Skripsi Izky Nurrafli Farhan
Skripsi Izky Nurrafli Farhan
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
i
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN
NRP : 359168730
Jurusan : NAUTIKA
CAPT. SUWONDHO, M.M DENNY FITRIAL, M.T CAPT. P. AGUNG HERNOWO, M.M
Dosen STIP Penata Muda Tk I (III/b) Dosen STIP
NIP. 19800727 200912 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Nautika
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala berkah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan
program Diploma IV tahun ajaran 2019-2020 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)
Jakarta. Skripsi ini juga merupakan salah satu kewajiban bagi Taruna yang akan lulus
dengan memperoleh gelar Sarjana Terapan Pelayaran (S.Tr.Pel) yang Penulis berikan
judul :
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis juga banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan kepada :
1. Bapak Amiruddin, MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta.
2. Suhartini, M.M.Tr. selaku Ketua Jurusan Nautika Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta.
3. Capt. Bhima Siswo Putro, S.Si.T. selaku Dosen Pembimbing Materi Skripsi yamg
telah memberikan waktu dan ilmunya untuk membimbing materi skripsi ini.
4. Bapak Denny Fitrial, M.T selaku Dosen Pembimbing Penulisan Skripsi yang telah
memberikan waktu dan ilmunya untuk membimbing proses penulisan skripsi ini.
5. Bapak Drs. H. Subagyo, M.Si dan Ibu Dra. Hj. Yeni Fauziah yang sudah bekerja
keras dan selalu memberikan kasih sayang serta doa yang tiada henti kepada Penulis
hingga bisa bertahan sampai saat ini. Kepada kakak Izhar Nurbani Farhan dan Adik
Izania Nurfakhrani Putri dan Izam Nurfahmi Farhan yang senantiasa memberikan
semangat serta doa agar Penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.
iv
6. Seluruh dosen, instruktur dan pembimbing taruna/i Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
yang telah bersedia mendidik, membimbing serta memberikan masukan-masukan
dalam masa pendidikan.
7. Seluruh crew LPG/C Gas Komodo yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
selama Penulis melaksanakan penelitian, khususnya Capt. Max J. Molina, Capt.
Monto Situmorang, Chief Basir Akhmad dan Chief Solahuddin serta seluruh
pegawai kantor PT. Topaz Maritime
8. Third Officer Muhammad Arifudin dan Rowan Tasiam serta Fourth Officer
Muhammad Rizky Bimantoro, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya selama
saya menjalankan menjalankan penelitian dari mulai sign on sampai saya sign off.
Terimakasih karena sudah menjadi perwira sekaligus abang ketika saya menjalani
penelitian.
10. Kepada semua pihak yang tidak tersebut diatas, atas bantuannya hingga penulisan
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan serta dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu Penulis memohon
tanggapan dan saran serta bimbingan yang sifatnya membangun agar menjadi lebih baik
dari sebelumya. Penulis juga meminta maaf sebesar-besarnya jika terdapat kekeliruan
dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.
Untuk selanjutnya, Penulis berharap agar dalam penulisan skripsi ini dapat
memberikan manfaat, menambah wawasan yang berguna bagi para pembaca, serta
dapat memenuhi persyaratan program Diploma IV di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta.
Penulis,
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 3
C. Batasan Masalah..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah.................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 4
F. Sistematika Penulisan............................................................. 5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka................................................................... 8
B. Kerangka Pemikiran.............................................................. 25
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 27
B. Metode Pendekatan dan Teknik Pengumpulan Data.............. 28
C. Subjek Penelitian.................................................................... 32
D. Teknik Analisis Data.............................................................. 32
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data........................................................................ 33
B. Analisis Data.......................................................................... 36
C. Alternatif Pemecahan Masalah............................................... 39
D. Evaluasi Terhadap Alternatif Pemecahan Masalah................ 42
vi
E. Pemecahan Masalah Yang Dipilih......................................... 44
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 46
B. Saran........................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENJELASAN ISTILAH
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kapal Fully Pressurized.......................................................... 16
Gambar 2.2 Kapal Semi Refrigerated........................................................ 16
Gambar 2.3 Kapal Semi Pressurized.......................................................... 17
Gambar 2.4 Kapal Fully Refrigerated........................................................ 18
Gambar 2.5 Tipe tangki independen A....................................................... 19
Gambar 2.6 Tipe tangki independen B....................................................... 19
Gambar 2.7 Tipe tangki independen C....................................................... 20
Gambar 2.8 Prinsip Pendinginan Muatan................................................... 21
Gambar 2.9 Reliquefaction Plant Pada Compressor Room........................ 24
Gambar 2.10 Reliquefaction Cycle dengan Inter-stage Cooling.................. 25
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar minimum kompetensi kapal tangki gas..................... 14
Tabel 3.1 Ship’s Particular (Sumber : Arsip Kapal) ................................. 28
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan gas dalam bidang industi saat ini sangat maju dan berkembang pesat.
Gas dikirim dalam bentuk gas cair yang diangkut oleh kapal pembawa gas (gas
carrier). Gas carrier menurut LGHP (Liquified Gas Handling Principal) fourth
edition tahun 2016, terbagi menjadi 6 grup sesuai dengan muatan yang dibawa dan
kondisi penyimpanan dari muatannya tersebut, yaitu : bertekanan penuh, semi
didinginkan, didinginkan penuh, pembawa LNG (Liquified Natural Gas), pembawa
ethane, dan regassification vessel. Dalam membawa gas, dibutuhkan kemampuan
khusus dari setiap orang yang terlibat dalam penangannnya.
Menurut LGHP fourth edition, kapal pembawa gas dalam kapasitasnya dimulai dari
ukuran kecil, yaitu 500 m3 sampai dengan 6000 m3 yang membawa propane, butane,
dan gas lainnya pada suhu tertentu, serta tanker refrigerated dengan kapasitas lebih
dari 10.000 m3 untuk membawa LPG (Liquified Petroleum Gas) dan LNG (Liquified
Natural Gas). Sebuah kapal LPG membawa muatannya dalam bentuk cair. Cairan ini
bisa dalam bentuk bertekanan, semi bertekanan, atau didinginkan secara menyeluruh.
Biasanya muatan LPG adalah propane, butane, dan ammonia.
