Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton
Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Pengujian
Bahan Politeknik Negeri Kupang, untuk bahan yang di periksa adalah agregat kasar
dan agregat halus sedangkan Semen Portland hanya dilakukan pengujian secara
visual dengan melihat pakah smen tersebut terdapat smen yang memadat atau
membeku. Dari hasil pemeriksaan bahan penyusun beton didapat hasil sebagai
berikut:
A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir Takari)
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
Berdasarkan SNI 03-1968-1990, analisis saringan agregat ialah penentuan
persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-
angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Hasil pemeriksaan
dapat dilihat dalam Tabel 4.1, Gambar 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Analisa Saringan Agregat Halus
Ukuran Komulatif Komulatif % Komulatif % %
Saringan Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif Komulatif
(mm) Tertahan Lolos
NO Mm (A) (B) (A) (B) Rata-rata Rata-rata

- 36,1 0 0 0 0 0,00 100


- 25,4 0 0 0 0 0,00 100
- 19 0 0 0 0 0 100
- 9,50 71,7 74 7,17 4,25 5,71 94,29
4 4,75 137,9 135,5 13,79 7,79 10,79 89,21
8 2,00 259,1 231,3 25,91 13,29 19,60 80,40
16 1,18 412,2 379,6 41,22 21,82 31,52 68,48
30 0,60 543,1 521,4 54,31 29,97 42,14 57,86
50 0,30 684 691,4 68,40 39,74 54,07 31,60
100 0,15 959 1042,9 95,90 59,94 77,92 4,10
200 0,08 1000 1740 100 100 100,00 0,00
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sample A dan B agregat kasar pada
tabel diatas, maka diperoleh grafik gradasi berikut ini.
100

Persen Butir Lolos (%)


80

60

40

20

0
0.075 0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6

Ukuran Saringan (mm)


Minimal Tipe 2 Maksimal Tipe 2
Rata-rata lolos komulatif

Gambar 4.1 Graradasi agregat halus

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sample A dan B agregat halus


(Pasir Takari) pada table diatas, didapat bahwa gradasi agregat halus termasuk
dalam daerah gradasi no. 2, yaitu pasir agak kasar.
2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus mengacu pada SNI 03-
1970-1990 dan SNI 03-1969-1990 untuk pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat kasar. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis curah, berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu, dan angka penyerapan
daripada agregat.
Tabel 4.2 Pengujian berat jenis dan penyerapan air
Sample
Item Satuan Notasi
I II
Berat SSD Gram 500 500 Bj
Berat Pikno + Air Gram 684,5 684,5 Ba
Berat Pikno + Air + Sample Gram 991,7 991,2 Bt

Berat Kering Gram 486,9 485,7 Bk


Sumber : Hasil penelitian, 2022
Berdasarkan table 4.2 di atas, maka hasil pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat halus adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil perhitungan berat jenis dan penyerapan air
Sample
Perhitungan Rumus Rata – Rata
I II

