Anda di halaman 1dari 32

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa adalah istilah untuk individu yang sedang mengejar pendidikan

tinggi di institusi seperti Sekolah Tinggi, Akademi, atau lebih umumnya

Universitas (Rizki, 2018). Dalam penelitiannya, Dariyo (2004) menyatakan

bahwa mahasiswa merupakan individu dalam tahap perkembangan akhir, yang

pada umumnya masih tergolong sebagai remaja. Monks (dalam Yulianti, 2019)

juga mengemukakan bahwa masa remaja global terjadi antara usia 12-21 tahun,

dengan tahapan usia 12-15 tahun sebagai masa remaja awal, 15-18 tahun sebagai

masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun sebagai masa remaja akhir. Pernyataan

ini sejalan dengan pandangan Rice (dalam Dariyo, 2004) bahwa sebagian besar

mahasiswa di perguruan tinggi dapat diklasifikasikan sebagai remaja.

Soetjiningsih (2007) menjelaskan beberapa tugas perkembangan yang

dihadapi oleh mahasiswa sebagai remaja, antara lain memperluas hubungan

interpersonal, berkomunikasi secara lebih matang, memperoleh peran sosial,

menerima dan menggunakan tubuh secara efektif, mencapai kebebasan emosional

dari orang tua, mencapai kemandirian dan kebebasan, mempersiapkan diri untuk

karir, perkawinan, dan kehidupan keluarga, serta mengembangkan dan

membentuk konsep moral. Menurut Arneet (dalam Rohyati & Purwandari, 2015),

masa transisi atau peralihan remaja yang dijalani oleh mahasiswa adalah waktu di

mana mereka mencari identitas melalui berbagai sumber seperti keluarga, teman

sebaya, masyarakat, dan media massa.


3

Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi

diharapkan mampu menyelesaikan studinya sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan. Orang tua juga berharap agar anak-anak mereka segera mendapatkan

gelar yang prestisius. Tuntutan dan dorongan baik dari diri sendiri, orang tua,

maupun pihak akademik dapat mempengaruhi motivasi mahasiswa dalam melihat

penyelesaian studi tepat waktu. Namun, kenyataannya, menyelesaikan studi

tidaklah mudah. Mahasiswa dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan

dalam perjalanan mereka untuk lulus dari Perguruan Tinggi. Salah satu kesulitan

yang sering dihadapi oleh mahasiswa adalah menyelesaikan tugas akhir atau

skripsi (Ulfah, 2010).

Menurut Poerwadarminta (1983), skripsi merupakan karya ilmiah yang

menjadi persyaratan dalam pendidikan akademis di Perguruan Tinggi. Semua

mahasiswa diwajibkan untuk mengambil mata kuliah penyusunan skripsi karena

skripsi menjadi salah satu prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Dalam

proses bimbingan skripsi, banyak mahasiswa yang harus berjuang keras untuk

menyusun tulisan mereka yang kemudian dikoreksi dan dievaluasi oleh

pembimbing, dan sering kali diminta untuk melakukan perbaikan. Hal ini terjadi

karena kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap standar penyusunan skripsi

yang telah ditetapkan. Skripsi dapat menjadi sumber stres bagi sebagian

mahasiswa, namun bagi yang lain, dapat dianggap sebagai tantangan positif yang

harus dihadapi (Prianto, 2010).

Stres yang dialami oleh mahasiswa disebabkan oleh berbagai kesulitan yang

mereka hadapi dalam menyelesaikan skripsi. Beberapa kesulitan yang sering

terjadi adalah kurangnya orientasi terhadap masa depan, yang dapat memicu rasa
4

malas, hambatan keuangan, dan kesulitan dalam mencari sumber pustaka (Utomo,

2009). Selain itu, mahasiswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan tema

dan judul skripsi, mengungkapkan ide-ide secara tertulis, serta menemukan subjek

penelitian (Kurniawati, 2010). Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini,

mahasiswa perlu memiliki keyakinan dalam diri mereka sendiri. Keyakinan atau

efikasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk menghadapi tantangan dan

mengatasi kesulitan.

Pendapat Bandura (1997) sejalan dengan pandangan bahwa efikasi diri

adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk menghadapi situasi

dan mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri mempengaruhi aktivitas yang

dipilih, upaya yang dilakukan, dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan,

termasuk dalam konteks mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi (Bandura,

1997). Efikasi diri individu dapat bervariasi berdasarkan tiga dimensi, yaitu

tingkat, kekuatan, dan generalisasi (Ghufron & Rini, 2014).

Efikasi diri merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu melaksanakan

perilaku tertentu atau mencapai tujuan yang ditetapkan (Ormrod, 2008). Selain

itu, gender merupakan perbedaan dan peran sosial yang dibentuk oleh masyarakat,

termasuk tanggung jawab yang terkait dengan laki-laki dan perempuan. Teori

efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997) juga mendukung pandangan

ini, bahwa semakin tinggi efikasi diri seseorang, semakin percaya diri individu

tersebut terhadap kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dan sebaliknya,

semakin rendah efikasi diri, individu akan kurang percaya diri terhadap

kemampuannya. Sikap percaya diri ini merupakan kompetensi afektif yang

penting, yang diharapkan individu memiliki. Oleh karena itu, individu diharapkan
5

untuk memiliki kepercayaan diri yang tinggi agar dapat mencapai hasil yang

diinginkan dan membangun pribadi yang berpengetahuan dan bermakna.

