Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknik Lingkungan Volume 65 Nomor 2, April 2023

KINERA SISTEM PENGOLAHAN AIR LIMBAH SUSU DENGAN


KINETIKA BIOMASSA LUMPUR AKTIF

PERFORMANCE OF DIARY WASTEWATER TREATMENT SISTEM


WITH ACTIVATE SLUDGE BIOMASS KINETICS

Wulanda Anggi Munuqy


Institut Teknologi Bandung,
Bandung, Indonesia
Email: anggimunuqy16@gmail.com

Abstrak: Performa dan koefisien biokinetik dari pengolahan lumpur aktif (ASP) yang disintesis air limbah
susu dievaluasi dalam pengaturan skala laboratorium. Eksperimen pemuatan bertahap menunjukkan bahwa
efisiensi penyisihan kebutuhan oksigen kimia (COD), secara umum, meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi COD air limbah influen dari 180 menjadi 1200 mg ⁄L (koefisien korelasi adalah 0,80). Penghapusan
COD efisiensi berkisar antara hampir 80-88,4% tergantung pada konsentrasi COD dari air limbah influen. Juga,
dapat dinyatakan bahwa ASP mungkin kurang makan dengan bahan organik pada konsentrasi COD<725 mg/L.
Model pemanfaatan substrat Monod, Moser, Contois dan Chen & Hashimoto, terkait dengan pertumbuhan
mikro-organisme untuk pemanfaatan substrat, digunakan untuk menggambarkan bio-kinetik ASP pada laju
pemuatan organik 1200 mg/L. Di antara mereka, model Contois dan Monod meramalkan reaksi biokinetik ASP
sangat baik dengan koefisien determinasi (R2) nilai 0,95 dan 0,93, masing-masing. Perkiraan koefisien
biokinetik dari model Contois (berdasarkan COD) adalah sebagai berikut: konstanta setengah kecepatan (0,20
mg/L), tingkat penggunaan substrat maksimum (3,13 per hari), hasil biomassa koefisien (0,68), koefisien
pembusukan endogen (0,07 per hari) dan laju pertumbuhan spesifik maksimum (2,13per hari).

Kata kunci: Lumpur aktif, Kinetika biomass, COD, Model contoins, Air limbah susu, Monod model.

Abstract: The performance and bio-kinetic coefficients of the activated sludge process (ASP) treating
synthesised dairy wastewater were evaluated in a lab-scale setup. The step-loading experiment showed that the
chemical oxygen demand (COD) removal efficiency, in general, increased with increasing influent wastewater
COD concentration from 180 to 1200 mg ⁄L (correlation coefficient was 0.80). The COD removal efficiency
ranged from almost 80–88.4% depending on the COD concentration of the influent wastewater. Also, it could
be stated that the ASP was probably underfed with organics at COD concentrations <725 mg⁄L. Monod, Moser,
Contois and Chen & Hashimoto substrate utilisation models, relating the growth of micro-organisms to
substrate utilisation, were employed to describe the bio-kinetics of the ASP at an organic loading rate of 1200
mg ⁄L. Amongst them, the Contois and Monod models predicted the bio-kinetic reactions of the ASP very well
with coefficient of determination (R2) values of 0.95 and 0.93, respectively. The estimated bio-kinetic
coefficients of the Contois model (on COD basis) were as follows: half-velocity constant (0.20 mg⁄L),
maximum substrate utilisation rate (3.13 per day), biomass yield coefficient (0.68), endogenous decay
coefficient (0.07 per day) and maximum specific growth rate (2.13 per day).

Keywords: Activated sludge, Biomass kinetics, COD, Contoins model, Dair wastewater, Monod model.

PENDAHULUAN
Air limbah susu terdiri dari residu susu dan produk susu yang diencerkan dengan air,
detergen, pelumas, dan sanitiser sampai batas tertentu. Air limbah dari pabrik susu

