Anda di halaman 1dari 38

tra

Sapu u tra
de Sa p
g gaA A de
Ren gga
Ren
Nomor : 733.Und/KU.01/SJK.1/2023 30 September 2023
Sifat : Biasa
Lampiran : Satu Berkas
ra
Hal put
: Undangan Rapat
a u tra
de S Sa p
g gaA A de
Yang R en gga
terhormat,
(daftar terlampir)
Ren
di tempat

Dalam rangka percepatan penyusunan


a rancangan Peraturan Menteri ESDM tentang
u t r
S ap
Tata Cara Pengenaan, Penghitungan dan Penyetoran PNBP pada Direktorat Jenderal Mineral
dan Batubara, dengan
A e t ra
dini kami harap bantuan Saudara untuk menugaskan Pejabat/Staf yang
a p u
ggterkait mengikuti kegiatan yang akan diselenggarakan
menangani hal Sa pada:
Ren
hari, tanggal : Jumat, 6 Oktober 2023 ga A
de
g
waktu : 09.00 - selesai Ren
tempat : Gedung Arsip Kementerian ESDM
Jl. Yaktapena Raya No. 1A Pondok Ranji Tangerang Selatan
agenda : 1. Penggunaan Acuan Kurs dalam Kompensasi Lebih Bayar PNBP
2. Mekanisme Kompensasi Lebih Bayar atas Pemanfaatan BMN Eks
PKP2B
3. Konfirmasi mekanisme pencairan jaminan
Diharapkan Pejabat/Staf yang ditugaskan selalu menerapkan protokol kesehatan
pencegahan Covid-19 selama acara berlangsung. Perlu kami sampaikan bahwa kami tidak
menanggung biaya konsumsi serta perjalanan dinas ditanggung oleh unit masing-masing.

Kepala Biro Keuangan,

Ditandatangani secara elektronik


Ari Gemini Parbinoto

Tembusan:
Sekretaris Jenderal KESDM

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
tra
Sapu ut ra
de ap
g gaA A de S
RenSurat
Lampiran
n gga
Nomor : Re
733.Und/KU.01/SJK.1/2023
Tanggal : 30 September 2023

Yang terhormat,
1. Kepala Biro Hukum KESDM

p u tra KESDM
2. Inspektur II, Inspektorat Jenderal
ra
a
3. Sekretaris DirektoratSJenderal Mineral dan Batubara put
A de Mineral dan Batubara de Sa
4. Direktur Penerimaan
a
ggPembinaan Program Mineral dan A
aBatubara
en
5. Direktur
R n g g
6. Direktur Pembinaan Pengusahaan ReMineral
7. Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara
8. Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara

pu tra
de Sa
A ut ra
g ga S ap
Ren A de
g ga
Ren

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
utra
MATRIKS RANCANGAN PERATURAN MENTERI ESDM TENTANG TATA CARA PENGENAAN, PENGHITUNGAN, SERTA PEMBAYARAN
p
e S
DAN/ATAU PENYETORANaPENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
p u traYANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN
BATUBARA ga Ad e
a
SMINERAL
g KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYAd
Ren g g aA
Rancangan Disepakati/Belum Keterangan

R e n Disepakati

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN

pu tra TENTANG
tra
de Sa
TATA CARA PENGENAAN, PENGHITUNGAN, SERTA PEMBAYARAN DAN/ATAU PENYETORAN PENERIMAAN
Sa pu
g gaA A
NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA de
Re n gga
Ren
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : u tra
bahwa dalam rangka optimalisasi dan tertib pengelolaan penerimaan negara bukan pajak dari
p
Mempertimbangkan referensi

Sa tarif PNBP dari PP 26 tahun

Ade
kegiatan pengusahaan mineral dan batubara dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 07
a u t ra dan Tarif atas Jenis Penerimaan 2022, PP 96 tahun 2021, dan

n gg
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2022 p
Sa Energi dan Sumber Daya Mineral, perlu
Tentang Jenis
PP 15 tahun 2022
R e Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada A de
Kementerian
menetapkan Peraturan Menteri n g gadan
Energi Sumber Daya Mineral tentang Tata Cara Pengenaan,
R e
Penghitungan, serta Pembayaran dan/atau Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku Pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Mempertimbangan untuk
memasukan UU Cipta Kerja
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
No 6 tahun 2023
Indonesia Nomor 4746);
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Dokumen ini telah ditandatangani secara Nomor 6245);
elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4

utra
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. (Lembaran Negara Republik
p
e S
Indonesiaa
p u tra Negara Republik Indonesia Nomor
Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
A d Sa
g ga 49); d e
Ren 5. Peraturan Pemerintah Nomor
g g aA
37 Tahun 2018 tentang Perlakuan Perpajakan dan/atau
en
R Pajak di Bidang Usaha Pertambangan Mineral (Lembaran Negara
Penerimaan Negara Bukan
Republik Indonesia Tahun … Nomor …);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
7.
pu tra
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2020 tentang Pengelolan Penerimaan Negara Bukan
a
tr2020
Sa a pu
A de
Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
de S Tahun Nomor 230, Tambahan Lembaran

n g ga Negara Republik Indonesia Nomor


g a A6563);
Re 8. Peraturan Pemerintah Ren
g 59 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pengajuan dan
Nomor
Penyelesaian Keberatan, Keringanan, dan Pengembalian Penerimaan Negara Bukan Pajak
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 231, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6564);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

pu tra
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021

d e Sa Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 208,
a
Nomor 6721);
A
10.a Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2022 t r
utentang Perlakuan Perpajakan dan/atau
g g S a p
Ren e
Penerimaan Negara Bukan Pajak didBidang
A Usaha Pertambangan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia g
a
g 2022 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
R e n Tahun
Indonesia Nomor 6786);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6813);
12. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2021 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 244);
13. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata
cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 220)
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

utra
Nomor 16 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
p
e
MineralS a
Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata u
p traPemberian Wilayah, Perizinan, dan
cara
A d Sa Mineral dan Batubara (Berita Negara
g ga A d e
Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Ren n g g
Republik Indonesia Tahun 2021aNomor 734);
e
R dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2017 tentang Tata
14. Peraturan Menteri Energi
Cara Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Logam dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 100) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 19 Tahun 2018

p tra
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
u a
trPatokan
S a2017 tentang Tata Cara PenetapanaHarga
p u
A de
07 Tahun
e S Penjualan Mineral Logam dan

n g ga Batubara (Berita Negara Republik


g a Ad
Indonesia Tahun 2018 Nomor 354);
Re 15. Peraturan Menteri Energi
Ren
g
dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun 2018 tentang
Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 595) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25

pu tra
Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
a
SIndonesia
A d e
Republik Tahun 2020 Nomor 1343);
t ra Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata
gg Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan a pu
16.a Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
en d e SPelaporan
R A pada Kegiatan Usaha Pertambangan
a
gg Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 220)
R e n
Mineral dan Batubara (Berita
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Nomor 16 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 7 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan
Pelaporan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 734);
17. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 733);
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.01/2021 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara yang berasal dari PKP2B;
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
19. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
20.
u
Kontrak Karya. tra
Sap ut ra
Ade p
MEMUTUSKAN:
S a
n g ga A de
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG TATA CARA PENGENAAN,
e
RPENGHITUNGAN, SERTA PEMBAYARAN a
ggDAN/ATAU PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN
R en
PAJAK YANG BERLAKU PADA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL.

BAB I
KETENTUAN UMUM
ra
a put Pasal 1
u tra
de S Sa p
g gaA
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
A de
en gga
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
R Ren
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung maupun tidak langsung atas layanan atau
pemanfaatan sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang
menjadi penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan perpajakan dan hibah dan dikelola dalam
mekanisme anggaran pendapatan dan belanja negara.
2. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta
pu tra
Sa
susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.
de
ga A pu tra
3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-
tumbuhan.
en g
de Sa
R A
4. Izin Usaha
ga
Pertambangan yang selanjutnya disingkat IUP adalah izin untuk melaksanakan usaha
g
pertambangan. Ren
5. Izin Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus.
6. Kontrak Karya yang selanjutnya disingkat KK adalah perjanjian antara pemerintah dengan perusahaan
berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan Mineral.
7. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya disingkat PKP2B adalah perjanjian
antara pemerintah dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia.
8. IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian adalah izin usaha yang diberikan sebagai perpanjangan
setelah selesainya pelaksanaan KK atau PKP2B.
9. Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disingkat WIUP adalah wilayah yang diberikan kepada

Dokumen ini pemegang IUP. secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
telah ditandatangani
10. Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus yang selanjutnya disingkat WIUPK adalah wilayah yang diberikan
kepada pemegang IUPK.
p utra
e
11. Iuran Tetap adalah iuran S a
yang dibayarkan kepada negara sebagaiu
p tra atas kesempatan eksplorasi dan
imbalan

g a Ad e
a
SWilayah
eksploitasi pada
n g A d
suatu Wilayah Izin Usaha Pertambangan dan Izin Usaha Pertambangan Khusus.
12. IuranR e
Produksi/Royalti a
gg kepada negara atas hasil dari penjualan dari kegiatan
adalah iuran yang dibayarkan
R e n
Eksploitasi pertambangan.
13. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Nomenklatur baru mengacu
14. Penjualan Hasil Tambang yang selanjutnya disingkat PHT adalah kewajiban PNBP yang dibayarkan sesuai ke PP 15 tahun 2022 (no 14)

p u tra
dengan ketentuan yang berlaku tentang perlakuan perpajakan dan/atau penerimaan negara bukan pajak di
tra
S abatubara. p u PHT = DHPB-Royalti