Penelitian yang dilakukan oleh Santrock (2008) juga mendukung hal ini,

dengan menunjukkan bahwa efikasi diri memiliki peran penting sebagai faktor

internal yang mendorong individu untuk mencapai prestasi dan mempengaruhi

pilihan aktivitas. Individu dengan efikasi diri tinggi cenderung memiliki sikap

yang tekun dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kegagalan atau

kesulitan (Santrock, 2008).

Terkait fenomena tersebut, peneliti juga melakukan studi pendahuluan

melalui metode wawancara dengan mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang

sedang menyelesaikan skripsinya. Berikut adalah cuplikan wawancaranya.

Cuplikan wawancara 1.
“…. Hm udah di semester akhir ini kaya berat aja sih kak, apa lagi dalam
menyusun skripsi ini. Entah bisa aku selesaikan ini kak mana sekarang udah
semester 9, udah melewati target aku pertama kali untuk lulus cumlaude.
Sekarang udah kaya enggak percaya diri aja sih, ribet kali lah skripsi ni mana
sama syarat daftar sidang di UIN ni kak, apalagi asrama tu.…” (AS
(perempuan), Wawancara Personal, 11 Desember 2022).

Cuplikan wawancara 2.
“.... semoga semester ini lulus sih ya, udah ngak enak juga telat kali, asik
kena marah aja sama orang tua. Hmm kalau dibilang percaya selesai apa enggak
ya harus percaya aja sih, Cuma ya itu ada sekali keraguan dalam diri bisa selesai
apa enggak, kaya ada ketakutan dalam diri juga karena enggak enak ya masih
ditanggung sama orang tua. Terus ya taulah sendiri kan dikampus kita ni masuk
mudah keluar susah haha....…” (FZ(laki-laki), Wawancara Personal, 11
Desember 2022).

Cuplikan wawancara 3.
“....saya belom paham kali cara buat skripsi ini, setiap kali saya bimbingan
selalu banyak kali coretan-coretan yang diberikan oleh dosen pembimbing saya.
Jadi saya malas dan ragu setiap kali mau bimbingan, akhirnya enggak percaya
diri sih untuk menyelesaikan skripsi di semester ini.. hmm udah jenuh juga sih
sama ni tugas akhir…” (MA(Laki-laki), Wawancara Personal, 11 Desenber
2022).
6

Cuplikan wawancara 4.
“....kendala saya dalam skripsi ini, ya pada penelitian. Kebetulan penelitian
saya eksperimen, jadi sering gagal dalam percobaan penelitiannya, saya sudah
lama terkendala, sebenarnya saya enggak yakin sih bisa menyelesaikan skripsi
meotde ini hehe, Cuma ya ikut aja kemauan dosen saya. Karena menurut saya
susah kali lah skripsi ni, ribett kali, ya enggak ada kemampuan aja saya dalam
menulis penelitian gini sebenanrya. Entahlah selesai apa enggak semester ni
…”(RP(Perempuan), Wawancara Personal, 12 Desember 2022).

Hasil wawancara menunjukkan bahwa mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda

Aceh, baik laki-laki maupun perempuan, cenderung memiliki tingkat efikasi diri

yang rendah dalam menyelesaikan skripsi. Mereka tidak memiliki keyakinan dan

merasa tidak yakin terhadap kemampuan yang dimiliki. Persuasi verbal, yang

merupakan penguatan yang diberikan oleh orang lain, memiliki peran penting

dalam meningkatkan efikasi diri seseorang (Bandura, 1997).

Namun, terdapat perbedaan dalam hal persuasi verbal antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki jarang mendapatkan penguatan yang mengakui kemampuan

mereka. Hal ini disebabkan oleh pandangan negatif terhadap laki-laki dan

kurangnya penguatan dari lingkungan teman sebaya. Dalam observasi, terlihat

bahwa laki-laki sering berkumpul dengan teman-teman laki-laki mereka, namun

topik pembicaraan tidak sering kali berkaitan dengan skripsi. Di sisi lain,

perempuan sering berkumpul dengan teman-teman perempuan mereka, yang dapat

memberikan penguatan dan contoh bagi satu sama lain. Situasi ini memberikan

dampak negatif bagi individu, sehingga mahasiswa, baik laki-laki maupun

perempuan, cenderung malas dalam mengerjakan skripsi dan lebih memilih untuk

terlibat dalam kegiatan lain seperti bermain game atau bersosialisasi dengan

teman. Padahal, menyelesaikan skripsi merupakan persyaratan penting dalam

menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.


7

Pencapaian hasil belajar pada mahasiswa dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal. Faktor internal meliputi efikasi diri, motivasi, dan tujuan,

sedangkan faktor eksternal melibatkan lingkungan belajar, tujuan pembelajaran,

kreativitas dalam pemilihan media belajar oleh pendidik, dan metode

pembelajaran. Faktor-faktor ini saling berhubungan dan menjadi dasar untuk

mencapai hasil belajar yang diinginkan oleh mahasiswa (Maisaroh &

Rostrieningsih, 2010).

Efikasi diri, sebagai salah satu faktor internal, memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa. Menurut Bandura (1997), efikasi diri

adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya sendiri untuk melaksanakan

dan menyelesaikan tugas dalam situasi tertentu hingga mencapai keberhasilan.