Hal terpenting pada kapal LPG ialah dimana tangki muatannya dijaga tetap dingin
untuk mencegah udara masuk ke dalam sistem muatan. Hanya ada cairan (liquid) dan
uap (vapour) yang ada di dalam tangki dan tidak ada udara di dalamnya karena
oksigen termasuk salah satu unsur dalam segitiga api (LGHP 4th edition)
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam desain kapal gas dalam SIGTTO
chapter 3 (Principles of gas carrier design) the gas carrier code, yaitu:
1. Tipe muatan yang diangkut.
2. Kondisi penyimpanan (bertekanan penuh, setengah bertekanan, atau suhu rendah).
3. Tipe perdagangan dan fleksibilitas penanganan muatan yang dibutuhkan oleh
kapal.
4. Fasilitas dari terminal yang tersedia ketika muat atau bongkar.
Gas-gas yang dicairkan dalam campuran dari hidrokarbon-hidrokarbon yang berat
molekulnya rendah, ditransportasikan dalam bentuk cairan curah menggunakan
kapal-kapal khusus yang biasanya disebut kapal pengangkut gas (Gas Carriers).
LPG atau gas minyak bumi yang dicairkan umumnya didefinisikan sebagai propane,
butane atau campuran propane dan butane yang lebih dikenal dengan istilah LPG.
Cairan ini tidak berwarna, tidak menimbulkan karat, tidak beracun tapi sangat mudah
terbakar. Dua sumber utama LPG adalah :
1. Dengan memperoses gas alam yang asam basah yang diperoleh dari ladang-
ladang gas atau minyak. Baik LPG maupun cairan gas akan dikeluarkan dari gas
alam dengan cairan ini
2. Dengan memperoses minyak mentah dan produk yang bersangkutan pada pabrik
atau penyulingan minyak. Oleh karena itu LPG merupakan hasil sampingan dari
proses penyulingan minyak mentah.
Hal utama yang perlu diperhatikan pada muatan cair / gas adalah keselamatan dan
keamanan, dalam menghindari resiko dari bahaya kebakaran dan bahaya lain di
perjalanan, atau resiko pada saat memuat dan dalam penyimpanan dengan bahaya
ledakan dimana prinsip gas suhu meningkat maka terjadi kenaikan tekanan dan
sebaliknya. Kapal-kapal tanker merupakan jenis kapal yang memuat muatan yang
berbahaya yang mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya kebakaran serta ledakan di
tangki muatan. LPG memiliki sifat yang mudah terbakar dan mudah meledak
sehingga pada proses bongkar muat diperlukan penanganan yang benar dan
dibutuhkan orang-orang yang paham tentang muatan yang akan atau sedang dibawa
agar penanganannya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet).
2
dari MSDS atau SMS (Safety Management System) dari kantornya itu sendiri agar
selalu aman untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Pada pemuatan LPG fully refrigerate penting untuk memperhatikan kondisi tekanan
dan suhu pada tangki. Karena LPG dimuat dalam keadaan tekanan udara luar dan
pada suhu rendah. Maka tangki harus mampu menahan keadaan tersebut. Suhu yang
tinggi pada muatan dalam pemuatan dapat menaikkan tekanan dalam tangki sehingga
melebihi batas tekanan yang telah ditentukan. Tekanan yang melebihi batas yang
telah ditentukan secara otomatis akan keluar melalui relieve valve menuju ke udara
luar dalam bentuk uap muatan. Karena uap muatan LPG lebih berat dari udara maka
uap muatan akan turun ke tempat yang lebih rendah sehingga dapat membahayakan
keselamatan awak kapal, kapal, dan lingkungan sekitar. Selain itu hal tersebut dapat
memperkecil rate saat pemuatan sehingga tidak optimal dan memperlambat
pemuatan.
Dalam pelaksanaan praktik lapangan penulis sering menemukan masalah pada saat
pengoperasian muatan yaitu terjadi kenaikan suhu dan tekanan pada tangki muat
yang berlebih dikarenakan ABK yang kurang disiplin saat berdinas jaga pada saat
pelaksanaan kegiatan memuat muatan LPG. Hal ini sangat berbahaya karena akibat
yang ditimbulkan dari kurangnya kedisiplinan tersebut bisa menjadi ledakan yang
sangat berbahaya baik bagi orang, kapal, dan lingkungan sekitar Suhu dan tekanan
yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan ledakan pada kapal dengan terlepasnya
muatan dari relieve valve yang dapat mengakibatkan kerugian materi, pencemaran
polusi serta ancaman keselamatan jiwa di kapal.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti mengapa terjadi kenaikan
tekanan tangki muatan yang besar di dalam satu karya ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul :
“OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA SAAT MEMUAT
GUNA MENCEGAH TERJADINYA KENAIKAN TEKANAN YANG
BERLEBIH DI ATAS LPG GAS KOMODO”
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang
sering terjadi di kapal LPG/C GAS KOMODO sebagai berikut :
3
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pengawasan saat cargo operation LPG di
atas kapal.
2. Kurangnnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal.
3. Kurangnya pemahaman ABK tentang penerapan SISPRO bongkar muat LPG di
atas kapal.
4. Kurangnya pengawasan perwira jaga terhadap tekanan tangki pada saat bongkar
muat.
5. Kurangnya perawatan terhadap komponen-komponen di compressor sehingga
kinerja dari compressor berkurang
C. BATASAN MASALAH
Mengingat betapa luas dan kompleksnya permasalahan yang tercakup dan yang
terjadi di atas kapal LPG/C GAS KOMODO, maka dalam pembahasan skripsi ini
Penulis hanya akan membatasi masalah pada penyebab terjadinya tekanan dalam
tangki muatan bertambah sehingga melewati batas kemampuan dari tangki LPG/C
GAS KOMODO saat penulis melakukan penelitian pada tanggal 26 Agustus 2018 –
26 Agustus 2019, terutama dalam hal :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK yang sedang berdinas jaga pada saat pelaksanaan
kegiatan memuat muatan LPG.
2. Kurangnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal.
D. RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah di atas, dengan demikian dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Mengapa kedisiplinan ABK yang sedang berdinas jaga pada saat pelaksanaan
kegiatan memuat muatan LPG masih rendah ?
