Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

KEPEMIMPINAN

Disusun guna memenuhi mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi

Dosen Pengampu:

Rahmawati Prihastuty, S. Psi., M. Si

Disusun oleh:

1. Fahmi Fajar Julian 1511418069


2. Wakiah 1511418121
3. Elma Nurhaya 1511418122
4. Sarnia 1511418148

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Kepemimpinan
 Menurut Tead dalam Sutarto (2006) kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa
tujuan yang mereka inginkan.
 Dan adapun menurut Tead dalam Toha (2007) yang mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya
diarahkan mencapai tujuan organisasi.
 Kepemimpinan menurut Sutarto (2006) yaitu Rangkaian kegiatan penataan berupa
kemampaun mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Adapun pengertian teori kepemimpinan menurut Kartono (2004) Kepemimpinan
adalah penetralisasian satu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-musabab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi pemimpin, sifat-sifat utama
pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika profesi kepemimpinan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses atau
aktivitas dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu lainnya untuk melakukan
suatu pekerjaan agar dapat mencapai tujuan yg hendak dicapai.

B. Teori Kepemimpinan Tradisional


Menurut Luthans (2006) Ada beberapa basis teoritis yang berbeda-beda untuk
kepemimpinan. Pertama, seorang pemimpin dilahirkan, bukan di bentuk yang disebut dengan
teori kepemimpinan orang hebat, yang mengimplikasikan bahwa seseorang dilahirkan
dengan ciri-ciri tertentu yang mendukungnya untuk dapat bertahan terhadap situasi atau
periode sejarah apa pun untuk menjadi seorang pemimpin. Secara tradisional pendekatan
orang hebat dapat di hubungkan dengan teori trait dari kepemimpinan. Pendekatan terhadap
trait terutama menekankan pada identifikasi ciri kepribadian seorang pemimpin. Merasa
kurang puas dengan pendekatan trait, para peneliti kemudian menekankan pada kelompok
yang dipimpin. Pada pendekatan kelompok, kepemimpinan dilihat dari hanya sekedar istilah
perilaku pemimpin dan bagaimana sebuah perilaku dapat mempengaruhi dan dipengaruhi
pengikut kelompok.

Macam-macam teori-teori kepemimpinan tradisional antara lain:


1. Teori Kepemimpinan Trait
Analisis kepemimpinan ilmiah dimulai dengan perhatian khusus pada pendekatan
trait pada kepemimpinan. Ada perhatian untuk menyelidiki ciri-ciri umum seorang
pemimpin. Hasil dari penelitian besar-besaran ini sangat mengecewakan. Hanya
inteligensi yang tingkat konsistensinya tinggi. Jika penemuan ini di gabungkan dengan
studi tentang ciri fisik, kesimpulannya adalah seorang pemimpin lebih hebat dan lebih
cerdas dari anggotanya. Jika pendekatan trait diaplikasikan dalam kepemimpinan
organisasi, hasilnya akan semakin kabur. Salah satu masalah terbesar adalah semua
manajer menyangka mereka mengetahui kualitas-kualitas seorang pemimpin yang
berhasil. Pendekatan trait pada kepemimpinan mengalami pergeseran sejak munculnya
state (sesuatu yang menetep) dan kepemimpinan berdasarkan kecakapan. (Luthans, 2006)
2. Teori Kepemimpinan Kelompok dan Teori Kepemimpinan Pertukaran
Teori kepemimpinan kelompok berakar dari psikologi social. Teori pertukaran
klasik secara khusus bertindak sebagai dasar yang penting bagi pendekatan ini. Pemimpin
menyediakan lebih banyak keuntungan/penghargaan dari pada beban/kerugian kepada
para pengikutnya. Hal ini pasti sebuah pertukaran yang positif antara pemimpin dan
pengikut agar tujuan kelompok dapat tercapai. Pencetus teori ini, Chester Barnard,
mengaplikasikan sebuah analisis terhadap manajer dan bawahannya dalam organisasi.
(Luthans, 2006).
3. Teori Kontingensi Kepemimpinan
Berkonsentrasi hanya pada pemimpin itu sendiri terbukti gagal menjadi teori
kepemimpinan yang menyeluruh. Perhatian pun berubah tidak hanya pada kelompok yang
dipimpin dan pada hubungan pertukaran, tetapi juga pada aspek kepemimpinan situasional.
Banyak variable situasional diidentifikasi, tetapi tidak ada teori menyeluruh yang
menjadikannya suatu kesatuan, sampai Fred Fiedler menawarkan teori kepemimpinan
efektif yang berbasis situasi atau kontingensi. (Luthans, 2006)
 Model Kontingensi Kepemimpinan Efektif dari Fiedler
a) Hubungan pemimpin-anggota, merupakan variable paling kritis dalam
menentukan situasi yang menyenangkan
b) Tingkat struktur tugas, merupakan input penting kedua terhadap situasi yang
menyenangkan.
c) Kekuasaan posisi pemimpin dicapai melalui otoritas fomal, merupakan dimensi
situasi kritis ketiga.
4. Teori Kepemimpinan Path-Goal
Menurut Luthans (2006) Teori Path-Goal yang berasal dari harapan kerangka
kerja teori motivasi. Teori ini menjelaskan dampak perilaku pemimpin pada motivasi
bawahan, kepuasan, dan kinerjanya. Versi teori Robert House menggabungkan empat
tipe atau gaya kepemimpinan yang utama antara lain:
a) Kepemimpinan direktif, gaya ini serupa dengan gaya pemimpin otoriter Lippit
dan White. Bawahan mengetahui dengan pasti apa yang di harapkan dari
mereka, dan pemimpin memberikan pengarahan yang spesifik. Tidak ada
partisipasi dari bawahan.
b) Kepemimpinan suportif, pemimpin dengan gaya ini memiliki sikap ramah,
mudah didekati dan menunjukkan perhatian tulus untuk bawahan.
c) Kepemimpinan partisipatif, pemimpin memintan dan menggunakan saran dari
bawahan, tetapi masih membuat keputusan.
d) Kepemimpinan berorientasi pada prestasi. Pemimpin mengatur tujuan yang
menantang bawahan untuk menunjukkan kepercayaan diri mereka bahwa
mereka akan mencapai tujuan dan memiliki kinerja yang lebih baik.

C. Teori Kepemimpinan Modern


Menurut Luthans (2006) Beberapa teori mulai muncul pada akhir-akhir ini. Ini
termasuk teori kepemimpinan karismatik, transformasional, kognitif sosial, substitusi,
dan otentik serta positif. Ikhtisar mengenai setiap gaya kepemimpinan ini memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai proses kepemimpinan kompleks.
1. Teori Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan karismatik adalah warisan dari konsepsi kepemimpinan lama
seperti mereka yang “dengan kekuatan kemampuan personalnya, mampu memiliki efek
yang luar biasa terhadap pengikutnya”. Konsep karismatik, atau karisma ini sudah ada
sejak zaman Yunani kuno dan tertulis dalam Kitab Suci, perkembangan modernnya acap
kali dihubungkan dengan hasil kerja Robert House (Luthans, 2006)
Pemimpin karismatik menghasilkan kinerja pengikut melebihi yang diharapkan,
seperti komitmen yang kuat kepada pemimpin dan misinya. Riset terbaru
mengindikasikan bahwa dampak pemimpin karismatik akan meningkat jika pengikut
menunjukkan tingkat kesadaran diri dan memonitor diri yang tinggi, khususnya ketika
perilaku dan aktivitas pemimpin karismatik diobservasi dan ketika beroperasi dalam
jaringan sosial. Akan tetapi, seperti pada teori kepemimpinan lainnya ditemukan pula
adanya kompleksitas (Luthans, 2006).
Menurut Yakl (2009:294) menyatakan perilaku kepemimpinan yang menjelaskan
bagaimana seorang pemimpin yang karismatik mempengaruhi sikap dan perilaku dari
pengikut meliputi yang berikut: (1) menyampaikan sebuah visi yang menarik, (2)
menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat menyampaikan visi, (3)
mengambil risiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi, (4)
menyampaikan harapan yang tinggi, (5) memperlihatkan keyakinan akan pengikut, (6)
pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dengan visi itu, (7) mengelola kesan
pengikut akan pemimpin, (8) membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi,
dan (9) memberikan kewenangan pada pengikut.
2. Teori Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional
James MacGregor Burns (Luthans, 2006) mengidentifikasikan dua jenis
kepemimpinan politis: transaksional dan transformasional. Kempemimpinan
transaksional tradisional mencakup hubungan pertukaran antara pemimpin dan pengikut,
tetapi kepemimpinan transformasional lebih mendasarkan pada pergeseran nilai dan
kepercayaan pemimpin, serta kebutuhan pengikutnya. Tabel di bawah ini menjelaskan
mengenai karakteristik dan pendekatan pemimpin transaksional vs. transformasional.
Pemimpin Transaksional Pemimpin Transformasional
1. Penghargaan kontingen: Kontrak
1. Karisma: Memberikan visi dan
pertukaran penghargaan dengan usaha
misi; memunculkan rasa bangga;
yang dikeluarkan; menjanjikan
mendapatkan respek dan
penghargaan untuk kinerja baik;
kepercayaan
mengakui pencapaian/prestasi.
2. Inspirasi: Mengomunikasikan
2. Manajemen berdasarkan keekcualian
harapan tinggi; menggunakan
(aktif): Mengawasi dan mencari
simbol-simbol untuk memfokuskan
pelanggaran terhadap aturan dan standar;
usaha; mengekspresikan tujuan
mengambil tindakan korektif.
penting dalam cara yang sederhana.
3. Manajemen berdasarkan keekcualian 3. Simulasi intelektual:
(pasif): Intervensi hanya jika standar Menunjukkan inteligensi; rasional;
tidak dipenuhi. pemecahan masalah secara hati-hati.
4. Memerhatikan individu:
4. Sesuka hati: Menghindari tanggung Menunjukkan perhatian terhadap
jawab; menghindari pengambilan pribadi; memperlakukan karyawan
keputusan. secara individual; melatih;
menasihati.

D. Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha gaya kepemimpinan di bagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Gaya Kepemimpinan Kontinum


Gaya kemimpinan yang pertama dikenali oleh Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt
ini memiliki dua gagasan yang memiliki pengaruh eksterm yaitu Pertama, bidang
pengaruh pimpinan,dalam bidang pengaruh pimpinan ini pemimpin menggunakan
otoritas atau kekuasaanya untuk dalam memimpin dan Kedua, bidang pengaruh
kebebasan bawahan dalam bidang ini pemimpin menggunakan system demokrasi pada
bawahanya. Kedua bidang ini memiliki pengaruh dalam mengambil keputusan. Gaya
kepemimpinan kontinum ini menggunakan dua gagasan yang dapat di gunakan oleh
pemimpin untuk mendapatkan keputusan yang tepat.
2. Gaya Managerial Grid
Dalam pendekatan managerial grid ini, manajer berhubungan dengan dua hal, yakni
produksi di satu pihak dan orang orang di pihak lain. Sebagaimana dikehendaki oleh
Blake dan Mounton, managerial Grid menekankan bagaimana manajer memikirkan
produksi dan hubungan manajer serta memikirkan produksi dan hubungan kerja dengan
manusiannya. Bukannya ditekankan pada berapa banyak produksi yang dihasilkan dan
berapa banyak ia harus berhubungan dengan bawahannya.
3. Tiga Dimensi Dari Reddin
Dalam gaya tiga dimensi ini Blake dan Mountoun mengidentifikasikan bahwa gaya
kepemimpinan ini berhasil tidak secara langsung berhubungan dengan efektivitas. Gaya
ini juga cock digunakan untuk yang mempunyai pengaruh dalam lingkungan.
4. Empat Sistem Manajemen Dari Likert
Gaya kepemimpinan ini adalah milik Rensis Likert gaya ini di anggap berhasil bila
pemimpin dapat berorientasi pada bawahannya dan juga memiliki komunikasi yang baik
antara pemimpin dan bawahanya. pemimpin menerapkan hubungan atau tata hubungan
yang mendukung (supportive relationship).