A de
bidang usaha pertambangan
d e Sa
g g a
15. Dana Hasil Produksi Batubara yang selanjutnya A
disingkat
a DHPB adalah bagian pemerintah dari hasil produksi
n
Re pemegang PKP2B yang didalamnya g g
Ren
Batubara termasuk iuran produksi/royalti dan penjualan hasil tambang.
16. Sistem Elektronik PNBP Mineral dan Batubara yang selanjutnya disebut e-PNBP adalah sistem informasi yang
digunakan sebagai alat hitung atas kewajiban PNBP yang bersifat self assessment.
17. Instansi Pengelola PNBP adalah unit organisasi di kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang energi dan sumber daya mineral yang menyelenggarakan pengelolaan PNBP subsektor Mineral dan
Batubara.
p u tra
d e Sa instansi yang menyelenggarakan Pengelolaan
Instansi Pengelola PNBP adalah
a
PNBP subsektor Mineral dan
a A u t r
Batubara.
g g S a p
Renadalah kegiatan melakukan input data danAdokumen
18. Finalisasi de final atas transaksi provisional dengan hasil
n ga
lebih bayar, nihil atau kurang bayar yang telahgdilakukan pelunasan.
e
R terdiri atas royalti, atau royalti dan penjualan hasil tambang PHT
19. Billing Provisional adalah Billing PNBP yang
yang wajib disetorkan dimuka sesuai dengan kualitas, kuantitas, harga jual, dan biaya sesuai dengan rencana
pengapalan/transaksi sebelum komoditas tambang Mineral atau Batubara berada di atas moda pengangkutan
Ref: Kepmen 81 tahun 2022
dalam rangka penjualan Mineral atau Batubara.
20. Billing Final adalah Billing PNBP yang terdiri atas royalti, atau royalti dan PHT, yang wajib disetorkan sesuai
dengan kualitas, kuantitas, harga jual dan biaya yang bersifat final untuk pelunasan Billing Provisional yang
terutang (kurang bayar).
21. Saldo Kompensasi adalah saldo lebih bayar atas kewajiban PNBP berupa iuran tetap, royalti, dan/atau PHT
setelah mendapatkan penetapan dari Instansi Pengelola PNBP, dan dapat digunakan setinggi-tingginya 90%
(sembilan puluh persen) oleh wajib bayar untuk pembayaran kewajiban PNBP berikutnya sesuai akun
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
transaksi tersebut. No.21 penjelasan PP

utra
29/2017
22. Titik jual (Free On Board) yang selanjutnya disingkat FOB adalah merupakan penyerahan Barang yang
S a p tra
dilakukan di atas kapale
d yang akan melakukan pengangkutan Barang
p u Kepmen 41 Tahun 2023

23. Titik serah (atga


sale
A e Sa
point) adalah titik/lokasi serah terimadbarang
24. HargaR eng Acuan yang selanjutnya disingkat
Batubara g g A
aHBA adalah harga batubara yang ditetapkan oleh Menteri
R e n
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
25. Harga Mineral Logam Acuan yang selanjutnya disingkat HMA adalah harga mineral logam yang ditetapkan
oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
26. Harga Patokan Batubara yang selanjutnya disingkat HPB adalah harga Batubara yang ditentukan pada suatu
tra
titik serah penjualan (at sale point) secara FOB vessel sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
u
27. Harga Patokan Minerale S
yang
p utraMineral yang ditentukan pada suatu
aselanjutnya disingkat HPM adalahapharga
g a Ad
titik serah penjualan A d eS
(at sale point) sesuai dengan ketentuan yang berlaku
n g
e adalah harga yang disepakati antara g a
g penjual dan pembeli untuk komoditas tambang Mineral atau
28. HargaR
Ren
Jual
Batubara pada titik serah tertentu dan waktu tertentu.
29. Harga Dasar Royalti adalah harga tertinggi dari perbandingan antara Harga Jual/transaksi dengan HPB/HPM.
30. Tanggal Pengapalan adalah tanggal diterbitkannya dokumen bill of lading atau dokumen lain yang menjadi
bukti berangkatnya moda pengangkutan air.

p u tra
31. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh menteri yang menyelenggarakan

d e Sa keuangan negara selaku bendahara umum


urusan pemerintahan di bidang
a
negara untuk menampung seluruh
A
a dan membayar seluruh pengeluaran negara.apu t r
g g
penerimaan negara
S atau luar negeri, yang mempunyai kewajiban
32. WajibR en adalah orang pribadi atau badan dari dalam
Bayar d e
negeri
g g a APerundang-undangan.
Ren
membayar PNBP, sesuai dengan ketentuan Peraturan
33. Volume penjualan adalah volume yang menunjukan banyaknya atau besarnya jumlah mineral atau batubara
yang terjual.
34. Biaya angkut tongkang (barge) adalah biaya pengangkutan batubara dalam rangka penjualan dengan
menggunakan tongkang (barge) dari pelabuhan muat akhir milik pemegang IUP atau IUPK batubara menuju
lokasi Free On Board di atas Kapal pengangkut (vessel) atau pelabuhan bongkar, meliputi biaya sewa kapal
tunda, biaya tongkang, dan/atau biaya jasa alur (channel fee) serta tidak termasuk penerimaan negara lainnya
(pajak dan PNBP)
35. Biaya angkut Tongkang (barge) Aktual adalah biaya angkut Tongkang (barge) yang ditagihkan dalam bentuk
invoice.
36. Biaya penyesuaian standar terendah adalah biaya transhipment standar dan biaya barge standar dengan jarak
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
dari FOB Barge ke pelabuhan anchorage adalah 0 (nol) nautical mile menggunakan ukuran tongkang terbesar.

a putra
37. Biaya transhipment adalah biaya pemindahan Batubara dalam rangka penjualan dari tongkang (barge) ke
ra biaya tenaga buruh, dan/atau
e
kapal pengangkut (vessel) S p u
yang terdiri atas biaya stevedoring, biaya tmooring,
ga Ad e Sa (pajak dan PNBP)
biaya jasa pandu serta tidak termasuk penerimaan negara d lainnya
38. BiayaR eng
transhipment g g
Aktual adalah biaya transhipmenta Ayang ditagihkan dalam bentuk invoice.
39. Biaya angkutan vessel (Freight MV Cost)
en biaya pengakutan bahan galian komoditas batubara dalam
Radalah
rangka penjualan dengan menggunakan moda angkutan vessel dari lokasi FOB Vessel menuju pelabuhan
bongkar yang ditentukan oleh pembeli Batubara serta tidak termasuk penerimaan negara lainnya (pajak dan
PNBP).

pu tra
40. Biaya angkutan vessel (Freight MV Cost) Aktual adalah biaya angkutan vessel (MV Cost) yang ditagihkan dalam
tra
bentuk invoice.
de Sa Sa pu
g gaA A de
41. Biaya Penyesuaian Standar adalah biaya penyesuaian yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
a
Re n
42. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan n gg transaksi
data keuangan yang diproses dengan beberapa
R e
sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan.
43. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan mineral dan batubara.

pu tra
44. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya
mineral.
de Sa
ga A pu tra
45. Pejabat Kuasa Pengelola PNBP pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara yang selanjutnya disebut
g Sa
Ren de
Pejabat Kuasa Pengelola PNBP adalah pejabat pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara yang diberi
A
ng ga
kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Pimpinan Instansi Pengelola PNBP dalam Pengelolaan
R e
PNBP yang menjadi tanggung jawabnya, serta tugas lain terkait PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
46. PNBP terutang adalah kewajiban PNBP dari wajib bayar kepada pemerintah pusat yang wajib dibayar pada
waktu tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
47. Lelang adalah cara penawaran WIUP atau WIUPK dalam rangka pemberian IUP Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, IUPK Eksplorasi, dan/atau IUPK Operasi Produksi mineral logam dan batubara.
48. Biaya pengiriman adalah biaya pengangkutan Mineral berupa bijih (ore) dengan menggunakan tongkang
(barge) dari pelabuhan muat akhir milik pemegang IUP Mineral atau IUPK mineral menuju lokasi Free On Board
di atas Kapal pengangkut (vessel) atau pelabuhan bongkar, meliputi biaya tongkang serta tidak termasuk
penerimaan negara lainnya (pajak dan PNBP).
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
49. Verifikasi adalah kegiatan pengujian pemenuhan kewajiban pembayaran/penyetoran PNBP berdasarkan data

p utra
dan dokumen pendukung yang disampaikan oleh wajib bayar dan dapat meliputi pemeriksaan lapangan. Definisi angka 50 hanya yg

e
50. Kode billing kedaluwarsa S a
adalah
p u tra
kode billing atas transaksi PNBP yang tidak dibayarkan dalam jangka waktu kurang bayar tp yang lebih
A d S a
ga belum dapat diakui transaksinya. Ade
tertentu sehingga
n g
bayar dan lunas belum ada.

Retransaksi adalah tanggal diterbitkannya


51. Tanggal
n g ga penjualan final yang disepakati oleh kedua belah pihak
invoice
(pembeli dan penjual). Re
52. Intermediate Stockpile yang selanjutnya disebut ISP adalah lokasi penyimpanan sementara batubara.
53. Pemeriksaan adalah kegiatan memeriksa pemenuhan kewajiban pembayaran/penyetoran PNBP yang
dilakukan oleh instansi pemeriksa sesuai dengan ketentuan perudang-undangan.

p u tra BAB II
a
trPAJAK
S a pu
A de JENIS PENERIMAAN NEGARA
d e Sa
BUKAN

gga aA
Pasal 2
JenisR e n g g
Ren
PNBP yang berlaku pada Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara terdiri dari:
a. PP 26/2022 dan kontrak
a. iuran tetap;
b. iuran produksi/royalti; b.pp 26/2022 dan kontrak,
pp 15/2022
c. DHPB;
d. pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B; c. pkp2b

p u tra
e. Penjualan Hasil Tambang (PHT); d. pp 15/2022
a wilayah izin usaha pertambangan;
Suntuk
d e
f. pencadangan wilayah
tra
A Pusat sebesar 4% (empat persen) daripukeuntungan e. pp 15/2022
g. bagian g
g a
Pemerintah
a bersih pemegang IUPK dan
e n de S
Rpemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian
A untuk mineral logam dan batubara; f. pp26/2022

h. kompensasi data informasi wilayah Izing


a
g Pertambangan atau wilayah Izin Usaha Pertambangan
e n Usaha g. pp26/2022, pp15/2022.

Khusus untuk mineral logam dan R


batubara; h. pp26/2022
i. kompensasi data informasi perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan atau perluasan wilayah Izin
i. pp96/2021 pasal 140
Usaha Pertambangan Khusus untuk mineral logam dan batubara;
tambahan jenis dan tarif
j. jaminan kesungguhan lelang atau penawaran prioritas WIUP atau WIUPK mineral logam dan batubara
pada revisi pp 26
dalam hal peserta lelang yang telah lolos prakualifikasi, namun tidak memasukan surat penawaran
harga atau peserta lelang yang ditetapkan sebagai pemenang lelang tidak mengajukan permohonan IUP j. pp26/2022

atau IUPK; k. pp26/2022

k. jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi mineral logam, mineral bukan logam, batuan
l. PMK 17/2022
dan batubara, dalam hal pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan kegiatan eksplorasi;
l. Denda dan dana Kompensasi pemenuhan kebutuhan batubara dalam negeri atas tidak terpenuhinya
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
kebutuhan batubara dalam negeri; jika perpres terkait MIP terbit

utra
maka jenis PNBP huruf l.
m. Denda administratif atas keterlambatan pembangunan fasilitas pemurnian;
S a p tra dihapus
n. Jenis penerimaanenegara
p u
lain yang diatur dengan ketentuan perundang-undangan.

ga Ad e Sa m. (dasar pengenaan jenis


g d
Ren g g aA dan tarif baru ada di kepmen

Ren
esdm) → menunggu notulen
rapat terkait denda
administratif tsb

Catatan:

1.inventarisasi untuk jenis


ra
a put u tra dan tarif serta rferensinya

de S Sa p
aA de 2. jamrek

n g g g a A
Re Ren
g 3.pembayaran jaminan
kesungguhan tetapi blm
mmbayar KDI

BATAS PEMBAHASAN 20
Juni 2023

pu tra
de Sa Pasal 3

ga A p u tra
(1)
n g
PNBP yang berasal
e Sa Pasal 2 huruf a dikenakan terhadap WIUP,
dari iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam
d e
R wilayah KK, dan wilayah PKP2B.
WIUPK,
g g aA
(2)
Ren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dikenakan
PNBP yang berasal dari iuran produksi/royalti
terhadap penjualan komoditas tambang:

a. Mineral logam;
b. Batubara;
c. Intan; dan
d. Pasir laut yang mengandung mineral yang berada di wilayah laut lebih dari 12 mil laut atau berbatasan
langsung dengan Negara lain.