2. Mengapa koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal tidak berjalan
dengan baik ?
5
Memberikan gambaran tujuan yang ingin dicapai penulis dalam
penulisan skripsi ini.
2. Manfaat penelitian
Menguraikan setiap manfaat yang didapat dalam penulisan skripsi ini.
F. Sistematika penulisan
Memberikan suatu panduan urutan secara singkat urutan dan isi dari
skripsi pada setiap babnya.
6
Memberikan beberapa sampel contoh kasus serta permasalahan yang
terjadi saat penulis melakukan praktik laut diatas kapal.
B. Analisis data
Menganalisis pokok permasalahan yang telah ditentukan dari data-data
yang diperoleh.
C. Pemecahan masalah
Memberikan beberapa solusi pemecahan masalah atas masalah-masalah
yang telah ditentukan
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penanganan Muatan
Menurut Capt. Arso Martopo dalam bukunya Penanganan Muatan, 2000:07,
“Penanganan muatan merupakan suatu istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu
pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas kapal
sedemikian rupa agar terwujud lima prinsip pemuatan yang baik. Lima prinsip
pemuatan yang baik diantaranya melindungi awak kapal dan buruh, melindungi
kapal, melindungi muatan, melakukan bongkar muat secara tepat dan sisematis
serta penggunaan ruang muat semaksimal mungkin.”
Kapal-kapal tanker merupakan jenis kapal yang memuat muatan yang berbahaya
yang mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya kebakaran serta ledakan di
tangki muatan. LPG memiliki sifat yang mudah terbakar dan mudah meledak
sehingga pada proses bongkar muat diperlukan penanganan yang benar dan
dibutuhkan orang-orang yang paham tentang muatan yang akan atau sedang
dibawa agar penanganannya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet).
2. Optimalisasi
Menurut DEPDIKBUD dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995:
628), bahwa “Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik,
tertinggi jadi optimalisasi adalah suatu proses meningkatkan”. Menurut Machfud
Sidik berkaitan dengan “Optimalisasi yaitu suatu tindakan/kegiatan untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan
ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan”.
Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan
atau gas. Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan
suhu. Semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka
suhu akan semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
9
suhu di pegunungan lebih rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran
rendah tekanan lebih tinggi.
Menurut Mc Guire and White dalam buku “Liquefied Gas Handling Principles
on Ship and Terminals” bahwa LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang
dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) merupakan produk minyak bumi yang
diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Fraksi yang digunakan sebagai
umpan dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari Gas alam maupun Gas
hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). Komponen utama LPG terdiri
dari Hidrokarbon ringan berupa Propana (C3H8) dan Butana (C4H10), serta
sejumlah kecil Etana (C2H6,) dan Pentana (C5H12).
LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri. LPG
terutama digunakan oleh masyarakat tingkat menengah keatas yang
kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ketahun karena termasuk bahan
bakar yang ramah lingkungan. Sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah
tangga, LPG harus memenuhi beberapa persyaratan khusus dengan tujuan agar
aman dipakai dalam arti tidak membahayakan bagi si pemakai dan tidak
merusak peralatan yang digunakan serta effisien dalam pemakaiannya.
Oleh sebab itu untuk menjaga faktor keselamatan, LPG dimasukan ke dalam
tabung yang tahan terhadap tekanan yang terbuat dari besi baja dan dilengkapi
dengan suatu pengatur tekanan. Disamping itu untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran LPG, maka LPG sebelum dipasarkan terlebih dahulu ditambahkan zat
pembau (odor) sehingga apabila terjadi kebocoran segera dapat diketahui.
Pembau yang ditambahkan harus melarut sempurna dalam LPG, tidak boleh
mengendap. Untuk maksud itu digunakan etil merkaptan (C2H5SH) atau butil
merkaptan (C4H9SH). Sedangkan dibidang industri produk LPG digunakan
sebagai pengganti freon, aerosol, refrigerant / cooling agent, kosmetik dan
dapat pula digunakan sebagai bahan baku produk khusus.
10
Adalah campuran propane dan butane dengan komposisi antara 70- 80%
dan 20-30% volume dan diberi odorant (mercaptant) dan umumnya
digunakan untuk bahan bakar rumah tangga.
2) LPG Propane dan LPG Butane
Adalah LPG yang masing-masing mengandung propane 95 % dan butane
97,5 % volume dan sisanya diberi odorant (mercaptant) 2,5-5 %,
umumnya digunakan untuk keperluan industri.
b. Syarat-syarat utama dalam pemakaian LPG adalah harus dipenuhinya:
1) Syarat Pembakaran
Pada saat digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor LPG harus
memberi warna api kompor yang biru dan tidak memberi asap. Agar api
kompor berwarna biru, maka komposisi campuran propane dan butane
harus minimum 97,5%. Sebaliknya jika LPG mengandung fraksi C5+(C6
heavier) lebih dari maksimumnya yaitu 2,0% maka nyala api kompor
agak kemerah-merahan. Jadi agar syarat pembakaran menjadi baik maka
komposisi C2 harus maksimum 0,2% vol, C3 dan C4 minimum 97,5% vol
serta kandungan C5+(C6 heavier) maksimum 2,0% vol.
2) Syarat Penguapan
Kemampuan menguap adalah sifat penting dalam penggunaan, LPG
harus cukup mudah menguap agar mudah dinyalakan diwaktu dingin.
Seperti diketahui saat dalam tabung gas LPG adalah berbentuk cair,
namun saat dipakai dalam kompor (pada tekanan atmosfer) dengan cepat
LPG berubah menjadi gas. Untuk memenuhi persyaratan penguapan
maka Tekanan Uap LPG tidak boleh lebih dari 120 psig.
3) Syarat Kebersihan Muatan
Syarat kebersihan secara umum adalah dibatasinya kandungan air dan
kandungan belerang, dimaksudkan agar pada penggunaannya LPG tidak
memberikan kotoran sama sekali.
Perlu diketahui, gas LPG bersifat flammable (mudah terbakar). Dalam batas
flammabality, LPG adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letupan (percikan
api) yang sekecil apapun dapat segera menyambar gas LPG. Maka untuk
menjaga keamanan pastikan bahwa bau gas LPG telah hilang sama sekali dari
11
dalam rumah, walaupun membutuhkan waktu yang agak lama. Hal ini karena
sifat gas LPG yang sangat lamban berputar di udara.