Menurut pendapat Putti dalam Prasetyo (2006) menerangkan beberapa gaya


kepemimpinan yang lebih rinci yaitu:

1. Gaya otoriter atau otokratis


Gaya ini memiliki dasar kekuasaan yang kuat dan sering kali pengikut atau bawahan di
intimidasi dengan rasa takut. Sehingga bawahan seringkali membenci atasanya
sendiri,karena gaya otoriter ini pemimpimpin memiliki hubungan yang buruk dengan
bawhannya. Seringkali atasan memerintah tanpa memberitahu atau menjelaskan secara
baik kepada bawahannya.
2. Gaya demokratis atau partisipatif
Pemimpin yang menggunakan cara ini adalah pemimpin yang bermusyawarah dan selalu
ikut berpartisipasi dalam pekerjaan bawahanya. Pemimpin yang menggunakan gaya ini
harus membangun komunikasi dan hubungan yang baik anatara dirinya dan bawahanya
dan pemimpin sangat memperhatikan kemajuan kelompoknnya
3. Gaya kepemimpinan yang suportif (mendukung)
Pemimpin yang menggunakan gaya ini akan mencari dukungan psikologis dari pengikut
atau bawahannya. Hubungan antara pemimpin dan pengikutnya akan sangat baik karena
hubungan mereka di dasari dengan kepercayaan dan saling mendukung satu sama
lain,dan jika pemimpin tidak ada di tempat maka mereka akan tetap mengerjakan tugas
mereka.
4. Gaya fungsional atau instrumental
Seseorang yang bisa melakukan fungsi-fungsi tertentu dalam berorganisai seperti
pengarahan,perencanaan,penempatan staff dengan kemampuanya, para ahli organisasi
traditional menganggap mereka sudah bisa menjadi pemimpin karena memiliki potensi
untuk memimpin dan mengatur.
5. Gaya kepemimpinan yang berpusat pada kenyataan
Teori ini didasari oleh teori situasi yang berarti bahwa seorang pemimpin harus bisa
mempimpin secara nyata dalam melihat situasi realitas itu sendiri.
6. Teori X dan teori Y
Teori yang dikemukakan oleh McGregor ini menganggap bahwa kebanyakan individu
sangata malas untuk melakukan pekerjaan sehingga mereka harus di paksa
bekerja,pemimpin dalam pandangan ini bisa menjadi otoriter namun pemimpin yang
memiliki pandangan Y akan melihat sisi positifnya.
7. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
Gaya yang berorientasi pada bawahan atau karyawanya akan memberikan kebebasan
dalam mengerjakan tugasnya sehingga mereka mengerjakan tugas sesuai dengan
keinginan mereka sendiri. Lalu pemimpin hanya memberikan petunjuk untuk
mengerjakan tugas tersebut.

E. Pengertian Organisasi
Ada berbagai macam bidang yang tentunya akan membutuhkan organisasi baik
untuk mencapai tujuan yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara optimal.
Maka memahami makna organisasi itu sendiri akan lebih membantu dalam melaksanakan
pekerjaan secara tim dengan sebaik mungkin.
Tidak hanya itu, ternyata ada beberapa jenis serta bentuk organisasi yang berbeda
jenis serta bentuk organisasi yang berbeda sesuai dengan tujuannya masing-masing yang
juga perlu untuk diketahui.
Pengertian organisasi dan tujuan organisasi
Organisasi adalah sebuah wadah untuk sekumpulan orang yang bekerja sama
secara rasional dan sistematis yang terpimpin atau terkendali, dalam memanfaatkan
sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana prasarana, data, dan
lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan
organisasi.
Sementara dalam dunia bisnis, organisasi merupakan sekelompok orang yang
melakukan kolaborasi untuk mencapai tujuan secara komersial dengan struktur yang jelas
serta memiliki budaya kerja khusus.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
 Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-
hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan
mengejar tujuan Bersama.
 James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mencapai tujuan Bersama.
 Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan
suatu system aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih.
 Stephen P. Robbins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan
(entity) social yang relative dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relative terus menerus untuk mencapai tujuan Bersama atau
sekelompok tujuan.
 Prof Dr. Sondang P. Siagian mendefinisikan organisasi ialah setiap
bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja Bersama
serta secara formal terkait dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang
telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/ beberapa
orang yang disebut atasan dan seseorang/ sekelompok orang yang disebut
dengan bawahan.
 Paul Preston & Thomas Zimmer mengatakan bahwa organisasi adalah
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan Bersama.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah
organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat sekitarnya, karena
memberikan kontribusi seperti; pengamnilan sumber daya manusia dalam masyarakat
sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka pengangguran.