(3) PNBP yang berasal dari DHPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c dikenakan terhadap hasil
penjualan komoditas tambang batubara.
(4) PNBP yang berasal dari pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
huruf d dikenakan terhadap penjualan komoditas tambang batubara;
(5)
utra
PNBP yang berasal dari PHT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e dikenakan terhadap hasil penjualan
p
e S
komoditas tambang batubara;a
p u tra
A d Sausaha pertambangan sebagaimana dimaksud
(6) g a
PNBP yang berasal d e
dari pencadangan wilayah untuk wilayah izin
dalam eng2 huruf f dikenakan terhadap penelusuran
RPasal g g a A informasi wilayah pertambangan dan pencadangan
wilayah; Ren
(7) PNBP yang berasal dari bagian Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) dari keuntungan bersih pemegang
IUPK dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g dikenakan terhadap keuntungan bersih.
(8)
pu tra
PNBP yang berasal dari kompensasi data informasi WIUP atau WIUPK untuk mineral logam dan batubara
ra
tdata
S
sebagaimana dimaksudedalama Pasal 2 huruf h dikenakan terhadap
a pu dan informasi WIUP mineral logam
A d e S
d atau batubara yang akan diberikan dengan cara
a akan dilelang dan WIUPK mineral
atau batubaragyang
g a Alogam
n
Reatau melalui lelang. g g
Ren
prioritas
(9) PNBP yang berasal dari kompensasi data informasi perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan atau
perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus untuk mineral logam dan batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf i dikenakan terhadap perluasan WIUP atau WIUPK.
(10) PNBP yang berasal dari jaminan kesungguhan lelang atau penawaran prioritas WIUP atau WIUPK mineral

p u tra
logam dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf j dikenakan terhadap jaminan kesungguhan
lelang WIUP atau WIUPK S a logam atau batubara dari peserta lelang yang telah lolos prakualifikasi,
A d e mineral
t rayang ditetapkan sebagai pemenang
g a
namun tidak memasukan u
surat penawaran harga atau pesertaplelang
eng tidak mengajukan permohonan IUP atau
lelangRnamun d e Sa
IUPK.
PNBP yang berasal dari jaminan kesungguhan g g a A kegiatan eksplorasi mineral logam, mineral bukan
Rendimaksud dalam Pasal 2 huruf k dikenakan terhadap jaminan
(11) pelaksanaan
logam, batuan dan batubara sebagaimana
kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi mineral logam, mineral bukan logam, batuan dan batubara
dari pemegang IUP atau IUPK yang tidak melaksanakan kegiatan eksplorasi.
(12) PNBP yang berasal dari Denda dan Dana Kompensasi pemenuhan kebutuhan batubara dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf l dikenakan atas tidak terpenuhinya kewajiban pemenuhan
penjualan batubara untuk kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation) atau tidak memenuhi kontrak
penjualan;
(13) PNBP yang berasal dari Denda administratif atas keterlambatan pembangunan fasilitas pemurnian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf m dikenakan terhadap pembangunan fasilitas pemurnian yang
tidak memenuhi persentase kemajuan fisik paling sedikit 90% (sembilan puluh persen) pada 2 (dua) periode
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
evaluasi kemajuan fisik pembangunan fasilitas pemurnian.

u tra
Sap ra
Pasal 4
ut
Ade ap
Jenis PNBP berupa iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dikenakan kepada pemegang IUP,
ga S
n g A
IUPK, IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian, KK, dan PKP2B. de
Re gga
Ren Pasal 5
Jenis PNBP berupa iuran produksi/royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dikenakan kepada
pemegang:
a. IUP Operasi Produksi mineral logam;
b. IUP Operasi Produksi batubara;
c. IUPK Operasi Produksi mineral logam; pu tra tra
de
d. IUPK Operasi Produksi batubara;
Sa Sa pu
g a A A de
g a
Ren ggusaha yang tidak bergerak di bidang pertambangan mineral
e. IUPK Operasi Produksi sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian;
f. R e
IUP Operasi Produksi untuk penjualan bagi n
badan
dan batubara yang menjual mineral dan batubara yang tergali;
g. KK;
h. IUP Operasi Produksi untuk pasir laut yang mengandung mineral untuk wilayah laut lebih dari 12 mil atau
Berbatasan Langsung dengan Negara Lain.

pu tra Pasal 6
de Sa
ga p u tra
Pengenaan iuran produksi/royalti terhadap komoditas tambang mineral logam sebagaimana dimaksud dalam
A
n
Pasal 3 ayat (2)
e de Sa dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
ghuruf a atau intan dari pemegang KK sebagaimana
dilakukanRdengan ketentuan: aA
g g
Ren logam berupa bijih (raw material atau ore) apabila pemegang
a. dikenakan terhadap komoditas tambang mineral
IUP Operasi Produksi mineral logam, atau IUPK Operasi Produksi mineral logam tidak melakukan kegiatan
pengolahan dan/atau pemurnian secara sendiri;
b. dikenakan terhadap produk logam timah batangan yang diperjualbelikan di bursa komoditas dalam negeri;
c. dikenakan terhadap komoditas tambang mineral logam berupa produk hasil pengolahan dan/atau pemurnian
apabila pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam, IUPK Operasi Produksi mineral logam, atau KK tidak
melakukan kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian secara sendiri;
d. dikenakan terhadap komoditas tambang mineral logam berupa produk hasil pengolahan dan/atau pemurnian
apabila pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam, IUPK Operasi Produksi mineral logam, atau KK
melakukan kegiatan pengolahan dan/atau pemurnian secara sendiri; atau
e.ini dikenakan
Dokumen terhadap
telah ditandatangani komoditas
secara elektronik tambang
menggunakan mineral
sertifikat berupa
elektronik intan dari
yang diterbitkan olehpemegang
BSrE KK.
Pasal 7

u tra
Jenis PNBP berupa DHPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dikenakan kepada pemegang PKP2B.
Sap ut ra
Ade p
Pasal 8
S a
n g ga A de
Jenis PNBP berupa pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4)
dikenakan e
Rkepada pemegang IUPK a
gg operasi
sebagai kelanjutan kontrak/perjanjian batubara sesuai peraturan
R e n
perundang-undangan.
Pasal 9
Jenis PNBP berupa PHT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) dikenakan kepada pemegang IUPK sebagai
kelanjutan operasi kontrak/perjanjian batubara.

pu tra tra
Pasal 10 Perpres 55 tahun 2022,

de
Jenis PNBP berupa pencadangan wilayah Sa
untuk wilayah izin usaha
S a p u
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
pendelegasian weewnang ke

A
ga pemegang IUP mineral bukanglogam,
Pasal 3 ayat (6) kepada
e
Adbatuan, dan mineral bukan logam jenis tertentu.
daerah, pp 26

n g a
Re g
Ren Pasal 11
Jenis PNBP berupa bagian Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) dari keuntungan bersih pemegang IUPK
dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (7) dikenakan kepada pemegang IUPK dan IUPK sebagai kelanjutan
operasi kontrak/perjanjian.

pu tra Pasal 12

de Sa
Jenis PNBP berupa kompensasi data informasi WIUP atau WIUPK untuk mineral logam dan batubara sebagaimana
a A u t ra
n gg
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (8) dikenakan kepada:
Sa p
R
a. badan e
usaha, koperasi, atau perusahaan A d
perseoranganeyang ditetapkan sebagai pemenang lelang WIUP
gg a
mineral logam atau batubara;
R en
b. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah yang memperoleh WIUPK mineral logam atau
batubara dengan cara prioritas atau melalui lelang; atau
c. badan usaha swasta yang ditetapkan sebagai pemenang lelang WIUPK mineral logam atau batubara.
Pasal 13
Jenis PNBP berupa kompensasi data informasi perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan atau perluasan
wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus untuk mineral logam dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (9) dikenakan kepada pemegang IUP dan IUPK tahap kegiatan Operasi Produksi Mineral logam atau
Batubara yang telah memperoleh persetujuan atas rencana kerja perluasan WIUP atau WIUPK dari Menteri cq.
Direktur Jenderal.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Pasal 14

utra
Jenis PNBP berupa jaminan kesungguhan lelang atau penawaran prioritas WIUP atau WIUPK mineral logam dan
p
batubara yang ditetapkan e S a
menjadi
p u
milik Pemerintah Pusat sebagaimana tradimaksud dalam Pasal 3 ayat (10)
a Ad lelang WIUP atau WIUPK minerale logam
dikenakan kepadagpeserta Sa atau batubara yang telah menempatkan
g A d
Ren
jaminan kesungguhan g g
lelang yang dilaksanakan oleh
n
aMenteri apabila peserta lelang WIUP atau WIUPK mineral
logam atau batubara: R e
a. telah lolos tahap prakualifikasi, tetapi tidak memasukkan surat penawaran harga untuk mengikuti tahap
kualifikasi sepanjang sudah ada penetapan pemenang lelang; atau
b. telah ditetapkan sebagai pemenang lelang, tetapi tidak mengajukan permohonan IUP Eksplorasi atau IUPK
Eksplorasi mineral logam atau batubara.
pu tra tra
Sa Sa pu
Ade
Pasal 15 Permen 7 tahun 2020

ga A de
Jenis PNBP berupa jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi mineral logam, mineral bukan logam,
g
pasal 40

