (Jurnal: Frontiers in Cardiovascular Medicine,
2020.)

2.10 Pencegahan Miokarditis


Miokarditis adalah peradangan yang terjadi pada otot jantung (miokardium). Pencegahan
miokarditis melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko terkena infeksi yang dapat
menyebabkan peradangan pada jantung. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat
membantu mencegah miokarditis:

19
1. Vaksinasi: Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi yang dapat menyebabkan
miokarditis, seperti vaksinasi untuk influenza dan penyakit menular lainnya. Pastikan Anda
dan keluarga Anda mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan oleh otoritas kesehatan setempat.

2. Hindari infeksi: Miokarditis sering kali disebabkan oleh infeksi virus, seperti virus
Coxsackie, virus influenza, atau virus Epstein-Barr. Untuk mencegah infeksi, praktikkan
kebiasaan baik seperti mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, menghindari kontak
dengan orang yang sakit, dan menghindari menyentuh wajah Anda dengan tangan yang kotor.

3. Terapkan langkah-langkah pencegahan penyakit menular: Selain mencuci tangan, ada


langkah-langkah lain yang dapat membantu mencegah penyakit menular, seperti menjaga
kebersihan lingkungan, menghindari berbagi barang pribadi yang dapat menularkan infeksi,
dan mengikuti pedoman kebersihan umum yang dianjurkan oleh otoritas kesehatan.

4. Jaga daya tahan tubuh: Memelihara sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat membantu
melawan infeksi dan mengurangi risiko miokarditis. Pastikan Anda menerapkan gaya hidup
sehat, termasuk pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, olahraga teratur, dan
menghindari kebiasaan merokok atau konsumsi alkohol yang berlebihan.

5. Hindari paparan zat berbahaya: Beberapa bahan kimia atau zat tertentu dapat merusak
jaringan jantung dan menyebabkan peradangan. Hindarilah paparan terhadap zat berbahaya
seperti alkohol berlebihan, obat-obatan terlarang, atau bahan kimia beracun. Selalu ikuti
petunjuk penggunaan yang aman saat menggunakan bahan kimia di rumah atau tempat kerja.

6. Konsultasikan dengan dokter: Jika Anda memiliki riwayat penyakit jantung atau faktor
risiko lain yang meningkatkan kemungkinan Anda terkena miokarditis, penting untuk
berkonsultasi dengan dokter Anda secara teratur. Dokter dapat memberikan nasihat yang tepat
mengenai langkah-langkah pencegahan yang spesifik untuk situasi Anda.( Johnson, S.,
etal.2019)

20
21
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=definisi+miokarditis&oq=#d=g
s_qabs&t=1699463047635&u=%23p%3DUKJy8aJwFyQJ

Nauli, S. E., & Prameswari, H. S. (2020). Deteksi dan Penanganan Awal Miokarditis dan
Miokarditis Fulminan. Indonesian Journal of Cardiology. https://doi. org/10.30701/ijc, 995.

"Myocarditis: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment" - Jurnal American Journal of


Medicine (Volume 132, Issue 5, May 2019)

"Clinical Presentation and Outcomes of Myocarditis in Older Adults" - Jurnal Journal of the
American Geriatrics Society (Volume 68, Issue 1, January 2020)

"Clinical Manifestations and Diagnosis of Myocarditis in Children" - Jurnal Pediatric


Cardiology (Volume 38, Issue 3, March 2017)

Tschöpe C, Cooper LT, Amione GT, Linthout SV. Management of Myocarditis-Related


Cardiomyopathy in Adults. Circ Res. 2019; 124: 1568-1583.

dr. Nani Hersunarti, SpJP(K), FIHA


Prof. DR. dr. Bambang B. Siswanto, SpJP(K), FIHA, FACC, F (dalam buku pedoman tata
laksana gagal jantung, IDI, Edisi II, 2020)

Complications of Myocarditis: A Systematic Review and Meta-Analysis" - Jurnal: Frontiers


in Cardiovascular Medicine, 2020.

Johnson, S., et al.;Prevention of Viral Myocarditis: A Review of Current Strategies"


(Pencegahan Miokarditis Virus: Tinjauan atas Strategi Saat Ini), 2019

Caforio ALP, Pankuweit S, Arbustini E. dkk. Pengetahuan terkini tentang etiologi, diagnosis,
penatalaksanaan, dan terapi miokarditis: pernyataan posisi Kelompok Kerja Masyarakat
Kardiologi Eropa untuk Penyakit Miokard dan Perikardial . Euro Heart J 2013; 34 :2636–48.

22
23

Anda mungkin juga menyukai