Berat Jenis Curah 2,53 2,51 2,52

Berat Jenis SSD 2,59 2,59 2,59

Berat Jenis Semu 2,71 2,71 2,71

Persentase
x100% 2,69 2,94 2,82
Penyerapan
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Dari tabel hasil pengujian di atas didapat berat jenis dan penyerapan agregat
halus dapat disimpulkan:
a. Berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal menyatakan bahwa nilai berat jenis (kering
permukaan) agregat halus untuk pasir halus tak dipecah adalah maksimal
2.50, sehingga berat jenis dari agregat halus ini belum memenuhi standar yang
telah ditentukan.
b. Berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal menyatakan bahwa nilai penyerapan air agregat
halus untuk pasir halus tak dipecah adalah < 3,1%, sehingga persentasi
penyerapan dari agregat halus ini memenuhi standar yang telah ditentukan.
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Pengujian kadar air agregat halus bertujuan untuk mengtahui kandungan air
yang terdapat pada agregat. Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.3
berikut.
Tabel 4.4 Pengujian kadar air agregat halus
Benda uji ke 1 Benda uji ke 2
Massa Wadah + Benda Uji 2063,6 2119,6
Massa Wadah 780,8 809,7
Massa Benda Uji ( W1) 1282,8 1309,9
Massa Wadah + Benda Uji Kering Oven 2038 2095,9
Massa Wadah 780,8 809,7
Massa Benda Uji Kering Oven (W2) 1257,2 1286,2
Kadar Air Total (P = W1-W2/ W2 x 100% 2,04 1,84
Kadar Air Total (P) Rata-Rata 1,94
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Berdasarkan SK-SNI-15-1990-30 Bab 4 Pengerjaan Perencanaan Campuran
Beton, disebutkan bahwa Kadar air agregat halus harus memenuhi harga < 6.5 %.
Hal ini menunjukan bahwa agregat halus pengujian ini layak digunakan karena
persentase kadar air 1,94 % atau lebih kecil dari maksimal ketentuan yang berlaku.
4. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus
Prosedur pengujian berat isi agregat halus dan kasar pada penelitian ini
mengacu pada SNI 03-4804-1998 tentang pengujian berat isi dan rongga udara
dalam agregat.
Tabel 4.5 Berat isi agregat halus
Berat Volume Padat Gembur Padat Satuan
Volume Silinder (V) 9326,04 9326,04 cm3
Berat Silinder (W1) 7930,27 7930,27 Gram
Berat Silinder + Benda Uji (W2) 11400,8 13100,0 Gram
Berat Benda Uji (W3 = W2-W1) 3470,5 5169,7 gram/cm3
Bobot Isi W3/V 0,372 0,554 gram/cm3
Rata – Rata 0,463 gram/cm3
Sumber : Hasil penelitian, 2022

Dari tabel di atas diperoleh berat isi rata-rata untuk pasir takari yaitu 0,463
gram/cm3.
5. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Halus
Pengujian kadar lumpur bertujuan untuk mengetahui banyaknya kandungan
lumpur pada agregat. Pada pengujian ini agregat diuji dengan caradi cuci bersi
tertahan pada saringan nomor 200. Hasil pemeriksaan selengkapnya tentang kadar
lumpur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Kadar lumpur agregat halus
No Contoh I II
Benda Uji Kering Oven
W1 502 500,2
Sebelum Dicuci (gram)
Berat Benda Uji Kering Oven
W2 456,8 438,2
(gram)
Kadar Butir Lolos Ayakan N0.
(W1- W2 / W1) x 100 9,00 12,40
200 (%)
Kadar Lumpur Rata-Rata(100%) 10,70
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Dari tabel di atas diperoleh kadar lumpur agregat halus rata-rata diperoleh
sebesar 10,70% , lebih besar dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F
tentang spesifikasi bahan bangunan bagian A bahwa untuk beton normal
kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5%.
B. Hasil Pengujian Agregat Kasar
1. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada sample A dan B agregat
kasar didapat bahwa gradasi agregat kasar termasuk dalam daerah gradasi no. 3.
Hasil pemeriksaan dapat dilihat dalam Tabel 4.4, Gambar 4.2 berikut.
Tabel 4.7 Gradasi Agregat Kasar
Ukuran %
Komulatif Komulatif % Komulatif % Komulatif
Saringan Komulatif
Tertahan Tertahan Tertahan Lolos
(mm) Tertahan
Rata-rata
No Mm (A) (B) (A) (B) Rata-rata
- 36,1 0 0 0,00 0,00 0,00 100,00
- 25,4 0 0 0,00 0,00 0,00 100,00
- 19 274,9 139,6 13,58 7,13 10,35 89,65
- 9,5 1817,8 1664,6 89,79 85,00 87,39 12,61
4 4,75 2020,4 1928,7 99,79 98,48 99,14 0,86
8 2 2022,4 1930,6 99,89 98,58 99,24 0,76
16 1,18 2022,5 1930,9 99,90 98,60 99,25 0,75
30 0,6 2022,6 1931 99,90 98,60 99,25 0,75
50 0,3 2023,1 1945,8 99,93 99,36 99,64 0,36
100 0,15 2023,7 1957,6 99,96 99,96 99,96 0,04
200 0,075 2024,6 1958,4 100,00 100,00 100,00 0,00
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sample A dan B agregat kasar
pada tabel di atas, maka diperoleh grafik gradasi berikut ini.
100 100 100 100
95
90 89.65
Persentase Lolos Saringan (%)

