Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL APPRAISAL

PENGARUH PURSED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP SATURASI OKSIGEN, DENYUT


NADI DAN FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh:

ALDILA CAHYANINGGALIH
NIM 2212056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR

2022
PENGARUH PURSED LIP BREATHING EXERCISE TERHADAP SATURASI OKSIGEN, DENYUT NADI
DAN FREKUENSI PERNAPASAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL

Zulkifli1, Ely Mawadaah1, Baiq Alda Benita1, Herni Sulastien2*


1
Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Mataram, Jl. Kesehatan No.10, Mataram Tim., Kec.
Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Bar. 83121, Indonesia
2
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, Jl. Kaktus No.1-3, Gomong, Kec.
Mataram, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat 83126, Indonesia
*hernisulastien@ymail.com

ABSTRAK
Dampak asma bronkial dapat merugikan setiap penderitanya sehingga perlu penatalaksanaan lebih
tepat. Teknik Pursed Lip Breathing Exercise efektif diberikan pada pasien asma bronkial untuk
meningkatkan Saturasi oksigen, menurunkan denyut nadi serta frekuensi pernapasan. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik Pursed Lip Breathing Terhadap Saturasi
Oksigen, Denyut Nadi dan Frekuensi Pernapasan Pada Pasien Asma Bronkial. Desain Penelitian ini
menggunakan pre eksperimental (one grup pre test- post test), dengan populasi pasien Asma
Bronkial. Sampling penelitian ini menggunakan purposive sampling, jumlah sampel 30 responden,
cara pengumpulan data menggunakan kuisioner dan checklist analisa dan uji wilcoxon. Hasil Uji
Statistika menggunakan Wilcoxon diperoleh peningkatan saturasi oksigen  value 0,000 < 0,05, dan
penurunan denyut nadi serta frekuensi pernapasan yaitu p value 0,000 < 0,05. Ada Pengaruh
Signifikan Pursed Lip Breathing Exercise terhadap Saturasi Oksigen, Denyut Nadi, serta Frekuensi
Pernapasan pada pasien Asma Bronkial.

Keywords: asma bronkial; frekuensi pernapasan; nadi; pursed lip breathing; SPO2

THE EFFECT OF PURSED LIP BREATHING EXERCICE ON OXYGEN SATURATION, PULSE RATE, AND
RESPIRATORY RATE IN BRONCHIAL ASTMA PATIENTS

ABSTRACT
The impact of bronchial asthma can be detrimental to every sufferer so it needs more precise
management. The pursed lip breathing exercise technique is effective for bronchial asthma
patients to increase pulse rate and respiratory rate. To know the effect of Pursed Lip
Breathing Exercice on Oxygen Saturation, Pulse Rate, and Respiratory Rate in Bronchial
Astma Patients. Design of this study used a pre-experimental (one grup pre test- post test),
with population asthma bronchial patients. The sampling of this study used purposive
sampling and obtained 30 samples, how to collect data using questionnaires, checklist
analyzes and wilcoxon match pairs test. The Result of statistical tests using Wilcoxon were
obtained an increase in oxygen saturation  value 0,000 < 0,05, and a decrease in pulse
rate and respiratory rate is  value 0,000 < 0,05. There is a significant effect of Pursed Lip
Breathing Exercise on oxygen saturation, pulse rate, and respiratory rate in bronchial astma.

Keywords: bronchial asthma; pursed lip breathing; oxygen saturation; pulse rate; respiratory
rate

PENDAHULUAN
Asma bronkial merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat dan memiliki
angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Asma tidak hanya menyerang anak-anak melainkan
seluruh kelompok usia. Saat ini diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita

203
asma di dunia (WHO 2017). Berdasarkan laporan WHO desember 2016, tercatat pada tahun 2015
sebanyak 383.000 orang meninggal karena asma. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
Nasional pada tahun 2018 jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4% (Balitbangkes 2018).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penyakit asma bronkial mengalami
pravelensi penurunan 2,3%. (Riskesdas NTB, 2018). Jumlah pasien dengan asma bronkial di
kabupaten lombok tengah terdapat 2.316 pada tahun 2019 dan mengalami penurunan 2,3% menjadi
2.263 pada tahun 2020. (Dikes Lombok tengah, 2019). Jumlah pasien asma bronkial yang terdapat di
Puskesmas Kopang Berdasarkan data dari rekam medik Puskesmas Kopang, pada tahun 2019 tercatat
angka kejadian kasus asma bronkial sejumlah 400 pasien dengan 335 pasien lama yang lebih dari satu
kali datang berobat. Pada tahun 2020 kasus a sma bronkial sejumlah 310 pasien, dengan 253 pasien
lama yang lebih dari satu kali datang berobat. Pada data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Kopang
tahun 2019 di bulan Januari sampai juli terdapat berturut-turut 76, 45,67,50,53,44, pasien asma
bronkial di Puskesmas Kopang.

Asma bronkial bisa terjadi akibat peradangan dalam saluran udara (bronkus). Peradangan pada
bronkus akhirnya membuat saluran pernapasan bengkak dan sangat sensitif. Akibatnya, saluran
pernapasan menyempit sehingga udara yang masuk ke paru - paru menjadi terbatas. Peradangan
juga membuat sel di saluran pernapasan membuat lebih banyak lendir dari biasanya. Lendir ini dapat
makin mempersempit saluran pernapasan dan menyulitkan untuk bernapas pada pasien asma
bronkial. (Smeltzer & Bare, 2012). Asma bronkial membuat penderitanya memiliki saluran
pernapasan yang lebih sensitif. Karenanya, saat paru- paru terkena iritasi dari pemicu asma, maka
otot saluran pernapasan jadi kaku dan menyempit. Pada pengidap asma, saluran pernapasan akan
lebih sensitif, sehingga paru- paru yang terkena iritasi dari pemicu asma dapat menyebabkan otot
saluran pernapasan. Produksi dahak meningkat, sehingga membuat kesulitan bernapas. (Smeltzer &
Bare 2012). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologi, termasuk
penghentian merokok, lingkungan yang bersih, serta latihan fisik dan relaksasi merupakan intervensi
wajib yang harus dilakukan setiap terapi anti- inflamasi. Sehingga perlu penatalaksanaan lebih tepat.

Penatalaksanaan pasien penderita Asma Bronkial dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
pendekatan farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi untuk penderita Asma
bronkitis salah satunya adalah pemberian anti inflamasi, seperti pemberian obat bronkodilator
dengan tujuan untuk meredakan gejala asma hanya dalam beberapa menit sejak serangan terjadi
(Ringel, 2012). Sedangkan pengobatan non farmakologis yang dapat dilakukan pada penderita asma
bronkial yaitu Pursed Lip Breathing. Teknik Pursed Lip Breating efektif diberikan pada pasien asma
bronkial sehingga masyarakat bisa mengurangi untuk mengkonsumsi obat-obatan farmakologi sepeti
obat anti inflamasi (bronkodilator),selain untuk mengurangi obat-obatan farmakologis, dari segi
ekonomi latihan Pursed Lip Breathing tidak membutuhkan biaya apapun,sehingga lebih terjangkau
dan ekonomis. Latihan Pursed Lip Breathing dapat dilakukan setiap 3 kali dalam sehari . Tujuan
latihan pernapasan Pursed Lip Breathing adalah untuk melatih otot-otot ekspirasi untuk
memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi, dengan demikian
mengurangi jumlah tahanan dan jebakan jalan napas (Smeltzer & Bare, 2012).

Pursed Lip Breathing (PLB) merupakan jenis latihan pernapasan dengan cara menghirup napas
melalui hidung sambil menghitung sampai 3, dengan posisi membungkuk kedepan dan