R e n
en gga
batuan dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (11) dikenakan kepada pemegang IUP eksplorasi
R
atau IUPK eksplorasi yang diterbitkan oleh Menteri apabila tidak melakukan kegiatan eksplorasi dan/atau IUP
Eksplorasi atau IUPK Eksplorasinya dicabut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
Jenis PNBP berupa Denda dan dana Kompensasi pemenuhan kebutuhan batubara dalam negeri atas tidak

u tra
terpenuhinya kebutuhan batubara dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (12) dikenakan kepada
p
d e Sa tahap kegiatan Operasi Produksi Batubara,
pemegang Izin Usaha Pertambangan
a Izin Usaha Pertambangan Khusus
A t r
u Pertambangan Batubara tahap Operasi
a Produksi Batubara, Perjanjian Karya Pengusahaan
g g
tahap kegiatan Operasi
S a p
Produksi,R enIzin Usaha Pertambangan Khusus sebagaiAKelanjutan
dan de Operasi Kontrak/Perjanjian Batubara yang
gg a
tidak memenuhi kebutuhan.
R e n
Pasal 17
Jenis PNBP berupa Denda adiministratif atas keterlambatan pembangunan fasilitas pemurnian sebagaimana Menunggu surat dari
kemenkeu terkait penetapan
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (13) dikenakan kepada pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Operasi
tarif PNBP dimaksud
Produksi Mineral logam, Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Mineral logam, dan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian yang melakukan penjualan
produk pertambangan hasil pengolahan dan mineral logam dengan kriteria tertentu ke luar negeri.
BAB III
TATA CARA PENGHITUNGAN
Pasal 18
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(1) Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP yang berasal dari berupa iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam

utra
Pasal 2 huruf a dihitung sendiri oleh pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
p
(2) Jumlah PNBP terutange S a
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) u
p tra dengan ketentuan Luas Wilayah
dihitung

g a Ad e Sa
dikalikan Tarif.
ng d
(3) Resebagaimana
Tarif dimaksud pada ayat g a A sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam
(2)gdihitung
peraturan perundang-undangan atau
en
Rkontrak/perjanjian.
(4) Penghitungan jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan:
a. kewajiban tahun pertama dihitung berdasarkan jumlah bulan sejak IUP, IUPK, IUPK sebagai kelanjutan
operasi kontrak/perjanjian, KK atau PKP2B disesuaikan sampai dengan tanggal 31 Desember pada

p tra
tahun berjalan, di mana bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh;
u a
trsampai
S a
b. kewajiban tahuneberikutnya a pu
dihitung untuk periode 1 Januari dengan tanggal 31 Desember;
A d e S
c. kewajiban
n g g a Ad
ga tahun terakhir dihitung berdasarkan jumlah bulan sejak tanggal 1 Januari sampai dengan
e
Rberakhirnya IUP, IUPK, IUPK sebagain g
kelanjutan operasi kontrak/perjanjian, KK atau PKP2B, di mana
Re
bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
d. dalam hal terdapat peningkatan kegiatan dari tahap eksplorasi ke tahap operasi produksi pada tahun
berjalan, tarif iuran tetap dihitung sebesar selisih antara tarif iuran tetap pada tahap operasi produksi
dengan tarif iuran tetap pada tahap eksplorasi berdasarkan jumlah bulan sejak penetapan peningkatan

p u tra
ke tahap operasi produksi diberikan sampai dengan tanggal 31 Desember tahun berjalan, di mana

e Sa 1 (satu) bulan penuh.


bagian dari bulan dihitung
a A d u t ra pada tahun berjalan, iuran tetap
n gg sebesar selisih antara iuran tetap untuk WIUP
e. dalam hal terdapat p
perluasan WIUP tahap kegiatan operasi produksi
Sasebelum perluasan dengan iuran tetap untuk
R e
dihitung d e
g g aA
R e n
WIUP setelah perluasan, berdasarkan jumlah bulan sejak perluasan WIUP ditetapkan sampai dengan
tanggal 31 Desember tahun berjalan, di mana bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
f. dalam hal terdapat penciutan WIUP pada tahun berjalan, iuran tetap dihitung sebesar selisih antara
Huruf f: penghitungan
iuran tetap untuk WIUP sebelum penciutan dengan iuran tetap untuk WIUP setelah penciutan,
dilakukan untuk kompensasi
berdasarkan jumlah bulan sejak penciutan WIUP ditetapkan sampai dengan tanggal 31 Desember
lebih bayar
tahun berjalan, di mana bagian dari bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh.
g. Dalam hal terdapat perubahan Surat Keputusan atas Jenis PNBP yang berasal dari iuran tetap
sebagaimana dimaksud pada pasal 4 yang menimbulkan kekosongan dasar hukum maka jenis PNBP
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak dilakukan penghitungan PNBP terutang.
Pasal 19

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(1) Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP yang berasal dari berupa Iuran Produksi/royalti sebagaimana

u tra
dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dihitung sendiri oleh pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Sap u tra
Ade p
5.
a S a
(2) g
Jumlah PNBP
g terutang sebagaimana dimaksud pada d e
ayat (1) dihitung dengan ketentuan Volume penjualan
Ren Harga Dasar Royalti dikalikan Tarif.
dikalikan g g aA
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada R
en
ayat (2) dihitung sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan atau kontrak/perjanjian.
(4) Penghitungan jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan atas penjualan
a. Mineral; atau
b. Batubara.
pu tra tra
de Sa Sa pu
g a A Pasal 20e
Ad dari berupa DHPB sebagaimana dimaksud dalam
n g g a
(1)
Re
Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP
Pasal 2 huruf c dihitung sendiri olehR
yang
pemegang
berasal
eng Izin PKP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
(2) Jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan ketentuan Volume penjualan
dikalikan Harga Dasar Royalti dikalikan Tarif.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam

tra
kontrak/perjanjian.
pu
Sa
(4) Penghitungan jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan atas penjualan
de
batubara.
ga A pu tra
g Sa
Ren A de
Pasal 21
ga
R eng
(1) Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP yang berasal dari berupa pemanfaatan barang milik negara eks PP 15 harga jual perlu
PKP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d dihitung sendiri oleh pemegang Izin sebagaimana klarifikasi lebih lanjut

dimaksud dalam Pasal 8.


(2) Jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan ketentuan Volume penjualan
dikalikan Harga Dasar Royalti dikalikan Tarif.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
(4) Penghitungan jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan atas penjualan
batubara.

Pasal 22
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(1) Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP yang berasal dari berupa PHT sebagaimana dimaksud dalam Pasal PP 15 harga jual perlu

utra
klarifikasi lebih lanjut
2 huruf e dihitung sendiri oleh pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
S a p tradengan ketentuan Volume penjualan
(2) e
Jumlah PNBP terutang
d p u
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

g a
dikalikan Harga
ADasar Royalti dikalikan Tarif; d e Sa
(3) Tarif
ng
Resebagaimana dimaksud pada ayat g a A sesuai dengan tarif sebagaimana diatur dalam
(2)gdihitung
peraturan perundang-undangan; Ren
(4) Penghitungan jumlah PNBP terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan atas penjualan
batubara.

u t ra Pasal 23

ap dimaksud dalam Pasal 19aayat


Produk penjualan Mineral sebagaimana
S pu trahuruf a terdiri dari:
(4)
a. Logam; A de d eS
g ga A
R enantara/konsentrat;
b. Produk dan
n g ga
c. Bijih (ore). Re
Pasal 24
(1) Titik royalti sebagai pembanding HPM untuk produk penjualan Mineral berupa Logam, Produk
antara/konsentrat; dan Bijih (ore) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 pada titik serah (at sale point).
(2) Penghitungan Harga
u ra
Dasar
t
Royalti untuk produk penjualan Mineral berupa Logam, Produk

S a
antara/konsentrat; dan Bijihp (ore) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan harga yang lebih

A
tinggi antara Harga
e
dJual dengan HPM. t ra
gg a p u
e n Pasal 25e Sa Tgl 7 maret 2023
R A d
(1)
gg a
Tarif royalti komoditas Bijih Nikel sebesar 2% dapat dikenakan kepada pemegang Izin : Alur DBN untuk menentukan
a. IUP Operasi Produksi Mineral Logam; R en apakah perusahaan
mendapatkan tarif 2% apa
b. IUPK Operasi Produksi Mineral Logam; dan/atau
tidak
c. KK
(2) Tarif royalti bijih nikel sebesar 2% sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap bijih nikel
dengan kadar Ni ≤ 1,5% yang penjualannya dilakukan secara langsung kepada end user kepada sebagai
industri pengolah bahan baku industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai di dalam negeri sesuai
Note 15 Agustus 2023:
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pasal 28 ayat (3)
Alt ayat (2)
dan ayat (4) dikonfirmasi ke
Tarif royalti bijih nikel sebesar 2% sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan terhadap bijih nikel Direktorat Pengusahaan
dengan kadar Ni ≤ 1,5% yang penjualannya digunakan sebagai bahan baku industri kendaraan bermotor Mineral

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
listrik berbasis baterai di dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang Ketentuan Pasal 28

utra
dimintakan rekomendasi dan
berlaku.
S a p tra redaksional tertulis dari

de ap u Direktorat Pengusahaan

ga A eS
n telah dilakukan verifikasi teknis. ga A d
(3) Industri Kendaraan Bermotor listrik berbasis baterai di dalam negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
g Mineral

Reyang
adalah
ng
Alt ayat (3) R e
Industri Pengolah Bahan Baku Industri Kendaraan Bermotor listrik berbasis baterai di dalam negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah industri pengolah bahan baku Industri Kendaraan Bermotor
listrik berbasis baterai yang telah mendapatkan rekomendasi dari instansi terkait sesuai dengan tugas dan
kewenangannya.
pu tra a
trsebagaimana
Sa tarif royalti bijih nikel sebesar
a p u
(4)
A de
Ketentuan lebih lanjut mengenai
e S 2% dimaksud pada ayat (2)

n g gaMenteri.
ditetapkan oleh
g a Ad
(5) Re teknis sebagaimana dimaksud
Verifikasi
Ren
gpada ayat (3) dilakukan dengan melibatkan Kementerian
Perindustrian dan K/L terkait.
Pasal 26
Titik jual Batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf b, Pasal 20 ayat (4), Pasal 21 ayat
(4) dan Pasal 22 ayat (4) terdiri atas:

pu tra
a. Free on Board Vessel (FOB Vessel):
a pengangkutan (vessel anchorage) anchorage; dan/atau
Skapal
A d e
1. Free on Board
t ra
gg a
2. Free on Board kapal pengangkut (vessel) bersandar. pu
e n d e Sa
R
b. Free on Board Barge (FOB Barge):
g g aA
Renbersandar di pelabuhan yang dapat disandari kapal pengangkut
1. Free on Board tongkang (barge); dan/atau
2. Free on Board tongkang (barge)
(vessel).
c. Free Alongside Ship (FAS);
d. Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost and Freight (CNF) menggunakan kapal pengangkut (vessel)
sampai dengan pelabuhan pengguna akhir yang terdiri atas:
1. Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost and Freight (CNF) menggunakan kapal pengangkut (vessel)
tidak dapat bersandar di pelabuhan pada (anchorage); dan/atau
2. Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost and Freight (CNF) menggunakan kapal pengangkut (vessel)
yang bersandar di pelabuhan
e. Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost and Freight (CNF) menggunakan tongkang (barge) sampai
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
dengan pelabuhan pengguna akhir yang terdiri atas:

utra
1. Cost Insurance Freight (CIF) atau Cost and Freight (CNF) menggunakan tongkang (barge) tidak
p
e S
dapat bersandar a
p u
di pelabuhan pada (anchorage); dan/atautra
ga Ad e Sa (CNF) menggunakan tongkang (barge) yang
2. Cost
g Insurance Freight (CIF) atau Cost and dFreight
Ren bersandar di pelabuhan g g aA
f. penjualan di lokasi pembangkitR
en
listrik mulut tambang;
g. penjualan dengan moda transportasi darat, terdiri atas:
1. penjualan satu pulau atau bukan satu pulau dengan menggunakan moda transportasi darat
sampai dengan fasilitas penyimpanan batubara milik pengguna akhir yang bukan afiliasinya;

p u tra
2. penjualan satu pulau atau bukan satu pulau dengan menggunakan moda transportasi darat
tra
d e
sampai denganSa fasilitas Sa pu
penyimpanan batubara milik pengguna akhir yang merupakan

g g aA
afiliasinya;
a A de
R en
3. n
penjualan satu pulau atau bukan
e ggsatu pulau dengan menggunakan moda transportasi darat
R
melalui Izin Pengangkutan dan Penjualan; dan/atau
4. penjualan satu pulau atau bukan satu pulau dengan menggunakan moda transportasi darat
bukan sampai dengan fasilitas penyimpanan Batubara milik pengguna akhir;
h. penjualan/penyerahan Batubara untuk keperluan sendiri dalam kegiatan pertambangan; dan
i. tra
penjualan/penyerahan Batubara yang dimanfaatkan dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan.
pu
e Sa Pasal 27 Note 15 Agustus 2023:

a A d u t ra moda pengangkutan air pertama


n gg
Titik royalti untuk komoditas batubara ditentukan berdasarkan
Sa p
penggunaan Ketentuan Pasal 30 akan

R e
kali dalam rangka penjualan. d e dikonfirmasi pada pertemuan

g g aA selanjutnya oleh Ditjen

Ren Minerba

Pasal 28
(1) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a angka 1 menggunakan
harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dengan HPB Vessel, kemudian dikurangi biaya transhipment
terendah antara biaya transhipment aktual dengan biaya transhipment standar, dan biaya barge terendah
antara biaya barge aktual dengan biaya barge standar;
(2) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a angka 2 menggunakan
harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dengan HPB Vessel;
(3) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b angka 1 menggunakan
harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dengan HPB Vessel dikurangi biaya transhipment standar dan
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
biaya barge standar dengan jarak dari FOB Barge ke pelabuhan anchorage adalah 0 (nol) nautical mile;

a putra
(4) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b angka 2 menggunakan
a
e antara Harga Jual dengan HPB Vessel; utr
S
harga yang lebih tinggi
Ad p
Sadalam Pasal 26 huruf c menggunakan harga
(5) g
Penghitungana d e
Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud
ng tinggi antara Harga Jual dengangaHPB
Relebih
A
yang
e n g Vessel yang dikurangi biaya transhipment standar,
R (antara biaya barge aktual dengan biaya barge standar);
kemudian dikurangi biaya barge terendah
(6) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d angka 1 menggunakan
harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dikurangi biaya aktual (freight MV cost) dengan HPB Vessel,
kemudian dikurangi biaya transhipment terendah (antara biaya transhipment aktual dengan biaya

p u tra
transhipment standar), dan biaya barge terendah (antara biaya barge aktual dengan biaya barge standar
tra
Sa ke pelabuhan anchorage terdekat);p u
A de
dengan jarak dari FOB Barge
d e Sa
(7)
g g
Penghitungana Harga Dasar Royalti sebagaimana
a A
dimaksud dalam Pasal 26 huruf d angka 2 menggunakan
n
Reyang lebih tinggi antara HargaRJual g g
harga
endikurangi biaya aktual (freight MV cost) dengan HPB Vessel;
(8) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e angka 1 menggunakan
harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dikurangi biaya barge aktual dengan HPB Vessel dikurangi biaya
transhipment standar dan biaya barge terendah (perbandingan biaya barge aktual dengan biaya barge
standar dengan jarak dari FOB Barge ke pelabuhan anchorage terdekat);
(9) tra
Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e angka 2 menggunakan
p u
harga yang lebih tinggi Sa Harga Jual dikurangi biaya barge aktual dengan HPB Vessel;
A d e antara
t a 26 huruf f menggunakan Harga
rPasal
gg
(10) Penghitungana Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud p u
dalam
e n d e Sa
R
Jual;
A
g g adimaksud
R en
(11) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dalam Pasal 26 huruf g angka 1 menggunakan
Harga Jual;
(12) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf g angka 2, angka 3 dan
angka 4 menggunakan harga yang lebih tinggi antara Harga Jual dengan HPB vessel yang dikurangi biaya
penyesuaian standar terendah;
(13) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf h menggunakan HPB
Vessel dikurangi biaya penyesuaian standar terendah;
(14) Penghitungan Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf i diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
Dalam hal penjualan komoditas batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4) huruf b dilakukan
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
melalui ISP, maka biaya angkut tongkang (barge) dari pelabuhan muat ke fasilitas ISP tidak diperhitungkan
sebagai biaya pengurang.
u tra
Sap ut ra
Ade p
Pasal 30
S a
n g ga A de
(1) Biaya angkutan tongkang (barging) standar dengan Penghitungan sebagai berikut:
Re Ukuran gga
Tongkang Ren
Formula Biaya Barge/Tongkang (USD/Ton)
(kaki, feet)
< 270 Biaya Barge = [0,0221 x Jarak Tempuh
Tongkang (Nautical Mile)] + 3,7406

pu tra Barge = [0,0184 x Jarak Tempuh


270 – 330
Biaya
tra
Sa Tongkang (Nautical Mile)] + 3,1172
pu
A de d e Sa
a
gg > 330 a A x Jarak Tempuh
Biaya Barge = [0,0154
R e n n g g
Re(Nautical
Tongkang Mile)] + 2,6022
keterangan:
Konversi 1 Nautical Mile (NM) = 1,852 Kilometer
(2) Biaya transhipment standar maksimum sebesar 4 USD/ton.
Pasal 31

u
Dalam hal pemegang IUP komoditas
p trabatubara, IUPK komoditas batubara, IUPK sebagai Kelanjutan Operasi
d e Sa batubara atau PKP2B tidak menyampaikan
Kontrak/Perjanjian komoditas
a bukti atas biaya barge aktual, biaya
A
a dan/atau biaya aktual (freight MV cost), maka u t r
transhipment g
e n gaktual S ap biaya dianggap 0 (nol).
R A
Pasal d
32
e
a
ggpencampuran, penghitungan Royalti menggunakan:
en
Dalam hal komoditas tambang Batubara dilakukan
R
a. harga tertinggi antara Harga Jual campuran, Harga Patokan Batubara campuran, atau Harga Patokan
Batubara Induk untuk Batubara campuran;
b. kualitas Batubara yang menghasilkan harga tertinggi antara kualitas Batubara yang terjual, kualitas
Batubara campuran, atau kualitas Batubara induk untuk Batubara campuran; dan
c. tarif royalti Batubara tertinggi antara tarif Batubara campuran, atau tarif Batubara induk untuk Batubara
campuran.
Pasal 33
(1) Harga Batubara, biaya barge standar, biaya transhipment standar, biaya barge aktual, biaya transhipment
aktual, biaya angkutan vessel (Freight MV Cost) aktual dihitung dalam mata uang Rupiah atau dalam dollar
Amerika Serikat.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(2) Nilai tukar mata uang dollar Amerika Serikat yang digunakan dalam penghitungan pada ayat (1) adalah nilai

u tra
kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal pengapalan atau hari sebelumnya.
Sap ut ra
Ade p
Pasal 34
S a
n g ga A de
(1) Pemegang IUP, IUPK, IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian, KK, dan PKP2B yang melakukan
penjualan a
Remineral atau batubara wajib menyampaikan
gg Laporan penjualan Mineral atau Batubara melalui e-
R en
PNBP.
(2) Laporan Penjualan Mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen/bukti
pendukung yang memuat:
a. invoice penjualan Mineral;

u tra tra
b. bill of lading atau dokumen lain yang menjadi bukti berangkatnya moda pengangkutan;
p
Sa p u
c.
de
certificate of analysis;
A d e Sa
d.
gg a
Kontrak Penjualan/purchase order;
aA
R e n g g
Ren
e. pemberitahuan ekspor barang apabila penjualan Mineral dilakukan langsung kepada pengguna akhir di
luar negeri.
f. Dokumen serah terima barang dari pemegang izin usaha pengolahan dan/atau pemurnian, apabila
penjualan mineral dilakukan setelah proses pengolahan dan/atau pemurnian.
(3) Laporan Penjualan Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen/bukti
pendukung yang memuat;
pu tra
a. e Sa
invoice penjualan Batubara;
d a
a A u t rmoda
b.
n gg
bill of lading atau dokumen lain yang menjadi bukti p
berangkatnya
S a pengangkutan;
c. R e
certificate of analysis;
A d e
gg a
d. Kontrak Penjualan/purchase order;
R en
e. Surat Keterangan Jarak tempuh pengangkutan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a
angka 1, huruf c, huruf d angka 1 dan huruf e angka 1;
f. invoice dan/atau kontrak biaya barge untuk titik serah penjualan batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 huruf a angka 1, huruf c, huruf d angka 1 dan huruf e;
g. invoice dan/atau kontrak biaya transhipment untuk titik serah penjualan batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 huruf a angka 1 serta huruf d angka 1;
h. invoice dan/atau kontrak freight MV cost untuk titik serah penjualan batubara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 huruf d;
i. pemberitahuan ekspor barang apabila penjualan Batubara dilakukan langsung kepada pengguna akhir di
luar negeri.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
j. Dokumen serah terima barang apabila penjualan batubara dilakukan untuk:

utra
1. penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dan kepentingan sendiri; atau
p
e
2. bahan baku/bahanS a
p u tra dan/atau pemurnian.
bakar untuk industri, selain industri pengolahan

g a Ad e Sa
d
Pasal 35
eng Mineral sebagaimana dimaksud
RPenjualan
Laporan g g A
adalam Pasal 34 ayat (2) huruf c berupa bijih sebagaimana
e n
dimaksud dalam Pasal 23 huruf c berupaR
certificate of analysis dalam rangka penjualan.
Pasal 36
Laporan Penjualan Batubara berupa certificate of analysis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf
c adalah:

u tra tra
a. certificate of analysis muat/loading pada titik penjualan FoB Vessel dalam Pasal 26 huruf a, FoB Barge
p
de Sa
dalam Pasal 26 huruf b, FaS Vessel dalam Pasal 26 huruf c.
Sa pu
gaA A de
b. certificate of analysis bongkar/discharge pada titik penjualan CIF vessel dalam Pasal 26 huruf d dan CIF
g
Re n
en gga
barge dalam Pasal 26 huruf e, dalam rangka penjualan di dalam negeri.
c.
R
certificate of analysis muat/loading pada titik penjualan CIF vessel dalam Pasal 26 huruf d dan CIF barge
dalam Pasal 26 huruf e dalam rangka penjualan ke luar negeri.
Pasal 37
Laporan Penjualan Mineral atau Batubara berupa certificate of analysis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34

u tra
ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf c wajib dilakukan uji analisis oleh surveyor yang terdaftar di Direktorat
p
e Sa
Jenderal Mineral dan Batubara.
a A d u t ra
n gg Pasal 38 p
Sa dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3) huruf e
R e d e
aA
Surat keterangan jarak tempuh pengangkutan Batubara sebagaimana
g g
Ren
dikeluarkan oleh:
a. kementerian/lembaga yang berwenang; atau
b. surveyor yang terdaftar di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara.