Berikut beberapa tujuan organisasi yang secara umum banyak dijadikan sebagai
tujuan dari pembangunan organisasi tersebut yaitu :

 Meningkatkan kemandirian serta kemampuan dari sumber daya yang dimiliki


 Wadah yang digunakan untuk individu yang memang ingin memiliki jabatan,
penghargaan serta pembagian kerja yang jelas
 Wadah untuk memiliki pengawasan dan kekuasaan
 Membantu setiap individu yang ada di dalamnya agar dapat meningkatkan
pergaulan serta memanfaatkan waktu luang secara lebih optimal serta bermanfaat
 Wadah yang membantu mencari keuntungan bersama-sama dengan kerja sama
yang sudah terbagi dengan baik
 Membantu untuk pengelolaan lingkungan bersama-sama
 Mencapai tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan yang telah menjadi
tujuan awal sebuah organisasi
Organisasi memang harus jelas tujuan serta berbagai hal yang akan dilakukan di
dalamnya tertuang dalam visi dan misi organisasi. Tentunya hal ini harus sudah
ditentukan sejak awal karena berkaitan dengan pembagian tugas serta bentuk kerja sama
yang akan dilakukan masing-masing anggota yang ada di dalamnya.
F. Unsur – Unsur Organisasi

Untuk bisa menjalankan sebuah organisasi secara optimal maka diperlukan


kelengkapan unsur dasar dalam organisasi itu sendiri. Dengan adanya kelengkapan unsur
tersebut maka organisasi dalam terlaksana dengan baik. Berikut beberapa unsur yang
harus ada dalam organisasi adalah :

o Anggota organisasi yang terdiri dari pemimpin yang mengatur organisasi secara
umum, manajer yang mengepalai unit tertentu sesuai fungsi bidang kerjanya dan
orang-orang yang bekerja di bawah manajer. Penyebutan ini biasanya disesuaikan
dengan jenis organisasinya masing-masing
o Kerja sama menjadi bagian penting dalam sebuah organisasi, dengan adanya kerja
sama yang baik maka tujuan organisasi dapat dicapai bersama-sama. Sehingga
adanya tingkatan anggota akan membantu memudahkan dalam mengatur bagian
kerja untuk menjalin kerja sama yang lebih baik
o Tujuan organisasi akan menjadi arah perjalanan organisasi tersebut dalam
menentukan kegiatan yang dilakukan nantinya
o Lingkungan seperti kondisi sosial, budaya, ekonomi dan teknologi menjadi
pendukung dalam mencapai tujuan dari organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya
o Peralatan adalah sarana seperti materi, budget dan barang modal lainnya yang
dapat menjadi tempat bekerja atau berkumpulnya organisasi
o Komunikasi tentunya akan sangat mempengaruhi bagaimana setiap anggota
organisasi dapat bekerjasama dengan baik. Komunikasi yang baik akan sangat
mendukung perkembangan organisasi secara lebih optimal sesuai dengan proses
kerja yang sudah diatur sedemikian rupa.