80
70
60 60
50
40
35
30
20
10 10 12.61 10
0 0.86 0
2.4 4.8 9.6 19.2 38.4
Ukuran Saringan
Minimal Tipe 3 Maksimal Tipe 3 Rata-rata lolos komulatif

Gambar 4. 2 Graradasi agregat kasar

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan sample A dan B agregat kasar


tabel diatas, didapat bahwa gradasi agregat kasar termasuk dalam daerah gradasi
no. 3.
2. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar mengacu pada SNI 03-
1970-1990 dan SNI 03-1969-1990 untuk pengujian berat jenis dan penyerapan
agregat kasar. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis curah, berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu, dan angka penyerapan dari
pada agregat.
Tabel 4.8 Berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Sample
Item Notasi
I II
Berat SSD 1235,4 1216 Bj
Berat Dalam Air 778,6 767,2 Ba
Berat Kering 1225 1209,2 Bk
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Dari data hasil pengujian di atas, berikut hasil pengujian berat jenis curah,
berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu, dan angka
penyerapan dari pada agregat kasar.
Tabel 4.9 Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Sample Tab
Perhitungan Rumus Rata – Rata
I II
el
Berat Jenis Curah 2,68 2,69 2,69
4.9
Berat Jenis SSD 2,70 2,71 2,71 Ber
at
Berat Jenis Semu 2,74 2,74 2,74
jeni
Persentase
x100 0,85 0,56 0,71
Penyerapan s
dan penyerapan agregat kasar
Berdasarkan tabel di atas bisa disimpulkan bahwa berat jenis penyerapan
agregat kasar memenuhi persyaratan SNI yang ditetapkan.
3. Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetauhui kandungan yang terdapat
pada agregat, yang nantinya akan dipertimbankan untuk koreksi volume air saat
mix desing. Untuk hasil selengkapnya pengujian kadar air Agregat Kasar kerikil
dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.10 Kadar air agregat kasar
Benda uji ke 1 Benda uji ke 2
Massa Wadah + Benda Uji 3588,5 3792,6
Massa Wadah 792,6 894,9
Massa Benda Uji ( W1) 2795,9 2897,7
Massa Wadah + Benda Uji Kering Oven 3577,5 3781,4
Massa Wadah 792,6 894,9
Massa Benda Uji Kering Oven (W2) 2784,9 2886,5
Kadar Air Total (P = W1-W2/ W2 x 100% 0,39 0,39
Kadar Air Total (P) Rata-Rata 0,39
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Dari tabel di atas diperoleh persentase kadar air dari agregat kasar sebesar 0,39.
4. Pemeriksaan Berat Isi Agregat Kasar
Prosedur pengujian berat isi agregat halus dan kasar pada penelitian ini
mengacu pada SNI 03-4804-1998 tentang pengujian berat isi dan rongga udara
dalam agregat. Untuk hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Berat isi agregat kasar
Berat Volume Padat Gembur Padat Satuan
Volume Silinder (V) 9326,04 9326,04 cm3
Berat Silinder (W1) 7930,27 7930,27 Gram
Volume Silinder + Benda Uji (W2) 21200,4 23200,7 Gram
Berat Bendaa Uji (W3 = W2-W1) 13270,13 15270,43 gram/cm3
Bobot Isi W3/V 1,423 1,637 gram/cm3
Rata – Rata 1,530 gram/cm3
Sumber : Hasil penelitian, 2022