Sebagai bahan bakar, gas LPG mudah terbakar apabila terjadi persenyawaan di
udara. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui beberapa
sifat khususnya yaitu :
a. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan
membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar.
b. LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya
secara dini.
c. Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak ke
bawah.
d. LPG tidak mengandung racun.
e. Daya pemanasnya cukup tinggi, namun tidak meninggalkan debu dan abu
(sisa pembakaran).
f. Cara penggunaannya cukup mudah dan praktis.
12
d. Hukum Pressure (Tekanan) = “At constant volume of fixed mass of gas
varies directly with absolute temperature ( Pada volume yang tetap, tekanan
suatu gas berbanding langsung atau sama dengan temperature mutlaknya )”.
P / T = Constant
P1 / T1 = P2 / T2
P = Tekanan (N/m2)
V = Volume (m3)
T = Suhu (K)
13
Berdasarkan gas tanker familiarization yang sudah dijelaskan diatas, maka
spesifikasi standar minimum kompetensi dalam familiarization jenis kapal
tangki gas seperti yang terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1
Standar minimum kompetensi kru pada kapal tangki gas
14
7. Cara – cara pengontrolan
8. Prosedur mempersiapkan pemuatan
dan pembongkaran
Kapal – kapal tipe semi refrigerated dan fully pressurized lebih cocok untuk
pengapalan muatan LPG dan gas kimia dalam jumlah kecil dengan trayek dekat.
Sedangkan fully refrigerated LPG ship digunakan untuk pengangkutan LPG dan
ammonia dalam jumlah besar pada trayek yang panjang.
a. Fully Pressurized Ship
Fully Pressurized Ship adalah yang paling sederhana dibandingkan dengan
tipe lainnya dalam hal sistem tangki muatannya dan peralatan
penanganannya muatan serta mengangkut muatannya pada suhu normal
(ambient) tangki muatan tipe C, kapal dengan tekanan dapat dibuat dari baja
(carbon steel) dengan tekanan 17,5 barg setara dengan tekanan dari propane
pada suhu 45˚C. Kapal dengan desain lebih tinggi beroperasi saat ini
biasanya sampai 18 barg, ada beberapa kapal dapat menerima sampai 20
barg, tidak diperlukan isolasi panas atau instalasi pencair (reliquefraction
plant) dan muatan dapat dibongkar dengan pompa atau compressor kapal.
Karena harus memenuhi desain tekanan maka tangki menjadi sangat berat,
sehingga kapal yang fully pressurized cenderung kecil ukuran dengan
kapasitas maksimum muatan kurang lebih 4.000 m3 biasanya dipakai dalam
pengangkutan LPG dan ammonia.
15
Ballast dimuat dalam sekat berganda (double bottom) dan di dalam top wing
tangki, oleh karena itu tangki muatan tipe C ini tidak memerlukan
secoundary barrier dan hold space dapat diventilasi dengan udara.
Gambar 2.1
Kapal Fully Pressurized
b. Semi Refrigerated Ships / Semi Pressurized Ship
Gambar 2.2
Kapal Semi Refrigerated
Kapal tipe ini sama dengan fully pressurized dimana keduanya termasuk
ukuran tipe C, dalam hal ini tekanan tangki didesain pada tekanan 5 – 7 barg,
ukuran kapal sampai dengan 7500 m3 dan diutamakan untuk pengangkutan
LPG. Dibanding dengan tipe fully pressurized terdapat pengurangan pada
ketebalan tangki muatan karena pengukuran kerja, tetap terdapat
penambahan biaya tambahan instalasi pendingin dan isolasi panas pada
16
tangki muatan, tangki pada kapal tipe ini dibuat dari baja yang dapat
menahan efek suhu pendingin sampai serendah -10˚C, bentuknya bisa
silinder bola atau agak bulat.
Bentuk kapal semi refrigerated dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.3
Kapal Semi Pressurized
Semi Pressurized / Fully Refrigerated Ship adalah kapal yang dibangun
dengan ukuran antara 1.500 s/d 30.000 m3, tipe tanker gas ini telah menjadi
alat pengangkut gas dari LPG, VCM sampai propylene dan butadiene dan
banyak ditemukan pada pelayaran pantai sekitar Mediteranian dan Eropa
utara. Pada saat sekarang, tipe kapal ini adalah yang paling popular diantara
para operator gas ukuran kecil seperti hal keduanya type kapal terdahulu,
semi pressurized/fully refrigerated ship menggunakan type tangki dengan
tekanan, dan karena itu tidak memerlukan secondary barrier. Tangki muatan
tersebut baik dari baja bahan suhu rendah yang dapat memuat bersuhu
rendah sampai -48˚C yang cocok untuk LPG dan muatan gas kimia.
17
Dengan tangki prismatic Tipe A yang mempunyai tekanan kerja 0,7 bar.
Tangki dibangun dari baja yang tahan suhu rendah yang sanggup memuat
pada suhu -48ºC. Kapal-kapal Fully Refrigerated berukuran antara 10.000
sampai 100.000 m3.
Tangki muatan yang digunakan dalam kapal – kapal fully refrigerated ada
empat tipe yang berbeda yaitu :
1) Tangki independen dengan double hull
2) Tangki independen dengan single side shell
3) Tangki integral.
4) Tangki semi membrane.
Gambar 2.4
Kapal Fully Refrigerated
Gambar 2.5
Tipe tangki independen A
b. Tipe tangki independen B
Gambar 2.6
Tipe tangki independen B
Tangki ini adalah tangki bertekanan rendah berdasarkan ukuran atau bentuk
bejana tekanan. Oleh karena itu mungkin untuk menganalisa tekanan yang
tepat. Jika dikatakan terjadi keretakan, maka keretakan tersebut tidak
menyebar. Karena alasan inilah tangki tipe ini tidak membutuhkan hull
secondary barrier. Tangki muatan biasanya berbentuk bola dan dibuat dari
campuran alumunium atau 9.5% stainless steel murni. Tangki-tangki ini
dipasang oleh pinggiran berbentuk silinder yang melekat sekeliling pada
bagian tengahnya.