Efikasi diri memengaruhi bagaimana individu merasa, berpikir, dan berperilaku,

termasuk dalam pemilihan keputusan, upaya, dan keteguhan dalam menghadapi

hambatan. Selain itu, efikasi diri juga berhubungan dengan rasa kontrol individu

terhadap lingkungan sosial di sekitarnya (Warsito, 2009).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efikasi diri mempengaruhi cara

seorang mahasiswa menyelesaikan tugas dan menentukan tindakan yang akan

diambil ketika menghadapi hambatan dan kesulitan dalam mencapai tujuan yang

diinginkan.Efikasi diri mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

(Bandura, 1997), salah satunya adalah jenis kelamin (gender). Orang tua sering

kali memiliki pandangan yang berbeda terhadap kemampuan laki-laki dan

perempuan. Zimmerman (dalam Bandura, 1997) mengatakan bahwa terdapat

perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetesi laki-laki dan

perempuan.
8

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2019), ditemukan bahwa

terdapat perbedaan dalam perkembangan kemampuan dan kompetensi antara laki-

laki dan perempuan. Faktor gender diidentifikasi sebagai salah satu faktor psikis

yang mempengaruhi hasil belajar seseorang. Gender juga merupakan dimensi

sosial-kultural dan psikologis yang membedakan antara pria dan wanita.

Selain itu, penelitian juga menyebutkan bahwa terdapat perbedaan dalam

efikasi diri berdasarkan jenis kelamin. Martono (2010) menyatakan bahwa

perempuan cenderung lebih berprestasi daripada laki-laki karena motivasi yang

lebih tinggi dan kerja keras dalam mengerjakan tugas sekolah. Penelitian juga

menyebutkan bahwa kepercayaan diri perempuan cenderung lebih baik daripada

laki-laki, dan perempuan cenderung lebih suka membaca, sementara laki-laki

memiliki kecenderungan prestasi yang lebih rendah karena kurangnya usaha dan

sikap pesimis (Rushton, dikutip dalam Clerkin & Macrae, 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi

perbedaan dalam efikasi diri berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa yang

sedang menyelesaikan skripsi di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan efikasi diri ditinjau dari jenis

kelamin pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi di Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh?


9

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

untuk mengetahui perbedaan efikasi diri ditinjau dari jenis kelamin pada

mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi di Universitas Islam Negeri Ar-

Raniry Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan.

Penelitian ini juga dapat menjadi suatu panduan bagi mahasiswa dengan

mengacu kepada teori-teori yang telah disebutkan dari sumber-sumber

yang akurat, sehingga memungkinkan untuk dapat ditelaah secara lebih

mendalam kebenarannya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya atau menambah

khasanah ilmu pengetahuan psikologi sosial, khususnya di bidang

Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan Remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan luas bagaimana

pentingnya efikasi diri untuk mahasiswa yang sedang menyelesaikan

skrips, sehingga mahasiswa dapat lebih percaya diri dan yakin terhadap

kemampuan yang ada dirinya sendiri dalam melakukan suatu tindakan

untuk menghadapi situasi tertentu.


10

b. Bagi UIN Ar-Raniry

Peneliti mengharapkan penelitian ini bisa memberikan manfaat yang

baik bagi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dalam memhami karakter

mahasiswa/I serta dapat memberi acuan dalam meningkatkan motivasi

mahasiswa dalam menyelesaiakan tugas akhir. Selain itu agar UIN Ar-

Raniry dapat membangun sistem pendidikan pada tugas akhir yang

lebih baik.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini dapat diketahui melalui sub-kajian yang sudah ada

pada penelitian sebelumnya, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan),

apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteksi

penelitian ini, diantara hasil penelitian dahulu yang menurut peneliti terdapat

kemiripan, namun terdapat beberapa perbedaan dalam identifikasi variabel,

karakteristik subjek, jumlah dan metode analisis yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Perwitasari (2013) yang berjudul “Perbedaan

Efikasi diri Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Skripsi Ditinjau Dari Jenis

Kelamin”. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang yang terdiri dari 40

mahasiswa laki-laki dan 40 mahasiswa perempuan. Subjek yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini diambil dari berbagai universitas di Yogyakarta mulai dari

Unuversitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam

Indonesia, dan STIE YKPN. Pengumpulan data yang digunakan yaitu

menggunakan skala likert. Kemudian reabilitas skala efikasi diri tersebut diuji
11

dengan menggunakan metode koefisien reabilitas Alpha Crombach. Kemudian

data dianalisis menggunakan independent simple t-test. Bedasarkan uraian di atas

terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu lokasi

penelitian dan teknik sampel yang digunakan yakni quota sampling.