Pasal 39
(1) Penghitungan jumlah PNBP terutang berupa Iuran produksi/royalti sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat
(2), DHPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (2) dan PHT sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2) dihitung
melalui e-PNBP dengan tahapan:
a. Secara provisional berdasarkan rencana kualitas dan kuantitas pada saat tanggal
pengapalan/pengiriman/transaksi dengan Penghitungan tarif dikalikan volume penjualan dikalikan Harga
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Dasar Royalti pada saat tanggal pembuatan Billing Provisional dan dihitung dalam mata uang Rupiah atau
dalam dollar Amerika Serikat;
p utra
b. e S
Secara final berdasarkan a
p u
realisasi kualitas dan kuantitas dengantra
penghitungan tarif dikalikan volume
A d S a
n g ga Harga Dasar Royalti pada saat A
penjualan dikalikan de pengapalan/pengiriman/transaksi dan dihitung
tanggal
dalam a
Remata uang Rupiah atau dalam dollarnAmerika
gg Serikat;
c. Penghitungan dalam mata uang Rupiah
e
Rmengacu:
1. kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal pembuatan billing atau hari sebelumnya untuk penghitungan
iuran produksi/royalti secara provisional sebagaimana dimaksud pada huruf a;
2. kurs tengah Bank Indonesia sesuai dengan tanggal pengapalan/pengiriman/transaksi untuk

p tra
penghitungan iuran produksi/royalti secara final sebagaimana dimaksud pada huruf b;
u ra
tpada
S a a p u
d.
A de
Tanggal pengapalan/pengiriman/transaksi sebagaimana
e
dimaksud
S huruf a dan b berlaku ketentuan:
d menggunakan tanggal pengapalan/pengiriman;
n g ga bijih Mineral logam, dan produk
1. untuk Batubara,
g a Aantara
2. R e Mineral logam menggunakan tanggal g transaksi (invoice final); dan
Ren
untuk
3. untuk konsentrat tembaga dan Mineral pengikutnya menggunakan tanggal kapal sampai di tujuan.
(2) Harga Dasar Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan harga yang lebih tinggi antara
Harga Patokan dengan Harga Jual, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. HBA dan HMA berlaku sejak penetapan HBA dan HMA mulai berlaku;
b. tra
Harga Patokan Batubara mengacu pada HBA sesuai tanggal pembuatan billing provisional; dan
pu
c. Harga Patokan Mineral S a
A d e mengacu pada HMA sesuai tanggal pembuatan billing provisional.
t ra
(3)
g a
Harga Dasar Royalti
g p u
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menggunakan
a harga yang lebih tinggi antara
S
Ren dengan Harga Jual, berlaku ketentuan sebagai
Harga Patokan
A de berikut:
gg a
en
a. HBA dan HMA berlaku sejak penetapan HBA dan HMA mulai berlaku;
R HBA sesuai tanggal pengapalan; dan
b. Harga Patokan Batubara mengacu pada
c. Harga Patokan Mineral mengacu pada HMA sesuai tanggal transaksi (invoice final) untuk logam dan
konsentrat tembaga, sedangkan untuk bijih logam dan produk antara sesuai tanggal pengapalan.
(4) Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih HMA pada tanggal transaksi penjualan yang sama, maka HPM yang
digunakan mengacu pada HMA tertinggi.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Pasal 40

a p utra
Dalam hal uji analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 menggunakan surveyor yang tidak terdaftar di
ra analisis kualitas dan kuantitas
e S
Direktorat Jenderal Mineral
p
dan Batubara dan/atau tidak terdapat u thasil
ga Ad dalam Pasal 34, maka penghitungan e
a berdasarkan ketentuan sebagai berikut:
Sroyalti
sebagaimana dimaksud
g d
Renpatokan tertinggi antara kualitas n
a. harga HBAg a A dengan kualitas batubara pembentuk HPB tertinggi
gtertinggi
Re
pada periode verifikasi atau pemeriksaan;
b. harga patokan berdasarkan kualitas mineral pembentuk HPM tertinggi dalam hal tidak terdapat sebagian
data analisis kualitas pada periode verifikasi atau pemeriksaan;
c. harga patokan berdasarkan kualitas mineral pembentuk HPM tertinggi dengan mengacu pada Raw Of

p u tra
Analysis, laporan studi kelayakan, atau dokumen lain yang dapat dipertanggungjawabkan dalam hal tidak
tra
S a pada periode verifikasi atauapemeriksaan;
pu
Adedengan acuan antara lain billAofdlading,
terdapat data analisis kualitas
d. kuantitasg a
Batubara e S dokumen pemberitahuan ekspor barang, atau
g ga
Ren lain yang dapat dipertanggungjawabkan;
dokumen
Re n g
e. kuantitas Mineral dengan acuan antara lain bill of lading, dokumen pemberitahuan ekspor barang, atau
dokumen lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 41
Jumlah PNBP terutang atas jenis PNBP yang berasal dari pencadangan wilayah untuk wilayah izin usaha

p u tra
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f:
a
Sketentuan
A d e
a. dihitung sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
t ra peraturan perundang-undangan.
gg a
b. dipungut oleh Pejabat Kuasa Pengelola PNBP sesuai dengan p u
ketentuan
en d e Sa
R
g g a A42
Ren
Pasal
(1) Jumlah PNBP berupa bagian Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) dari keuntungan bersih pemegang
IUPK dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan batubara
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf g dihitung sendiri oleh pemegang Izin sebagaimana dimaksud
dalam pasal 11.
(2) Jenis PNBP terutang berupa bagian Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) dari keuntungan bersih
pemegang IUPK dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan
batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sebesar 4% (empat persen) dikalikan keuntungan
bersih setelah dikurangi pajak penghasilan badan pemegang IUPK dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan
operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan batubara setiap tahun sejak berproduksi berdasarkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen atau kantor akuntan publik yang terdaftar.
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(3) Pemegang IUPK dan pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi kontrak/perjanjian untuk mineral logam dan

utra
batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporan keuangan tahun sebelumnya
p
yang telah diaudit oleh e S a
auditor
p u
independen atau kantor akuntan publik trayang terdaftar kepada Menteri melalui
ga
Direktur Jenderal
Ad
paling lambat tanggal 30 April tahun d e Sa
berjalan.
g
enterdapat A
a dalam
(4) DalamRhal g g
perubahan keuntungan bersih
n penyajian kembali laporan keuangan yang telah
dilaporkan sebelumnya maka: R e
a. Wajib Bayar wajib melaporkan laporan keuangan perubahan yang telah diaudit oleh auditor independen
atau kantor akuntan publik yang terdaftar kepada Menteri melalui Direktur Jenderal paling lambat 10
(sepuluh) hari kerja sejak terbitnya hasil audit laporan keuangan.

pu tra
b. Terhadap kewajiban PNBP berupa bagian pemerintah pusat atas keuntungan bersih dilakukan
tra
Sa pu
A de
penghitungan kembali.
d e Sa
(5)
g ga
Terhadap penyesuaian penghitungan kewajiban PNBP
a Asebagaimana ayat dimaksud pada ayat (4), wajib bayar
wajibR e n
membayarkan kekurangannya dengann g g
penghitungan mengacu kepada keuntungan bersih tertinggi.
(6) Dalam hal terdapat
Re
perubahan ijin PKP2B atau KK menjadi IUPK sebagai kelanjutan operasi
kontrak/perjanjian dan IUPK untuk mineral logam dan batubara pada tahun berjalan, maka bagian
Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung dari keuntungan
bersih tahun berikutnya.

p u tra Pasal 43
a
A d e S kompensasi data informasi wilayah IzintUsaha
Jenis PNBP terutang berupa
r a Pertambangan atau wilayah Izin

g a Khusus untuk mineral logam dan batubara


Usaha Pertambangan
g a p u
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf
h: R en d e S
a A
n gg
a. dihitung sesuai dengan ketentuan peraturan
e perundang-undangan; dan
R PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. dipungut oleh Pejabat Kuasa Pengelola
Pasal 44 Note 1 September 2023:
Jenis PNBP terutang berupa kompensasi data informasi perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan atau
Ketentuan terhadap jenis
perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus untuk mineral logam dan batubara sebagaimana PNBP berupa kompensasi
dimaksud dalam Pasal 2 huruf i: data informasi perluasan

a. dihitung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan wilayah belum terdapat
dasar hukum penetapan
b. dipungut oleh Pejabat Kuasa Pengelola PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
jenis dan tarif

Pasal 45
Jenis PNBP terutang berupa jaminan kesungguhan lelang atau penawaran prioritas WIUP atau WIUPK mineral
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
logam dan batubara dalam hal peserta lelang yang telah lolos prakualifikasi, namun tidak memasukan surat

a putra
penawaran harga atau peserta lelang yang ditetapkan sebagai pemenang lelang tidak mengajukan permohonan
ra 100 % atas jaminan yang sudah
e
IUP atau IUPK sebagaimanaS p u
dimaksud dalam Pasal 2 huruf j dihitung tsebesar
g a Ad e
a dengan ketentuan peraturan perundang-
Ssesuai
ditempatkan dan
g d
dipungut oleh Pejabat Kuasa Pengelola PNBP
Ren
undangan. g g aA
Ren Pasal 46 Batuan khusus untuk
Jenis PNBP berupa jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi mineral logam, mineral bukan diatas 12 mile

logam, batuan dan batubara, dalam hal pemegang IUP atau IUPK tidak melaksanakan kegiatan eksplorasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf k ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
pu tra tra
de Sa Pasal 47
Sa pu
gaA A de
Jenis PNBP berupa Denda dan Kompensasi atas tidak terpenuhinya kebutuhan batubara dalam negeri
g
Re n gga
Ren
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf l dihitung sesuai dengan tarif yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 48 Kepmen 104 Tahun 2021
Jenis PNBP berupa Denda administratif atas keterlambatan pembangunan fasilitas pemurnian sebagaimana sebelumnya Kepmen 154

dimaksud dalam Pasal 2 huruf m dihitung sesuai dengan tarif yang diatur dalam ketentuan peraturan Tahun 2019

perundang-undangan.
pu tra
de Sa BAB IV Note 1 September 2023:

a A u t ra
n gg TATA CARA PEMBAYARAN
Sa
DAN/ATAU p
PENYETORAN
Penyetoran hasil verifikasi

