Anda di halaman 1dari 10

Hal 203

TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan:


1. Mampu membedakan belanja dan beban
2. Mengetahui jenis-jenis belanja dan beban
3. Mengetahui pengakuan belanja dan beban
4. Mengetahui pengukuran belanja dan beban
5. Mampu membuat jurnal belanja dan beban pada SKPD
6. Mampu membuat jurnal belanja dan beban pada PPKD

PENDAHULUAN
Pada bagan akun standar disajikan nomor dan nama setiap jenis akun belanja dan beban.
Akun belanja dan beban tersebut dipilih sesuai dengan transaksi yang terjadi. Karena itu,
kumampuan mengenal akun belanja dan beban mempengaruhi kemampuan membuat jurnal
transaksi belanja dan beban. Pada bagian awal bab ini dijelaskan pengertian dan kia. sifikasi
belanja dan beban. Pada bagian berikutnya disajikan pengakuan dan pengukuran belanja dan
beban. Contoh transaksi dan penjurnalan belanja dan beban, baik pada SKPD maupun PPKD,
disajikan secara rinci pada bagian akhir

PENGERTIAN BELANJA DAN BEBAN


Dalam akuntansi pemerintahan sudah lazim dikenal istilah belanja (expenditure). Belanja
adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh bendaharawan umum pemerintah yang
mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Bendaharawan umum meli- puti
Bendahara Umum Negara (BUN) dan Bendahara Umum Daerah (BUD). Istilah "semua
pengeluaran mengacu pada semua kas yang dikeluarkan tanpa memisahkan apakah
Hal 204
pengeluaran tersebut termasuk pengeluaran untuk memperoleh pendapatan atau pengo luaran
untuk modal dan pembayaran utang. Belanja merupakan istilah yang digunakan untuk
pengeluaran pada laporan realisasi anggaran. Belanja dicatat berdasarkan basis cas Konsep-
konsep kunci tentang belanja adalah:
a. Pengeluaran kas
b. Mengurangi saldo anggaran lebih
c. Tahun anggaran yang bersangkutan
d. Tidak diterima kembali pembayarannya
e. Dicatat dengan basis kas
f. Disajikan di laporan realisasi anggaran
Dalam akuntansi komersial dikenal istilah beban (expense). Pengertian besan dalam hal ini
adalah aliran keluar atau pemakaian lain aset atau timbulnya utang atau kombinasi keduanya
dalam satu periode yang berasal dari pembuatan atau penyerahan barang, pe nyerahan jasa,
atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Dalam standar akuntansi
pemerintahan dinyatakan bahwa beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban menggambar- kan kewajiban pemerintah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Beban merupakan istilah yang
digunakan untuk pengeluaran pada laporan operasional. Belanja dicatat berdasarkan basis
akrual. Konsep-konsep kunci tentang heban adalah:
a. Kewajiban pemerintah
b. Pengurang ekuitas
c. Tabun anggaran yang bersangkutan
d. Tidak diperoleh kembali pembayarannya
e. Dicatat dengan basis akrual
f. Disajikan di laporan operasional

KLASIFIKASI BELANJA DAN BEBAN


Pada Peraga 7.1 disajikan klasifikasi pokok belanja. Pada dasarnya ada dua jenis utama be
lanja, yaitu belanja operasi dan belanja modal. Belanja operasi terdiri atas belanja pegawa
belanja barang dan jasa, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan
sosial Sedangkan belanja modal meliputi belanja modal pengadaan tanah, peralatan dan me
sin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, serta aset tetap lainnya. Belanja takter
duga diklasifikasi sendiri dan tidak dianggap bagian dari belanja operasi dan belanja modal
Beban diklasifikasi menjadi empat bagian, yaitu beban operasi, beban transfer, beban non
operasional, dan beban luar biasa. Unsur beban operasi lebih banyak daripada unsur belanja
operasi karena ada beban operasi yang bersifat non kas seperti penyusutan dan amortisasi,
penyisihan piutang, dan beban lain-lain. Ada beban transfer tetapi tidak ada belanja transfer.
Alasan tidak ada belanja transfer karena transfer dikategorikan tersendiri dan bukan bagian
dari belanja.
Belanja modal bukanlah beban dalam laporan keuangan berbasis akrual. Dalam akun- tansi
akrual, belanja modal dikategorikan sebagai aset. Karena itu tidak ada klasifikasi be- ban
modal dalam laporan operasional. Defisit non operasional bersifat non kas karena itu tidak
ada dalam laporan realisasi anggaran. Contoh defisit non operasional adalah keru- gian dalam
pelepasan aset tetap dan penyelesaian kewajiban jangka panjang.