204
hembuskan dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan/seperti sedang meniup lilin, sambil
menghitung sampai 7. Latihan pernapasan ini dapat membantu untuk menginduksi pola napas
lambat dan dalam, dan membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, bahkan selama periode
stress fisik. Sehingga penyakit asma bronkial perlu diperhatikan. Dengan mudahnya diterapkan dan
tidak membutuhkan biaya apapun dalam melakukan teknik Pursed Lip Breathing, Tujuan penelitian
ini untuk melihat penaruh Pursed Lip Breathing Exercise (PLB) terhadap Saturasi Oksigen, Nadi, dan
Frekuensi Pernapasan pada pasien Asma Bronkial.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan penelitian pre eksperimental (tidak ada variabel kontrol dan
sampel tidak dipilih secara random) dengan rancangan one group pretest-post test. Waktu penelitian
dan pengumpulan data telah dilaksanakan mulai bulan September 2020. Adapun data penderita
asma bronkial yang pernah berobat di Puskesmas Kopang pada tahun 2018 adalah 400 pasien dan
meninggal 27 orang, pasien yang menjalani rawat inap pada tahun 2019 adalah 310 pasien, pasien
meninggal adalah 52 orang. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 sampel.

HASIL
Tabel 1.
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien Asma Bronkial (n=30)
Jenis kelamin f %
Laki-laki 16 53
Perempuan 14 47

Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah responden
dengan jenis kelamin Laki-laki, yaitu sebanyak 16 orang (53%).

Tabel 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada Pasien Asma Bronkial (n=30)
Usia f %
12-24 5 17
26-35 4 13
36-45 7 23
46-55 14 47

Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden terbanyak berdasarkan umur adalah responden dengan
umur 46 – 55 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (47%).

Tabel 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Pasien Asma Bronkial (n=30)
Pekerjaan f %
PNS 4 13
Wiraswasta 5 17
Petani/buruh 5 17
Pegawai swasta 6 20
IRT 7 23
Pelajar 3 10

205
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa responden terbanyak berdasarkan pekerjaan adalah
responden yang Bekerja sebagai IRT, yaitu sebanyak orang 7 orang (23%).

Analisis pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap saturasi Oksigen, denyut nadi dan
frekuensi pernapasan terhadap pasien asma bronkial.

Tabel 4.
Analisis pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Saturasi Oksigen pasien asma bronkial
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum  value
Pretest SpO2 30 93.30 1.489 89 95 0,000
Postest SpO2 30 95.87 1.137 93 98

Tabel 4 menunjukan hasil uji statistic menggunakan uji wilcoxon di dapatkan nilai p adalah
.000 atau nilai p < α = 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Saturasi Oksigen pada pasien asma bronkial.

Tabel 5.
Analisis pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Denyut Nadi Pasien Asma Bronkial
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum  value
Pretest HR 30 113.40 10.871 92 129 0,000
Postest HR 30 95.90 6.228 86 108

Tabel 5 menunjukan hasil uji statistic menggunakan uji wilcoxon di dapatkan nilai p adalah
.000 atau nilai p < α = 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap denyut nadi pada pasien asma bronkial.
Tabel 6.
Analisis pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap denyut nadi pasien asma bronkial.
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum  value
Pretest RR 30 23.83 1.416 21 26 0,000
Postest RR 30 18.97 1.546 17 23

Tabel 6menunjukan hasil uji statistic menggunakan uji wilcoxon di dapatkan nilai p adalah
.000 atau nilai p < α = 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap frekuensi pernapasan pada pasien asma bronkial.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden, menunjukan bahwa
seluruh responden memiliki hipoksemia ringan, takikardi ringan, sesak napas ringan sebelum
melakukan Pursed Lip Breathing adalah 100%. Ditandai dengan munculnya gejala klinis yaitu sesak
atau meningkatnya respiration rate (RR). Berdasarkan usia responden dalam penelitian ini yang
terbanyak mengalami asma bronkial berada pada usia 46-55 tahun sebanyak 14 responden (47%),
dan yang paling sedikit mengalamai asma bronkial pada usia 26-35 tahun sebanyak 4 responden
(13%). Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa nilai

206
fungsi paru akan terus menurun sesuai dengan meningkatnya usia seseorang, maka kerentanan
terhadap penyakit akan bertambah dan mencapai maksimal pada usia 19-21 tahun (Menurut Guyton
& Hall, 2007).