G. Jenis-jenis Organisasi
Organisasi ternyata memiliki beragam berdasarkan berbagai pertimbangan yaitu
sebagai berikut :

 Berdasarkan hubungan personal terbagi menjadi organisasi formal yang resmi


biasanya ada juga yang sudah memiliki badan hukum dan informal yang terbentuk
karena kesamaan minat atau pribadi atau kebutuhan suatu tujuan bersama
 Dari jumlah orang ada organisasi tunggal dengan semua tugas berasal dari satu
pimpinan dan organisasi komisi yang memiliki dewan untuk masing-masing bidang
pekerjaan
 Menurut tujuannya ada organisasi sosial yang bersifat non profit dan yang mencari
keuntungan
 Berdasarkan kehidupan di masyarakat ada jenis organisasi kesehatan, pendidikan,
pertanian dan jenis lainnya sesuai bidang yang ada di masyarakat
 Berdasarkan fungsi serta tujuan yang dilayani yaitu organisasi politik, pemelihara
seperti peduli lingkungan, integratif dan produksi secara khusus sesuai tujuannya
 Berdasarkan pihak yang menggunakan manfaat organisasi ada mutual benefit
organization yang dinikmati angotanya, commonwealth organization yang dinikmati
masyarakat umum, service organization dinikmati pelanggan khusus dan bussiness
akan dinikmati para konsumennya
 Dalam lalu lintas kekuasan terbagi menjadi 3 yaitu lini atau lurus yaitu kekuasaan
hanya mengalir dari pimpinan organisasi, lini atau staf pimpinan akan dibantu dengan
kepala staf yang ada di bawahnya secara langsung dan fungsional yang fungsi di
dalamnya akan dipimpin oleh orang yang sudah ahli di bidangnya

H. Hubungan Kepemimpinan Dalam Organisasi

Kepemimpinan erat kaitannya dengan menjalankan suatu kepengurusan atau


organisasi. Bahkan terdapat anggapan bahwa sukses atau gagalnya suatu organisasi
ditentukan oleh kepemimpinan seorang pemimpin. Kepemimpinan diklasifikasikan
kedalam berbagai jenis atau gaya, diantaranya yang terkenal adalah otoriter,
demokratis/partisipatif dan sebagainya. Beberapa gaya tersebut berperan dalam
bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugasnya dalam suatu organisasi yaitu
bagaimana cara memberi perintah, berkomunikasi dengan bawahannya, membuat
keputusan, cara memberi tugas dan sebagainya. Masing-masing organisasi memiliki
kebijakannya sendiri, ada yang membutuhkan pemimpin yang otoriter seperti kemiliteran
serta ada juga yang membutuhkan kekreativitasan atau peran aktif anggotanya untuk
mengembangkan perusahaan, contohnya adalah perusahaan startup.

Pemimpin yang baik adalah sosok figure yang memiliki sifat kepemimpinan yang
baik, diantaranya adalah dapat memecahkan masalah. Dalam organisasi pasti terdapat
masalah baik itu internal, yaitu konflik antar anggota maupun eskternal, yaitu musibah
atau bencana alam. Seorang pemimpin harus dapat berpikir dan memecahkan masalah
atau konflik tersebut agar tidak merambat ke masalah yang lebih serius dan menghalangi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Ketika terjadi konflik diantara para anggota dalam
organisasi, pemimpin dituntut untuk mencari cara keluar dengan menggunakan metode
atau cara yang sesuai dengan gaya kepemimpinan yang cocok. Bisa dengan membuat
peraturan baru dan norma yang harus ditaati oleh anggota agar konflik tidak
berkepanjangan.

Pengaruh dari gaya kepemimpinan dalam organisasi lainnya adalah pemimpin


harus memiliki kemampuan berpikir yang kritis dan strategic. Strategic disini memiliki
arti yaitu merumuskan serta mencapai tujuan dengan spesifik. Pemimpin memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasikan keadaan yang realitistis dan tidak mengada-ada.
Bahkan menurut Sutarto (2006) sebuah organisasi atau kelompok tanpa adanya pemimpin
adalah tubuh tanpa kepala. Dikarenakan peran pemimpin yang sangat berpengaruh besar
terhadap organisasi yang dipimpinnya. Dalam pengertian yang lain juga disebutkan
kepemimpinan sebagai salah satu faktor organisasi, yaitu “organisasi adalah suatu
kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama di bawah kepemimpinan
seseorang”.

I. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi

Organisasi merupakan suatu wadah bagi orang-orang untuk berkumpul dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam organisasi tentunya perlu adanya hirarki
pimpinan dan bawahan. Oleh karena itu perlu adanya sumberdaya manusia yang
berkualitas untuk menjadi pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan merupakan
perilaku pemimpin yang digunakan seseorang ketika ingin mempengaruhi orang lain.
Bermacam-macam gaya kepemimpinan dapat digunakan oleh seorang pemimpin untuk
mempengaruhi dan memotivasi bawahannya, sehingga dapat meningkatkan kinerja
bawahannya dalam melakukan pekerjaan.