Penelitian yang dilakukan oleh Sasmita dan Rustika (2015) yang berjudul

“Peran Efikasi diri dan Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Penyesuaian

Diri Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana”. Subjek dalam penelitian ini adalah 137 orang

mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana. Instrumen penelitian ini adalah skala efikasi diri, skala

dukungan sosial teman sebaya, dan skala penyesuaian diri. Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa semester II Program Studi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang berjumlah 257

orang. Sampel diambil dari populasi dengan menggunakan teknik simple random

sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi ganda. Bedasarkan uraian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu penelitian ini mengguankan variabel

efikasi diri dan variabel dukungan sosial sedangkan peneliti hanya penggunakan

variabel efikasi diri saja, lokasi, dan teknik analisis data penelitian ini

menggunakan analisi regresi ganda.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nufus (2019) yang berjudul

“Hubungan Efikasi diri Dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Mahasiswa

Semester Akhir Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh”. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui apakah ada Hubungan Efikasi diri dengan


12

Pengambilan Keputusan Karir pada Mahasiswa Semester Akhir Universitas Islam

Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional dari

Pearson product moment. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan

skala efikasi diri dan skala pengambilan keputusan karir. Subjek dalam penelitian

ini berjumlah 300 mahasiswa yang diambil dengan teknik quota dan teknik

insidental. Bedasarkan uraian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti, yaitu pada metode penelitian dan variabel terikat

yakni jenis kelamin.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Ulfah (2010) dengan judul “Efikasi diri

Mahasiswa yang Bekerja pada saat Penyusunan Skripsi”. Penelitian ini memiliki

tujuan yaitu mengetahui efikasi diri mahasiswa yang bekerja pada saat

penyusunan skripsi dan hal yang melatarbelakangi efikasi diri mahasiswa yang

bekerja pada saat penyusunan skripsi. Untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian ini digunakan metode wawancara dan observasi. Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan masuk 2000 sampai

2005 yang tercatat sedang mengambil skripsi dan bekerja di Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Adapun sampel dalam penelitian ini berbentuk

Incidental Purposive Quota Sample. Bedasarkan uraian di atas terdapat perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu lokasi, subjek, dan

sampel.

Selain itu, penelitian serupa juga dilakukan oleh Widya (2021) dengan judul

“Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Flow Akademik Pada Mahasiswa UIN

Ar-Raniry Banda Aceh Yang Mengikuti Perkuliahan Daring Selama Pandemi


13

Covid-19”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

self-efficacy dengan flow akademik pada mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh

yang mengikuti perkuliahan daring selama pandemi Covid-19. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Populasi

penelitian ini, seluruh mahasiswa aktif dari angkatan 2017-2020 pada mahasiswa

UIN Ar-Raniry dengan jumlah mahasiswa sebanyak 23.518 mahasiswa.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random

sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui alat ukur berupa skala likert. Pada

penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi (content validity).

Bedasarkan uraian di atas terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, yaitu metode dalam penelitian ini menggunakan skala dan likert.
14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efikasi diri

1. Pengertian Efikasi diri

Menurut Bandura (1997), efikasi diri merujuk pada keyakinan individu

tentang kemampuannya dalam mengelola dan menyelesaikan tugas yang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Schunk (2012) juga

menyatakan bahwa efikasi diri mencerminkan persepsi individu mengenai

kemampuannya dalam menghasilkan tindakan dan harapan terhadap hasil yang

diantisipasi dari tindakan yang dilakukan. Dalam hal ini, siswa mungkin meyakini

bahwa tindakan tertentu akan menghasilkan hasil positif, namun juga merasa

bahwa mereka kurang kompeten dalam melaksanakan tindakan tersebut.

Efikasi diri menurut Alwisol (2009) dapat diartikan sebagai persepsi

individu terhadap sejauh mana mereka dapat berfungsi dengan baik dalam situasi

tertentu, dan berkaitan dengan keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan

untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Nurihsan dan Yusuf (2008) juga

menyatakan bahwa efikasi diri melibatkan sikap percaya diri individu terhadap

kemampuan mereka untuk menghasilkan perilaku yang dapat membawa mereka

ke hasil yang diinginkan. Santrock (2007) mengemukakan bahwa efikasi diri

adalah kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya untuk menguasai situasi

dan mencapai hasil yang menguntungkan atau positif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penelitian ini akan lebih fokus

pada definisi efikasi diri menurut Bandura (1997), di mana efikasi diri dipahami

sebagai keyakinan individu tentang kemampuannya untuk mengatur dan


15

menyelesaikan tugas yang diperlukan guna mencapai hasil yang diinginkan.

Definisi ini dipilih sebagai acuan dalam penelitian ini karena penjelasannya yang

jelas dan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

2. Dimensi-Dimensi Efikasi diri

Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri individu dapat dilihat

dari tiga dimensi, yaitu :

a. Dimensi tingkat (level)

Dimensi ini terkait dengan tingkat kesulitan tugas yang individu percaya

dapat mereka lakukan, karena kemampuan individu bervariasi. Konsep yang

terkandung dalam dimensi ini adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya

dalam menghadapi tingkat kesulitan tugas. Jika individu diberi tugas yang diatur

berdasarkan tingkat kesulitannya, keyakinan individu akan terbatas pada tugas-

tugas yang dianggap mudah, sedang, dan bahkan yang paling sulit, sesuai dengan

batas kemampuan yang mereka rasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku pada

setiap tingkat tersebut. Semakin tinggi tingkat kesulitan tugas, semakin lemah

keyakinan individu untuk menyelesaikannya. Keyakinan individu ini berdampak

pada pilihan perilaku berdasarkan hambatan atau tingkat kesulitan tugas atau

aktivitas. Individu cenderung mencoba perilaku yang mereka anggap mampu

dilakukan terlebih dahulu, dan menghindari perilaku yang di luar batas

kemampuan mereka. Rentang kemampuan individu dapat dilihat dari variasi

tingkat hambatan atau kesulitan dalam suatu tugas atau aktivitas tertentu.

b. Dimensi kekuatan (strength)