Hasil penelitian juga menunjukkan jenis kelamin responden terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah
16 responden (53%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden (47%).
Menurut Sutoyo (2010) laki-laki yang memiliki riwayat merokok sebelumnya atau banyak yang
menghirup asap rokok menyebabkan mudahnya kolonisasi bakteri sehingga kejadian menimbulkan
inflamasi, juga semakin melemahkan mekanisme pertahanan, memudahkan terjadinya infeksi kronis
sehingga memicu terjadinya bronchitis kronis. Responden laki-laki rata-rata memiliki riwayat
merokok sehingga lebih memungkinkan beresiko lebih besar untuk terkena Asma Bronkial.

Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai 0,000. Dimana 0,000 <  0,05 yang artinya terdapat
Pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap saturasi oksigen (SpO2), denyut nadi, serta frekuensi
pernapasan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan cara pemberian
Pursed Lip Breathing pada pasien asma bronkial selama 15 menit sebanyak 3 kali dalam waktu 1 hari
di Puskesmas Kopang Kabupaten Lombok Tengah, menunjukkan sebanyak 30 responden yang
awalnya termasuk dalam kategori hipoksemia ringan, takikardi ringan, serta sesak nafas ringan
menjadi kategori normal. Pada penelitian ini setelah dilakukan Pursed Lip Breathing 30 responden
mengalami peningkatan saturasi dalam batas normal. Berdasarkan pernyataan para ahli dan hasil
penelitian yang didapat, peneliti menyimpulkan bahwa didapatkan hasil bahwa Pursed Lip Breathing
merupakan pernafasan yang mampu meningkatkan saturasi oksigen, menurunkan takikardi, serta
sesak nafas pada pasien yang mengalami hipoksemia,takikardi serta sesak nafas khususnya pasien
asma bronkial.

Manfaat Pursed Lip Breathing dapat memperbaiki pola pernapasan yang dapat meningkatkan
perputaran jalan arus udara pada saluran pernapasan yang biasanya disebabkan oleh adanya
sumbatan jalan napas pada saluran pernapasan. Dan juga dapat melatih otot-otot ekspirasi
pernapasan, sehingga pada saat ekshalasi yang dilakukan dengan ekspirasi panjang dapat
meningkatkan tekanan jalan napas dan mengurangi jebakan udara pada saluran pernapasan (Iswita,
2013). Adanya pengeluaran jebakan udara yang terjebak saat dilakukan Pursed Lip Breathing yang
dapat meningkatkan saturasi oksigen. Peningkatan saturasi oksigen yang dimaksud disebabkan
karena CO2 yang sudah lama terjebak dalam alveolus dikeluarkan secara perlahan dengan bibir
membentuk huruf O. Turunnya jumlah CO2 pada alveoli menyebabkan pemasukan O2 meningkat.
Meningkatnya transfer oksigen ke jaringan dan otot- otot pernafasan dapat menyebabkan
peningkatan saturasi oksigen (Guyton & Hall, 2007).

Pursed Lip Breathing Pursed Lip Breathing ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Asma
Bronkial yang mengalami penurunan saturasi oksigen, peningkatan serta peningkatan frekuensi
pernapasan (Andarmoyo, 2012). Sedangkan Pursed lip breathing di kontra indikasikan pada pasien
dengan asma bronkial yang ditandai dengan : Hiperventilasi paru, Pasien dengan pernapasan
paradoksial, Peningkatan usaha untuk melakukan inspirasi dan peningkatan dispnea selama
melakukan Pursed Lip Breathing. Teknik latihan
pernapasan yang menggunakan teknik Pursed Lip Breathing Exercise memberikan manfaat subjektif
pada penderita yaitu mengurangi sesak, rasa cemas dan tegang karena sesak, pernapasan Pursed Lip
Breathing Exercise dapat dilakukan dalam keadaan tidur atau duduk dengan menghirup udara dari
hidung dan mengeluarkan udara dari mulut dengan mengatupkan bibir (Smeltzer & Bare, 2012).

207
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang membuat hasil penelitian mempunyai kekurangan dan
memerlukan penelitian yang lebih baik yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih banyak sehingga akan didapatkan hasil yang lebih kuat dan lebih mewakili populasi
umum pasien asma bronkial serta pemberian posisi condong ke depan (CKD) saat melakukan Pursed
Lip Breathing yang diharapkan mampu meningkatkan saturasi oksigen pasien asma bronkial lebih
maksimal.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai  0,000 dimana  0,000 <  0,05 yang artinya terdapat
pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap Saturasi Oksigen SpO2, Denyut Nadi, Serta Frekuensi
Pernapasan.