R e de atau hasil pemeriksaan

a 4Awajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa Iuran


Pasal 49
dilakukan melalui
g g
Ren
(1) Pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal SIMPONI.
Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a secara langsung ke Kas Negara melalui ePNBP.
(2) Iuran tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kewajiban tahun pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a wajib disetorkan dalam
jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender terhitung sejak:
1. IUP, IUPK, atau IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian diterbitkan; atau
2. KK atau PKP2B disesuaikan;
b. kewajiban tahun berikutnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf b dan kewajiban tahun
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf c wajib disetorkan setiap tahun paling
lambat tanggal 10 Januari pada tahun berjalan.
(3) Apabila terdapat peningkatan kegiatan dari tahap eksplorasi ke tahap operasi produksi pada tahun berjalan,
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
pemegang IUP, IUPK, KK, atau PKP2B wajib menyetorkan iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

utra
ayat (4) huruf d dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender sejak tanggal penetapan
p
e S a
peningkatan tahapan kegiatan.
p u tra
(4) ga
Apabila terdapat
Ad e Sa pada tahun berjalan, pemegang IUP, IUPK,
perluasan WIUP tahap kegiatan operasidproduksi
g
ensebagai aA
dan RIUPK g g
Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
n wajib menyetorkan iuran tetap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) hurufR
e
e dalam jangka waktu paling lambat 10 (sepuluh) hari kalender sejak
tanggal penetapan perluasan WIUP.
Pasal 50
(1) Pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa iuran

u tra trapenyetoran jenis PNBP berupa DHPB


produksi/royalti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b secara langsung ke Kas Negara melalui ePNBP.
p
S adimaksud dalam Pasal 7 wajib melakukan
p u
(2)
de
Pemegang Izin sebagaimana
A d e Sa
g g a
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c secara
a A
langsung ke Kas Negara melalui ePNBP.
n
Re Izin sebagaimana dimaksudRdalam g
(3) Pemegang
eng Pasal 8 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa
pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d secara langsung
ke Kas Negara melalui ePNBP.
(4) Pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa PHT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e secara langsung ke Kas Negara melalui ePNBP.

pu tra
(5) Iuran produksi/royalti sebagaimana dimaksud pada ayat 1, DHPB sebagaimana dimaksud pada ayat 2,
a eks PKP2B sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan PHT sebagaimana
Snegara
A d e
pemanfaatan barang milik
t rae-PNBP dengan ketentuan :
gg
dimaksud pada a
ayat 4 disetorkan secara langsung ke kas negara p u
melalui
en d e Sa
R
a. iuran produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang
A milik negara eks PKP2B dan PHT secara provisional
a
gg1 huruf a, disetorkan berdasarkan Billing Provisional sebelum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat
R e n
kode billing kedaluwarsa.
b. iuran produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan PHT secara final
sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat 1 huruf b, disetorkan berdasarkan Billing Final sebelum kode
billing kedaluwarsa.
(6) Pembayaran Billing Provisional sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a wajib dilakukan finalisasi paling
lambat:
a. Produk penjualan mineral
1) Bijih mineral logam dan produk antara paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana
tanggal pengapalan/pengiriman.
2) Mineral logam paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak rencana tanggal transaksi;
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
3) Konsentrat tembaga dan mineral pengikutnya paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak

utra
rencana tanggal kapal sampai di tujuan.
p
b. e S a
Produk penjualan batubara
p u trapaling lambat 60 (enam puluh) hari
untuk kepentingan listrik dalam negeri
A d Sa
ga
kalender sejak
g d e
rencana tanggal pengapalan/pengiriman.
c. Ren penjualan batubara selain untukng
Produk ga A listrik dalam negeri paling lambat 30 (tiga puluh)
kepentingan
hari kalender sejak rencana tanggalR
e
pengapalan/pengiriman.
Pasal 51
(1) Apabila terjadi selisih lebih bayar penyetoran iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, iuran
produksi/royalti, DHPB, dan PHT dan pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B sebagaimana dimaksud

u tra tra
dalam Pasal 50 ayat (5) yang berdasarkan Penghitungan self assessment maka akan dilakukan
p
pemeriksaan/verifikasi.
de Sa Sa pu
gaA A de
(2) Surat ketetapan PNBP lebih bayar atau Surat Pemberitahuan lebih bayar diterbitkan setelah dilakukan
g
Re n
en gga
pemeriksaan/verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) per periode tertentu.
(3)
R
Wajib bayar dapat mengajukan permohonan persetujuan penggunaan lebih bayar sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) atas Surat ketetapan PNBP lebih bayar atau Surat Pemberitahuan lebih bayar.
(4) Besaran kelebihan pembayaran PNBP yang tercantum dalam surat persetujuan atas kelebihan pembayaran
PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat:

p u tra
a. diperhitungkan sebagai pembayaran di muka atas jumlah PNBP terutang berikutnya; atau
b. diajukan pengembalian
d e Sakelebihan pembayaran PNBP secara langsunga melalui pemindahbukuan apabila
a A u t r Note 1 September 2021:
perijinan g
g berakhir.
S a p
(5) Ren atas kelebihan pembayaran PNBP menggunakan
Persetujuan
A de kurs tengah Bank Indonesia pada saat wajib Ketentuan mengenai

gga
Persetujuan atas kelebihan

e n
bayar mengajukan permohonan persetujuan penggunaan lebih bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
R perjumpaan lebih bayar dengan kurang bayar atas kewajiban PNBP pembayaran PNBP
(6) Dalam hal permohonan wajib bayar untuk menggunakan kurs tengah
dari laporan hasil pemeriksaan atau verifikasi terhadap wajib bayar, instansi pengelola dapat menerbitkan Bank Indonesia pada saat
wajib bayar mengajukan
persetujuan perjumpaan lebih bayar dengan kurang bayar pada akun yang sama dan kurs tengah Bank
permohonan persetujuan
Indonesia pada tanggal saat wajib bayar mengajukan permohonan.
penggunaan lebih bayar
(7) Apabila terjadi selisih kurang bayar penyetoran iuran tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, iuran akan dikonsultasikan dengan
produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan PHT antara Pasal 50 ayat (5) huruf DJA

b, Pasal 50 ayat (5) huruf a, selisih tersebut harus segera dibayarkan sebelum jatuh tempo.
(8) Kekurangan pembayaran iuran tetap, iuran produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks
PKP2B dan PHT sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disetorkan secara langsung ke Kas Negara.
Pasal 52
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(1) Pengenaan jatuh tempo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (6) untuk pembuatan billing final dalam

utra
rangka pembayaran/penyetoran iuran produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B
p
e S a
atau PHT berlaku ketentuan sebagai berikut:
p u tra
ga Adbijih Mineral logam, dan produk antara
e Saterhitung 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
a. untuk Batubara,
g d
Ren pengapalan/pengiriman.
tanggal g g aA
n
Repuluh)
b. untuk Mineral logam terhitung 30 (tiga hari kalender sejak tanggal transaksi; dan
c. untuk konsentrat tembaga dan Mineral pengikutnya terhitung 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak
tanggal kapal sampai di tujuan.
(2) Wajib bayar yang membuat billing final sebelum jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

pu tra
dikenakan denda apabila melakukan pembayaran/penyetoran kewajiban PNBP sebelum masa berlaku
tra
S a pu
A de
billing final berakhir (kedaluwarsa).
d e Sa
gg a aA
Pasal 53
e n
R berdasarkan Penghitungan iuran g g
Ren
(1) Apabila produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks
PKP2B atau PHT final terdapat kekurangan penyetoran PNBP, maka kekurangan tersebut wajib disetorkan
langsung ke Kas Negara melalui e-PNBP sebagaimana pengenaan jatuh tempo dalam Pasal 52 huruf a
terhitung sejak dikeluarkannya bill of lading atau dokumen lain yang menjadi bukti berangkatnya moda
pengangkutan.

p u tra
(2) Apabila berdasarkan Penghitungan iuran produksi/royalti final terdapat kekurangan penyetoran PNBP, maka
a
Sdisetorkan
A d e
kekurangan tersebut wajib langsung ke Kas Negara melalui e-PNBP sebagaimana pengenaan jatuh
trainvoice final.
tempo dalam g
g a
Pasal p u
52 huruf b terhitung sejak dikeluarkannya dokumen
a
e n d e Sterdapat
(3) R
Apabila berdasarkan Penghitungan iuran produksi/royalti
A kekurangan penyetoran PNBP, maka
gg a
e n
kekurangan tersebut wajib disetorkan langsung ke Kas Negara melalui e-PNBP sebagaimana pengenaan jatuh
tempo dalam Pasal 52 huruf c terhitungR sejak dikeluarkannya dokumen pemberitahuan barang telah sampai
di lokasi pembeli oleh otoritas setempat.
Pasal 54
Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa
pencadangan wilayah untuk wilayah izin usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
huruf f secara langsung ke Kas Negara secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebelum mendapatkan persetujuan pemberian WIUP.
Pasal 55
Pemegang Izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa bagian
Pemerintah Pusat sebesar 4% (empat persen) dari keuntungan bersih pemegang IUPK Operasi Produksi
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), ayat (5) dan ayat (6) langsung ke Kas Negara secara elektronik

utra
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setiap tahun sejak berproduksi paling lambat tanggal
p
31 Mei untuk kewajiban e S
satu a
tahun anggaran berkenaan.
p u tra
ga Ad 56e
Pasal d
Sa Sesuai dengan Lampiran III

BadanR engkoperasi, perusahaan perseorangan,


usaha, g g a Abadan usaha swasta yang ditetapkan sebagai pemenang
dan
Kepmen 1823 tapi lampiran

lelang WIUP/WIUPK mineral logam atauR


en
batubara serta Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
III telah dicabut.

