Anda di halaman 1dari 63

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN


SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

SKRIPSI

OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA


SAAT MEMUAT GUNA MENCEGAH TERJADINYA
KENAIKAN TEKANAN YANG BERLEBIH DI ATAS
LPG/C GAS KOMODO

Oleh :

IZKY NURRAFLI FARHAN


NRP. 359168730

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV


JAKARTA
2020
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

SKRIPSI

OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA


SAAT MEMUAT GUNA MENCEGAH TERJADINYA
KENAIKAN TEKANAN YANG BERLEBIH DI ATAS
LPG/C GAS KOMODO

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan


Untuk Penyelesaian Program Pendidikan Diploma IV

Oleh :

IZKY NURRAFLI FARHAN


NRP. 359168730

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV


JAKARTA
2020

i
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : IZKY NURRAFLI FARHAN


NRP : 359168730
Program Pendidikan : Diploma IV
Program Studi : NAUTIKA
Judul : OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG
PADA SAAT MEMUAT GUNA MENCEGAH
TERJADINYA KENAIKAN TEKANAN YANG
BERLEBIH DI ATAS LPG/C GAS KOMODO

Jakarta, 22 Juli 2020


Pembimbing Materi Pembimbing Penulisan

Capt. BHIMA SISWO PUTRO, S.Si.T. DENNY FITRIAL, M.T


Penata (III/c) Penata Muda Tk I (III/b)
NIP. 19730526 200812 1 001 NIP. 19800727 200912 1 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Nautika

SUHARTINI, S.SI.T., M.M. Tr


(III/d)
NIP. 19800307 200502 2 002
ii
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SDM PERHUBUNGAN
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

TANDA PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : IZKY NURRAFLI FARHAN

NRP : 359168730

Program Pendidikan : DIPLOMA IV

Jurusan : NAUTIKA

Judul : OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA


SAAT MEMUAT GUNA MENCEGAH TERJADINYA
KENAIKAN TEKANAN YANG BERLEBIH DI ATAS
LPG/C GAS KOMODO

Penguji I Penguji II Penguji III

CAPT. SUWONDHO, M.M DENNY FITRIAL, M.T CAPT. P. AGUNG HERNOWO, M.M
Dosen STIP Penata Muda Tk I (III/b) Dosen STIP
NIP. 19800727 200912 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Nautika

SUHARTINI, S.SI.T., M.M.Tr


Penata Tk I (III/d)
NIP. 19800307 200502 2 002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala berkah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan
program Diploma IV tahun ajaran 2019-2020 Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP)
Jakarta. Skripsi ini juga merupakan salah satu kewajiban bagi Taruna yang akan lulus
dengan memperoleh gelar Sarjana Terapan Pelayaran (S.Tr.Pel) yang Penulis berikan
judul :

“OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA SAAT MEMUAT


GUNA MENCEGAH TERJADINYA KENAIKAN TEKANAN YANG
BERLEBIH DI ATAS LPG/C GAS KOMODO”

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis juga banyak mendapat bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghormatan kepada :

1. Bapak Amiruddin, MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta.

2. Suhartini, M.M.Tr. selaku Ketua Jurusan Nautika Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta.

3. Capt. Bhima Siswo Putro, S.Si.T. selaku Dosen Pembimbing Materi Skripsi yamg
telah memberikan waktu dan ilmunya untuk membimbing materi skripsi ini.

4. Bapak Denny Fitrial, M.T selaku Dosen Pembimbing Penulisan Skripsi yang telah
memberikan waktu dan ilmunya untuk membimbing proses penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H. Subagyo, M.Si dan Ibu Dra. Hj. Yeni Fauziah yang sudah bekerja
keras dan selalu memberikan kasih sayang serta doa yang tiada henti kepada Penulis
hingga bisa bertahan sampai saat ini. Kepada kakak Izhar Nurbani Farhan dan Adik
Izania Nurfakhrani Putri dan Izam Nurfahmi Farhan yang senantiasa memberikan
semangat serta doa agar Penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

iv
6. Seluruh dosen, instruktur dan pembimbing taruna/i Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
yang telah bersedia mendidik, membimbing serta memberikan masukan-masukan
dalam masa pendidikan.

7. Seluruh crew LPG/C Gas Komodo yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
selama Penulis melaksanakan penelitian, khususnya Capt. Max J. Molina, Capt.
Monto Situmorang, Chief Basir Akhmad dan Chief Solahuddin serta seluruh
pegawai kantor PT. Topaz Maritime

8. Third Officer Muhammad Arifudin dan Rowan Tasiam serta Fourth Officer
Muhammad Rizky Bimantoro, terima kasih atas bimbingan dan bantuannya selama
saya menjalankan menjalankan penelitian dari mulai sign on sampai saya sign off.
Terimakasih karena sudah menjadi perwira sekaligus abang ketika saya menjalani
penelitian.

9. Kepada seluruh teman-teman angkatan lima puluh sembilan (LIX) gelombang


pertama dan teman-teman kelas Nautika VIII B yang sudah memberikan semangat
agar Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

10. Kepada semua pihak yang tidak tersebut diatas, atas bantuannya hingga penulisan
skripsi ini dapat berjalan dengan baik dan serta dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu Penulis memohon
tanggapan dan saran serta bimbingan yang sifatnya membangun agar menjadi lebih baik
dari sebelumya. Penulis juga meminta maaf sebesar-besarnya jika terdapat kekeliruan
dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Untuk selanjutnya, Penulis berharap agar dalam penulisan skripsi ini dapat
memberikan manfaat, menambah wawasan yang berguna bagi para pembaca, serta
dapat memenuhi persyaratan program Diploma IV di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran
Jakarta.

Jakarta, Juli 2020

Penulis,

Izky Nurrafli Farhan


NRP : 359168730
v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah............................................................... 3
C. Batasan Masalah..................................................................... 4
D. Rumusan Masalah.................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 4
F. Sistematika Penulisan............................................................. 5
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka................................................................... 8
B. Kerangka Pemikiran.............................................................. 25
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 27
B. Metode Pendekatan dan Teknik Pengumpulan Data.............. 28
C. Subjek Penelitian.................................................................... 32
D. Teknik Analisis Data.............................................................. 32
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data........................................................................ 33
B. Analisis Data.......................................................................... 36
C. Alternatif Pemecahan Masalah............................................... 39
D. Evaluasi Terhadap Alternatif Pemecahan Masalah................ 42

vi
E. Pemecahan Masalah Yang Dipilih......................................... 44
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 46
B. Saran........................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENJELASAN ISTILAH

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kapal Fully Pressurized.......................................................... 16
Gambar 2.2 Kapal Semi Refrigerated........................................................ 16
Gambar 2.3 Kapal Semi Pressurized.......................................................... 17
Gambar 2.4 Kapal Fully Refrigerated........................................................ 18
Gambar 2.5 Tipe tangki independen A....................................................... 19
Gambar 2.6 Tipe tangki independen B....................................................... 19
Gambar 2.7 Tipe tangki independen C....................................................... 20
Gambar 2.8 Prinsip Pendinginan Muatan................................................... 21
Gambar 2.9 Reliquefaction Plant Pada Compressor Room........................ 24
Gambar 2.10 Reliquefaction Cycle dengan Inter-stage Cooling.................. 25

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Standar minimum kompetensi kapal tangki gas..................... 14
Tabel 3.1 Ship’s Particular (Sumber : Arsip Kapal) ................................. 28

x
DAFTAR SINGKATAN

ABK Anak Buah Kapal

LGHP Liquified Gas Handling Principal

LNG Liquefied Natural Gas

LPG Liquefied Petroleum Gas

LPG/C Liquefied Petroleum Gas Carrier

MSDS Material Safety Data Sheet

SDM Sumber Daya Manusia

SMS Safety Management System

SQC Safety and Quality Committee

SQO Safety and Quality Officer

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ship’s Particulars


Lampiran 2 Crew List
Lampiran 3 LPG/C Gas Komodo Saat Loading di Tanjung Uban
Lampiran 4 Material Safety Data Sheet Butane
Lampiran 5 Safety and Quality Meeting
Lampiran 6 Cargo Control Room and Cargo Monitor in Cargo Control Room
Lampiran 7 Maximum Allowable Relieve Valve Setting
Lampiran 8 Pressure/Temperature Relationship for Hydrocarbon Gases
Lampiran 9 Deskripsi Data
Lampiran 10 Statement of Fact

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan gas dalam bidang industi saat ini sangat maju dan berkembang pesat.
Gas dikirim dalam bentuk gas cair yang diangkut oleh kapal pembawa gas (gas
carrier). Gas carrier menurut LGHP (Liquified Gas Handling Principal) fourth
edition tahun 2016, terbagi menjadi 6 grup sesuai dengan muatan yang dibawa dan
kondisi penyimpanan dari muatannya tersebut, yaitu : bertekanan penuh, semi
didinginkan, didinginkan penuh, pembawa LNG (Liquified Natural Gas), pembawa
ethane, dan regassification vessel. Dalam membawa gas, dibutuhkan kemampuan
khusus dari setiap orang yang terlibat dalam penangannnya.

Menurut LGHP fourth edition, kapal pembawa gas dalam kapasitasnya dimulai dari
ukuran kecil, yaitu 500 m3 sampai dengan 6000 m3 yang membawa propane, butane,
dan gas lainnya pada suhu tertentu, serta tanker refrigerated dengan kapasitas lebih
dari 10.000 m3 untuk membawa LPG (Liquified Petroleum Gas) dan LNG (Liquified
Natural Gas). Sebuah kapal LPG membawa muatannya dalam bentuk cair. Cairan ini
bisa dalam bentuk bertekanan, semi bertekanan, atau didinginkan secara menyeluruh.
Biasanya muatan LPG adalah propane, butane, dan ammonia.

Hal terpenting pada kapal LPG ialah dimana tangki muatannya dijaga tetap dingin
untuk mencegah udara masuk ke dalam sistem muatan. Hanya ada cairan (liquid) dan
uap (vapour) yang ada di dalam tangki dan tidak ada udara di dalamnya karena
oksigen termasuk salah satu unsur dalam segitiga api (LGHP 4th edition)

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam desain kapal gas dalam SIGTTO
chapter 3 (Principles of gas carrier design) the gas carrier code, yaitu:
1. Tipe muatan yang diangkut.
2. Kondisi penyimpanan (bertekanan penuh, setengah bertekanan, atau suhu rendah).
3. Tipe perdagangan dan fleksibilitas penanganan muatan yang dibutuhkan oleh
kapal.
4. Fasilitas dari terminal yang tersedia ketika muat atau bongkar.
Gas-gas yang dicairkan dalam campuran dari hidrokarbon-hidrokarbon yang berat
molekulnya rendah, ditransportasikan dalam bentuk cairan curah menggunakan
kapal-kapal khusus yang biasanya disebut kapal pengangkut gas (Gas Carriers).
LPG atau gas minyak bumi yang dicairkan umumnya didefinisikan sebagai propane,
butane atau campuran propane dan butane yang lebih dikenal dengan istilah LPG.
Cairan ini tidak berwarna, tidak menimbulkan karat, tidak beracun tapi sangat mudah
terbakar. Dua sumber utama LPG adalah :
1. Dengan memperoses gas alam yang asam basah yang diperoleh dari ladang-
ladang gas atau minyak. Baik LPG maupun cairan gas akan dikeluarkan dari gas
alam dengan cairan ini
2. Dengan memperoses minyak mentah dan produk yang bersangkutan pada pabrik
atau penyulingan minyak. Oleh karena itu LPG merupakan hasil sampingan dari
proses penyulingan minyak mentah.