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep, Proses dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika

Aziz, A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisa Data. Penerbit Salemba Medika:
Surabaya

Bartoces, G. M., Severson, K. R., Rusin, A.B., Schwartz, L.K. Ruterbuch, J.J.,Neale, V. A. (2009). Quality
of Life and Self Esteem of Long Term Survivors of invasive and Noninvasive Cervical Cancer.
Journal of Women’s Health, Vol. 18, No.5. Doi: 10.1089/jwh.2008.0959

Bickley, LS. (2013). BATES Buku Ajar Pemeriksaan Fisik. Edisi 11. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Black, J. M., & Hawk, J.H. (2005). Medical Surgical nursing. Clinical management for posi tive
outcomes. (7th Ed). St. Louis: Elsevier. Inc\

Chepy, W. (2015). Pengaruh Pursed Lip Breathing Exercise terhadap Arus Puncak Ekspirasi
(APE) pada pasien Bronkitis Kronik di Poli Spesialis Paru B Rumah Sakit Paru Kabupaten
Jember. Skripsi Universitas Jember, Jember.

Cohen, dkk. (2007). Research Methods in Education Sixth Edition. Routledge Falmer.
London.

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku saku patofisioligi. EGC. Jakarta

Edward Ringel, MD. (2012). Buku Saku Hitam Kedokteran Paru, PT. INDEKS, Jakarta.

Edwin, H. (2013). Pengaruh Pursed Lip Breathing Terhadap Penurunan Respiratory Rate (RR)
dan peningkatan Pulse Oxigen Saturation (SpO 2) Pada Penderita PPOK. Skripsi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Guyton & Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Guyton, A. C., & Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC

208
Hafiizh, M. (2018). Pengaruh Pursed Lip Breathing terhadap penurunan Respiratory Rate (RR)
dan peningkatan pursed oxygen saturation (SPO2) Pada penderita asma bronkial. e-
respiratory Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

Herru & Priatna, H. Penambahan Resistance Exercise Pada Senam Aerobik Lebih Baik
Terhadap Penurunan Denyut Nadi. Journal Fisioterapi.

Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika

Iswita, dkk. (2013). Pemberian Diapragmatic Breathing Sama Baik Dengan Pursed Lip
Breathing Dalam Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi Pada Perokok Aktif Anggota
Club Motor Yamaha Vixion Bali Di Denpasar

Kassenda, I., Marunduh, S & Wungaouw, H. (2014). Perbandingan Denyut Nadi Antara Penduduk Yang
Tinggal Di Dataran Tinggi Dan Dataran Rendah. Journal E-Biomedik.

Kowalski & Rosdahl. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi ke 10. Jakarta: EGC Kozier and

Erb. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Kozier and Erb. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Volume : 1, edisi : 7, EGC: Jakarta

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho. (2009). Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma. Medikora vol 4 (71-91)

Nurarif, A.H. & Hardi. (2013). Handbook for Health Student. Jogjakarta: Mediaction
Publishing

Patricia. dkk. (2012). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik (Critical Care Nursing
: A Holistic Approach) Volume 1. Jakarta. EGC

Riskesdes. (n.d.). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI


Tahun 2018. Diperoleh tangga 11 Oktober
2020dari.http://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8f00/files/
Hasil_riskesd as-2018_1274.pdf.

Rochimah, dkk. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik (KDPK). Jakarta: Penerbit Trans Info
Media Jakarta.

Sandi, N.I. (2013). Hubungan Antara Tinggi Badan, Berat Badan, Indeks Massa Tubuh, dan Umur
terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport and Fitness Journal.

Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Smeltzer, SC & Bare, B.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan medikal bedah edisi 8 volume 1.
Diterjemahkan oleh Agung Waluyo Jakarta: EGC

209
Smeltzer, SC & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan medikal bedah edisi 8 volume
2.
Diterjemahkan oleh Agung Waluyo Jakarta: EGC

Stilwell. 2012. Pedoman Keperawatan Kritis Edisi 3. Jakarta. ECG

Syaiffudin. (2009). Anatomi Tubuh Manusi a Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Tanaka S, Deanna KW, Seligman PJ. Prevalance and Work- Relatedness of Self Reported Carpal
Tunnel Syndrome among U.S. Worker: Analysis of the Occupational Health Supplement
Data of 1998 National Health Interview Survey. Am J Ind Med 1995; 27:451-70.

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. EGC. Jakarta.

World Health Organization (WHO). (2010). Global status report on noncommunicable


disease.

Yunus, F. (2005). Evaluasi Faal Paru Prabedah dalam buku: Pulmunologi Klinik. Ed:
Faisal Y, Menaldi R.A. Hudoyo, A. Mulawarman, Swidarmoko B. Jakarta: Bagian
Pulmonologi FK-UI.

Rakhmawati. (2017). Gambaran Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Skripsi


pada Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.

Safrizal ZA. (2020). Pedoman Umum Menghadapi Pademi COVID-19. . Tim Kerja Kementerian
Dalam Negeri. Jakarta.

Vellyana, dkk. (2017). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Kecemasan


pada
Pasien Pre-Operasi di RS Husada Pringsewu

Walean, C. J. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa di Masa


Pandemi COVID-19.

WHO. 26 March. (2020). Critical Preparedness. Readliness and Response Actions for Covid- 19.
BAB I

PENDAHULUAN

Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
atau manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas pada manusia
mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan
menyebabkan penyakit COVID-19.

Pada akhir tahun 2019, negara di dunia dan termasuk Indonesia dilanda adanya new
amerging infectious disease, yang disebabkan oleh Coronavirus Disease (Covid-19), sehingga World
Health Organization (WHO) telah menetapkan pandemi Coronavirus sebagai keadaan darurat
kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian dunia internasional (Güner et al., 2020). Pada
kasus yang parah, pasien coronavirus dapat diperburuk dengan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS), gagal multiorgan, syok sepsis, gagal jantung akut yang memerlukan perawatan
secara intensif (World Health Organization, 2020). Hipoksemia pada ARDS terjadi akibat
ketidaksesuaian ventilasi-perfusi intrapulmoner yang membutuhkan alat bantu nafas. Salah satu
cara mengembalikan fungsi ventilasi oksigenasi paru, dari perburukan ARDS akibat covid-19 salah
satu diantaranya prone position. Prone position pada pasien coronavirus saat ini sedang banyak
diteliti, karena berperan dalam pencegahan terjadinya respiratory failure atau kondisi kegagalan
pernafasan yang memerlukan alat bantu pernafasan dari mesin ventilator. Upaya ini menjadi
pilihan alternatif agar pasien dengan manifestasi klinis yang bergejala ringan dan sedang
tidak mengalami perburukan kondisi.

Berdasarkan latarbelakang diatas penulis tertarik membuat telaah kritis terhadap


jurnal “Effects of Prone Position on the Severity of Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) in
Covid-19 Patients”
BAB II
CRITICAL APPRAISAL

A. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian pre eksperimental (tidak ada variable
kontrol dan sampel tidak dipilih secara random) dengan rancangan one group pretest-
post test.
B. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kopang.
C. Tujuan penelitian
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik Pursed Lip Breathing
Terhadap Saturasi Oksigen, Denyut Nadi dan Frekuensi Pernapasan Pada Pasien
Asma Bronkial

D. Populasi
Penderita asma bronkial yang pernah berobat di Puskesmas Kopang pada tahun 2018
adalah 400 pasien dan meninggal 27 orang, pasien yang menjalani rawat inap pada
tahun 2019 adalah 310 pasien.

E. Besar sampel
Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 30 sampel.

F. Validitas dan reabilitas alat ukur

Cara pengumpulan data menggunakan kuisioner dan checklist analisa dan uji Wilcoxon

G. Metode statistic
Uji Statistika menggunakan Wilcoxon diperoleh peningkatan saturasi oksigen p value
0,000 < α= 0,05, dan penurunan denyut nadi serta frekuensi pernapasan yaitu p value
0,000 < α= 0,05.