Dari hasil pengujian diatas maka diperoleh berat isi rata-rata agregat kasar
yaitu 1,530, dengan nilai berat isi gembur lebih kecil dari pada berat isi tusuk atau
dipadatkan.
5. Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat Kasar
Kebersihan agregat merupakan salasatu hal yang harus diperhatikan,maka
oleh karena itu perluh dilakukan pegujian kadar lumpur yang terkandung pada
agregat. Untuk hasil pengujian dan analisis hitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Kadar lumpur agregat kasar
No Contoh I II
Benda Uji Kering Oven
W1 2003,3 1987,1
Sebelum Dicuci (gram)
Berat Benda Uji Kering
W2 2002,8 1986,8
Oven (gram)
Kadar Butir Lolos Ayakan
(W1- W2 / W1) x 100 0,02 0,02
N0. 200 (%)
Kadar Lumpur Rata-Rata(100%) 0,02
Sumber : Hasil penelitian, 2022
Kadar lumpur agregat kasar rata-rata diperoleh sebesar 0,02 % , lebih kecil
dari batas yang ditetapkan pada SK SNI S-04-1989-F tentang spesifikasi bahan
bangunan bagian A bahwa untuk beton normal kandungan lumpur tidak boleh
lebih dari 1%.
6. Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar
Pengujian ini adalah untuk mengetahui angka keausan tersebut, yang
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus lolos saringan No.
12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen. Hasil pengujian yaitu, sebagai
berikut:
Sample 1 :
a = 5000 gram
b = 3859,3 gram

= 22,81%
Sample II :
a = 5000 gram
b= 3854,5 gram

= 22,91%

Keausan agregat rata-rata = 22,81+ 22,91


2
= 22,86 %
Keausan butir batu pecah yang diperoleh dari hasil pemeriksaan adalah
22,86 % lebih kecil dari batas maksimum yang ditetapkan yaitu, bahwa kekerasan
atau kekuatan agregat kasar untuk beton normal tidak boleh lebih dari 40 %
apabila agregat kasar diuji dengan mesin Los Angeles (Tjokrodimuljo, 2007).
4.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Desing)
Perencanaan Mix Design pada penelitian ini mengacu pada SNI 03-2834-
2000 tentang tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. Mix
Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memillih bahan yang
cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton dengan
kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan se-ekonomis mungkin.
Perencanaan campuran beton dengan data sebagai berikut:
Mutu beton, f’c = 25 Mpa, benda uji silinder, umur 28 hari, cacat maksimum
5%. Ukuran butir agregat maksimum 40 mm. Semen tipe I. Agregat halus
alami, agregat kasar batu pecah. Slump 120±20 mm. Permukaan agregat
termasuk kasar dan hasil analisa saringan agregat halus :

Tabel 4.13 Hasil analisa saringan agregat halus


UKURAN PERSENTASE KOMUATIF
SARINGAN LOLOS RATA-RATA (%)
(mm)
A. Kasar A. Halus
36,1 100 100
25,4 100 100
19 89,65 100
9,5 12,61 94,29
4,75 0,86 89,21
2 0,76 80,40
1,18 0,75 68,48
0,6 0,75 57,86
0,3 0,36 31,60
0,15 0,04 4,10
0,075 0,00 0,00
Sumber: Hasil penelitian
Tabel 4.14 Sifat fisik agregat halus
Sifat Agregat Ag. Halus Ag. Kasar
Berat Jenis 2,59 2,71
Penyerapan Air (%) 2,82 0,71
Kadar Air (%) 1,94 0,02
Sumber: Hasil penelitian
Langkah-langkah penyelesaian :
1) fc’ = 25 Mpa, benda uji berbentuk silinder dan direncanakan uji pada hari ke
28, dengan cacat maksimum 5%.
2) Deviasi standar ditentuhkan dari tabel berikut, dimana volume beton 1000 –
3000 m3 ( Beton normal).
Tabel 4.15 Deviasi standar sebagai ukuran mutu pelaksanaan
Isi pekerjaan Deviasi standar (Mpa)

Sebutan Volume beton Baik sekali Baik Dapat


(m3) diterima

Kecil 1000 4,5 S 5,5 5,5 S 6,5 6,6 S 8,5


Sedang 1000 – 3000 3,5 S 4,5 4,5 S 5,5 6,5 S 7,5
Besar 3000 2,5 S 3,5 3,5 S 4,5 4,5 S 6,5