(Hal 205)
(Hal 206)
Klasifikasi Belanja dan Beban Pegawai
Belanja dan beban pegawai diklasifikasi seperti tampak di Peraga 7.2. Pada peraga tersebut
tampak bahwa klasifikasi belanja sama persis dengan klasifikasi beban. Ada tujuh kategori
belanja atau beban pegawai, yaitu gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan PNS, peneri-
maan lainnya pimpinan DPRD dan kepala daerah, pemungutan PBB, insentif pemungutan
pajak daerah, insentif pemungutan retribusi daerah, dan uang lembur

Gaji dan tunjangan meliputi gaji pokok, uang representasi, dan berbagai tunjangan.
Tunjangan tunjangan tersebut meliputi tunjangan keluarga, jabatan, fungsional, beras, pajak,
badan musyawarah komisi, badan anggaran, badan kehormatan, alat kelengkapan lainnya,
perubahan, dan kesehatan. Uang paket, uang duka, dan uang jasa pengabdian juga bagian dari
gaji dan tunjangan. Tambahan penghasilan PNS merupakan tambahan penghasilan yang
diberikan berdasarkan alasan tertentu. Alasan pemberian tambahan penghasilan meliputi
beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, dan kelangkaan profesi Penerimaan lainnya
pimpinan dan anggota DPRD serta kepala daerah meliputi tunjangan komunikasi dan belanja
penunjang operasional.
Ada pengeluaran untuk melakukan pemungutan pajak dan retribusi daerah. Selain itu,
pemerintah juga mengeluarkan insentif setelah proses pemungutan selesai. Pengeluaran untuk
pemungutan PBB dikategorikan sesuai dengan jenisnya, yaitu PBB pertambangan,
perkebunan, dan kehutanan. Kategori insentif pemungutan pajak daerah sesuai dengan jenis
pajak daerah. Kategori insentif pemungutan retribusi daerah juga sesuai dengan jenis retribusi
daerah. Sedangkan uang lembur merupakan uang yang diberikan baik kepada PNS maupun
non PNS yang bekerja di luar jam kerja.
(Hal 208)
Klasifikasi Belanja dan Beban Barang dan Jasa
Seperti tampak pada Peraga 7.3, klasifikasi belanja barang dan jasa sama dengan
klasifi- kasi beban barang dan jasa. Pada peraga tersebut tampak bahwa ada sebanyak
27 kategori belanja atau beban barang dan jasa. Pada bagian berikut ini diuraikan
belanja atau beban tertentu yang rinciannya dianggap relatif banyak.
Belanja atau beban bahan pakai habis meliputi pengeluaran untuk pengadaan alat tulis kantor,
dokumen administrasi, perlengkapan listrik, benda-benda pos, perlengkapan kebersihan, serta
bahan bakar minyak dan gas. Belanja atau beban bahan/material merupakan pengeluaran
untuk pengadaan bahan baku bangunan, bibit tanaman, bibit ternak, obat-obatan, bahan
kimia, dan makanan pokok. Belanja atau beban jasa kantor meliputi pengeluaran untuk
pembayaran telepon, air, listrik, surat kabar, majalah, internet, pengiriman, jasa transaksi
keuangan, administrasi pemungutan pajak penerangan jalan, dan ad- ministrasi pemungutan
pajak bahan bakar.
Belanja atau beban perawatan kendaraan bermotor meliputi jasa service, penggantian suku
cadang, bahan bakar minyak dan gas, jasa KIR, pajak kendaraan, dan bea balik nama
kendaraan. Belanja atau beban sewa bangunan dan gedung meliputi sewa rumah, gedung,
gudang, dan parkir. Belanja atau beban sewa sarana mobilitas meliputi sewa sarana mobili-
tas darat, air, dan udara. Belanja atau beban sewa perlengkapan dan peralatan kantor meli-
puti sewa meja, kursi, komputer, printer, proyektor, generator, tenda, dan pakaian. Belanja
atau beban makanan dan minuman meliputi pengeluaran untuk konsumsi harian pegawai,
rapat, tamu, dan pelatihan.
Belanja atau beban pakaian dinas dan atributnya meliputi pengeluaran untuk peng- adaan
pakaian dinas kepala dan wakil kepala daerah, sipil harian, sipil lengkap, dinas harian, dan
dinas upacara. Belanja atau beban pakaian kerja diklasifikasikan tersendiri berbeda dari
pakaian dinas dan pakaian khusus. Belanja pakaian khusus meliputi pengadaan pakaian
KORPRI, adat daerah, batik tradisional, dan pakaian olah raga. Belanja atau beban pemeli-
haraan berbeda dari belanja atau beban perawatan kendaraan bermotor. Belanja atau be- ban
pemeliharaan merupakan pengeluaran untuk memelihara tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, serta aset tetap lainnya.
Belanja atau beban honorarium meliputi honorarium non pegawai, PNS, dan non PNS.
Ilonorarium non pegawai meliputi honorarium tenaga ahli, narasumber, instruktur, dan
moderator. Honorarium PNS meliputi honorarium kepanitiaan kegiatan, tim pengadaan
barang dan jasa, tenaga ahli, narasumber, dan instruktur. Honorarium non PNS meliputi
honorarium tenaga ahli, narasumber, instruktur, dan honorer
(Hal 209)
Klasifikasi Belanja dan Beban Bunga, Subsidi, Hibah, dan Bantuan Sosial
Pada Peraga 7.4 disajikan klasifikasi bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial. Belanja atau
beban bunga dikategorikan sesuai dengan jenis utang, yaitu utang pinjaman dan utang
obligasi. Bunga utang pinjaman meliputi bunga utang pinjaman kepada pemerintah,
pemerintah daerah lainnya, bank, dan lembaga keuangan non bank. Belanja atau beban
subsidi meliputi pengeluaran subsidi yang diberikan kepada BUMN, BUMD, dan pihak ke-
tiga lainnya. Belanja atau beban hibah meliputi pengeluaran hibah yang diberikan kepada
pemerintah, provinsi, kabupaten, kota, BUMD, kelompok masyarakat, organisasi masyara-
kat, dan dana BOS (bantuan operasional sekolah).