Banyak macam gaya kepemimpinan bisa dipengaruhi oleh karakter orangnya, situasi
dan kondisi, aplikasi ilmu dan teknologi. Mengingat setiap kebijakan atau keputusan
yang diambil dari suatu kepemimpinan, diharapkan pegawai memiliki ketaatan dan
kepatuhan untuk menjalankan keputusan tersebut. Kenapa demikian, karena masih ada
faktor lain yang ikut serta berpengaruh terhadap ketaatan pegawai tersebut, yaitu sikap
keteladanan, kedisiplinan dari pimpinan sendiri. Idealnya setiap pegawai selalu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan wewenang yang melekat pada jabatannya, serta
penuh semangat atau tidak, penuh rasa tanggung jawab atau tidak tergantung pada
bagaimana pimpinan dalam mengelola orgnaisasi tersebut, dan semuanya itu berujung
pada hasil kerja (kinerja).

Mengingat banyak faktor dan indikator yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai,
yang kesemuanya itu tergantung pada kondisi kepemimpinan. Maka keberadaan
pimpinan organisasi memiliki peranan yang sangat menentukan atas jalannya organisasi
dalam rangka mencapai visi dan misi serta tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan hanya
merupakan model konseptual dari pimpinan organisasi dalam menjalankan tugasnya.
Mengingat setiap pemimpin dalam organisasi memiliki karakter dan kepribadian yang
tidak sama, yang masing-masing berdampak pada kinerja pegawai. Seberapa besar
pengaruh karakter dan kepribadian pimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai sangat
tergantung pada seberapa besar pula pimpinan bisa bertindak dan berperilaku yang dapat
memotivasi pegawai untuk selalu meningkatkan kinerja. Perilaku dan tindakan sosial
tersebut adalah , nilai-nilai, norma, etika, kebebasan, pemberian kepercayaan,
pengawasan, siap menerima kritik, saran yang bersifat membangun, tegas dan
menghormati kreativitas, inovasi dan motivasi. Kepemimpinan yang tidak punya program
kerja, kontrol, pengawasan, sangsi, pemberian motivasi , pembagian kerja yang tidak
jelas akan sulit dalam meningkatkan kinerja, sebab hal yang demikian terlalu longgar
sehingga pegawai bekerja seenaknya sekedar rutinitas.
REVIEW JURNAL

Judul Pengaruh Prilaku Kepemimpinan dan Kepercayaan Terhadap Kinerja


Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Kabupaten Aceh Barat
Nama Jurnal Jurnal Magister Manajemen
Volume & Halaman Vol. 2, No. 1, Hal. 46-57
Tahun 2018
Penulis Siti Hajar, A. Rahman Lubis, Permana Honeyta Lubis
Reviewer Fahmi Fajar Julian, Wakiah, Elma Nurhaya, dan Sarnia
Tanggal 9 Maret 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) perilaku
kemempipinan, kepercayan human relation dan kinerja organisasi,
(2) pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap human relation
pegawai, (3) pengaruh kepercayaan terhadap human relation
pegawai (4) pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap kinerja
organisasi, (5) pengaruh kepercayaan terhadap organisasi, (6)
pengaruh human relation terhadap kinerja organisasi melalui human
relation.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat, dengan objek penelitian adalah
perilaku kepemimpinan, kepercayaan, human relation, dan kinerja
organisasi.
Metode penelitian Menggunakan metode pengumpulan data survey, test, observasi dan
sering disebut manivest variable (Ghozali, 2014)
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perilaku kepemimpinan,
kepercayaan, human relation kinerja oraganisasi Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat dengan baik.
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh
perilaku kepemimpinan terhadap human relation, terhadapat
pengaruh kepercayaan terhadap human relation, terdapat pengaruh
human relation terhadap kinerja organisasi, pengaruh perilaku
kepemimpinan terhadap kinerja organisasi, pengaruh kepercayaan
terhadap kinerja organisasi, dan hasil penelitian juga membuktikan
bahwa terdapat pengaruh tidak langsung perilaku kepemimpinan dan
kepercayaan terhadap kinerja organisasi melalui human relation.
Simpulan Penelitian 1. Perilaku kepemimpinan, kepercayaan, human relations kinerja
organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Aceh Barat sudah berjalan dengan baik, hal ini mengindikasikan
bahwa perilaku kepemimpinan, kepercayaan dan human relations
dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kinerja organisasi
pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh
Barat. 2. Terdapat pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap human
relations pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Aceh Barat. 3. Terdapat pengaruh kepercayaan terhadap
human relations pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Aceh Barat. 4. Kemudian terdapat pengaruh human
relations terhadap kinerja organisasi Dinas Sosial Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat. 5. Terdapat pengaruh perilaku
kepemimpinan terhadap kinerja organisasi Dinas Sosial Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat. 6. Terdapat
pengaruh kepercayaan terhadap kinerja organisasi Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat. 7. Terdapat
pengaruh tidak langsung perilaku kepemimpinan dan kepercayaan
terhadap kinerja organisasi melalui human relations Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Barat.
REVIEW JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