Hal utama yang perlu diperhatikan pada muatan cair / gas adalah keselamatan dan
keamanan, dalam menghindari resiko dari bahaya kebakaran dan bahaya lain di
perjalanan, atau resiko pada saat memuat dan dalam penyimpanan dengan bahaya
ledakan dimana prinsip gas suhu meningkat maka terjadi kenaikan tekanan dan
sebaliknya. Kapal-kapal tanker merupakan jenis kapal yang memuat muatan yang
berbahaya yang mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya kebakaran serta ledakan di
tangki muatan. LPG memiliki sifat yang mudah terbakar dan mudah meledak
sehingga pada proses bongkar muat diperlukan penanganan yang benar dan
dibutuhkan orang-orang yang paham tentang muatan yang akan atau sedang dibawa
agar penanganannya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet).

Untuk memudahkan pengangkutan butane, propane dan campuran butane / propane


yang berbentuk uap maka perlu dicairkan menjadi LPG, perubahan bentuk dari uap
menjadi cair akan mengurangi volumenya sekitar 250 kali. Ketika sudah dalam
bentuk cair maka akan lebih mudah didistribusikan ke dalam tangki atau tabung.
Untuk mencairkan uap tersebut dapat dilakukan dengan cara menurunkan suhu
sampai ke titik didih akan tetapi penerebosan panas yang masuk akan menyebabkan
cairan itu menguap kembali. Oleh karena itu, di dalam pelaksanaan bongkar muat
harus selalu sesuai dengan prosedur bongkar dan muat yang telah ditentukan baik

2
dari MSDS atau SMS (Safety Management System) dari kantornya itu sendiri agar
selalu aman untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Pada pemuatan LPG fully refrigerate penting untuk memperhatikan kondisi tekanan
dan suhu pada tangki. Karena LPG dimuat dalam keadaan tekanan udara luar dan
pada suhu rendah. Maka tangki harus mampu menahan keadaan tersebut. Suhu yang
tinggi pada muatan dalam pemuatan dapat menaikkan tekanan dalam tangki sehingga
melebihi batas tekanan yang telah ditentukan. Tekanan yang melebihi batas yang
telah ditentukan secara otomatis akan keluar melalui relieve valve menuju ke udara
luar dalam bentuk uap muatan. Karena uap muatan LPG lebih berat dari udara maka
uap muatan akan turun ke tempat yang lebih rendah sehingga dapat membahayakan
keselamatan awak kapal, kapal, dan lingkungan sekitar. Selain itu hal tersebut dapat
memperkecil rate saat pemuatan sehingga tidak optimal dan memperlambat
pemuatan.

Dalam pelaksanaan praktik lapangan penulis sering menemukan masalah pada saat
pengoperasian muatan yaitu terjadi kenaikan suhu dan tekanan pada tangki muat
yang berlebih dikarenakan ABK yang kurang disiplin saat berdinas jaga pada saat
pelaksanaan kegiatan memuat muatan LPG. Hal ini sangat berbahaya karena akibat
yang ditimbulkan dari kurangnya kedisiplinan tersebut bisa menjadi ledakan yang
sangat berbahaya baik bagi orang, kapal, dan lingkungan sekitar Suhu dan tekanan
yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan ledakan pada kapal dengan terlepasnya
muatan dari relieve valve yang dapat mengakibatkan kerugian materi, pencemaran
polusi serta ancaman keselamatan jiwa di kapal.

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti mengapa terjadi kenaikan
tekanan tangki muatan yang besar di dalam satu karya ilmiah dalam bentuk skripsi
dengan judul :
“OPTIMALISASI PENANGANAN MUATAN LPG PADA SAAT MEMUAT
GUNA MENCEGAH TERJADINYA KENAIKAN TEKANAN YANG
BERLEBIH DI ATAS LPG GAS KOMODO”

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang
sering terjadi di kapal LPG/C GAS KOMODO sebagai berikut :

3
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pengawasan saat cargo operation LPG di
atas kapal.
2. Kurangnnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal.
3. Kurangnya pemahaman ABK tentang penerapan SISPRO bongkar muat LPG di
atas kapal.
4. Kurangnya pengawasan perwira jaga terhadap tekanan tangki pada saat bongkar
muat.
5. Kurangnya perawatan terhadap komponen-komponen di compressor sehingga
kinerja dari compressor berkurang

C. BATASAN MASALAH
Mengingat betapa luas dan kompleksnya permasalahan yang tercakup dan yang
terjadi di atas kapal LPG/C GAS KOMODO, maka dalam pembahasan skripsi ini
Penulis hanya akan membatasi masalah pada penyebab terjadinya tekanan dalam
tangki muatan bertambah sehingga melewati batas kemampuan dari tangki LPG/C
GAS KOMODO saat penulis melakukan penelitian pada tanggal 26 Agustus 2018 –
26 Agustus 2019, terutama dalam hal :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK yang sedang berdinas jaga pada saat pelaksanaan
kegiatan memuat muatan LPG.
2. Kurangnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal.

D. RUMUSAN MASALAH
Dari pembatasan masalah di atas, dengan demikian dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Mengapa kedisiplinan ABK yang sedang berdinas jaga pada saat pelaksanaan
kegiatan memuat muatan LPG masih rendah ?
2. Mengapa koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal tidak berjalan
dengan baik ?

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara meningkatkan kedisiplinan ABK yang sedang
berdinas jaga pada saat pelaksanaan kegiatan memuat muatan LPG
b. Untuk mengetahui cara agar koordinasi antara pihak kapal dan terminal
berjalan dengan baik
4
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Aspek Teoritis
1. Diharapkan dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
bagi para pelaut yang akan berlayar diatas kapal LPG.
2. Diharapkan dapat digunakan untuk memperbanyak pengetahuan yang
berkaitan dengan “penanganan muatan LPG”.
b. Aspek Praktis
1. Diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman atau pengetahuan dan
wawasan bagi para pelaut yang akan berlayar diatas kapal pengangkut
LPG.
2. Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan
pelayaran yang mengoperasikan kapal sejenis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI


Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, tiap-tiap bab saling berkaitan
sehingga terwujud sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada bagian ini dijelaskan mengenai pentingnya kedisiplinan ABK dalam
pelaksanaan proses bongkar muat
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang telah didapat diidentifikasi dan ditampilkan untuk dibahas di
dalam skripsi ini.
C. Batasan Masalah
Masalah yang didapat di berikan suatu pembatasan yang didasarkan atas
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
D. Rumusan Masalah
Menguraikan setiap masalah yang didapat oleh penulis dan membahasnya
dalam penulisan skripsi ini.
E. Tujuan dan manfaat penulisan
1. Tujuan penelitian

5
Memberikan gambaran tujuan yang ingin dicapai penulis dalam
penulisan skripsi ini.
2. Manfaat penelitian
Menguraikan setiap manfaat yang didapat dalam penulisan skripsi ini.
F. Sistematika penulisan
Memberikan suatu panduan urutan secara singkat urutan dan isi dari
skripsi pada setiap babnya.

BAB II LANDASAN TEORI


A. Tinjauan pustaka
Memaparkan kajian pustaka dan sumber informasi yang tepat dan
didasarkan atas permasalahan-permasalahan yang dibahas.
B. Kerangka pemikiran
Memberikan suatu hipotesis yang berkaitan erat dengan pembahasan
permasalahan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan waktu penelitian
1. Memberikan suatu informasi mengenai kapan dan waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan penelitian.
2. Memberikan suatu informasi mengenai tempat dilakukannya
penelitian.
B. Metodologi pendekatan dan teknik pengumpulan data
Menjelaskan cara-cara pengumpulan data yang digunakan.
C. Subjek Penelitian
Penulis memberikan penggambaran atas subjek penelitian yang merupakan
hal utama yang dibahas dalam skripsi ini
D. Teknik Analisis
Merujuk pada metode yang digunakan untuk membuat suatu analisis dan
penilaian atas segala permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini yang
menjadi acuan dalam menemukan sumber dari masalah.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Data

6
Memberikan beberapa sampel contoh kasus serta permasalahan yang
terjadi saat penulis melakukan praktik laut diatas kapal.
B. Analisis data
Menganalisis pokok permasalahan yang telah ditentukan dari data-data
yang diperoleh.
C. Pemecahan masalah
Memberikan beberapa solusi pemecahan masalah atas masalah-masalah
yang telah ditentukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan serta setiap langkah yang
dilakukan sebagai suatu solusi pemecahan masalah yang didasarkan atas
pembahasan-pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.
B. Saran
Disampaikan saran-saran sebagai suatu masukan dalam solusi pemecahan
masalah yang terbaik dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

7
BAB II

LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penanganan Muatan
Menurut Capt. Arso Martopo dalam bukunya Penanganan Muatan, 2000:07,
“Penanganan muatan merupakan suatu istilah dalam kecakapan pelaut, yaitu
pengetahuan tentang memuat dan membongkar muatan dari dan ke atas kapal
sedemikian rupa agar terwujud lima prinsip pemuatan yang baik. Lima prinsip
pemuatan yang baik diantaranya melindungi awak kapal dan buruh, melindungi
kapal, melindungi muatan, melakukan bongkar muat secara tepat dan sisematis
serta penggunaan ruang muat semaksimal mungkin.”

Capt. Istopo 1991:1, “menjelaskan bahwa prinsip penanganan dan pengaturan


muatan yang baik harus memperhatikan beberapa faktor. Salah satunya adalah
melindungi muatan yaitu terkait dari kecakapan seorang anak buah kapal dalam
membagi muatan dengan baik dengan melindungi muatan agar tidak terjadi
kerusakan saat dimuat, selama berada di atas kapal maupun selama masa
pembongkaran di pelabuhan tujuan, juga awak kapal harus mengenal jenis dan
sifat muatan yang akan dimuat dan melakukan pemisahan terhadap jenis-jenis
muatan yang berbeda untuk mencegah timbulnya kerusakan pada muatan akibat
tercampurnya satu muatan dengan muatan lain, juga menghindari bahaya
ledakan.”

Kapal-kapal tanker merupakan jenis kapal yang memuat muatan yang berbahaya
yang mempunyai resiko tinggi terhadap bahaya kebakaran serta ledakan di
tangki muatan. LPG memiliki sifat yang mudah terbakar dan mudah meledak
sehingga pada proses bongkar muat diperlukan penanganan yang benar dan
dibutuhkan orang-orang yang paham tentang muatan yang akan atau sedang
dibawa agar penanganannya sesuai dengan MSDS (Material Safety Data Sheet).
2. Optimalisasi
Menurut DEPDIKBUD dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995:
628), bahwa “Optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik,
tertinggi jadi optimalisasi adalah suatu proses meningkatkan”. Menurut Machfud
Sidik berkaitan dengan “Optimalisasi yaitu suatu tindakan/kegiatan untuk
meningkatkan dan mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan
ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan”.

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan pengertian optimalisasi


adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara terbaik dalam suatu pekerjaan
untuk mendapatkan keuntungan tanpa harus mengurangi kualitas pekerjaan.
Optimalisasi Penanganan Muatan LPG adalah suatu proses penanganan muatan
LPG yang dilakukan dengan cara menjaga kestabilan temperatur guna menjaga
tekanan tetap stabil dan tidak mengalami kenaikan pada saat memuat. Untuk
menjaga kestabilan temperatur dan tekanan guna mewujudkan proses memuat
yang optimal, maka diperlukan pengawasan yang khusus terhadap muatan LPG.