16

Dimensi ini melibatkan kekuatan keyakinan atau harapan individu terhadap

kemampuannya. Keyakinan yang lemah dapat dengan mudah tergoyahkan oleh

pengalaman yang tidak mendukung, sementara keyakinan yang kuat mendorong

individu untuk tetap bertahan dalam upaya mereka. Meskipun mungkin

menghadapi pengalaman yang kurang mendukung, dimensi ini terkait langsung

dengan tingkat kesulitan tugas. Semakin tinggi tingkat kesulitan tugas, semakin

lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

c. Dimensi generalisasi (generality)

Dimensi ini terkait dengan keyakinan individu terhadap kemampuannya

dalam melaksanakan tugas dalam berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas menuntut

individu untuk yakin terhadap kemampuan mereka dalam banyak atau hanya

beberapa bidang tertentu. Sebagai contoh, seorang mahasiswa mungkin yakin

akan kemampuannya dalam mata kuliah statistik, tetapi tidak yakin akan

kemampuannya dalam mata kuliah bahasa Inggris. Atau, seseorang yang ingin

melakukan diet mungkin yakin akan kemampuannya dalam menjalankan olahraga

secara rutin, tetapi tidak yakin akan kemampuannya dalam mengurangi nafsu

makan.

Adapun menurut Pajares (1996) terdapat 6 dimensi self-efficacy, yakni:

1. Efficacy to influence decision making yang terkait dengan keyakinan

akan kemampuannya dalam pengambilan keputusan.

2. Instructional self-efficacy yang terkait dengan keyakinan akan

kemampuan dalam mengajar.

3. Disciplinary self-efficacy yang terkait dengan keyakinan akan

kemampuan dalam menegakkan kedisiplinan.


17

4. Efficacy to enlist parental involvement yang terkait dengan keyakinan

akan kemampuan dalam mengefektifkan keterlibatan orangtua.

5. Efficacy to enlist community involvement yang terkait dengan keyakinan

akan kemampuan dalam mengefektifkan keterlibatan kelompok.

6. Efficacy to create a positive school climate yang terkait dengan

keyakinan akan kemampuan dalam membuat iklim sekolah yang

positif.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan dimensi efikasi diri

yang disajikan oleh Bandura (1997), termasuk dimensi tingkat (level), dimensi

kekuatan (strength), dan dimensi generalisasi (generality), sebagai dasar teori

dalam mengembangkan alat ukur. Pemilihan dimensi-dimensi tersebut didasarkan

pada kejelasan pemahaman dan kesesuaian dengan kondisi subjek yang diteliti.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Efikasi diri

Ada beberapa faktor yang berpengaruhi efikasi diri menurut Bandura (1997)

antara lain:

a. Budaya: budaya memiliki pengaruh terhadap efikasi diri melalui nilai-

nilai, kepercayaan, dan proses pengaturan diri. Faktor-faktor tersebut

berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan juga sebagai

konsekuensi dari keyakinan terhadap efikasi diri yang dimiliki

individu.

b. Jenis kelamin: efikasi diri juga dipengaruhi oleh perbedaan gender.

Hal ini dapat diamati dari penelitian Bandura (1997) yang

menunjukkan bahwa wanita memiliki tingkat efikasi diri yang lebih


18

tinggi dalam mengelola peran mereka. Wanita yang menjalankan

peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan wanita karir cenderung

memiliki tingkat efikasi diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pria yang bekerja.

c. Sifat dari tugas yang dihadapi: semakin kompleks tugas yang dihadapi

oleh individu, semakin rendah penilaian individu terhadap

kemampuannya sendiri. Sebaliknya, jika individu menghadapi tugas

yang mudah dan sederhana, penilaian kemampuan individu akan

semakin tinggi.

d. Insentif eksternal: faktor lain yang dapat memengaruhi efikasi diri

individu adalah insentif yang diperolehnya. Menurut Bandura, salah

satu faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah "kompetitor

yang berkompeten dengan insentif", yaitu insentif yang diberikan oleh

orang lain yang mencerminkan keberhasilan individu.

e. Status atau peran individu dalam lingkungan: Individu yang memiliki

status yang lebih tinggi akan memiliki tingkat kontrol yang lebih

besar, yang pada gilirannya meningkatkan efikasi diri mereka. Di sisi

lain, individu dengan status yang lebih rendah akan memiliki tingkat

kontrol yang lebih rendah, yang dapat menyebabkan efikasi diri

mereka menjadi rendah pula.

f. Informasi tentang kemampuan diri: Efikasi diri individu akan

meningkat jika mereka menerima umpan balik positif tentang diri

mereka. Sebaliknya, individu yang menerima umpan balik negatif

tentang diri mereka cenderung memiliki efikasi diri yang rendah.


19
20

B. Jenis Kelamin

1. Pengertian Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan dalam hal fungsi organ dalam

dan organ luar. Perbedaan jenis kelamin terlihat melalui ciri-ciri fisik dan genetik

yang dapat dilihat dan diidentifikasi (Sears, 2009). Di sisi lain, istilah gender

memiliki dimensi yang berbeda dari segi konsep. Gender mengacu pada dimensi

sosial dan budaya yang mencakup peran dan norma yang dihubungkan dengan

laki-laki dan perempuan. Seks (jenis kelamin) terkait dengan dimensi biologis,

sementara gender terkait dengan dimensi sosial dan budaya (Santrock, 2002).