Sumber : SNI 03-2834-2000


Dari tabel di atas, di dapat S = 3,5 Mpa.
3) Margin, M = k.S = 1,64 x 3,5 = 5,828 Mpa,
Keterangan: k = 1,64 (untuk kegagalan/ cacat maksimum 5%).
4) Kuat tekan rata-rata yang direncanakan,
f’cr = f’c + M
= 25 + 5,828 = 30,83 Mpa.
5) Jenis semen yang digunakan yaitu semen Portland Composite Cement (PCC).
6) Agregat halus alami, agregat kasar batu pecah.
7) Tentukan faktor air-semen (fas) mengikuti langkah berikut :
Dari Tabel 4.16 (SNI-2000), perkiraan nilai kuat tekan beton pada umur 28
hari.
Tabel 4.16 Perkiraan nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari.
Kekuatan tekan (Mpa), Bentuk
Jenis semen Jenis agregat pada umur (hari) benda uji
Kasar
3 7 28 91
Semen Portland Batu tak 17 23 33 40 Silinder
tipe I atau dipecah 19 27 37 45
semen tahan Batu pecah
sulfat tipe II,V Batu tak 20 28 40 48
Kubus
dipecah 23 32 45 54
Batu pecah
Batu tak 21 28 38 44
Semen Silinder
dipecah 25 33 44 48
Portland tipe Batu pecah
III Batu tak 25 31 46 53
dipecah 30 53 60 Kubus
40
Batu pecah
Sumber : SNI 03-2834-2000
Selanjutnya dari Gambar 4.3 diperoleh fas = 0,56

37 Mpa

30,83 Mpa

Fas 0,56

Gambar 4.3 Menentukan nilai fas


8) Berdasarkan Tabel 1 (SNI-2000) Fas maksimum untuk beton di luar ruang
bangunan dimana tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung
adalah 0,60.
9) Nilai slump = 80-120 mm.
10) Ukuran butir nominal agregat maksimum = 40 mm.
11) Kadar air bebas ditentukan dengan tabel di bawah ini.

Tabel 4.17 Perkiraan kadar air bebas (kg/m3)


butir agregat Slump (mm)
maksimum
Ukuran besar Jenis agregat 0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 – 180
Batu tak dipecah 150 180 205 225
10 mm Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecah 135 160 180 195
20 mm
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecah 115 140 160 175
40 mm
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber : SNI 03-2834-2000
Dari tabel diatas maka di peroleh kadar air bebas, yaitu:
=2/3 Wh + 1/3 Wk
= 2/3*175 + 1/3*205 = 185 liter
Karena permukaan agregat termasuk kasar, kadar air harus ditambah 10 liter =
185 + 10 = 195 liter.
12) Jumlah semen = 195 : 0,56 = 348, 21 kg.
13) Kadar semen maksimum dianggap tidak ditetapkan.
14) Kadar semen minimum, berdasarkan (SNI-2000) Beton di luar ruang bangunan
yang tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung = 325 kg.
15) Tidak perlu penyesuaian fas.
16) Tipe gradasi agregat halus menurut Gambar 12 (SNI-2000) adalah Tipe 2.
Gambar 4.4 Gradasi agregat halus

17) Persentase agregat halus dengan agregat zona 2

48%

38%

0,56

Gambar 4.5 Menentukan persentase agregat halus proporsi agregat halus untuk ukuran
butir maksimum 20 mm

Berdasarkan Gambar 4.5 persentase agregat halus adalah 38 – 48%, ambil rata-
rata yaitu 43%.
18) Persentase agregat halus berdasarkan poin 17 adalah 100 – 43% = 57 %
19) Berat jenis relatif = (0,43 x 2,59) + (0,57 x 2,71) = 2,6584
20) Berat beton basah:
2390
2,65

Gambar 4.6 Menentukan nilai berat beton basah

Menurut Gambar 4.6 di atas, diperoleh nilai berat beton basah= 2390 kg.
21) Kadar agregat gabungan = 2390 – (195 + 325) = 1870 kg

22) Kadar agregat halus = 0,43 x 1870 = 804,1 kg

23) Kadar agregat kasar = 1870 – 804,1 = 1065,9 kg

24) Proporsi campuran dengan basis agregat SSD :