Pengawasan khusus yang dimaksud adalah pengawasan yang dilakukan dengan


cara mengecek temperatur dan tekanan muatan LPG di dalam tangki secara
berkala sehingga ketika temperatur dan tekanan muatan mengalami kenaikan
dapat segera mengambil tindakan guna mencegah muatan keluar dari tangki
sehingga terwujudnya proses memuat yang optimal.

3. Tekanan Muatan Pada LPG serta Teori tentang LPG


Menurut Mc Guire and White bahwa “Tekanan (P) adalah satuan fisika untuk
menyatakan gaya (F) per satuan luas (A).”

P = Tekanan dengan satuan pascal (Pressure)


F = Gaya dengan satuan newton (Force)
A = Luas permukaan dengan satuan m2 (Area)

Satuan tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan
atau gas. Satuan tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan
suhu. Semakin tinggi tekanan di dalam suatu tempat dengan isi yang sama, maka
suhu akan semakin tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
9
suhu di pegunungan lebih rendah dari pada di dataran rendah, karena di dataran
rendah tekanan lebih tinggi.

Menurut Mc Guire and White dalam buku “Liquefied Gas Handling Principles
on Ship and Terminals” bahwa LPG merupakan bahan bakar berupa gas yang
dicairkan (Liquified Petroleum Gasses) merupakan produk minyak bumi yang
diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Fraksi yang digunakan sebagai
umpan dapat berasal dari beberapa sumber yaitu dari Gas alam maupun Gas
hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). Komponen utama LPG terdiri
dari Hidrokarbon ringan berupa Propana (C3H8) dan Butana (C4H10), serta
sejumlah kecil Etana (C2H6,) dan Pentana (C5H12).

LPG digunakan sebagai bahan bakar untuk rumah tangga dan industri. LPG
terutama digunakan oleh masyarakat tingkat menengah keatas yang
kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ketahun karena termasuk bahan
bakar yang ramah lingkungan. Sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah
tangga, LPG harus memenuhi beberapa persyaratan khusus dengan tujuan agar
aman dipakai dalam arti tidak membahayakan bagi si pemakai dan tidak
merusak peralatan yang digunakan serta effisien dalam pemakaiannya.

Oleh sebab itu untuk menjaga faktor keselamatan, LPG dimasukan ke dalam
tabung yang tahan terhadap tekanan yang terbuat dari besi baja dan dilengkapi
dengan suatu pengatur tekanan. Disamping itu untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran LPG, maka LPG sebelum dipasarkan terlebih dahulu ditambahkan zat
pembau (odor) sehingga apabila terjadi kebocoran segera dapat diketahui.
Pembau yang ditambahkan harus melarut sempurna dalam LPG, tidak boleh
mengendap. Untuk maksud itu digunakan etil merkaptan (C2H5SH) atau butil
merkaptan (C4H9SH). Sedangkan dibidang industri produk LPG digunakan
sebagai pengganti freon, aerosol, refrigerant / cooling agent, kosmetik dan
dapat pula digunakan sebagai bahan baku produk khusus.

a. Sesuai dengan penggunaannya sebagai bahan bakar LPG dibedakan atas:


1) LPG Mix

10
Adalah campuran propane dan butane dengan komposisi antara 70- 80%
dan 20-30% volume dan diberi odorant (mercaptant) dan umumnya
digunakan untuk bahan bakar rumah tangga.
2) LPG Propane dan LPG Butane
Adalah LPG yang masing-masing mengandung propane 95 % dan butane
97,5 % volume dan sisanya diberi odorant (mercaptant) 2,5-5 %,
umumnya digunakan untuk keperluan industri.
b. Syarat-syarat utama dalam pemakaian LPG adalah harus dipenuhinya:
1) Syarat Pembakaran
Pada saat digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor LPG harus
memberi warna api kompor yang biru dan tidak memberi asap. Agar api
kompor berwarna biru, maka komposisi campuran propane dan butane
harus minimum 97,5%. Sebaliknya jika LPG mengandung fraksi C5+(C6
heavier) lebih dari maksimumnya yaitu 2,0% maka nyala api kompor
agak kemerah-merahan. Jadi agar syarat pembakaran menjadi baik maka
komposisi C2 harus maksimum 0,2% vol, C3 dan C4 minimum 97,5% vol
serta kandungan C5+(C6 heavier) maksimum 2,0% vol.
2) Syarat Penguapan
Kemampuan menguap adalah sifat penting dalam penggunaan, LPG
harus cukup mudah menguap agar mudah dinyalakan diwaktu dingin.
Seperti diketahui saat dalam tabung gas LPG adalah berbentuk cair,
namun saat dipakai dalam kompor (pada tekanan atmosfer) dengan cepat
LPG berubah menjadi gas. Untuk memenuhi persyaratan penguapan
maka Tekanan Uap LPG tidak boleh lebih dari 120 psig.
3) Syarat Kebersihan Muatan
Syarat kebersihan secara umum adalah dibatasinya kandungan air dan
kandungan belerang, dimaksudkan agar pada penggunaannya LPG tidak
memberikan kotoran sama sekali.

Perlu diketahui, gas LPG bersifat flammable (mudah terbakar). Dalam batas
flammabality, LPG adalah sumber api yang terbuka. Sehingga letupan (percikan
api) yang sekecil apapun dapat segera menyambar gas LPG. Maka untuk
menjaga keamanan pastikan bahwa bau gas LPG telah hilang sama sekali dari

11
dalam rumah, walaupun membutuhkan waktu yang agak lama. Hal ini karena
sifat gas LPG yang sangat lamban berputar di udara.

Sebagai bahan bakar, gas LPG mudah terbakar apabila terjadi persenyawaan di
udara. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan perlu diketahui beberapa
sifat khususnya yaitu :
a. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan
membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar.
b. LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya
secara dini.
c. Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak ke
bawah.
d. LPG tidak mengandung racun.
e. Daya pemanasnya cukup tinggi, namun tidak meninggalkan debu dan abu
(sisa pembakaran).
f. Cara penggunaannya cukup mudah dan praktis.

Teori-teori yang terkait dari buku Liquefied Gas Handling Principles On


Ship and Terminals adalah:
a. Berdasarkan Liquefied Gas Handling Principles on Ship and Terminals,
Third Edition, McGuire and White, (2000:35), mengenai hukum
termodinamika.
b. Hukum Boyle: “At constant temperature the volume of fixed mass of gas
varies inversely with the absolute pressure (Pada suhu yang tetap, volume
suatu gas akan berbanding terbalik dengan tekanan mutlaknya )”.
P.V = Constant
P1.V1 = P2.V2
c. Hukum Charles : “ At constant pressure the volume of fixed mass of gas
varies directly with its absolute temperature ( Pada tekanan yang tetap,
volume suatu gas akan berbanding langsung atau sama dengan suhu
mutlaknya )”.
V / T = Constant
V1 / T1 = V2 / T2

12
d. Hukum Pressure (Tekanan) = “At constant volume of fixed mass of gas
varies directly with absolute temperature ( Pada volume yang tetap, tekanan
suatu gas berbanding langsung atau sama dengan temperature mutlaknya )”.
P / T = Constant
P1 / T1 = P2 / T2

Dari ketiga rumus tersebut di atas dapat disimpulkan / disatukan menjadi :


P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2

P = Tekanan (N/m2)
V = Volume (m3)
T = Suhu (K)

4. Standar Minimum Kompetensi Kru Pada Kapal Tangki Gas


Sesuai dengan STCW Convention Resolution of the 1995 Conference tentang
peningkatan pengetahuan teknis keterampilan dan profesionalisme para pelaut
dijelaskan bahwa pemerintah hendaknya aturan – aturan untuk menjamin bahwa
perusahaan – perusahaan :
a. Menetapkan kriteria dan proses – proses untuk menyeleksi personel untuk
menunjukkan standar – standar tertinggi teknis, keahlian dan
profesionalisme.
b. Memantau standar – standar yang ditunjukkan oleh personil kapal dalam
melaksanakan tugas – tugasnya.
c. Mendorong semua perwira untuk berpartisipasi secara aktif melatih personil
junior.
d. Memantau secara seksama dan menjamin secara sering kemajuan –
kemajuan yang tercapai oleh personil junior dalam memperoleh kemajuan
dan keahlian selama melaksanakan tugas di atas kapal.
e. Memberikan pelatihan penyegaran dan peningkatan dengan interval –
interval waktu yang sesuai dengan ketentuan.
f. Mengambil langkah – langkah yang memadai untuk merangsang
kebanggaan terhadap tugas dan profesionalisme para personil yang
dipekerjakan.

13
Berdasarkan gas tanker familiarization yang sudah dijelaskan diatas, maka
spesifikasi standar minimum kompetensi dalam familiarization jenis kapal
tangki gas seperti yang terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Tabel 2.1
Standar minimum kompetensi kru pada kapal tangki gas

Pengetahuan, Pengertian dan


Kompetensi
Keterampilan

Memberikan perhatian Pengetahuan tentang perkembangan


sepenuhnya terhadap musibah dan pengangkutan gas cair dan produk gas
akibat yang ditimbulkan oleh cair, terminology dan perhatian terhadap
kapal tangki gas, memahami keselamatan.
terminologi yang biasa dipakai di
Pengetahuan tentang jenis – jenis gas yang
kapal tangki gas dan
diangkut.
menggunakannya dengan baik
pada waktu melaksanakan tugas Pemahaman terhadap sifat – sifat muatan,
di kapal. metode pencairan gas dan bahaya dari gas
cair dan uap termasuk cara – cara
mengatasinya, reaktifitas serta bahaya
kebakaran dan ledakan.

Menjamin dipatuhinya prosedur Pengetahuan tentang cargo containment,


operasi kapal tangki gas cair. konstruksi dan persyaratan peralatan,
penataan kapal (ship arrangement) tipe –
tipe kapal. System penanganan muatan :
1. Tangki – tangki, pipa dan kerangan
2. P/V valve
3. Pompa dan sistem pembongkaran
4. Pemanas muatan dan alat penguap
5. Sistem reliquefaction dan control boil
off system
6. Inert gas system dan aeration

14
7. Cara – cara pengontrolan
8. Prosedur mempersiapkan pemuatan
dan pembongkaran

5. Pengelompokkan Kapal Gas


Pengelompokkan kapal gas tanker menurut Gas Tanker Familiarization, Modul-
3, (2000:30) yaitu kapal yang dapat digunakan untuk mengangkut LPG
dikelompokkan dalam empat tipe yang berbeda menurut kondisi
pengangkutannya yaitu :
a. Fully pressurized ship
b. Semi refrigerated / semi pressurized ship
c. Semi pressurized / fully refrigerated ship
d. Fully refrigerated LPG ship

Kapal – kapal tipe semi refrigerated dan fully pressurized lebih cocok untuk
pengapalan muatan LPG dan gas kimia dalam jumlah kecil dengan trayek dekat.
Sedangkan fully refrigerated LPG ship digunakan untuk pengangkutan LPG dan
ammonia dalam jumlah besar pada trayek yang panjang.
a. Fully Pressurized Ship
Fully Pressurized Ship adalah yang paling sederhana dibandingkan dengan
tipe lainnya dalam hal sistem tangki muatannya dan peralatan
penanganannya muatan serta mengangkut muatannya pada suhu normal
(ambient) tangki muatan tipe C, kapal dengan tekanan dapat dibuat dari baja
(carbon steel) dengan tekanan 17,5 barg setara dengan tekanan dari propane
pada suhu 45˚C. Kapal dengan desain lebih tinggi beroperasi saat ini
biasanya sampai 18 barg, ada beberapa kapal dapat menerima sampai 20
barg, tidak diperlukan isolasi panas atau instalasi pencair (reliquefraction
plant) dan muatan dapat dibongkar dengan pompa atau compressor kapal.
Karena harus memenuhi desain tekanan maka tangki menjadi sangat berat,
sehingga kapal yang fully pressurized cenderung kecil ukuran dengan
kapasitas maksimum muatan kurang lebih 4.000 m3 biasanya dipakai dalam
pengangkutan LPG dan ammonia.