Istilah jenis kelamin merujuk pada perbedaan anatomi dan fisik yang ada antara

laki-laki dan perempuan dalam konteks biologis.

Jenis kelamin mengacu pada pembagian dua kategori biologis yang melekat

pada manusia berdasarkan perbedaan fisik yang ditentukan secara biologis. Di sisi

lain, konsep gender mencakup atribut dan sifat-sifat yang secara sosial dan budaya

dianggap melekat pada laki-laki dan perempuan. Misalnya, stereotip bahwa

perempuan cenderung lemah lembut, cantik, dan emosional, sementara laki-laki

dianggap kuat dan rasional (Fakih, 2008). Wade dan Tavris (2007) menjelaskan

bahwa istilah "jenis kelamin" merujuk pada atribut-atribut fisik dan anatomi yang

membedakan laki-laki dan perempuan, sementara "gender" digunakan untuk

menggambarkan perbedaan-perbedaan dalam peran, posisi, tanggung jawab, dan

pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh norma, adat

istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan masyarakat. Pada dasarnya, gender berbeda


21

dari jenis kelamin biologis, karena jenis kelamin biologis ditentukan pada saat

kelahiran di mana setiap individu dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan.

Jenis kelamin manusia menghasilkan beberapa perbedaan dalam aspek

tertentu, seperti pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan kemampuan

berbicara. Perempuan memiliki tingkat serotonin yang lebih tinggi dalam otaknya,

yang dapat menghasilkan perasaan tenang. Selain itu, otak perempuan juga

mengandung oksitosin, yaitu zat kimia yang mempengaruhi interaksi sosial dan

koneksi antara individu (Masykur & Fatani, 2008). Gurian (dalam Masykur &

Fatani, 2008) juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara otak laki-laki dan

perempuan dalam hal ukuran dan hubungan antar bagian otak serta bagaimana

mereka bekerja. Terdapat empat perbedaan mendasar antara kedua jenis kelamin

tersebut. Salah satunya adalah bahwa pada laki-laki, otak cenderung mengalami

perkembangan yang lebih besar dan memiliki kemampuan spasial yang lebih

kompleks, seperti dalam perancangan mekanis, pengukuran, penentuan arah,

abstraksi, dan manipulasi benda fisik.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti memutuskan

untuk menggunakan teori yang diajukan oleh Fakih (2008) yang menyatakan

bahwa jenis kelamin merupakan suatu atribut atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu.

Penggunaan teori ini dipilih karena definisinya yang memiliki penjelasan yang

jelas dan relevan dengan tujuan penelitian ini.


22

2. Perbedaan Antara Laki-Laki Dan Perempuan

Pada masa remaja tampak berbagai perbedaan antara laki-laki dan

perempuan yang tidak banyak terjadi saat mereka masih kanak-kanak. Menurut

Mighwar, (2006) perbedaan yang tampak itu antara lain:

a. Anak laki-laki ingin menguasai anak perempuan sehingga anak

perempuan merasa benci terhadapnya.

b. Orang tua membuat standar tertentu bagi anak laki-laki yang berbeda

dengan standar anak perempuan. Orang tua tidak suka bila melakukan

apa-apa yang dilakukan oleh anak laki-laki perbedaan ini

mempengaruhi hubungan mereka, seperti munculnya rasa cemburu

anak perempuan terhadap saudaranya yang laki-laki.

c. Orang tua lebih suka bila kakak perempuan mengalah pada adik laki-

lakinya. Tentu saja, perlakuan ini akan menimbulkan kecemburuan

tersendiri pada kakak perempuan.

3. Ciri-ciri Laki-Laki dan Perempuan

a. Menurut Farida (2013) laki-laki memiliki ciri sebagai berikut:

1. Perubahan suara disebabkan suara berkembang, suara menjadi

lebih berat.

2. Berat dan tinggi badan bertambah secara signifikan.

3. Penis sudah mulai membesar.

4. Testis sudah mulai tumbuh.

5. Rambut disekitar kemaluan sudah mulai tumbuh.

6. Kelenjar minyak sudah mulai aktif.

7. Tumbuh rambut didaerah wajah dan ketiak.


23

b. Sedangkan menurut Farida (2014) ciri perempuan sebagai berikut:

1. Mulai menstruasi.

2. Payudara mulai tumbuh

3. Berat dan tinggi badan mulai bertambah secara signifikan

4. Mulai tumbuh rambut diwilayah kemaluan

5. Kelenjar minyak lebih aktif

6. Mulai tumbuh rambut diketiak.

C. Perbedaan Efikasi diri Ditinjau dari Jenis Kelamin

Efikasi diri adalah salah satu elemen penting dalam pengetahuan tentang

diri atau self knowledge yang memiliki dampak besar dalam kehidupan sehari-

hari manusia. Dampak ini disebabkan oleh pengaruh efikasi diri terhadap

kemampuan individu dalam menentukan tindakan yang diambil untuk mencapai

tujuan, termasuk dalam meramalkan dan menghadapi berbagai kejadian yang

mungkin terjadi (Ghupron & Rini, 2014). Pengetahuan tentang diri sendiri

memiliki nilai yang sangat penting, baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Martono (2010) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan efikasi diri

antara jenis kelamin. Perempuan memiliki tingkat prestasi yang lebih tinggi

dibandingkan laki-laki karena mereka cenderung lebih termotivasi dan bekerja

lebih rajin dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Penelitian juga

menunjukkan bahwa kepercayaan diri perempuan cenderung lebih baik daripada

laki-laki. Perempuan lebih menyukai membaca dan memiliki keyakinan diri yang

lebih kuat, sedangkan laki-laki cenderung memiliki tingkat usaha yang lebih

rendah dan sikap pesimis yang memengaruhi prestasinya. Meskipun demikian,


24

terdapat hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa laki-laki dan perempuan dalam

penyelesaian skripsi (Rismen, 2015). Dalam mengatasi kesulitan tersebut, efikasi

diri yang kuat menjadi faktor penting yang diperlukan oleh mahasiswa untuk

menghadapi tantangan dan menyelesaikan skripsi.