H. Kejadian yang tidak diinginkan


Hasil penelitian mempunyai kekurangan dan memerlukan penelitian yang lebih baik
yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak
sehingga akan didapatkan hasil yang lebih kuat dan lebih mewakili populasi umum pasien
asma bronkial
I. Data dasar
Peneliti tidak menyampaikan data dasar bahwa menurut Elharrar et al prone position
meningkatkan oksigenasi pada 40% pasien yang dapat mentoleransi posisi pronasi ≥ 3
jam pasien coronavirus dengan tanda dan gejala klinis ringan-sedang, dimana terjadi
peningkatan PaO2 dari rerata 73,6 mmHg menjadi 94,9 mmHg .

J. Signifikansi statistic

signifikasi statistik yang ditetapkan peneliti adalah p-value <0,05.


K. Efek perlakuan
Dalam penelitian ini Hasil analisis derajat keparahan ARDS berdasarkan skor LIS pada 32
pasien covid-19 yang terpasang NIV sebelum diberikan perlakuan prone position
didapatkan rata-rata skor LIS 3.47 sedangkan rata-rata skor LIS sesudah dilakukan
perlakukan prone position sebesar 2.89. Hasil Analisa berdasarkan normalitas data
didapatkan distribusi data tidak normal dan hasil uji analisa wilcoxon signed ranks test
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05).
L. Hasil
Berdasarkan hasil Hasil Analisa normalitas data didapatkan distribusi data tidak normal
dan hasil uji analisa wilcoxon signed ranks test pada tabel 5 didapatkan nilai p-value
sebesar 0,000 (p-value < 0,05) yang artinya terdapat pengaruh pemberian prone
position terhadap Derajat keparahan ARDS pada pasien coronavirus disease-19. dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian prone position terhadap Derajat
keparahan ARDS pada pasien coronavirus disease-19.
M. Perbandingan hasil dengan penelitian sebelumnya
Penelitian ini menunjukkan keterbaharuan yaitu implikasi klinis pemberian prone
position pada pasien ARDS dengan penggunaan NIV. Sedangkan penelitian lain dari Milan
Italia, menyatakan bahwa prone position dapat meningkatkan saturasi oksigen (SpO2)
pada pasien covid-19.

N. Manfaat penelitian ditempat lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi yang baik dalam pemberian intervensi
keperawatan pada pasein dewasa Covid-19 yang mengalami gangguan penapasan dengan
memakai metode Posisi pronasi untuk mengurangi derajat keparahan ARDS.
O. Kesimpulan
Berdasarkan telaah jurnal yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa prosedur
penelitian yang dilakukan peneliti sudah baik. Desain penelitian sudah sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan desain quasy experimental
pendekatan one group pre test-post test design. Penentuan populasi sudah terarah,
peneliti juga sudah menetapkan batasan karakteristik sampel. Sampel yang digunakan
sebesar 32 responden. Peneliti mengumpulkan data menggunakan sop dan lembar
observasi. Dalam penelitian ini, metode statistik yang digunakan uji analisa wilcoxon
signed ranks test. Sedangkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
didapatkan distribusi data tidak normal dan hasil uji analisa wilcoxon signed ranks test
pada tabel 5 didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,05) yang artinya
terdapat pengaruh pemberian prone position terhadap Derajat keparahan ARDS pada
pasien coronavirus disease-19.
Daftar Pustaka

Who. 2022. Pertanyaan dan jawaban terkait Coronavirus diakses tanggal 13 Oktober 2022 (15.00),
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public

Güner, R., Hasanoğlu, İ., & Aktaş, F. (2020). Covid-19: Prevention and control measures in community.
Turkish Journal of Medical Sciences, 50(SI-1), 571–577. https://doi.org/10.3906/sag-2004-
146

World Health Organization. (2020). Covid-19 Situation Report. World Health Organization, 31(2), 61–66

S. Setiyawan., Wahyu Rima Agustin, Noviana Nur Zaidah (2022). Pengaruh Posisi Pronasi terhadap
Derajat Keparahan Acute Respiratory. Distress Syndrome (ARDS) pada Pasien Covid-19
https://journal.lppm-
stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/415/130

Anda mungkin juga menyukai