Judul MODEL GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP


KINERJA PEGAWAI
NamaJurnal Ecodemica
Volume &Halaman Vol. IV No. 1 hlm. 32-47
Tahun 2016
Penulis Heni Rohaeni
Reviewer Fahmi Fajar Julian, Wakiah, Elma Nurhaya, dan Sarnia
Tanggal 8 Maret 2020

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi dan kinerja pada pegawai
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah buku
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian kepustakaan
(library research) dengan mengumpulkan data yang terdapat dalam
buku literature dan sumber lain yang terkait.
Cara & Alat Penulis mengumpulkan data-data lalu dianalisis secara kualitatif
Mengukur dengan cara memahami data serta merangkainya lalu ditarik
kesimpulan dengan cara berpikir deduktif.
Hasil Penelitian Hasil penelitian adalah:
1. Model gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai dalam
sebuah organisasi, tidak lepas dari peranan seorang
pemimpin, maju mundurnya organisasi ditentukan oleh tepat
tidaknya pemimpin
2. Motivasi terhadap kinerja
Motivasi dibagi menjadi internal atau berasal dari dalam diri
dan motivasi eksternal yaitu berasal dari luar. Dalam
penelitian ini motivasi anggota dipengaruhi oleh internal,
yaitu untuk menciptakan prestasi kerja.
3. Kinerja sebuah organisasi dapat dipengaruhi oleh
kepemimpinan dan motivasi pegawai
Kinerja yang tinggi dapat dicapai apabila terdapat
kepercayaan antar anggota yang tinggi dan pemimpin yang
dapat memimpin mereka.
Simpulan Penelitian 1. Kepemimpinan memiliki beberapa gaya yang dapat
mempengaruhi pengikutnya.
2. Gaya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin
berinteraksi dengan anggotanya. Nampak pada bagaimana
pemimpin memberikan tugas atau cara berkomunikasinya.
3. Gaya kepemimpinan dibagi atas task oriented dan people
oriented. Task oriented artinya pemimpin lebih menekankan
pada penyelesaian tugas yang dilakukan secara tegas, sepihak
dan pengarahan yang ketat, sedangkan people oriented adalah
pemimpin melakukan kegiatannya dengan lebih halus,
simpatik, menghargai pendapat, pemberian motivasi dan
hubungan timbal-balik yang selaras.
4. Motivasi adalah sesuatu yang timbul dari dalam diri sebagai
sebuah kekuatan. Semakin tinggi motivasi pegawai, maka
akan menentukan kualitas kinerjanya. Pemimpin dituntut
untuk memberikan motivasi kepada pegawainya agar mereka
merasa dihargai dan merasa hasil pekerjaan mereka tidak sia-
sia.
DAFTAR PUSTAKA

Humala, R. (2014). KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KOMITMEN.


JIPT, 228-239.

Luthans. (2006). Organitation behavior. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Munandar, A. S. (2001). PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI Press).

Pramudyo, A. (2013). IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEPEMIMPINAN. JBMA, 49-60.

Rohaeni, H. (2016). MODEL GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP


KINERJA PEGAWAI. Ecodemica, 34-47.

Salamadian. (2018, desember 25). Salamadian: Muda & Berilmu. Retrieved maret 8, 2020, from
salamadian: https://salamadian.com/pengertian-organisasi-adalah/

Anda mungkin juga menyukai