Perbedaan efikasi diri antara laki-laki dan perempuan telah menjadi fokus

penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Sukarman (2016) mengindikasikan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara efikasi diri laki-laki dan

perempuan. Mighwar (2006) juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam

keinginan mencapai tujuan yang diharapkan antara kedua jenis kelamin. Temuan

serupa juga ditemukan dalam penelitian Perwitasari (2013), yang menemukan

perbedaan efikasi diri mahasiswa dalam menyusun skripsi berdasarkan jenis

kelamin. Hasil kategorisasi dan skala efikasi diri menunjukkan bahwa perempuan

memiliki tingkat efikasi diri yang lebih tinggi daripada laki-laki. Data

karakteristik responden juga mengindikasikan bahwa lebih banyak mahasiswa

perempuan yang menyelesaikan skripsi pada usia 21 tahun daripada laki-laki.

Menurut Bandura (1997), efikasi diri dapat bervariasi antara individu laki-

laki dan perempuan ketika mereka sedang menyusun skripsi, dan perbedaan

tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dan sumber-sumber tertentu. Faktor-

faktor dan sumber-sumber ini mencakup status atau peran individu dalam

lingkungan, informasi tentang kemampuan diri, pengalaman pribadi, pengalaman

orang lain, dan persuasi verbal. Terlepas dari perbedaan jenis kelamin, pandangan

masyarakat terhadap perempuan telah berubah seiring waktu. Dalam masyarakat

saat ini, perempuan dianggap memiliki kesetaraan dengan laki-laki.

Perkembangan ini telah meningkatkan status sosial perempuan dan memperluas


25

peluang mereka. Perempuan kini berjuang untuk mempertahankan status yang

mereka peroleh melalui pengembangan pendidikan dan karir mereka (Fakih,

2012).

Efikasi diri melibatkan empat bagian proses, yaitu proses kognitif, proses

motivasi, proses afektif, dan proses seleksi (Bandura, 1997). Safitri (2019) juga

melakukan penelitian yang mengungkapkan perbedaan dalam perkembangan

kemampuan dan kompetensi antara laki-laki dan perempuan. Dalam proses

pembelajaran, terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat atau mempengaruhi

keberhasilan seseorang dalam mencapai hasil yang baik, dan faktor gender

termasuk dalam faktor psikologis yang berperan dalam hasil belajar. Oleh karena

itu, gender menjadi faktor yang memengaruhi perbedaan dalam efikasi diri,

karena gender mencakup dimensi sosial budaya dan psikologis laki-laki dan

perempuan.

Dalam beberapa waktu terakhir, perempuan telah mengalami kemajuan

yang signifikan dalam prestasi belajar mereka. Mereka juga mendapatkan

kesempatan yang lebih banyak dalam bidang publik. Kemajuan masyarakat

industri memberikan peluang yang luas di sektor publik. Perempuan yang bekerja

memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan karier mereka,

terutama jika mereka belum menikah.

Hal ini berbeda dengan masa sebelum perkembangan industri yang pesat, di

mana perempuan memiliki sedikit kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan mereka di sektor publik. Ketika perempuan diberikan kesempatan

yang sama dengan laki-laki untuk mengembangkan diri di sektor publik, mereka

berusaha mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Perubahan ini dapat
26

dikaitkan dengan faktor efikasi diri, di mana status atau peran individu dalam

lingkungan memainkan peran penting. Saat ini, perempuan memiliki kesempatan

yang lebih besar untuk mengembangkan diri dalam masyarakat, yang mendorong

mereka untuk mencapai prestasi yang lebih baik (Fakih, 2012).

Di dalam informasi tentang kemampuan diri dapat terlihat dari anggapan

masyarakat bahwa perempuan lebih memiliki pandangan yang baik, misalnya

dalam kepercayaan diri. Kepercayaan diri perempuan lebih baik daripada laki-laki

dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya (Martono, 2010). Kepercayaan diri

tersebut membuat perempuan yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan skripsi,

sedangkan untuk laki-laki membuat mereka merasa kurang yakin dalam

penyelesaian skripsi mereka (Santrock, 2011).

Informasi yang diperoleh melalui pengalaman pribadi memiliki pengaruh

yang signifikan karena berhubungan langsung dengan pengalaman yang dialami

oleh individu. Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan

dapat meningkatkan tingkat efikasi diri seseorang, sementara kegagalan dapat

menguranginya (Bandura, 1997). Pada kenyataannya, perempuan cenderung

memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam hal keberhasilan karena minat

mereka terhadap membaca. Aktivitas membaca ini sangat penting dalam proses

penyusunan skripsi. Jika minat untuk membaca besar, maka kemungkinan untuk

mencapai keberhasilan juga tinggi (Martono, 2010).