15
Ballast dimuat dalam sekat berganda (double bottom) dan di dalam top wing
tangki, oleh karena itu tangki muatan tipe C ini tidak memerlukan
secoundary barrier dan hold space dapat diventilasi dengan udara.

Bentuk kapal fully presurrized dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Kapal Fully Pressurized
b. Semi Refrigerated Ships / Semi Pressurized Ship

Gambar 2.2
Kapal Semi Refrigerated
Kapal tipe ini sama dengan fully pressurized dimana keduanya termasuk
ukuran tipe C, dalam hal ini tekanan tangki didesain pada tekanan 5 – 7 barg,
ukuran kapal sampai dengan 7500 m3 dan diutamakan untuk pengangkutan
LPG. Dibanding dengan tipe fully pressurized terdapat pengurangan pada
ketebalan tangki muatan karena pengukuran kerja, tetap terdapat
penambahan biaya tambahan instalasi pendingin dan isolasi panas pada
16
tangki muatan, tangki pada kapal tipe ini dibuat dari baja yang dapat
menahan efek suhu pendingin sampai serendah -10˚C, bentuknya bisa
silinder bola atau agak bulat.
Bentuk kapal semi refrigerated dapat dilihat pada gambar 2.2

c. Semi Pressurized / Fully Refrigerated Ship

Gambar 2.3
Kapal Semi Pressurized
Semi Pressurized / Fully Refrigerated Ship adalah kapal yang dibangun
dengan ukuran antara 1.500 s/d 30.000 m3, tipe tanker gas ini telah menjadi
alat pengangkut gas dari LPG, VCM sampai propylene dan butadiene dan
banyak ditemukan pada pelayaran pantai sekitar Mediteranian dan Eropa
utara. Pada saat sekarang, tipe kapal ini adalah yang paling popular diantara
para operator gas ukuran kecil seperti hal keduanya type kapal terdahulu,
semi pressurized/fully refrigerated ship menggunakan type tangki dengan
tekanan, dan karena itu tidak memerlukan secondary barrier. Tangki muatan
tersebut baik dari baja bahan suhu rendah yang dapat memuat bersuhu
rendah sampai -48˚C yang cocok untuk LPG dan muatan gas kimia.

Bentuk kapal semi presurrized dapat dilihat pada gambar 2.3.

d. Fully Refrigerated LPG Ship


Fully Refrigerated LPG Ship adalah kapal yang mengangkut muatan gas
LPG pada tekanan atmosfer, dan biasanya didesain untuk mengangkut LPG
dan ammonia dalam jumlah besar.

17
Dengan tangki prismatic Tipe A yang mempunyai tekanan kerja 0,7 bar.
Tangki dibangun dari baja yang tahan suhu rendah yang sanggup memuat
pada suhu -48ºC. Kapal-kapal Fully Refrigerated berukuran antara 10.000
sampai 100.000 m3.

Tangki muatan yang digunakan dalam kapal – kapal fully refrigerated ada
empat tipe yang berbeda yaitu :
1) Tangki independen dengan double hull
2) Tangki independen dengan single side shell
3) Tangki integral.
4) Tangki semi membrane.

Bentuk kapal fully refrigerated dapat dilihat pada gambar 2.4

Gambar 2.4
Kapal Fully Refrigerated

6. Pengelompokkan Tipe Tangki Gas Pada Muatan LPG


Menurut McGuire and White Dalam Third Edition Liquefied Gas Handling On
Ship and Terminal (2000:59), tipe tangki yang digunakan untuk memuat muatan
LPG adalah tipe tangki independen yang dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
a. Tipe tangki independen A
Tangki ini berbentuk segiempat dan prisma dimana tangki ini dapat
menyangga berat muatan dan berat tangki itu sendiri. Tangki-tangki ini tidak
dimaksudkan untuk pengangkutan dengan sistem fully pressured yang
18
dimana tangki-tangki tersebut tidak akan digunakan dalam ukuran tekanan
diatas 0.7 kg/cm². Karena muatan diangkut dalam kondisi refrigerated, maka
tangki harus disekat secara efisien untuk mengurangi efek panas dari luar
muatan.

Bentuk dari tipe tangki independen A dapat dilihat di gambar 2.5

Gambar 2.5
Tipe tangki independen A
b. Tipe tangki independen B

Gambar 2.6
Tipe tangki independen B
Tangki ini adalah tangki bertekanan rendah berdasarkan ukuran atau bentuk
bejana tekanan. Oleh karena itu mungkin untuk menganalisa tekanan yang
tepat. Jika dikatakan terjadi keretakan, maka keretakan tersebut tidak
menyebar. Karena alasan inilah tangki tipe ini tidak membutuhkan hull
secondary barrier. Tangki muatan biasanya berbentuk bola dan dibuat dari
campuran alumunium atau 9.5% stainless steel murni. Tangki-tangki ini
dipasang oleh pinggiran berbentuk silinder yang melekat sekeliling pada
bagian tengahnya.
Bentuk dari tipe tangki independen B dapat dilihat di gambar 2.6
19
c. Tipe tangki independen C
Tangki jenis ini pada dasarnya adalah bejana tekanan dan lepas pada
lambung kapal meskipun terletak pada tempat yang dibangun untuk susunsn
kapal. Kapal tangki jenis ini berbentuk silinder memiliki bentuk bola atau
elips. Tangki tipe C dapat menahan tekanan yang sangat tinggi, cocok untuk
pengangkutan dengan sistem tekanan penuh (fully pressure) atau semi
refrigerated. Ukuran tekanannya tergantung pada suhu muatan jika
pengangkutan dilakukan pada ambient temperatur, tekanan yang dibutuhkan
adalah sekitar 17 kg/cm². Jika muatan yang didinginkan (refrigerated cargo)
akan diangkut, maka tergantung pada suhu muatan tersebut.

Bentuk dari tipe tangki independen B dapat dilihat di gambar 2.6

Gambar 2.7
Tipe tangki independen C

7. Prinsip Pendinginan Muatan


Prinsip pendinginan muatan menurut McGuire and White Liquefied Gas
Handling Principles On Ship and Terminals, Third Edition, (2000 : 35) yaitu
kapal – kapal gas harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mengontrol
temperatur dan tekanan dari muatan selama pemuatan maupun saat berlayar.
Untuk itu pada kapal LPG dilengkapi dengan sistem pendinginan atau pencairan
(reliquefaction plant). Peralatan ini didesain dengan fungsi sebagai berikut :
a. Untuk mendinginkan tangki muatan dan pipa – pipa muatan sebelum
pemuatan.

20
b. Untuk mencairkan kembali uap dari muatan (vapour) yang mengalami
penguapan dan evaporasi.
c. Untuk mengontrol temperature dan tekanan dari muatan pada batas
maksimalnya saat ditransportasikan dengan cara mencairkan kembali vapour
muatan.

Prinsip – prinsip dari pertukaran panas, pendinginan dan pencairan muatan dapat
dilihat pada diagram gambar 2.8 berikut ini :

Gambar 2.8
Prinsip Pendinginan Muatan

Pada gambar 2.8, kita dapat mengetahui prinsip dari pertukaran panas,
pendinginan dan pencairan muatan bahwa :
a. Uap (vapour) dari tangki muatan dihisap oleh compressor.
b. Compressor memampatkan vapour sehingga tekanan dan suhu dari vapour
meningkat.
c. Vapour yang bertemperatur tinggi mengalir ke condenser, dan selanjutnya
dikondensasikan dengan air laut sehingga vapour berubah menjadi cairan
yang memiliki tekanan yang tinggi.
d. Cairan bertekanan tinggi yang telah dikondensasikan melalui katup ekspansi
(expansion valve) ke bagian yang memiliki tekanan rendah yang memiliki
kondensasi ke tangki. Kemudian cairan dingin dialirkan kembali ke tangki,
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melalui top spray pada bagian

21
atas tangki atau melalui bottom spray pada bagian dasar tangki untuk
menghindari penguapan kembali.

Dapat kita ketahui bahwa muatan LPG mempunyai titik didih (boiling point)
sangat rendah sehingga muatan tersebut sangat mudah menguap. Hal ini perlu
diperhatikan terutama pada saat pemuatan yaitu apabila temperatur/suhu udara
yang tinggi pada daerah pemuatan, karena penerobosan panas yang masuk ke
dalam tangki akan menyebabkan permukaan cairan akan cepat menguap dan
membentuk gas (vapour) yang dapat membuat tekanan pada tangki muatan cepat
meningkat.

Suhu udara di atas ambient temperatur) dapat meningkatkan suhu pada tangki
muatan, besarnya suhu pada tangki muatan dapat dilihat pada indikator
temperatur di atas tangki muat. LPG merupakan gas propane dan butane yang
dicairkan dengan menurunkan suhu sampai ke titik didih dimana propane
mempunyai titik didih -42ºC dan titik didih butane adalah -0.5ºC sehingga
apabila mendapat apabila mendapat suhu di atas titik didih maka cairan LPG
akan berubah menjadi uap (vapour).

Perubahan temperatur muatan menjadi lebih besar secara otomatis diikuti


dengan peningkatan tekanan pada tangki muatan, hal ini dikarenakan pada saat
temperatur muatan lebih tinggi maka volume vapour akan meningkat secara
cepat. Besarnya volume vapour ini akan menempati ruang kosong dalam tangki
seiring dengan pemuatan yang terus berlangsung volume ruang menjadi lebih
kecil karena perubahan muatan LPG dari cair menjadi vapour akan merubah
volume muatan menjadi lebih besar dengan perbandingan 1/250, sehingga
volume ruang kosong pada tangki yang semakin sempit ditambah volume
vapour yang terus meningkat menyebabkan tingginya tekanan pada tangki
muatan dan batas tekanan maksimum tangki muatan LPG/C GAS KOMODO
sebesar 0.400 kg/cm2 dengan temperatur maksimum yang diisyaratkan sebesar -
50ºC.

Selain daripada penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan kenaikan tekanan


yang berlebih, penulis juga akan memberikan sekilas tentang dampak yang dapat
ditimbulkan karena adanya kenaikan tekanan dan temperatur yang berlebih.

22
Pada saat tekanan tangki muatan sangat tinggi diperlukan penanganan khusus
dari orang-orang yang berpengalaman agar hal ini dapat ditangani sedini
mungkin secara aman dan efisien. Apabila tidak segera ditangani dengan baik
dan benar maka dapat menimbulkan dampak yang serius antara lain :
a. Apabila tekanan tangki telah mencapai tekanan maksimum yaitu 0.400
kg/cm2 maka secara otomatis ventilation stack akan terbuka sehingga vapour
dalam tangki keluar. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya volume
muatan yang tentunya mengakibatkan kerugian materi.
b. Akibat dari keluarnya vapour ini maka dapat menimbulkan terjadinya
pencemaran atau polusi terutama polusi udara.
c. Tekanan yang tinggi pada tangki juga dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran pada pipa muat yang akibatnya lebih berbahaya.
d. Proses pemuatan yang tertunda sehingga kapal dapat mengalami
keterlambatan dari jadwal yang telah ditentukan yang tentunya
mengakibatkan kerugian dari segi biaya dan operasional kapal.