Bentuk dari tipe tangki independen B dapat dilihat di gambar 2.6
19
c. Tipe tangki independen C
Tangki jenis ini pada dasarnya adalah bejana tekanan dan lepas pada
lambung kapal meskipun terletak pada tempat yang dibangun untuk susunsn
kapal. Kapal tangki jenis ini berbentuk silinder memiliki bentuk bola atau
elips. Tangki tipe C dapat menahan tekanan yang sangat tinggi, cocok untuk
pengangkutan dengan sistem tekanan penuh (fully pressure) atau semi
refrigerated. Ukuran tekanannya tergantung pada suhu muatan jika
pengangkutan dilakukan pada ambient temperatur, tekanan yang dibutuhkan
adalah sekitar 17 kg/cm². Jika muatan yang didinginkan (refrigerated cargo)
akan diangkut, maka tergantung pada suhu muatan tersebut.
Gambar 2.7
Tipe tangki independen C
20
b. Untuk mencairkan kembali uap dari muatan (vapour) yang mengalami
penguapan dan evaporasi.
c. Untuk mengontrol temperature dan tekanan dari muatan pada batas
maksimalnya saat ditransportasikan dengan cara mencairkan kembali vapour
muatan.
Prinsip – prinsip dari pertukaran panas, pendinginan dan pencairan muatan dapat
dilihat pada diagram gambar 2.8 berikut ini :
Gambar 2.8
Prinsip Pendinginan Muatan
Pada gambar 2.8, kita dapat mengetahui prinsip dari pertukaran panas,
pendinginan dan pencairan muatan bahwa :
a. Uap (vapour) dari tangki muatan dihisap oleh compressor.
b. Compressor memampatkan vapour sehingga tekanan dan suhu dari vapour
meningkat.
c. Vapour yang bertemperatur tinggi mengalir ke condenser, dan selanjutnya
dikondensasikan dengan air laut sehingga vapour berubah menjadi cairan
yang memiliki tekanan yang tinggi.
d. Cairan bertekanan tinggi yang telah dikondensasikan melalui katup ekspansi
(expansion valve) ke bagian yang memiliki tekanan rendah yang memiliki
kondensasi ke tangki. Kemudian cairan dingin dialirkan kembali ke tangki,
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melalui top spray pada bagian
21
atas tangki atau melalui bottom spray pada bagian dasar tangki untuk
menghindari penguapan kembali.
Dapat kita ketahui bahwa muatan LPG mempunyai titik didih (boiling point)
sangat rendah sehingga muatan tersebut sangat mudah menguap. Hal ini perlu
diperhatikan terutama pada saat pemuatan yaitu apabila temperatur/suhu udara
yang tinggi pada daerah pemuatan, karena penerobosan panas yang masuk ke
dalam tangki akan menyebabkan permukaan cairan akan cepat menguap dan
membentuk gas (vapour) yang dapat membuat tekanan pada tangki muatan cepat
meningkat.
Suhu udara di atas ambient temperatur) dapat meningkatkan suhu pada tangki
muatan, besarnya suhu pada tangki muatan dapat dilihat pada indikator
temperatur di atas tangki muat. LPG merupakan gas propane dan butane yang
dicairkan dengan menurunkan suhu sampai ke titik didih dimana propane
mempunyai titik didih -42ºC dan titik didih butane adalah -0.5ºC sehingga
apabila mendapat apabila mendapat suhu di atas titik didih maka cairan LPG
akan berubah menjadi uap (vapour).
22
Pada saat tekanan tangki muatan sangat tinggi diperlukan penanganan khusus
dari orang-orang yang berpengalaman agar hal ini dapat ditangani sedini
mungkin secara aman dan efisien. Apabila tidak segera ditangani dengan baik
dan benar maka dapat menimbulkan dampak yang serius antara lain :
a. Apabila tekanan tangki telah mencapai tekanan maksimum yaitu 0.400
kg/cm2 maka secara otomatis ventilation stack akan terbuka sehingga vapour
dalam tangki keluar. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya volume
muatan yang tentunya mengakibatkan kerugian materi.
b. Akibat dari keluarnya vapour ini maka dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran atau polusi terutama polusi udara.
c. Tekanan yang tinggi pada tangki juga dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran pada pipa muat yang akibatnya lebih berbahaya.
d. Proses pemuatan yang tertunda sehingga kapal dapat mengalami
keterlambatan dari jadwal yang telah ditentukan yang tentunya
mengakibatkan kerugian dari segi biaya dan operasional kapal.
Uap yang keluar dari kebocoran tersebut sangat mudah menimbulkan kebakaran
apabila ada sumber nyala karena LPG yang merupakan cairan dari gas propane
dan butane yang sangat mudah menyala dimana propane mempunyai titik nyala
-105ºC dengan lower flammable limit 2% dan upper flammable limit 10% dan
butane memiliki titik nyala -60ºC dengan lower flammable limit 1.5% dan upper
flammable limit 9%.
Dapat diketahui bahwa propane mempunyai titik didih -42ºC dan butane -0.5ºC.
Dan dapat dijelaskan bahwa temperatur muatan pada saat itu adalah -30ºC untuk
propane dan 0.5ºC untuk butane, sehingga cairan muatan berubah menjadi
vapour dan tekanan meningkat sebesar 0.400 barg (tekanan maksimum).
Besarnya volume vapour ini akan menempati ruang kosong dalam tangki seiring
dengan pemuatan yang terus berlangsung volume ruang menjadi lebih kecil
karena perubahan muatan LPG dari cair menjadi vapour akan merubah volume
muatan menjadi lebih besar dengan perbandingan 1/250.
Volume ruang kosong pada tangki yang semakin sempit menyebabkan cairan
LPG tidak dapat dimuat secara maksimal sehingga proses memuat tidak berjalan
23
secara optimal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan proses memuat tidak
berjalan optimal adalah :
a. Tingginya temperatur air laut di pelabuhan muat yang dapat menyebabkan
meningkatnya temperatur dan tekanan di dalam tangki.
b. Tidak tersedianya waktu yang cukup dalam pelaksanaan cooling down
sehingga suhu dan tekanan cepat meningkat pada saat proses memuat.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk menjaga temperatur dan tekanan di
dalam tangki, diantaranya :
a. Dengan menggunakan Reliquefaction Plant
Gambar 2.9
Reliquefaction Plant pada Compressor Room
Telah kita ketahui bahwa di dalam kapal LPG/C GAS KOMODO terdapat
reliquefaction plant (seperti yang terlihat di gambar 2.9), hal ini karena tipe
kapal ini adalah fully refrigerated dan memiliki tangki tipe A (prismatic).