Peraga 7.4
Klasifikasi Belanja dan Beban Bunga, Subsidi, Hibah, dan Bantuan Sosial
(Hal 210)
klasifikasi Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran untuk pengadaan aset tetap. Dalam akuntansi berbasis
akrual, pengeluaran untuk memperoleh aset tetap dikategorikan sebagai aset tetap. Karena itu
tidak ada istilah "beban modal" sebagai padanan dari belanja modal. Klasifikasi belanja
modal disajikan pada Peraga 7.5. Seperti tampak pada peraga tersebut, kategori belanja
modal sesuai dengan kategori aset tetap, yaitu:
1. Belanja modal tanah
2. Belanja modal peralatan dan mesin
3. Belanja modal gedung dan bangunan
4. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan 5. Belanja modal aset tetap lainnya
Aset tetap memiliki banyak unsur. Pembaca dituntut mengenal aset tetap yang diperolch
agar tepat dalam memilih akun belanja modal yang sesuai. Nama-nama belanja modal pada
Peraga 7.5 masih memiliki rincian lebih lanjut. Berikut ini disajikan uraian tentang rincian
beberapa jenis belanja modal yang dianggap oleh penulis perlu dijelaskan lebih lanjut karena
berkaitan dengan contoh-contoh penjurnalan transaksi-transaksi pada bab ini dan bab lain.
Belanja modal tanah terdiri atas belanja modal pengadaan tanah perkampungan, ta- nah
perkebunan, tanah kebun campuran, tanah hutan, tanah kolam ikan, dtanah danau, tanah
rawa, tanah tandus, tanah padang rumput, tanah untuk bangunan gedung, tanah
pertambangan, dan tanah untuk bangunan bukan gedung, Belanja modal pengadaan tanah
untuk bangunan gedung meliputi pengeluaran untuk pengadaan tanah untuk bangunan
perumahan, bangunan perdagangan/perusahaan, bangunan industri, bangunan tempat kerja,
tanah kosong, bangunan peternakan, bangunan pengairan, serta bangunan jalan dan jembatan.
Sedangkan belanja modal pengadaan tanah untuk bangunan bukan gedung merupakan
pengeluaran untuk pengadaan tanah untuk lapangan olah raga, parkir, penim- bungan barang,
pemancar, pengujian/pengolahan, lapangan terbang, bangunan jalan. bangunan air, bangunan
insalasi, bangunan jaringan, bangunan olah raga, dan bangunan tempat ibadah.

Anda mungkin juga menyukai