61
menimbulkan tantangan pengolahan karena muatan organiknya yang tinggi dan fluktuasi
muatan hidrolik dan kandungan bahan organik. Proses pengolahan biologis adalah metode
umum pengolahan air limbah di industri susu.
Secara konvensional, reaktor pengolahan lumpur aktif dirancang berdasarkan laju
pemuatan organik, waktu retensi hidrolik (HRT), konsentrasi padatan tersuspensi dalam air
limbah limbah, rasio lumpur balik, konsentrasi oksigen terlarut rata-rata, umur lumpur, dan
konsentrasi padatan tersuspensi volatil campuran minuman keras. Praktik ini terkadang dapat
menyebabkan kegagalan operasional dan ketidakpatuhan terhadap standar efluen. Oleh
karena itu sangat penting untuk memasukkan data kinetika biomassa dalam desain reaktor
karena model kinetik menghubungkan pertumbuhan mikroorganisme dengan nutrisi yang
ada di lingkungan hidup. Kinetika biomassa dari reaksi yang terjadi dalam sistem lumpur
aktif menunjukkan efisiensi reaktor sedangkan laju konsumsi bahan organik menentukan
kualitas akhir air limbah yang meninggalkan reaktor.
Monod dan model pemanfaatan substrat lainnya memiliki beberapa koefisien
biokinetik yang digunakan dalam desain reaktor. Konstanta setengah kecepatan (Ks)
menghubungkan pengaruh konsentrasi organik air limbah dengan laju pertumbuhan
mikroorganisme (µ). Semakin besar nilai 'Ks', semakin rendah laju pertumbuhan sel biologis
dalam air limbah. Demikian pula, laju pertumbuhan mikroorganisme dibatasi oleh
konsentrasi nutrisi (S). Namun, untuk memperoleh laju pertumbuhan bersih mikro-
organisme, tahap metabolisme endogen harus dimasukkan, dan dengan demikian, koefisien
pembusukan endogen (Kd) harus ditentukan. Nilai 'Kd' menunjukkan umur panjang sel
mikroba dalam air limbah.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dengan mengkaji data penelitian
terdahulu dari jurnal utama terkait kinetika biomassa lumpur aktif pada air limbah susu. Data
penelitian yang tersedia kemudian dihitung dengan rumus yang tersedia di Buku
Environmental Engineering: Fundamentals, Sustainability, Design oleh James R. Mihelcic
dan Julie Beth Zimmerman untuk menghitung model kinetika pertumbuhan serta laju
pertumbuhan maksimum.

Jurnal Teknik Lingkungan Vol.65 No. 2 − Wulanda Anggi Munuqy


1. Pengaturan Reaktor
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dengan mengkaji data penelitian
terdahulu dari jurnal utama terkait kinetika biomassa lumpur aktif pada air limbah susu. Data
penelitian yang tersedia kemudian dihitung dengan rumus yang tersedia di Buku
Environmental Engineering: Fundamentals, Sustainability, Design oleh James R. Mihelcic
dan Julie Beth Zimmerman untuk menghitung model kinetika pertumbuhan serta laju
pertumbuhan maksimum.

2. Start-up Reaktor dan Stabilisasi Mikroorganisme.


Selama penyalaan dan stabilisasi, reaktor diberi air limbah sintetik dengan konsentrasi
COD 2100 mg/L, dicapai dengan mengencerkan susu dengan air. Air limbah dialirkan ke
tangki aerasi pada laju aliran yang diinginkan dengan menggunakan pompa peristaltik,
reaktor dijalankan secara kontinyu selama 90 hari untuk mencapai stabilisasi biomassa di
dalamnya. Pada periode ini, lumpur yang mengendap dari tangki sedimentasi sebagian
diresirkulasi untuk mempertahankan konsentrasi padatan tersuspensi cairan campuran dalam
kisaran 3000–3600 mg/L.

3. Evaluasi Kinerja Reaktor Di Bawah Step-loading


Air limbah influen disintesis dari susu standar yang mengandung 3% lemak dan 8,5%
SNF. COD dan kandungan padat air limbah influen disajikan pada Tabel 1. COD air limbah
bervariasi dari 180 hingga 1200 mg ⁄L sambil mempertahankan HRT pada 1,25 hari.
Efisiensi pengolahan ASP dievaluasi dengan memantau COD dan efisiensi penyisihan total,
padatan terlarut dan tersuspensi. Reaktor dijalankan pada 23 ± 3oC. Reaktor dimuat secara
organik lima kali pada setiap konsentrasi COD, dan nilai rata-rata COD dan berbagai
efisiensi penyisihan padatan dihitung.

4. Perhitungan Kinetika Biomassa


Reaktor lumpur aktif, tanpa resirkulasi lumpur, diumpankan dengan influen
konsentrasi 1200 mg/L COD. Data yang diperoleh dari percobaan dengan HRT yang

63
berbeda digunakan untuk memperkirakan koefisien biokinetik. Banyak model matematis
tersedia untuk mengkorelasikan konsentrasi substrat dengan pertumbuhan mikroba.