Reliquefaction Plant digunakan selama proses memuat kargo untuk
menangani vapour yang dibentuk dan menjaga temperatur dan tekanan
stabil. Selama proses memuat gas berlangsung, di dalam tangki tidak hanya
liquid yang dimuat tetapi juga ada yang namanya vapour. Vapour ini yang
menyebabkan tekanan di dalam tangki bertambah. Untuk itu digunakanlah
reliquefaction plant. Vapour yang semakin banyak dihisap oleh kompresor
melalui vapour line, kemudian setelah dihisap vapour tersebut di kondensasi
oleh condenser, setelah itu didinginkan menggunakan inter-stage cooler
(seperti yang terlihat di gambar 2.10) dan kemudian dikembalikan ke dalam
tangki melalui condensate line. Hal ini dilakukan supaya vapour yang telah
24
dihisap dikembalikan ke dalam tangki sudah dalam bentuk cair, karena telah
dihisap oleh kompresor dan dikondensasi oleh condenser. Sehingga dapat
menurunkan tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam tangki.
Gambar 2.10
Reliquefaction Cycle dengan Inter-stage Cooling
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk memudahkan penulis maupun pembaca dalam mempelajari skripsi ini, penulis
memberikan gambaran singkat dalam bentuk blok diagram mengenai konseptual
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting untuk dibahas dan terlihat keterkaitan antara variabel
yang diteliti dan secara teoritis dapat ditentukan pemecahan masalahnya.
25
KERANGKA PEMIKIRAN
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Generals
Machinery
1 x SULZER,7RTA
Main Engines
Total 13086 BHP
3 x Bergen Diesel,KRG-6,930 Kw
Generator
1 x Shinko,RG64M,930 Kw
Cargo
Total Cargo Capacity 78542 cubic meters
Cargo Pumps 8 x 530 m3/h
Booster Pumps 2 x 250 m3/h
Cargo Compressor 4 x 19000 Kcal/h
Tabel 3.1
Ship Particular (Sumber: Arsip kapal)
28
Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa
sekarang. Nazir (2011, hlm. 52) menjelaskan metode deskriptif adalah sebagai
berikut: Metode deskriptif adalah satu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
Metode ini cocok dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha mencari
penyebab daripada permasalahan yang sudah dijelaskan di BAB I sehingga dapat
terungkap secara jelas dan akurat.
b. Studi Dokumentasi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi. Prof.
Dr. Suharsini Arikunto (2010:274) menjelaskan dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip buku surat
kabar, majalah, prasasti notulen rapat lengar agenda dan sebagainya. Penulis
mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan pengoperasian sistem
reliquefaction plant maupun proses pendinginan muatan itu sendiri. Diantara
dokumen yang diperoleh data-data tentang muatan cargo loading rate report,
cargo tank pressure report, temperature report. Pencatatan cargo loading
rate report dilakukan setiap satu jam sekali sama dengan temperature report,
sedangkan untuk cargo tank pressure report dicatat setiap setengah jam
sekali.Yang bertanggung jawab didalam pengisian laporan-laporan tersebut
adalah perwira yang berdinas jaga dalam kegiatan penanganan muatan.
c. Studi Pustaka
Dari melakukan teknik pengumpulan data secara observasi dan dokumentasi
disadari bahwa data-data yang didapat tidaklah lengkap tanpa melakukan
penelitian secara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapat
informasi-informasi mengenai permasalahan yang diteliti, dalam
melaksanakan studi pustaka terdapat informasi yang diambil dari buku-buku
yang ada di kapal LPG/C GAS KOMODO. Tidak hanya itu, untuk lebih
menunjang penulisan ini informasi dan data-data penulisan juga didapat dari
buku-buku yang tersedia di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran,
meskipun buku yang tersedia belum lengkap, namun informasi yang didapat
cukup untuk mendukung penulisan ini. Adapun buku-buku yang penulis
gunakan sebagai sumber kepustakaan adalah sebagai berikut :
a. Gas Tanker Familiarization ( Familiarisasi Gas Tanker ).
31
b. Liquified Gas Handling Principles On Ship and Terminals, Fourth
Edition, McGuire and White.
c. Properties of Gases and Liquids.
d. International Convention on Standard of Training Certification and
Watchkeeping for Seafearers, 1978 as amended in 1995 ( STCW 78/95 ).
e. Tanker Safety Guide ( Liquified Gas ), Second Edition, International
Chamber of Shipping.
f. Code of Construction and Equipment of Ships Carrying Liquified Gases
in Bulk, Inter Gonvermental Marine Consulative Organization.
Selain buku-buku yang disebutkan di atas, penulis juga menggunakan
beberapa buku lainnya yang digunakan dalam teknik studi pustaka ini yang
tidak disebutkan. Alasan penulis memilih buku-buku di atas karena dianggap
dapat memberikan informasi tentang data-data yang dapat menunjang pada
saat penjabaran / pendeskripsian data nantinya.
C. SUBJEK PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi subjek penelitian yaitu penanganan
bongkat muat muatan LPG di atas kapal LPG/C GAS KOMODO.
32
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Dunia pelayaran merupakan salah satu faktor utama dalam membantu proses
ekspor dan impor di negara-negara yang mempunyai pelabuhan-pelabuhan
terutama yang bertaraf internasional. Dan kapal merupakan armada yang
berfungsi sebagai alat transportasi paling efektif dalam proses pelayanan jasa
antar negara di dunia.
LPG/C GAS KOMODO adalah salah satu armada kapal yang melakukan
pengangkutan muatan LPG antar negara India, China, Arab dan Indonesia.
Kapal ini dibangun oleh salah satu ship builder di Negara Jepang pada tahun
1991. Berbendera Indonesia, kapal ini harus melayani permintaan-permintaan
pemilik muatan yang pada akhirnya menuntut profesionalisme operator / perwira
di atas kapal dalam hal penanganan muatan LPG.