Tabel 4.18 Proporsi campuran dengan basis agregat SSD
Semen = 325 kg (1)
Air = 195 kg (0,60)
Agregat halus = 804,1 kg (2,47)
Agregat kasar = 1065,9 kg (3,27)
Sumber: Hasil penelitian
23) Koreksi campuran berdasarkan kondisi agregat saat pelaksanaan.
Semen tetap = 325 kg
Air = 195 - (1,94–2,82) x 804,1 /100 - (0,3 - 0,71) x 1065,9 /100
= 195 - 7,07608 - 4,37019
= 182,92 lt
Agregat halus = 804,1 + (1,94 – 2,82) x 804,1 /100
= 804,1 – 7,07608
= 979,02 kg
Agregat kasar = 1065,9 + (0,3 – 0,71) x 1065,9 /100
= 1065,9 – 4,37019
= 1061,53 kg
Dari hasil di atas maka, didapat kebutuhan bahan untuk pembuatan satu
benda uji silinder dengan ukuran 15 cm x 30 cm (0,00530357 m3) yaitu:
Bahan Berat 1m3 Berat 1 silinder Satuan
Air 182,92 0,969 Kg/m3
Semen 325 1,723 Kg/m3
Pasir 979,02 5,192 Kg/m3
Kerikil 1061,53 5,630 Kg/m3
Sumber: Hasil penelitian
Sehingga campuran material yang dibutuhkan dalam satu kali pengecoran
untuk masing- masing benda uji terdapat pada tabel berikut:
1. Benda uji tanpa asam fosfat
Pembuatan benda uji tanpa campuran asam fosfat ini bertujuan untuk
membandingkan nilai kuat tekan beton dengan yang ditambahkan asam fosfat.
Berikut adalah kebutuhan material yang akan digunkan.
Tabel 4.19 Hasil mix design untuk benda uji tanpa asam fosfat
Bahan Berat Berat 5 Sampel Satuan
Air 0,969 4,845 Liter
Semen Tonasa 1,723 8,615 Kg
Pasir Takari 5,192 25,96 Kg
Kerikil Lokal 5,630 28,15 Kg
Sumber : Hasil penelitian, 2022
2. Benda uji dengan variasi asam fosfat
Pembuatan benda uji campuran asam fosfat ini bertujuan untuk
mengetahui nilai kuat tekan beton yang ditambahkan asam fosfat dengan
konsentrasi 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, dan 300 ppm terhadap volume air.
Kebutuhan asam fosfat di hitung menggunakan rumus 2.8, sedangkan
kebutuhan bahan material lain sesuai pada tabel 4.19 di atas. Berikut adalah
kebutuhan asam fosfat yang di gunakan untuk satu kali pencampuran.
Konsentrasi asam Tambahan zat 1 Tambahan zat 5 Nilai FAS
fosfat sampel (gr) sampel (gr)
150 ppm 0,14535 0,72675 0,56
200 ppm 0,1938 0,969 0,56
250 ppm 0,24225 1,21125 0,56
300 ppm 0,2907 1,4535 0,56
Dari hasil mix desing di atas, jumlah kebutuhan bahan untuk membuat 24
sample adalah sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hasil mix design untuk 24 benda uji
Bahan Berat 25 Sampel Perbandingan Satuan
Air 24,225 1 Liter
Semen Tonasa 43,075 1,7 Kg
Pasir Takari 129,8 5,3 Kg
Kerikil Lokal 140,75 5,8 Kg
Asam fosfat 0,00436 0,0002 Kg
Sumber : Hasil penelitian, 2022
4.4 Hasil Uji Beton
A. Pengujian Slump
Pada penelitian ini nilai slump rencana yaitu 80-120 mm. Hasil pengujian
slump beton pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.24 Hasil pengujian slump
Beton tanpa tambahan Beton dengan tambahan asam fosfat
asam fosfat 150 ppm 200 ppm 250 ppm 300 ppm
11,2 cm 9,5 cm 10,5 cm 10 cm 11,5 cm
Sumber: Hasil penelitian 2022
Berdasarkan tabel di atas, nilai slump yang didapat sesuai target yang di
rencanakan.