27

PR Tinggi

JENIS Efikasi
KELAMIN diri

LK Rendah

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam kerangka konseptual di atas, maka penulis

mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan efikasi diri

pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi ditinjau berdasarkan jenis

kelamin antara mahasiswa laki-laki dan perempuan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan dalam ilmiah yang bertujuan

untuk mengidentifikasi hubungan antara dua variabel, menguji teori,

menghasilkan generalisasi yang memiliki nilai prediktif, serta menganalisis data

secara kuantitatif dan statistik guna menguji hipotesis yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan metode komparatif. Metode komparatif merupakan metode yang

digunakan untuk mencari persamaan dan perbedaan antara objek, individu,

prosedur kerja, gagasan, kritik terhadap individu atau kelompok, ide, atau

prosedur kerja tertentu (Arikunto, 2010).

B. Identifikasi dan Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2017), variabel penelitian merujuk pada atribut, sifat,

atau nilai dari individu, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi yang

ditentukan oleh peneliti untuk diteliti dan dievaluasi kesimpulannya. Terdapat dua

jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah

faktor yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau munculnya

variabel terikat. Di sisi lain, variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas atau menjadi hasil dari adanya variabel bebas tersebut. Adapun

variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X) / Jalur: Jenis Kelamin

a. Jalur 1: Laki-laki

28
b. Jalur 2 : Perempuan

29
30

2. Variabel Terikat (Y): Efikasi diri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memperjelas pengertian variabel-variabel yang terdapat

dalam penelitian ini, maka perlu untuk dijelaskan definisi secara

operasional. Berikut ini merupakan definisi operasional pada tiap-tiap

variabel :

1. Efikasi diri

Efikasi diri adalah keyakinan seorang mahasiswa atas kemampuan

yang dimikilinya untuk mengelola dan menyelesaikan suatu tugas yang

diperlukan sesulit apapun agar mampu bertahan untuk mencapai hasil

yang dinginkan. Efikasi diri dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala efikasi diri yang dibuat oleh peneliti berdasarkan

aspek-aspek efikasi diri menurut Bandura (1997), yaitu: tingkat (level),

kekuatan (strength), dan generalisasi (generality).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki

maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural

sehingga menjadi akibat perbedaan dan fungsi peran sosial dalam

masyarakat. Jenis kelamin dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan angket jenis kelamin.

D. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian
31

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terjadi atas subjek,

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i aktif

yang sedang menyelesaikan skripsi di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Banda Aceh dengan jumlah 2.452 mahasiswa. Untuk lebih lanjut dapat

dilihat pada table 3.1 berikut.

Tabel 3.1
Jumlah Populasi Keseluruh Mahasiswa S1 UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Jumlah Jumlah
Jumlah
No. Fakultas Mahasiswa Mahasiswa
Total
Laki-Laki Perempuan
1 Fakultas Syari'ah dan Hukum 205 233 438
2 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 278 541 819
3 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat 79 103 182
4 Fakultas Dakwah dan Komunikasi 92 177 269
5 Fakultas Adab dan Humaniora 69 103 172
6 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam 90 131 221
7 Fakultas Sains dan Teknologi 77 61 138
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
8 43 72 115
Pemerintahan
9 Fakultas Psikologi 24 74 98
Total 933 1.495 2.452
(Data ICT Center UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2022).

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), sampel adalah bagian dari jumlah dan

variasi yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian

ini menggunakan metode probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampling untuk

penentuan sampel yang peneliti gunakan adalah sampling kuota. Sampling

kuota adalah teknik umtuk menentukan sampel dari populasi yang


32

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan

(Sugiyono, 2017).

Sebelum menggunakan teknik tersebut, peneliti menentukan terlebih

dahulu jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Penentuan

sampel dalam penelitian mengacu kepada tabel yang dikemukakan oleh

Isaac dan Michael pada tingkat kesalahan 5%. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 2.452 mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Banda Aceh, sehingga jika dilihat pada tabel Isaac dan Michael maka

jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 304 mahasiswa (Priyono,

2016). Berikut Merupakan Rumus Slovin yang digunakan dalam

menentukan sampel.

Tiap Strata
S= x Jumlah Sampel
Jumlah Populasi

Tabel 3.2
Sampel Penelitian
Jumlah
Perhitungan Sampel
No Fakultas Populasi Pembulatan
Per Tingkatan Fakultas
Mahasiswa
Fakultas Syari'ah 438
1 438 ×304=54 ,3 54
dan Hukum 2.452
Fakultas Tarbiyah 819
2 819 ×304=101 , 5 102
dan Keguruan 2.452
Fakultas 182
3 Ushuluddin dan 182 ×304=22 , 5 23
2.452
Filsafat
Fakultas Dakwah 269
4 269 ×304=33 , 5 34
dan Komunikasi 2.452
Fakultas Adab dan 172
5 172 ×304=21 , 3 21
Humaniora 2.452
Fakultas Ekonomi 221
6 221 ×304=27 , 3 27
dan Bisnis Islam 2.452
Fakultas Sains dan 138
7 138 ×304=17 , 1 17
Teknologi 2.452
33

Fakultas Ilmu 115


8 Sosial dan Ilmu 115 ×304=14 ,2 14
2.452
Pemerintahan
98
9 Fakultas Psikologi 98 ×304=12 , 1 12
2.452
Total 2.452 304

Anda mungkin juga menyukai