Uap yang keluar dari kebocoran tersebut sangat mudah menimbulkan kebakaran
apabila ada sumber nyala karena LPG yang merupakan cairan dari gas propane
dan butane yang sangat mudah menyala dimana propane mempunyai titik nyala
-105ºC dengan lower flammable limit 2% dan upper flammable limit 10% dan
butane memiliki titik nyala -60ºC dengan lower flammable limit 1.5% dan upper
flammable limit 9%.

Dapat diketahui bahwa propane mempunyai titik didih -42ºC dan butane -0.5ºC.
Dan dapat dijelaskan bahwa temperatur muatan pada saat itu adalah -30ºC untuk
propane dan 0.5ºC untuk butane, sehingga cairan muatan berubah menjadi
vapour dan tekanan meningkat sebesar 0.400 barg (tekanan maksimum).
Besarnya volume vapour ini akan menempati ruang kosong dalam tangki seiring
dengan pemuatan yang terus berlangsung volume ruang menjadi lebih kecil
karena perubahan muatan LPG dari cair menjadi vapour akan merubah volume
muatan menjadi lebih besar dengan perbandingan 1/250.

Volume ruang kosong pada tangki yang semakin sempit menyebabkan cairan
LPG tidak dapat dimuat secara maksimal sehingga proses memuat tidak berjalan

23
secara optimal. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan proses memuat tidak
berjalan optimal adalah :
a. Tingginya temperatur air laut di pelabuhan muat yang dapat menyebabkan
meningkatnya temperatur dan tekanan di dalam tangki.
b. Tidak tersedianya waktu yang cukup dalam pelaksanaan cooling down
sehingga suhu dan tekanan cepat meningkat pada saat proses memuat.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk menjaga temperatur dan tekanan di
dalam tangki, diantaranya :
a. Dengan menggunakan Reliquefaction Plant

Gambar 2.9
Reliquefaction Plant pada Compressor Room

Telah kita ketahui bahwa di dalam kapal LPG/C GAS KOMODO terdapat
reliquefaction plant (seperti yang terlihat di gambar 2.9), hal ini karena tipe
kapal ini adalah fully refrigerated dan memiliki tangki tipe A (prismatic).
Reliquefaction Plant digunakan selama proses memuat kargo untuk
menangani vapour yang dibentuk dan menjaga temperatur dan tekanan
stabil. Selama proses memuat gas berlangsung, di dalam tangki tidak hanya
liquid yang dimuat tetapi juga ada yang namanya vapour. Vapour ini yang
menyebabkan tekanan di dalam tangki bertambah. Untuk itu digunakanlah
reliquefaction plant. Vapour yang semakin banyak dihisap oleh kompresor
melalui vapour line, kemudian setelah dihisap vapour tersebut di kondensasi
oleh condenser, setelah itu didinginkan menggunakan inter-stage cooler
(seperti yang terlihat di gambar 2.10) dan kemudian dikembalikan ke dalam
tangki melalui condensate line. Hal ini dilakukan supaya vapour yang telah
24
dihisap dikembalikan ke dalam tangki sudah dalam bentuk cair, karena telah
dihisap oleh kompresor dan dikondensasi oleh condenser. Sehingga dapat
menurunkan tekanan dan temperatur yang tinggi di dalam tangki.

Gambar 2.10
Reliquefaction Cycle dengan Inter-stage Cooling

b. Dengan menggunakan Gravity


Cara ini dilakukan yaitu dengan cara memindahkan tekanan dari tangki yang
satu ke tangki yang lainnya, dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah
melalui vapour line.

B. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk memudahkan penulis maupun pembaca dalam mempelajari skripsi ini, penulis
memberikan gambaran singkat dalam bentuk blok diagram mengenai konseptual
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting untuk dibahas dan terlihat keterkaitan antara variabel
yang diteliti dan secara teoritis dapat ditentukan pemecahan masalahnya.

Diagram kerangka pemikiran dapat dilihat di halaman berikutnya.

25
KERANGKA PEMIKIRAN

KURANG OPTIMALNYA PENANGANAN MUATAN LIQUIFIED


PETROLEUM GAS DI ATAS LPG GAS KOMODO

ABK kurang disiplin saat melakukan Kurangnya koordinasi antara pihak


proses bongkar muat muatan gas LPG kapal dengan terminal

Mengapa kedisiplinan ABK masih Mengapa koordinasi antara pihak


kapal dengan terminal belum berjalan
sangat rendah?
dengan baik?

Menemukan cara agar koordinasi


Menemukan cara untuk meningkatkan
antara pihak kapal dengan terminal
kedisiplinan ABK
dapat berjalan dengan baik

Komunikasi antara pihak kapal


ABK menjadi disiplin
dengan terminal berjalan dengan baik

OPTIMALNYA PENANGANAN MUATAN LIQUIFIED PETROLEUM GAS


DI KAPAL LPG/C GAS KOMODO

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama penulis berada di atas kapal LPG/C GAS KOMODO
yaitu pada tanggal 26 Agustus 2018 sampai dengan 26 Agustus 2019.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan saat penulis berada di atas kapal LPG/C GAS
KOMODO. LPG/C GAS KOMODO adalah kapal pengangkut LPG tipe fully
refrigerate milik perusahaan PT. Gemilang Bina Lintas Tirta yang berkantor di
Danatama Square II, JL Mega Kuningan Timur Blok C4 KAV.12, Jakarta Selatan
12950. Indonesia. Kapal itu dibangun di NKK Corporation Work Japan pada 26
Maret 1991 dengan nama sebelumnya adalah LPG/C Berge Commander yang
memuat gas LPG. Untuk kelengkapan, penulis sampaikan data-data kapal (ship
particular) sesuai tabel 3.1 di bawah ini.

Generals

Ship Name LPG/C Gas Komodo


Year Built 1991
Builder NKK Corporation,Tsu,Japan
DNV 1A1 TANKER FOR LIQUIFIED
Classification
GAS,EO,ICE-C
DNV ID. 16585
Port of Registry Jakarta
Official No. 13943
Call Sign PNIC
IMO No. 8910897
MMSI 525007037
Dimension
Length, Overall 224.00 Meter
Beam, moulded 36.00 Meter
Depth, moulded 21.80 Meter
Draft, summer 12.421 Meter
GRT 46701.00 Tonnage
NRT 39707.00 Tonnage
Light Ship 18848.00 Tons
DWT 56875.00 Tons
Max. Displacement 75723.00 Tons

Machinery
1 x SULZER,7RTA
Main Engines
Total 13086 BHP
3 x Bergen Diesel,KRG-6,930 Kw
Generator
1 x Shinko,RG64M,930 Kw

Cargo
Total Cargo Capacity 78542 cubic meters
Cargo Pumps 8 x 530 m3/h
Booster Pumps 2 x 250 m3/h
Cargo Compressor 4 x 19000 Kcal/h
Tabel 3.1
Ship Particular (Sumber: Arsip kapal)

B. METODE PENDEKATAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Metode Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2010, hlm. 4) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif
adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati”. Penelitian
kualitatif bertumpu pada latar belakang alamiah secara holistik, memposisikan
manusia sebagai alat penelitian, melakukan analisis data secara induktif, lebih
mementingkan proses daripada hasil penelitian yang dilakukan disepakati oleh
peneliti dan subjek penelitian.

28
Metode deskriptif dipilih karena penelitian yang dilakukan berkaitan dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa
sekarang. Nazir (2011, hlm. 52) menjelaskan metode deskriptif adalah sebagai
berikut: Metode deskriptif adalah satu metode dalam meneliti status kelompok
manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.

Sugiyono (2015, hlm.15) menjelaskan tentang pengertian penelitian kualitatif


sebagai berikut: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik penggabungan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau


melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Nawawi dan Martini (1996: 73) menjelaskan sebagai
berikut: Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Mukhtar (2013: 28)

Berikut adalah beberapa kelebihan dari metode penelitian deksriptif kualitatif


1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang
akan diteliti,
2. Mampu menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial
yang akan diteliti. Menciptakan rapport berarti mampu membangun
hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial,
3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek
penelitian (situasi sosial),
4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara
mendalam secara trianggulasi, serta sumber-sumber lain.
29
5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai
dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya,
6. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan
transferabilitas hasil penelitian,
7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi fenomena,
hipotesis atau ilmu baru,
8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci,
9. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk
dimuat ke dalam jurnal ilmiah,
10. Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Metode ini cocok dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha mencari
penyebab daripada permasalahan yang sudah dijelaskan di BAB I sehingga dapat
terungkap secara jelas dan akurat.

2. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan skripsi ini, Penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan
data untuk memperoleh data, fakta, dan informasi yang pernah dialami oleh
penulis selama melaksanakan penelitian di atas kapal dan buku-buku pendukung
lainnya yang otentik. Kemudian dari data, fakta, dan informasi tersebut menjadi
bahan acuan dalam pembuatan skripsi ini. Teknik-teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Teknik Observasi (berupa pengamatan langsung dilapangan)
Teknik observasi atau pengamatan yaitu dengan memilih atau mengamati
secara langsung pelaksanaan bongkar muat di atas LPG GAS KOMODO
untuk memperoleh gambaran-gambaran tentang meningkatnya tekanan dalam
tangki muat pada saat pengoperasian muatan sedang berlangsung dan
mencatat hal-hal yang berkenaan dengan materi ini baik berupa
penyimpangan maupun tindakan untuk menanggulangi meningkatnya tekanan
dalam tangki muat.
Selain dari pada yang disebutkan di atas, penulis juga menggunakan teknik
pengamatan tidak langsung. Dalam teknik ini penulis melakukan pengamatan
dengan menggunakan alat bantu tertentu seperti :
1) Pressure Gauge
30
Digunakan untuk mengukur tekanan pada tangki dan pipa-pipa.
2) Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu pada tangki dan pipa-pipa.
3) Liquid Level Gauge
Yaitu gelas penduga kadar cairan pada suatu tabung.

b. Studi Dokumentasi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi. Prof.
Dr. Suharsini Arikunto (2010:274) menjelaskan dokumentasi adalah mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip buku surat
kabar, majalah, prasasti notulen rapat lengar agenda dan sebagainya. Penulis
mengumpulkan dokumentasi yang berkaitan dengan pengoperasian sistem
reliquefaction plant maupun proses pendinginan muatan itu sendiri. Diantara
dokumen yang diperoleh data-data tentang muatan cargo loading rate report,
cargo tank pressure report, temperature report. Pencatatan cargo loading
rate report dilakukan setiap satu jam sekali sama dengan temperature report,
sedangkan untuk cargo tank pressure report dicatat setiap setengah jam
sekali.Yang bertanggung jawab didalam pengisian laporan-laporan tersebut
adalah perwira yang berdinas jaga dalam kegiatan penanganan muatan.

c. Studi Pustaka
Dari melakukan teknik pengumpulan data secara observasi dan dokumentasi
disadari bahwa data-data yang didapat tidaklah lengkap tanpa melakukan
penelitian secara studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mendapat
informasi-informasi mengenai permasalahan yang diteliti, dalam
melaksanakan studi pustaka terdapat informasi yang diambil dari buku-buku
yang ada di kapal LPG/C GAS KOMODO. Tidak hanya itu, untuk lebih
menunjang penulisan ini informasi dan data-data penulisan juga didapat dari
buku-buku yang tersedia di perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran,
meskipun buku yang tersedia belum lengkap, namun informasi yang didapat
cukup untuk mendukung penulisan ini. Adapun buku-buku yang penulis
gunakan sebagai sumber kepustakaan adalah sebagai berikut :
a. Gas Tanker Familiarization ( Familiarisasi Gas Tanker ).