Menurut yang tertulis di LGHP fourth edition, tangki muatan yang digunakan
oleh kapal-kapal Fully Refrigerated ada empat tipe yang berbeda yaitu : tangki
independent dengan double hull, tangki independent dengan single side shell
tetapi dengan dasar berganda dan hopper tanks, tangki integral dan tangki semi
membrane dimana kedua tipe tangki independent dengan single side shell.
Sebuah tangki prismatic Tipe A yang mempunyai tekanan kerja 0,7 bar. Tangki
dibangun dari baja yang tahan suhu rendah yang sanggup memuat pada suhu -
48ºC. Kapal-kapal Fully Refrigerated berukuran antara 10.000 sampai 100.000
m3. Sebuah kapal pengangkut LPG yang Fully Refrigerated dapat memiliki
sampai dengan enam tangki muatan, setiap tangki mempunyai “wash plate”
yang melintang dan sebuah sekat membujur pada centre line guna keperluan
keseimbangan kapal. Tangki biasanya disokong di atas balok-balok kayu yang
dipasang pada badan kapal guna meredam pemuaian dan goncangan muatan.
Oleh karena suhu pengangkutan yang sangat rendah, maka diperlukan isolasi
panas dan instalasi pencair (reliquefaction plant). Tanker gas tipe Fully
Refrigerated fleksibilitas operasionalnya sangat terbatas, namun sering terdapat
tambahan pemanas muatan dan booster pumps guna memungkinkan
pembongkaran ke tangki penampungan yang bertekanan. Jika menggunakan
tangki muatan tipe A, diperlukan secondary barrier yang lengkap. Hold Space
harus dalam keadaan lembam (inert) apabila mengangkut muatan yang mudah
terbakar. Ballast dimuat dalam dasar berganda dan top side atau side ballast
tanks jika ada.
Pada saat jam jaga Mualim II, Mualim II sering meninggalkan cargo control
room dan menikmati perbincangan dengan ABK yang berdinas jaga di deck,
sehingga pengambilan tank condition dilakukan dalam 2 jam sekali. Mualim
II tidak menyadari bahwa telah terjadi penambahan loading rate yang
mengakibatkan proses memuat lebih cepat dan pihak terminal juga tidak
melaporkan hal tersebut kepada Mualim II.
Lalu terdengar suara alarm dikarenakan pressure pada tangki kargo tinggi,
Mualim II menekan tombol buzz stop yang terdapat pada panel cargo control
room. Mualim II menelepon Chief Officer, lalu Chief Officer meminta pihak
terminal supaya memberikan waktu kepada kapal untuk melaksanakan
cooling down guna menangani high pressure yang terjadi pada tangki
muatan. Mualim I segera memerintahkan Gas Engineer menuju compressor
room untuk memantau apakah proses cooling down berjalan dengan baik dan
Mualim I memantau melalui monitor di cargo control room. Setelah
temperature dan pressure pada tangki kargo kembali normal, proses memuat
kembali dilanjutkan.
35
berlabuh jangkar terlebih dahulu sambil menunggu informasi lebih lanjut
untuk sandar ke terminal. Hal ini jelas merugikan pihak kapal karena pihak
kapal tidak mendapatkan kabar yang pasti mengenai waktu yang jelas untuk
proses pemuatan. Untuk mengisi kekosongan tersebut, maka Kapten selaku
pemimpin kapal langsung mengambil keputusan untuk melaksanakan safety
meeting dengan crew kapal terutama Gas Engineer dan Mualim 1 agar
segera melakukan proses cooling down pada tangki dan juga menjelaskan ke
crew yang lain mengenai teknis pelaksanaan saat melakukan proses memuat
muatan LPG sekaligus menunggu informasi mengenai sandar ke terminal
untuk melaksanakan proses memuat muatan tersebut.
B. ANALISIS DATA
Pada bagian ini berisikan analisis data yang berhubungan dengan permasalahan-
permasalahan terjadinya kenaikan gas yang berlebih yang terdapat pada rumusan
masalah. Adapun analisis data yang akan diuraikan sehubungan dengan
permasalahan itu adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat
muatan LPG di atas kapal
Berikut merupakan analisis mengenai beberapa faktor penyebab kurangnya
kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan LPG di atas
kapal :
a) Kurang maksimalnya pengawasan dari Nakhoda
36
Kurang maksimalnya pengawasan dari Nakhoda disebabkan karena
beberapa hal, antara lain :
1) Menganggap bahwa semua crew sudah biasa melakukannya.
Crew yang baru naik kapal akan melaksanakan familiarisasi kapal,
baik itu tentang ruangan-ruangan yang ada di kapal maupun
pekerjaan yang akan dilakukan. Hal itulah yang membuat Nakhoda
kurang maksimal dalam mengawasi crew dikarenakan sudah biasa
melakukan kegiatan tersebut.
2) Banyaknya pekerjaan Nakhoda sehingga tidak bisa memantau
setiap saat.
Seperti kita ketahui bahwa pekerjaan Nakhoda itu banyak sekali
mulai dari keamanan kapal, keamanan muatan, dan keamanan semua
personil kapal. Jadi, sulit bagi Nakhoda untuk memantau setiap saat
karena Nakhoda juga butuh istirahat. Kejadian itupun terjadi pada
jam Mualim 2 berdinas jaga yang dimana itu merupakan jam tidur
manusia pada umumnya.
ABK yang berdinas jaga telah melakukan kelalaian, yaitu tidak mengawasi
kenaikan temperatur dan tekanan pada tangki. Muatan LPG adalah muatan
yang sangat berbahaya, sehingga diperlukan pengawasan dan penanganan
muatan yang baik. Telah kita ketahui bahwa LPG/C GAS KOMODO adalah
tipe kapal fully refrigerated yang memiliki sistem reliquefaction plant dan
membutuhkan waktu dalam proses cooling down untuk mengubah vapour
yang sudah terbentuk di dalam tangki menjadi bentuk liquid kembali. Oleh
karena itu diperlukan perhatian terhadap loading rate pada saat memuat agar
vapour yang dihasilkan tidak cepat meningkatnya jumlah dan proses cooling
down berjalan lancar. Pada kasus ini, awak kapal yang berdinas jaga tidak
memperhatikan hal ini. Disamping itu juga tingginya suhu di siang hari pada
saat proses memuat berlangsung turut mempengaruhi kenaikan temperatur
dan tekanan di dalam tangki. Penyebabnya antara lain adalah:
- Kurang maksimalnya pengawasan Nakhoda.