5. Metode Analisis
COD air limbah ditentukan dengan oksidasi zat organik dalam sampel oleh kalium
dikromat dalam larutan asam asam sulfat (BIS, 1972). Padatan tersuspensi ditentukan secara
gravimetri dengan menyaring 100 mL sampel melalui kertas saring GF⁄C Whatman dan
mengeringkan filtrat dalam oven pada suhu 103oC hingga berat konstan. Filteran dari kertas
saring GF⁄C diuapkan hingga kering dalam waterbath suhu konstan, dan padatan yang
dihasilkan diperkirakan (BIS, 1972). Demikian pula, total padatan ditentukan dengan
mengeringkan sejumlah sampel yang diketahui dalam oven pada suhu 103 C hingga berat
konstan. Semua padatan dalam air limbah dinyatakan sebagai mg (padatan) per 100 mL
sampel. Konsentrasi padatan tersuspensi cairan campuran (MLSS) ditentukan secara
gravimetri (Tchobanoglous et al. 2003). Padatan tersuspensi volatil campuran (MLVSS, X)
dihitung dengan mengalikan konsentrasi MLSS dengan faktor 0,75 . Setiap nilai yang
dilaporkan adalah rata-rata dari lima pengamatan (Grady et al, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Efisiensi penyisihan COD pada HRT 1,25 hari berkisar antara 79,8% sampai 88,4%. Efisiensi
penyisihan COD tertinggi dicapai pada konsentrasi influen tertinggi 1200 mg ⁄L. Pada kondisi ini,
COD air limbah influen berkurang dari 1200 menjadi 139 mg/L. Namun, efisiensi penyisihan COD
yang direalisasikan dalam penelitian ini sedikit lebih rendah dari nilai yang diharapkan > 90% untuk
ASP (Tchobanoglous et al., 2003).

Table 1. Hasil Analisis Laboratorium


Influent Effluent
Treatment Efficiency
wastewater wastewater
180 31 82,8
232 43 81,5

Jurnal Teknik Lingkungan Vol.65 No. 2 − Wulanda Anggi Munuqy


386 93 75,9
416 75 82,0
554 112 79,8
725 125 82,8
850 145 82,9
900 139 84,6
927 124 86,6
1000 125 87,5
1200 139 88,4

Diketahui Substart yang masuk sebesar 1200 mg/L memiliki efisiensi tertinggi.
Parameter COD diuji dan hasilnya diperoleh dan ditabulasikan Tabel Hasil yang telah
dianalisis dapat digunakan sebagai suatu acuan untuk dibandingkan dan didiskusikan,
serta sebagai bahan mengevaluasi pencemaran yang terjadi.

Rumus Yang Digunakan Untuk Perhitungan


Rumus yang terdapat dari Buku Environmental Engineering: Fundamentals,
Sustainability, Design oleh James R. Mihelcic dan Julie Beth Zimmerman untuk menghitung
model kinetika pertumbuhan untuk Monod model dan Contoins adalah.

µ𝑚𝑎𝑥.𝑆 µ𝑚𝑎𝑥.𝑆
µ= µ=
𝐾𝑠+𝑆 𝐾𝑠.𝑋+𝑆

Dimana :
µ = Laju pertumbuhan spesifik mikroorganisme
µmax = Laju pertumbuhan maksimum mikroorganisme
Ks = Konstanta setengah kecepatan (mg/L)
X = minuman campuran konsentrasi padatan tersuspensi yang mudah menguap (mg/L)
S = Konsentrasi substrat (mg/L)

Berdasarkan buku (Mihelcic & Zimmerman, 2017) dan jurnal utama yang
digunakan, tidak ada perbedaan persamaan untuk menghitung laju pertumbuhan
maksimum.
Sehingga Langkah-langkah dalam perhitungan Chemical Oxygen Demand (COD)

65
menggunakan rumus yang ada dalam buku Environmental Engineering Fundamentals
Sustainability Design, sebagai salah satu tahap pemodelan lingkungan.

Tabel 2. Data Hasil Perhitungan COD

Substrat Removal Θ X (So - S) U 1/U F/M 1/S


(mg/L) (%) (day) (mg/L) (mg/L) (day) (day) (ratio) (L/mg)
142 88,2 0,62 700 1058 2,44 0,41 2,76 0,007
136 88,7 0,95 675 1064 1,66 0,60 1,87 0,007
112 90,7 1,17 750 1088 1,24 0,81 1,37 0,009
90 92,5 1,41 750 1110 1,05 0,95 1,13 0,011
65 94,6 1,84 725 1135 0,85 1,18 0,90 0,015
38 96,8 2,4 675 1162 0,72 1,39 0,74 0,026
31 97,4 2,75 700 1169 0,61 1,65 0,62 0,032
26 97,8 3,44 650 1174 0,53 1,90 0,54 0,038

Dari hasil perhtiungan di atas maka dapat menentukan ringkasan parameter biokinetik
dari model substrat dengan model Monod dan model Contoins dengan cara plot regresi hasil
diatas untuk menentukan nilai Ks, K, Y, Kd dan R2.