31
b. Liquified Gas Handling Principles On Ship and Terminals, Fourth
Edition, McGuire and White.
c. Properties of Gases and Liquids.
d. International Convention on Standard of Training Certification and
Watchkeeping for Seafearers, 1978 as amended in 1995 ( STCW 78/95 ).
e. Tanker Safety Guide ( Liquified Gas ), Second Edition, International
Chamber of Shipping.
f. Code of Construction and Equipment of Ships Carrying Liquified Gases
in Bulk, Inter Gonvermental Marine Consulative Organization.
Selain buku-buku yang disebutkan di atas, penulis juga menggunakan
beberapa buku lainnya yang digunakan dalam teknik studi pustaka ini yang
tidak disebutkan. Alasan penulis memilih buku-buku di atas karena dianggap
dapat memberikan informasi tentang data-data yang dapat menunjang pada
saat penjabaran / pendeskripsian data nantinya.

C. SUBJEK PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi subjek penelitian yaitu penanganan
bongkat muat muatan LPG di atas kapal LPG/C GAS KOMODO.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Dalam setiap penulisan tentunya di dapat berbagai data-data yang dijadikan sebagai
sumber penulisan. Tetapi data-data tersebut harus dianalisa untuk mendapatkan hasil
yang baik. Pada penulisan skripsi ini, metode yang digunakan untuk menganalisa
data yang ada dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif ini segala permasalahan yang


ditemui akan dipaparkan dan dijelaskan secara terperinci. Hasil sumber data yang
akan dipakai dalam penulisan skripsi ini tergantung pada metode pengumpulan data
dan metode analisa yang digunakan. Pengumpulan data yang dimaksud adalah
dengan memperoleh data-data yang relevan, akurat dan mengidentifikasi data yang
ada, sedangkan analisa data yang dimaksud untuk mengelola dan mengidentifikasi
data yang ada. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa dengan teori-
teori yang relevan dan diharapkan dari analisa tersebut didapatkan pemecahan
masalah yang terbaik.

32
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA
Dunia pelayaran merupakan salah satu faktor utama dalam membantu proses
ekspor dan impor di negara-negara yang mempunyai pelabuhan-pelabuhan
terutama yang bertaraf internasional. Dan kapal merupakan armada yang
berfungsi sebagai alat transportasi paling efektif dalam proses pelayanan jasa
antar negara di dunia.
LPG/C GAS KOMODO adalah salah satu armada kapal yang melakukan
pengangkutan muatan LPG antar negara India, China, Arab dan Indonesia.
Kapal ini dibangun oleh salah satu ship builder di Negara Jepang pada tahun
1991. Berbendera Indonesia, kapal ini harus melayani permintaan-permintaan
pemilik muatan yang pada akhirnya menuntut profesionalisme operator / perwira
di atas kapal dalam hal penanganan muatan LPG.

LPG/C GAS KOMODO merupakan tipe kapal Fully Refrigerated (kapal


berpendingin penuh) dimana pengertian dari Fully Refrigerated adalah kapal
yang mengangkut muatannya pada tekanan atmosfer dan biasanya didesain
untuk mengangkut LPG dan ammonia dalam jumlah yang besar sesuai dengan
tertulis di LGHP fourth edition.

Menurut yang tertulis di LGHP fourth edition, tangki muatan yang digunakan
oleh kapal-kapal Fully Refrigerated ada empat tipe yang berbeda yaitu : tangki
independent dengan double hull, tangki independent dengan single side shell
tetapi dengan dasar berganda dan hopper tanks, tangki integral dan tangki semi
membrane dimana kedua tipe tangki independent dengan single side shell.
Sebuah tangki prismatic Tipe A yang mempunyai tekanan kerja 0,7 bar. Tangki
dibangun dari baja yang tahan suhu rendah yang sanggup memuat pada suhu -
48ºC. Kapal-kapal Fully Refrigerated berukuran antara 10.000 sampai 100.000
m3. Sebuah kapal pengangkut LPG yang Fully Refrigerated dapat memiliki
sampai dengan enam tangki muatan, setiap tangki mempunyai “wash plate”
yang melintang dan sebuah sekat membujur pada centre line guna keperluan
keseimbangan kapal. Tangki biasanya disokong di atas balok-balok kayu yang
dipasang pada badan kapal guna meredam pemuaian dan goncangan muatan.
Oleh karena suhu pengangkutan yang sangat rendah, maka diperlukan isolasi
panas dan instalasi pencair (reliquefaction plant). Tanker gas tipe Fully
Refrigerated fleksibilitas operasionalnya sangat terbatas, namun sering terdapat
tambahan pemanas muatan dan booster pumps guna memungkinkan
pembongkaran ke tangki penampungan yang bertekanan. Jika menggunakan
tangki muatan tipe A, diperlukan secondary barrier yang lengkap. Hold Space
harus dalam keadaan lembam (inert) apabila mengangkut muatan yang mudah
terbakar. Ballast dimuat dalam dasar berganda dan top side atau side ballast
tanks jika ada.

Data mengenai tangki di atas kapal LPG/C GAS KOMODO:


 Kapasitas tangki no. 1 : 15562 m3
 Kapasitas tangki no. 2 : 20990 m3
 Kapasitas tangki no. 3 : 21043 m3
 Kapasitas tangki no. 4 : 20944 m3
 Tekanan maksimal : 0.700 bar.g at sea
0.400 bar.g at harbour
 Tekanan minimal : -0.070 bar.g
 Temperatur maksimal : 0ºC
 Temperatur minimal : -50ºC

1. Kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan LPG di


atas kapal yang masih kurang
Setelah safety meeting dari kedua pihak sudah selesai dilaksanakan maka
pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 20:48, proses memuat dimulai di
Tanjung Uban, Batam dan kegiatan pemuatan sudah berjalan dengan baik
dengan menggunakan rate 600 metric tonnes/jam sesuai dengan perjanjian
yang sudah disepakati sebelum proses memuat berlangsung. Pada 30 menit
pertama rate yang terjadi sekitar 300 metric tonnes/jam.
34
Proses memuat dimulai saat jam jaga Mualim III dan diperkirakan estimasi
kargo selesai sekitar 7 jam terhitung saat mulai memuat lalu Mualim III
handing over dengan Mualim II dengan memberikan instruksi Chief Officer
untuk selalu memperhatikan rate, temperature, dan pressure pada tangki
kargo dikarenakan jam jaga Mualim III sudah habis dan sudah masuk
dengan jam jaga Mualim II.

Pada saat jam jaga Mualim II, Mualim II sering meninggalkan cargo control
room dan menikmati perbincangan dengan ABK yang berdinas jaga di deck,
sehingga pengambilan tank condition dilakukan dalam 2 jam sekali. Mualim
II tidak menyadari bahwa telah terjadi penambahan loading rate yang
mengakibatkan proses memuat lebih cepat dan pihak terminal juga tidak
melaporkan hal tersebut kepada Mualim II.

Lalu terdengar suara alarm dikarenakan pressure pada tangki kargo tinggi,
Mualim II menekan tombol buzz stop yang terdapat pada panel cargo control
room. Mualim II menelepon Chief Officer, lalu Chief Officer meminta pihak
terminal supaya memberikan waktu kepada kapal untuk melaksanakan
cooling down guna menangani high pressure yang terjadi pada tangki
muatan. Mualim I segera memerintahkan Gas Engineer menuju compressor
room untuk memantau apakah proses cooling down berjalan dengan baik dan
Mualim I memantau melalui monitor di cargo control room. Setelah
temperature dan pressure pada tangki kargo kembali normal, proses memuat
kembali dilanjutkan.

2. Koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal belum berjalan


dengan baik

Berikut ini penulis akan menguraikan data kejadian mengenai masalah


kelalaian dan tidak disiplinnya pada saat proses bongkar muat sehingga hal
ini banyak menghambat kegiatan bongkar muat yang pernah penulis alami
pada saat penelitian di kapal LPG/C GAS KOMODO dari tanggal 26
Agustus 2018 sampai dengan 26 Agustus 2019.

Pada 25 Februari 2019, kapal LPG/C GAS KOMODO sudah sampai di


Tanjung Uban, Batam pada pukul 11:42. Kapal mendapat informasi agar

35
berlabuh jangkar terlebih dahulu sambil menunggu informasi lebih lanjut
untuk sandar ke terminal. Hal ini jelas merugikan pihak kapal karena pihak
kapal tidak mendapatkan kabar yang pasti mengenai waktu yang jelas untuk
proses pemuatan. Untuk mengisi kekosongan tersebut, maka Kapten selaku
pemimpin kapal langsung mengambil keputusan untuk melaksanakan safety
meeting dengan crew kapal terutama Gas Engineer dan Mualim 1 agar
segera melakukan proses cooling down pada tangki dan juga menjelaskan ke
crew yang lain mengenai teknis pelaksanaan saat melakukan proses memuat
muatan LPG sekaligus menunggu informasi mengenai sandar ke terminal
untuk melaksanakan proses memuat muatan tersebut.

Setelah menunggu lama lalu pihak kapal mendapatkan informasi mengenai


waktu untuk sandar. Setelah itu, kapten memerintahkan seluruh crew agar
bersiap untuk proses heave up anchor sambil menunggu pandu yang naik ke
kapal yang selanjutnya segera bergerak menuju terminal yang sudah
ditentukan. Setelah kapal sudah terikat dengan jetty, maka pihak kapal dan
pihak terminal segera mengadakan safety meeting. Disaat inilah biasanya
pihak terminal dan kapal akan menyetujui kesepakatan seperti besaran
loading rate yang akan diberikan pihak terminal, waktu selesai proses
memuat, dan juga menjelaskan teknis dari memuat agar sesuai dengan
prosedur.

B. ANALISIS DATA
Pada bagian ini berisikan analisis data yang berhubungan dengan permasalahan-
permasalahan terjadinya kenaikan gas yang berlebih yang terdapat pada rumusan
masalah. Adapun analisis data yang akan diuraikan sehubungan dengan
permasalahan itu adalah sebagai berikut :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat
muatan LPG di atas kapal
Berikut merupakan analisis mengenai beberapa faktor penyebab kurangnya
kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan LPG di atas
kapal :
a) Kurang maksimalnya pengawasan dari Nakhoda

36
Kurang maksimalnya pengawasan dari Nakhoda disebabkan karena
beberapa hal, antara lain :
1) Menganggap bahwa semua crew sudah biasa melakukannya.
Crew yang baru naik kapal akan melaksanakan familiarisasi kapal,
baik itu tentang ruangan-ruangan yang ada di kapal maupun
pekerjaan yang akan dilakukan. Hal itulah yang membuat Nakhoda
kurang maksimal dalam mengawasi crew dikarenakan sudah biasa
melakukan kegiatan tersebut.
2) Banyaknya pekerjaan Nakhoda sehingga tidak bisa memantau
setiap saat.
Seperti kita ketahui bahwa pekerjaan Nakhoda itu banyak sekali
mulai dari keamanan kapal, keamanan muatan, dan keamanan semua
personil kapal. Jadi, sulit bagi Nakhoda untuk memantau setiap saat
karena Nakhoda juga butuh istirahat. Kejadian itupun terjadi pada
jam Mualim 2 berdinas jaga yang dimana itu merupakan jam tidur
manusia pada umumnya.

Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan


LPG di atas kapal

Kurang maksimalnya Kurangnya motivasi dari Nakhoda


pengawasan dari Nakhoda kepada ABK

- Menganggap bahwa semua - Motivasi dalam bentuk uang /


crew sudah biasa melakukannya promosi mungkin agak berat
diberikan karena memang tidak
- Banyaknya pekerjaan dari ada anggaran untuk hal tersebut.
Nakhoda sehingga tidak bisa
(Murni pemberian dari Nakhoda)
memantau setiap saat

b) Kurangnya motivasi dari Nakhoda kepada ABK


Nakhoda dalam hal memberikan motivasi dalam bentuk reward (uang /
promosi) maka akan sulit untuk dilakukan oleh Nakhoda. Tidak ada
anggaran yang diberikan dari perusahaan mengenai reward itu, karena
itulah membuat kebanyakan Nakhoda tidak melakukannya. Tetapi, ada
juga Nakhoda yang memberikan reward kepada ABK dari “kantong”
37
sendiri dalam rangka memberikan motivasi kepada mereka agar selalu
bekerja dengan maksimal dan mendapat hasil yang maksimal juga.

ABK yang berdinas jaga telah melakukan kelalaian, yaitu tidak mengawasi
kenaikan temperatur dan tekanan pada tangki. Muatan LPG adalah muatan
yang sangat berbahaya, sehingga diperlukan pengawasan dan penanganan
muatan yang baik. Telah kita ketahui bahwa LPG/C GAS KOMODO adalah
tipe kapal fully refrigerated yang memiliki sistem reliquefaction plant dan
membutuhkan waktu dalam proses cooling down untuk mengubah vapour
yang sudah terbentuk di dalam tangki menjadi bentuk liquid kembali. Oleh
karena itu diperlukan perhatian terhadap loading rate pada saat memuat agar
vapour yang dihasilkan tidak cepat meningkatnya jumlah dan proses cooling
down berjalan lancar. Pada kasus ini, awak kapal yang berdinas jaga tidak
memperhatikan hal ini. Disamping itu juga tingginya suhu di siang hari pada
saat proses memuat berlangsung turut mempengaruhi kenaikan temperatur
dan tekanan di dalam tangki. Penyebabnya antara lain adalah:
- Kurang maksimalnya pengawasan Nakhoda.
- Kurangnya motivasi dari Nakhoda kepada ABK

2. Kurangnya koordinasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak


terminal

Kurangnya koordinasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak


terminal

Kurang baiknya pembagian kerja Kurang efektifnya safety meeting


antara pihak kapal dan pihak antara pihak kapal dan pihak
terminal. terminal

- Pihak terminal menganggap bahwa - Safety meeting dianggap sudah


dia sudah biasa melakukannya biasa dilakukan sehingga
pengawan terhadap hal itu akan
- Pihak kapal merasa bahwa karena
berkurang dan tidak seketat
sudah biasa melakukan proses
waktu pertama kali melakukan
pemuatan maka menganggap sudah
proses pemuatan
biasa.
38
Kurangnya koordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal adalah salah
satu penyebab kenaikan tekanan yang berlebih. Hal ini ditandai dengan tidak
jelasnya mengenai waktu penyandaran sehingga menghambat proses cooling
down dan juga mengenai besarnya loading rate yang diberikan oleh pihak
terminal pada saat proses memuat. Untuk itu komunikasi sangat penting
antara kedua belah pihak selama transfer kargo berlangsung. Penyebabnya
adalah :
- Kurang baiknya pembagian kerja antara pihak kapal dan pihak terminal.
- Kurang efektifnya safety meeting antara pihak kapal dan pihak terminal.

C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Berdasarkan dengan fakta-fakta dan kejadian yang telah dianalisa, maka dapat
dicari alternatif pemecahan masalahnya antara lain sebagai berikut :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat
muatan LPG di atas kapal, hal ini dapat diatasi dengan cara :
a. Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG
dilaksanakan. Dengan ditingkatkannya kedisiplinan awak kapal dalam
pelaksanaan bongkar muat diharapkan bisa menambah pengawasan
terhadap proses bongkar muat di pelabuhan, karena hal ini sesuai dengan
prinsip penanganan dan pengaturan muatan.

b. Pemberian sanksi kepada ABK yang bersangkutan jika terbukti


melakukan tindakan kurang disiplin dalam pelaksanaan bongkar muatan
LPG di atas kapal. Pemberian sanksi bisa dengan pengurangan gaji atau
bahkan sign off di pelabuhan selanjutnya.

c. Pemberian motivasi kepada seluruh ABK dalam rangka meningkatkan


kedisiplinan dalam pelaksanaan bongkar muatan LPG di atas kapal.
Pemberian motivasi ini bisa dalam bentuk reward baik dari Nakhoda
maupun perusahaan, kenaikan gaji berkala, atau bahkan bonus agar bisa
memotivasi ABK dalam rangka meningkatkan kedisiplinan.

d. Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya. Peran perusahaan dalam


memilih crew kapal sangatlah penting. Perusahaan harus lebih selektif
39
dalam memilih crew yang akan dipilih untuk bekerja di perusahaan
tersebut. Tentunya dalam pemilihan tersebut harus yang lolos ujian
komputer, training, mempunyai sifat yang ulet, rajin, pintar dan juga
disiplin. Tujuannya agar dapat bekerja secara maksimal dan memberikan
yang terbaik untuk perusahaannya.

e. Melakukan familiarisasi dalam rangka pentingnya kedisiplinan dalam


pelaksanaan bongkar muat terkait bahaya yang ditimbulkan. Familiarisasi
bisa dilakukan saat training sebelum sign on dan saat sudah berada di
kapal (familiarisasi on board). Hal itu harus dilakukan karena apabila
ABK kurang disiplin dalam pelaksanaan bongkar muat LPG maka bahaya
terparah yang dapat ditimbulkan adalah kapal bisa meledak yang dapat
menewaskan seluruh crew kapal.

2. Kurangnya kordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal, hal ini
dapat diatasi dengan cara :

a. Meningkatkan pembagian kerja yang baik antara pihak kapal dengan


pihak terminal. Dalam kasus ini, gas-gas cair dimuat dari dan dibongkar
ke berbagai terminal di seluruh dunia oleh berbagai kapal menurut tipe
dan ukuran. Rentang operasinya mulai dari proyek LNG yang besar,
sampai kepada terminal LPG kecil yang multi fungsi. Terdapat banyak
terminal LPG di antara mana dilakukan perdagangan jangka pendek oleh
berbagai kondisi serta kapal serta pemiliknya, dimana gas ditangani dalam
berbagai kondisi serta kapal sering diminta untuk mengangkut lebih dari
satu macam produk secara simultan. Lebih jauh lagi, kemungkinan kapal
harus berganti-ganti muatan pada voyage yang berurutan dengan
kemungkinan terjadinya kontaminasi. The ship/shore interface merupakan
bagian yang amat penting dari keamanan operasi pengangkutan gas.
Sesungguhnya merupakan hal yang penting bagi operator kapal dan
terminal mengetahui karakteristik dasar dari fasilitas masing-masing serta
mampu berkomunikasi secara efektif selama mereka sama-sama terlibat
dalam operasi bersama penanganan muatan. Hanya dengan cara inilah
operasi yang aman, efisien, terpercaya dapat dijamin.

40
b. Melakukan komunikasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak
terminal. Komunikasi diperlukan untuk saling bertukar informasi
mengenai loading rate, dan perkiraan selesainya muat. Komunikasi yang
efektif dan terpercaya, komunikasi bisa langsung antara kapal dan
terminal atau tidak langsung melalui pihak ketiga. Hal itu merupakan
suatu syarat mutlak untuk pengoperasian muatan yang aman dan efisien
selama kapal pengangkut gas bersandar di terminal. Komunikasi dapat
dilakukan mulai dari sejak awal voyage, berlanjut sampai kapal sandar,
selama penanganan muatan sampai kapal berangkat.

c. Melaksanakan safety meeting sebelum pelaksanaan pemuatan LPG antara


pihak kapal dengan pihak terminal. Sebelum operasi transfer muatan
dimulai, penting diperhatikan bahwa semua prosedur yang akan
dilaksanakan didiskusikan secara menyeluruh dalam pertemuan antara
personel yang bertanggung jawab baik yang di kapal dan di terminal.
Tujuan pertemuan adalah kedua belah pihak bertukar informasi tentang
karakteristik sistem penanganan muatan baik di terminal maupun di kapal,
prosedur operasional serta persyaratan keamanan dan keterbatasan yang
harus diperhatikan selama transfer.

Selain melaksanakan safety meeting maka tindakan selanjutnya daah


melaksanakan Safety and Quality Meetings. Tujuan dari diadakannya
Safety and Quality Meeting ini adalah untuk mengevaluasi kejadian yang
sudah terjadi sebelumnya supaya kedepannya lebih bagus dan tidak
terulang kembali kejadian yang sebelumnya dianggap gagal. Safety
Meeting ini sangat perlu dilakukan sebagai upaya persiapan kapal
sebelum menghadapi bongkar muat di suatu pelabuhan. Serta di dalam
safety meeting ini diberikan juga tentang informasi muatan yang akan
dimuat.
Sebagai minimum Keselamatan dan Kualitas Komite akan dihadiri oleh :
1) SQO (Safety and Quality Officer)
2) Satu (1) Perwira Deck
3) Satu (1) Perwira Mesin
4) Satu (1) Peringkat Dek
41
5) Satu (1) Peringkat Ruang Mesin
6) Koki

Adapun tugas dari SQC (Safety and Quality Committee) adalah :


1) Mendiskusikan laporan penyelidikan atas kecelakaan, insiden atau
nyaris kecelakaan yang telah terjadi sejak pertemuan terakhir komite,
dan merekomendasikan untuk mencegah supaya tidak terulang
kembali.
2) Meninjau kembali prosedur kesehatan dan keselamatan yang telah ada
dan membuat rekomendasi untuk perbaikannya.
3) Mengevaluasi drill dan latihan.
4) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
5) Meninjau semua publikasi, pemberitahuan dan informasi yang diterima
oleh kapal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan.
6) Meningkatkan standar kesadaran keselamatan dan kesehatan dan
praktek antar kru.

d. Melakukan pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen kapal


yaitu Nakhoda dan Mualim I. Hal ini dilakukan agar terciptanya
keamanan dalam proses bongkar agar sesuai dengan prosedur yang telah
disepakati bersama sebelumnya. Nakhoda sebagai pemegang jabatan
tertinggi di kapal harus memastikan bahwa pihak terminal telah
melakukan persiapan yang benar sesuai prosedur bongkar muat. Pihak
terminal juga harus memastikan bahwa pihak kapal sudah melakukan
persiapan sebelum melakukan proses bongkar muat sesuai dengan
kesepakatan. Hal itu dilakukan demi terciptanya keamanan dalam proses
bongkar muat agar terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan yang
mungkin dapat terjadi jika terjadi suatu kesalahan.