(a) (b)
Gambar 4.7 (a) Pengisian campuran pada alat slump,
(b) Pengukuran hasil slump
B. Uji Kuat Tekan Beton
Pengujian terhadap silinder ( 15 x 30 cm) dengan fc’ 25 Mpa pada umur 28
hari. Pada penelitia ini campuran dibuat sesuai mix desing untuk 6 benda uji tanpa
penambahan, sehingga mengalami kekurangan 1 benda uji dari setiap sampel yang
disebabkan adanya sebagian campuran yang melekat pada alat kerja. Hasil
pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.25 Hasil pengujian kuat tekan beton
Ukuran Kuat
Molaritas Beban Tekan
Luas
Asam Berat Diameter Tinggi Max Mpa Rata- Keterangan
(mm2)
Fosfat (mm) (mm) (KN) Rata
(Mpa)
12318,9 150 300 17662,5 505 28,8
12330,2 150 300 17662,5 510 28,8 Kuat tekan beton
0 ppm 12500,9 150 300 17662,5 515 29,1 28,76 lebih dari kuat tekan
12271,0 150 300 17662,5 500 28,3 rencana
12271,5 150 300 17662,5 510 28,8
12423,8 150 300 17662,5 510 28,8
12265,9 150 300 17662,5 510 28,8 Kuat tekan beton
150ppm 12271,3 150 300 17662,5 510 28,8 28,86 lebih dari kuat tekan
12513,0 150 300 17662,5 515 29,1 rencana
12435,3 150 300 17662,5 510 28,8
12338,6 150 300 17662,5 500 28,3
12544,8 150 300 17662,5 470 26,6 Kuat tekan beton
200ppm 12534,8 150 300 17662,5 460 26 26,7 lebih dari kuat tekan
12411,4 150 300 17662,5 465 26,3 rencana
12373,1 150 300 17662,5 460 26
12406,4 150 300 17662,5 460 26
Kuat tekan beton
12294,2 150 300 17662,5 450 25,4
250ppm 26,06 lebih dari kuat tekan
12286,7 150 300 17662,5 470 26,6
rencana
12356,0 150 300 17662,5 465 26,3
12362,9 150 300 17662,5 460 26
12243,9 150 300 17662,5 430 24,3
12517,7 150 300 17662,5 435 24,6 Kuat tekan beton
300ppm 12329,2 150 300 17662,5 430 24,3 24,48 kurang dari kuat
12445,0 150 300 17662,5 435 24,6 tekan rencana
12551,6 150 300 17662,5 435 24,6
Sumber: Hasil penelitian 2022
40
28.86*
Kuat Tekan (Mpa)

28.76 26.7 26.06*


30 24,48

20
Kuat tekan
10 rencana

0
0 ppm 150 ppm 200Variasi
ppm 250 ppm 300 ppm
asam fosfat
Keterangan: (n* tidak di gunakan karena ada penambahan air saat…
Gambar 4.8 Grafik kuat tekan beton
Berdasarkan hasil pengujian di atas, kuat tekan beton dengan bahan
tambahan tidak mencapai target kuat tekan rencana. Nilai kuat tekan beton
menurun jika kadar asam fosfat semakin tinggi.
Pada penelitian sebelumya untuk lingkungan yang bersifat netral (pH 7),
nilai maksimum dicapai pada nilai konsentrasi Asam Karboksilat sebesar 320
ppm. Asam Karboksilat dapat mempengaruhi kuat tekan yang dimiliki oleh beton.
Penambahan inhibitor Asam Karboksilat (Calcon Carboxylic) kedalam campuran
beton akan menimbulkan efek menurunnya mutu yang dimiliki oleh beton.
Penurunan terjadi dengan variasi asam fosfat yang artinya sudah tidak efektif
digunakan, sehingga menyebabkan kuat tekan beton menurun.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 5.9 (a) Pembuatan benda uji, (b) Hasil cetakan benda uji,
(d) Pengujian kuat tekan beton

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran TA Kuat Tekan Beton
    Lampiran TA Kuat Tekan Beton
    Dokumen19 halaman
    Lampiran TA Kuat Tekan Beton
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat
  • 1308 4046 2 PB
    1308 4046 2 PB
    Dokumen8 halaman
    1308 4046 2 PB
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat
  • Penting Mix
    Penting Mix
    Dokumen16 halaman
    Penting Mix
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat
  • Modul TBK 2019-2020
    Modul TBK 2019-2020
    Dokumen90 halaman
    Modul TBK 2019-2020
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat
  • Bambu
    Bambu
    Dokumen26 halaman
    Bambu
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen16 halaman
    Bab 2
    Yohanes Berchemns Harsa
    Belum ada peringkat