1. Plot regresi model monod untuk penentuan Ks, K, Y, Kd dan R2


2,50

2,00 y = 40,566x + 0,3669


R² = 0,9337

1,50
1/U (day)

1,00

0,50

0,00
0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 0,030 0,035 0,040 0,045
1/S (L/mg COD)

Gambar 1. Penentuan laju penggunaan substrat maksimum (K) dan konstanta


setengah kecepatan (Ks) dan Koefisien Determinan (R2) menggunakan model Monod.

Jurnal Teknik Lingkungan Vol.65 No. 2 − Wulanda Anggi Munuqy


1,8
1,6 y = 0,6835x - 0,0458
1,4
R² = 0,9949

1,2
1/θ (day)

1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
U/day

Gambar 2. Penentuan koefisien hasil (Y) dan pembusukan endogen koefisien (Kd)
menggunakan model Monod.

2,00
1,80 y = 0,0625x + 0,3188
R² = 0,9468
1,60
1,40
1,20
1/U

1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
0 5 10 15 20 25 30
X/S

Gambar 3. Penentuan laju penggunaan substrat maksimum (K) dan konstanta setengah
kecepatan (Ks) menggunakan model Contois.

67
1,00
0,90 y = 0,6812x - 0,0699
0,80 R² = 0,9839
0,70
0,60
1/θ/d

0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8
U/d

Gambar 4. Penentuan koefisien hasil (Y) dan pembusukan endogen koefisien


(Kd) menggunakan model Contoins.

Dari grafik diatas dapat di ketahui nilai Ks, K, Y, Kd dan R2. Untuk menghitung laju
pertumbuhan spesifik maksimum mikroorganisme (µmax) dengan menggunakan persamaan
monod dan Contoins.

Tabel 3. Hasil parameter biokinetik menggunakan monod model


Substrate Ks
K Kd µmax
utilisation Y λ R2
Mg
model (day) (day) (day)
(COD)/L
Monod 110,30 2,72 0,68 0,045 1,85 ‐ 0,93
Contoins 0,20 3,13 0,68 0,07 2,13 ‐ 0,95

1. Menghitung laju pertumbuhan maksimum spesifik mikroorganisme (µmax)


Perhitungan µmax menggunakan persamaan Monod:

µ𝑚𝑎𝑥. 𝑆
µ=
𝐾𝑠 + 𝑆
µ𝑚𝑎𝑥
( )=K
𝑌

Jurnal Teknik Lingkungan Vol.65 No. 2 − Wulanda Anggi Munuqy


µ𝑚𝑎𝑥 = 𝐾 . 𝑌
2,72
µ𝑚𝑎𝑥 = 𝑑𝑎𝑦 𝑥 0,68 = 1,85 𝑚𝑔/𝐿

2. Menghitung laju pertumbuhan maksimum spesifik mikroorganisme (µmax)


Perhitungan µmax menggunakan persamaan Contoins:

µ𝑚𝑎𝑥. 𝑆
µ=
(𝐾𝑠 . 𝑥 + 𝑆)
µ𝑚𝑎𝑥
( )=K
𝑌
µ𝑚𝑎𝑥 = 𝐾 . 𝑌
3,11
µ𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 0,68 = 2,12 𝑚𝑔/𝐿
𝑑𝑎𝑦

69
KESIMPULAN
Perhitungan laju pertumbuhan maksimum spesifik mikroorganisme (µmax) dari
kedua model (Monod & Contoins) berdasarkan buku dan jurnal masing-masing sebesar
1,85 mg/L dan 2,12 mg/L. Konstanta setengah kecepatan (Ks) dari model Contois adalah
diperkirakan sebagai 0,20 mg/(COD/L) sedangkan nilai yang sesuai dari model Monod
adalah 110,3 mg/(COD)/L). Seperti literatur tentang model Contois untuk air limbah susu
sangat langka dan hanya data kinetika Monod yang tersedia.

Jurnal Teknik Lingkungan Vol.65 No. 2 − Wulanda Anggi Munuqy


DAFTAR PUSTAKA
BIS. (1972). Methods of Sampling and Test (Physical And Chemical) For Water and Waste
Water. Part 17 Non-Filterable Residue (Total Suspended Solids).
Grady Jr CL, Daigger GT, Love NG, F. C. (2011). Biological wastewater treatment: CRC
press; 2011.
Mihelcic, J., & Zimmerman, J. (2017). Enviromental engineering-Fundamentals,
sustainability, design. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Tchobanoglous, G., Burton, F. L., & Stensel, H. D. (2003). TCHOBANOGLOUS et al.
2003 Wastewater Engineering.

71

Anda mungkin juga menyukai