D. EVALUASI TERHADAP ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Penulis membuat evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah dari masalah
yang penulis teliti dalam penulisan skripsi ini yang berhubungan dengan
optimalisasi penanganan muatan LPG pada saat memuat guna mencegah
terjadinya kenaikan tekanan yang berlebih di atas kapal. Adapun evaluasi
terhadap alternatif pemecahan masalah itu antara lain :
42
1. Kurangnya Kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat
muatan LPG di atas kapal, hal ini dapat diatasi dengan cara :

a. Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG


dilaksanakan.
1) Keuntungan :
Kordinasi akan lebih baik.
2) Kerugian :

Memerlukan waktu yang banyak sehingga pekerjaan Nakhoda yang


lain jadi tertinggalkan.

b. Pemberian sanksi kepada ABK yang dalam pelaksanaan bongkar muat


terbukti melakukan tindakan kurang disiplin
1) Keuntungan :
ABK akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan selalu sesuai
prosedur agar tidak membuat kesalahan.
2) Kerugian :
ABK akan merasa tertekan karena takut berbuat kesalahan sehingga
akan terus merasa bekerja dalam tekanan.

c. Memberikan motivasi (reward / bonus / kenaikan gaji) dari Nakhoda


kepada ABK.
1) Keuntungan :
ABK akan lebih bersemangat dalam bekerja dan berlomba menjadi
yang terbaik.
2) Kerugian :
Perlu dana tambahan untuk memberikan motivasi bagi ABK.

d. Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya


1) Keuntungan :
ABK yang di kapal sudah terlatih dan yang terbaik sehingga akan
melakukan yang terbaik bagi perusahaannya
2) Kerugian :
Perusahaan akan kesulitan mendapatkan ABK yang sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan

43
e. Melakukan familiarisasi baik saat sebelum dan sedang on board.
1) Keuntungan :
ABK akan menjadi lebih paham akan akibat yang ditimbulkan jika
melakukan tindakan yang kurang disiplin.
2) Kerugian :
Memakan waktu yang lebih sehingga dianggap kurang efektif karena
sudah pernah dilakukan sebelumnya.

2. Kurangnya kordinasi antara pihak kapal dengan pihak terminal, hal ini
dapat diatasi dengan cara :

a. Meningkatkan pembagian kerja yang baik antara pihak kapal dengan


pihak terminal.
1) Keuntungan :
Pelaksanaan bongkar muat akan lebih lancar dan aman karena sudah
terbagi dengan jelas pembagian kerjanya tersebut.
2) Kerugian :
Membutuhkan waktu untuk melakukan kegiatan pembagian kerja
tersebut.

b. Melakukan komunikasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak


terminal.
1) Keuntungan :
Komunikasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak terminal maka
akan mendapat kejelasan tentang loading rate yang diberikan sehingga
temperatur dan tekanan pada tangki akan terjaga dan proses memuat
akan berjalan lancar.
2) Kerugian :
Membutuhkan waktu yang lebih agar komunikasi dapat berjalan
lancar.

c. Melakukan safety meeting sebelum pelaksanaan pemuatan LPG.


1) Keuntungan :
Kordinasi akan lebih baik sehingga terhindar dari sesuatu yang tidak
diinginkan dan semua yang dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan.

44
2) Kerugian :
Membutuhkan waktu untuk melakukan safety meeting tersebut.

d. Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG


dilaksanakan.
1) Keuntungan :
Koordinasi baik antara pihak kapal dengan pihak terminal akan
menjadi lebih baik.
2) Kerugian :
Membutuhkan waktu yang lebih bagi nakhoda karena tugas nakhoda
yang lain dapat terganggu.

E. PEMECAHAN MASALAH YANG DIPILIH

Berdasarkan deskripsi data, hasil audit dan evaluasi pada alternatif pemecahan
masalah, maka penulis menentukan beberapa pemecahan yang dipilih untuk
mengoptimalkan penangan muatan LPG diatas LPG/C GAS KOMODO sesuai
dengan penyebab terjadinya kenaikan yang berlebih, yaitu :
a. Dari hasil evaluasi terkait masalah Kurangnya kedisiplinan ABK dalam
pelaksanaan bongkar muat muatan LPG di atas kapal, maka pemecahan
masalah yang dipilih penulis antara lain :
1. Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG
dilaksanakan.
2. Memberikan motivasi dari Nakhoda kepada ABK.
3. Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya.

b. Dari hasil evaluasi terkait masalah Kurangnya kordinasi antara pihak


kapal dengan pihak terminal, maka pemecahan masalah yang dipilih
penulis antara lain :
1. Melakukan pembagian kerja yang baik antara pihak kapal dan pihak
terminal.
2. Melakukan safety meeting antara pihak kapal dan pihak terminal sebelum
pelaksanaan pemuatan LPG.

45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, Penulis membuat kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kurangnya kedisiplinan ABK dalam pelaksanaan bongkar muat muatan
LPG diatas kapal.
Hal itu mengakibatkan suhu dan tekanan pada tangki naik sangat tinggi. Selain
itu, maka akan mengakibatkan terganggunya proses pemuatan kapal bahkan
kapal bisa berpotensi meledak yang akan sangat berbahaya baik bagi orang,
kapal, dan lingkungan sekitar.
2. Kurangnya koordinasi yang baik antara pihak kapal dengan pihak terminal.
Hal itu mengakibatkan terganggunya kegiatan pelaksanaan pemuatan sehingga
akan mengakibatkan kerugian dari kedua pihak

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka pada bagian ini diberikan klasifikasi pada
saran-saran atau masukan-masukan sebagai berikut :
1. Nakhoda/ Perwira Kapal:
a) Meningkatkan pengawasan Nakhoda selama proses memuat muatan LPG
dilaksanakan
b) Memberikan motivasi dari Nakhoda kepada ABK.
2. Perusahaan Pelayaran:
a) Memilih crew yang sudah diseleksi sebelumnya

3. Pihak Terminal dan Pihak Kapal

a) Melakukan pembagian kerja yang baik antar pihak kapal dan terminal.
b) Melakukan safety meeting sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat
muatan LPG.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Diklat Perhubungan. 2000. Gas Tanker Familiarization Modul-3. Jakarta:Badan


Diklat Perhubungan.
Bruce E. Polling, John M Rausnits, John P.O’Connell. 2004. The Properties of Gasses
and Liquids (5th Ed). New York: McGraw-Hill
Hadari Nawawi dan Mini Martini. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

International Chamber of Shipping. 1995. Tanker Safety Guide Liqufied Gas 2nd

Edition. England:Edward Mortimer Ltd.

International Maritime Organization, International Safety Management(ISM) Code


1974 Consolidated 2002 (London : IMO, 2002)
Istopo, 1999. Kapal Dan Muatannya. Jakarta:Koperasi Karyawan BP3IP.

Martopo, Arso. 2000. Penanganan Muatan. Jakarta:Koperasi Karyawan BP3IP.

Mc.Guire and White.Liquefied Gas Handling Principles on Ship and in Terminal,


Fourth Edition (London : SIGTTO, 2016)

McGuire, Graham and Barry White. 2000. Liquefied Gas Handling Principles On Ships
and in Terminals (SIGGTO, 2000): Witherby

N, Lof. 1986. Properties of gasses and liquefied LGA. LGA: GastechnikGmbH.


Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prof .Dr.Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sunendar, Dadang. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Witherby. 1995. Tanker Safety Guide-Liquefied Gas (2nd Ed). London: International
Chamber of Shipping.
PENJELASAN ISTILAH

Untuk memudahkan dalam pemahaman istilah-istilah yang terdapat dalam laporan


penelitian terapan ini, maka penulis memberikan pengertian-pengertian yang kiranya
dapat membantu pemahaman dan mempermudah dalam pembahasan laporan
penelitian terapan yang dikutip dari beberapa buku (pustaka) sebagai berikut:

1. Anak Buah Kapal (ABK)


Adalah semua awak kapal kecuali Nahkoda secara administrasi tercantum dalam
crewlist kapal.

2. Cargo Control Room (CCR)


Adalah suatu ruangan yang khusus digunakan untuk mengontrol seluruh kegiatan
bongkar muat di atas kapal.

3. Cargo Pump (Pompa Muatan)


Adalah alat bongkar muat yang digunakan untuk mengisap muatan dari tangki
kapal untuk dipompa keluar menuju tangki di darat atau kapal lain.

4. Cargo Compressor
Adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengompres / memampatkan muatan
yang berbentuk gas guna meningkatkan temperature dan tekanan.

5. Cargo Rate
Adalah kecepatan aliran muatan.

6. Compressor Report
Adalah laporan yang dibuat oleh operator compressor dengan interval waktu
tertentu, yang isinya mencatat temperature, tekanan, ampere meter, serta kondisi
fisik lainnya pada cargo compressor yang digunakan / dijalankan.

7. Cooling Down
Adalah proses pendinginan tangki dengan menggunakan kompresor atau
reliquefaction system.
8. Emergency Shut Down
Adalah katup penutup darurat.

9. Expansion Valve
Adalah katup yang mengontrol jumlah refrigeran yang masuk ke evaporator.

10. Fully Refrigerated Ship


Adalah kapal LPG yang dibangun untuk mambawa gas LPG pada suhu rendah,
memiliki system tangki kargo berbentuk prismatik dibuat dari baja dan nikel
3,5% yang memungkinkan pengangkutan kargo pada suhu rendah -48ºC, sedikit
di bawah titik didih propane murni. Tangki prismatik memungkinkan kapasitas
kargo dapat dimaksimalkan sehingga membuat kapal mampu untuk membawa
kargo dalam volume besar seperti LPG, Amonia dan Vinil Klorida dengan jarak
jauh.

11. LPG
Adalah singkatan dari Liquified Petroleum Gas. LPG umumnya didefinisikan
sebagai propane, butane, dan campuran propane/butane dalam bentuk cair.

12. Line Up
Adalah memastikan katup-katup mana yang harus dibuka atau ditutup pada suatu
reliquefaction.

13. Liquid Level Gauge atau Whessoe Gauge

Adalah angka yang digunakan untuk mengukur tinggi cairan di dalam tangki

14. Liquid Line

Adalah pipa-pipa yang khusus digunakan / dialiri oleh muatan yang berbentuk
cair.

15. Loading Line

Adalah jalur pemasukan cargo liquid / vapour dari tangki menuju ke tangki
kapal.
16. Loading Rate
Adalah kecepatan permuatan rata-rata.

17. Manifiold

Adalah tempat sambungan antara pipa kapal dan darat.

18. Non Return Valve

Adalah katup yang hanya mengalir ke satu arah saja.

19. Pressure Gauge

Adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan.

20. Reducer

Adalah pipa penghubung antara manifold dengan loading arm yang mempunyai
diameter berbeda antara darat dengan kapal.

21. Spray Nozzle

Hidung / ujung suatu pipa yang berfungsi untuk menyemprotkan suatu cairan
yang mengalir di dalamnya pada saat cairan tersebut keluar.

22. Safety Relief Valve (Katup Keamanan)

Adalah katup yang terletak ada tiap-tiap bagian tertentu dari pipa-pipa muatan
yang telah dibuat atau diprogram pada tekanan tertentu yang berfungsi sebagai
katup pengaman pada waktu tekanan pada pipa atau dalam tangki lebih tinggi
dari pada yang ditentukan.

23. Spray Valve

Adalah katup pada tangki muatan yang digunakan untuk membuka – menutup
jalur spray pada tangki muatan.

24. Tank Inspection

Adalah inspeksi pada tangki yang mempunyai tujuan tertentu seperti misalnya
untuk mengecek ketebalan tangki ataupun melakukan pergantian jenis muatan.
25. Top Spray

Adalah salah satu dari pipa permuatan pada kapal LPG yang didesain khusus
untuk membuat muatan yang masuk ke dalam tangki berupa kabut (spray).

26. Toping Off

Adalah tahap akhir pengisian untuk memenuhi tangki.

27. MARVS (Maximum Allowable Relief Valve Setting)

Adalah batas maksimal tekanan aman yang diijinkan pada suatu tanki muat

28. Vapour Line

Adalah pipa-pipa yang khusus berisi / digunakan untuk muatan yang masih
berbentuk gas.

29. Water Cooling Spray


Adalah proses pendinginan tangki dan pipa muatan dengan menyemprotkan air.

Anda mungkin juga menyukai