- Kurangnya motivasi dari Nakhoda kepada ABK
2. Kurangnya kordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal, hal ini
dapat diatasi dengan cara :
40
b. Melakukan komunikasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak
terminal. Komunikasi diperlukan untuk saling bertukar informasi
mengenai loading rate, dan perkiraan selesainya muat. Komunikasi yang
efektif dan terpercaya, komunikasi bisa langsung antara kapal dan
terminal atau tidak langsung melalui pihak ketiga. Hal itu merupakan
suatu syarat mutlak untuk pengoperasian muatan yang aman dan efisien
selama kapal pengangkut gas bersandar di terminal. Komunikasi dapat
dilakukan mulai dari sejak awal voyage, berlanjut sampai kapal sandar,
selama penanganan muatan sampai kapal berangkat.
43
e. Melakukan familiarisasi baik saat sebelum dan sedang on board.
1) Keuntungan :
ABK akan menjadi lebih paham akan akibat yang ditimbulkan jika
melakukan tindakan yang kurang disiplin.
2) Kerugian :
Memakan waktu yang lebih sehingga dianggap kurang efektif karena
sudah pernah dilakukan sebelumnya.
2. Kurangnya kordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal, hal ini
dapat diatasi dengan cara :
44
2) Kerugian :
Membutuhkan waktu untuk melakukan safety meeting tersebut.
Berdasarkan deskripsi data, hasil audit dan evaluasi pada alternatif pemecahan
masalah, maka penulis menentukan beberapa pemecahan yang dipilih untuk
mengoptimalkan penangan muatan LPG diatas LPG/C GAS KOMODO sesuai
dengan penyebab terjadinya kenaikan yang berlebih, yaitu :
a. Dari hasil evaluasi terkait masalah Kurangnya kedisiplinan ABK dalam
pelaksanaan bongkar muat muatan LPG di atas kapal, maka pemecahan
masalah yang dipilih penulis antara lain :
1. Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG
dilaksanakan.
2. Memberikan motivasi dari Nakhoda kepada ABK.
3. Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, Penulis membuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan
LPG diatas kapal.
Hal itu mengakibatkan suhu dan tekanan pada tangki naik sangat tinggi. Selain
itu, maka akan mengakibatkan terganggunya proses pemuatan kapal bahkan
kapal bisa berpotensi meledak yang akan sangat berbahaya baik bagi orang,
kapal, dan lingkungan sekitar.
2. Kurangnya koordinasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak terminal.
Hal itu mengakibatkan terganggunya kegiatan pelaksanaan pemuatan sehingga
akan mengakibatkan kerugian dari kedua pihak
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka pada bagian ini diberikan klasifikasi pada
saran-saran atau masukan-masukan sebagai berikut :
1. Nakhoda/ Perwira Kapal:
a) Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG
dilaksanakan
b) Memberikan motivasi dari Nakhoda kepada ABK.
2. Perusahaan Pelayaran:
a) Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya
a) Melakukan pembagian kerja yang baik antar pihak kapal dan terminal.
b) Melakukan safety meeting sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat
muatan LPG.
DAFTAR PUSTAKA
International Chamber of Shipping. 1995. Tanker Safety Guide Liqufied Gas 2nd
McGuire, Graham and Barry White. 2000. Liquefied Gas Handling Principles On Ships
and in Terminals (SIGGTO, 2000): Witherby
4. Cargo Compressor
Adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengompres / memampatkan muatan
yang berbentuk gas guna meningkatkan temperature dan tekanan.
5. Cargo Rate
Adalah kecepatan aliran muatan.
6. Compressor Report
Adalah laporan yang dibuat oleh operator compressor dengan interval waktu
tertentu, yang isinya mencatat temperature, tekanan, ampere meter, serta kondisi
fisik lainnya pada cargo compressor yang digunakan / dijalankan.
7. Cooling Down
Adalah proses pendinginan tangki dengan menggunakan kompresor atau
reliquefaction system.
8. Emergency Shut Down
Adalah katup penutup darurat.
9. Expansion Valve
Adalah katup yang mengontrol jumlah refrigeran yang masuk ke evaporator.
11. LPG
Adalah singkatan dari Liquified Petroleum Gas. LPG umumnya didefinisikan
sebagai propane, butane, dan campuran propane/butane dalam bentuk cair.
12. Line Up
Adalah memastikan katup-katup mana yang harus dibuka atau ditutup pada suatu
reliquefaction.
Adalah angka yang digunakan untuk mengukur tinggi cairan di dalam tangki
Adalah pipa-pipa yang khusus digunakan / dialiri oleh muatan yang berbentuk
cair.
Adalah jalur pemasukan cargo liquid / vapour dari tangki menuju ke tangki
kapal.
16. Loading Rate
Adalah kecepatan permuatan rata-rata.
17. Manifiold
20. Reducer
Adalah pipa penghubung antara manifold dengan loading arm yang mempunyai
diameter berbeda antara darat dengan kapal.
Hidung / ujung suatu pipa yang berfungsi untuk menyemprotkan suatu cairan
yang mengalir di dalamnya pada saat cairan tersebut keluar.
Adalah katup yang terletak ada tiap-tiap bagian tertentu dari pipa-pipa muatan
yang telah dibuat atau diprogram pada tekanan tertentu yang berfungsi sebagai
katup pengaman pada waktu tekanan pada pipa atau dalam tangki lebih tinggi
dari pada yang ditentukan.
Adalah katup pada tangki muatan yang digunakan untuk membuka – menutup
jalur spray pada tangki muatan.
Adalah inspeksi pada tangki yang mempunyai tujuan tertentu seperti misalnya
untuk mengecek ketebalan tangki ataupun melakukan pergantian jenis muatan.
25. Top Spray
Adalah salah satu dari pipa permuatan pada kapal LPG yang didesain khusus
untuk membuat muatan yang masuk ke dalam tangki berupa kabut (spray).
Adalah batas maksimal tekanan aman yang diijinkan pada suatu tanki muat
Adalah pipa-pipa yang khusus berisi / digunakan untuk muatan yang masih
berbentuk gas.