Kepmen 1823 5 hari (hal 27)


Daerah yang memperoleh WIUPK mineral logam atau batubara dengan cara prioritas atau melalui lelang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa kompensasi data Di PP 96 2021 pasal 25 dan

informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf h secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan 82 7 hari

u tra a
perundang-undangan langsung ke Kas Negara dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
p trpenerima
S alelang atau setelah ditetapkan sebagai
a p u
A de
ditetapkan sebagai pemenang
e S WIUPK mineral logam atau

n g gacara prioritas.
batubara dengan
g a Ad
Re Ren
gPasal 57 Note 12 September 2023:

Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa Jenis PNBP berupa KDI
kompensasi data informasi perluasan wilayah Izin Usaha Pertambangan atau perluasan wilayah Izin Usaha perluasan wilayah Izin Usaha
Pertambangan atau
Pertambangan Khusus untuk mineral logam dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf i secara
perluasan wilayah Izin Usaha
langsung ke Kas Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pertambangan Khusus untuk
ra
a put mineral logam dan batubara

de S
ditetapkan dalam Kepmen
ra
g ga A a put ESDM dan saat ini sedang

Ren de S
diusulkan untuk diakomodir
A
gga
dalam PP Jenis dan Tarif

R en atas Jenis PNBP pada


Kementerian ESDM

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Pasal 58

utra
(1) Jaminan kesungguhan lelang WIUP atau WIUPK mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam
p
Pasal 41 ditempatkan di e S
BankaPemerintah sesuai dengan ketentuan u
p tra perundang-undangan.
peraturan

g a Adlelang WIUP atau WIUPK mineral logam


e Saatau batubara sebagaimana dimaksud pada
(2) Jaminan kesungguhan d
ayat 1 R eng sebagai Penerimaan Negara Bukan
dipungut g g A
aPajak oleh pejabat kuasa pengelola PNBP sesuai dengan
R en
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Direktur Jenderal atas nama Menteri menerbitkan surat perintah pencairan jaminan kesungguhan lelang atau
penawaran prioritas WIUP atau WIUPK mineral logam atau batubara kepada bank pemerintah dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak batas waktu pemenuhan ketentuan sebagaimana

p u tra
dimaksud dalam pasal 14 huruf a dan b.
tra(3) untuk disetorkan langsung ke Kas
S a pu
(4) e
Surat perintah jaminan kesungguhan
Adwaktu
sebagaimana dimaksud
d Sa
pada
ekerja
ayat
Negara dalam g
g a
jangka paling lambat 5 (lima) A
a hari setelah jaminan kesungguhan lelang atau
n
Re prioritas WIUP atau WIUPK mineral g
g atau batubara ditetapkan menjadi milik Pemerintah Pusat
Ren
penawaran logam
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Surat perintah pencairan jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a. Informasi terkait jaminan;
b. Jumlah kewajiban PNBP yang dibayarkan/disetorkan ke Kas Negara; dan

pu tra
c. Mekanisme dan Instruksi Pembayaran/Penyetoran ke Kas Negara

de Sa
ga A Pasal 59 pu tra
g Sa
Ren de
(1) Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 wajib menempatkan Jaminan kesungguhan Eksplorasi
A
ga
eng
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf k dalam bentuk deposito berjangka pada bank pemerintah atas
R
nama Direktur Jenderal atau bank pemerintah daerah atas nama Gubernur qq pemohon IUP Eksplorasi atau
IUPK Eksplorasi.
(2) Jaminan kesungguhan Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta bunganya dapat dicairkan
dengan ketentuan:
a. telah dievaluasi dan mendapatkan persetujuan dokumen Studi Kelayakan dari Direktur Jenderal atas nama
Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya; atau
b. tidak terdapat potensi sumber daya mineral atau batubara berdasarkan evaluasi dan verifikasi data terhadap
laporan eksplorasi yang didahului permohonan pengembalian IUP Eksplorasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Jaminan kesungguhan Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta bunganya ditetapkan menjadi
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
milik Pemerintah Pusat sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dalam hal:
p utra
a. e
pemegang IUP EksplorasiS a
atau IUPK Eksplorasi tidak melakukan u
p tra Eksplorasi;
kegiatan
b. pemegang IUPg a Ad e Sa kegiatan eksplorasi tidak mencapai total
Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi dalamdmelakukan
g a Adengan rencana kegiatan eksplorasi yang disampaikan
Ren minimal (minimum expenditure)
pengeluaran g g
sesuai
Ren atau IUPK Eksplorasi secara prioritas atau lelang; dan/atau
sebagai persyaratan pemberian IUP Eksplorasi
c. IUP Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi dicabut.
(4) Surat perintah pencairan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi diterbitkan dalam jangka waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi ditetapkan

p tra
menjadi milik Pemerintah Pusat sesuai ketentuan pada ayat (3) oleh:
u a
trbank
a. S a Menteri untuk deposito berjangka
Direktur Jenderal atasenama a p u
pada pemerintah; atau
A d e S
b. Gubernur untuk
n g a Ad daerah.
ga deposito berjangka pada bankgpemerintah
Re Ren
g Pasal 60
Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa Denda
dan Kompensasi atas tidak terpenuhinya kebutuhan batubara dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf j langsung ke Kas Negara secara elektronik.
Pasal 61 Tgl 3-11-2022 :

u tra
Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 wajib melakukan penyetoran jenis PNBP berupa Denda
p Masih menunggu konfirmasi

d e Sa pembangunan fasilitas pemurnian sebagaimana


adiministratif atas keterlambatan
a dimaksud dalam Pasal 2 dari bagian hukum karena
A
a langsung ke Kas Negara secara elektronik. apu t r pengenaan denda smelter
g g
huruf l disetorkan
S
Ren e ada di permen 7/2020, tapi
d
g g aA tidak ada dalam PMK

Ren
(menunggu revisi PP
26/2022)

BAB V
SANKSI
Pasal 62
(1) Dalam hal Wajib Bayar tidak melakukan pembayaran PNBP Terutang sampai dengan jatuh tempo, Wajib Bayar
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Wajib Bayar dikenakan sanksi berupa pemblokiran akses untuk pembuatan provisional baru pada akun e-
PNBP dalam hal:
a. Berdasarkan hasil monitoring atau hasil verifikasi atau berdasarkan Sumber Lainnya, Wajib Bayar tidak
membayarkan PNBP Terutang atas jenis PNBP berupa iuran tetap, iuran produksi/royalti, DHPB,
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan Penjualan Hasil Tambang (PHT) sebagaimana dimaksud

utra
dalam Pasal 2 huruf a, b, c, d dan e setelah jatuh tempo surat tagihan ketiga sesuai dengan peraturan
p
perundang-undangane S a
p u tra
ga Ad e Sa
b. Berdasarkan
n g A d
hasil pemeriksaan, Wajib Bayar tidak membayarkan PNBP Terutang atas jenis PNBP berupa
Re tetap, iuran produksi/royalti, DHPB,
iuran a
ggpemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan Penjualan
en
Hasil Tambang (PHT) sebagaimana R dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, b, c, d dan e sampai dengan jatuh
tempo surat tagihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
c. Wajib Bayar tidak membuat atau tidak membayarkan billing final atas jenis PNBP berupa iuran
produksi/royalti, DHPB, pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan Penjualan Hasil Tambang (PHT)

pu tra
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, c, d dan e dengan jangka waktu sebagaimana dimaksud
tra
S a p u
de
dalam Pasal 47 ayat 6;
Apermintaan d e Sa
d. Terdapat g
g a
surat A
berdasarkan hasil monitoring
a dan evaluasi dari Direktorat Jenderal Mineral
n
ReBatubara. g g
Ren
dan
e. Terdapat surat permintaan dari aparat penegak hukum yang disertai dengan salinan surat pemberitahuan
dimulainya penyidikan, izin, atau persetujuan tindakan penyidikan dari pengadilan.
(3) Pembukaan pemblokiran akses untuk pembuatan provisional baru pada akun e-PNBP sebagaimana dimaksud Note 12 September 2023:

pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan: Narasi terkait pemblokiran


a.
p u traPNBP Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf
Wajib Bayar wajib membayarkan sementara akan disusun

b.
e Sa kembali

a A d u t ra blokir dilengkapi dengan surat


b.
n gg pembayaran billing final sebagaimana dimaksud
Wajib Bayar p
telah menyampaikan surat permohonan pembukaan
Sa pada ayat (2) huruf c.
Penatausahaan akun E-

R e
pernyataan
A d e PNBP Minerba

g g a hasil
c.
n
Terdapat surat permintaan pembukaan blokir
e monitoring dan evaluasi dari Direktorat Jenderal
Mineral dan Batubara sebagaimanaR dimaksud pada ayat (2) huruf d.
d. Terdapat surat permintaan pembukaan blokir dari aparat penegak hukum atau adanya putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e.
(4) Wajib Bayar dikenakan sanksi berupa pembekuan akun e-PNBP dalam hal:
a. Terdapat surat permintaan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dari Direktorat Jenderal Mineral
dan Batubara; atau
b. Terdapat surat permintaan dari aparat penegak hukum yang disertai dengan salinan surat pemberitahuan
dimulainya penyidikan, izin, atau persetujuan tindakan penyidikan dari pengadilan.
(5) Pembukaan pembekuan akun e-PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan dengan ketentuan:
a. Terdapat surat permintaan pembukaan pembekuan akun e-PNBP berdasarkan hasil monitoring dan
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
evaluasi dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a.

utra
b. Terdapat surat permintaan pembukaan pembekuan akun e-PNBP dari aparat penegak hukum atau
p
e S a
adanya putusan pengadilan
p u trasebagaimana dimaksud pada ayat (4)
yang telah berkekuatan hukum tetap
huruf b. ga
Ad e Sa
g d
Ren g g
BABa IXA
n
ReREKONSILIASI
Pasal 63
(1) Data PNBP yang berasal dari Jenis PNBP berupa pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 huruf d dilakukan rekonsiliasi data antara Direktorat Jenderal Mineral dan

u tra tra
Batubara, Pusat Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM dan Direktorat
p
de Sa
Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan secara triwulanan.
Sa pu
gaA A de
(2) Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan dasar untuk dilakukan pemindahan
g
Re n
en gga
pencatatan dan pengakuan pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dari Direktorat Jenderal Mineral
R
dan Batubara ke Bendahara Umum Negara.
Pasal 64
(1) Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menyampaikan data realisasi PNBP SDA Mineral dan Batubara
yang dibagihasilkan per jenis PNBP dan daerah penghasil secara periodik kepada Menteri ESDM.

u tra
(2) Dalam rangka mendukung penyediaan data realisasi PNBP SDA Mineral dan Batubara sebagaimana
p
SaDirektorat Jenderal Mineral dan Batubaraa melakukan rekonsiliasi PNBP SDA
dimaksud pada ayate(1),
d
g a A dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan
p u trKementerian Keuangan secara periodik
Mineral dan Batubara
ng melibatkan Pemerintah Daerah penghasil.de S a
Redapat
a XA
serta
g g
Ren
BAB
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 65
(1) Instansi Pengelola PNBP melakukan verifikasi terhadap permohonan reimbursement Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB) pada pemegang ijin PKP2B Generasi 1 yang dapat digunakan sebagai saldo
kompensasi.
(2) Dalam hal terdapat PNBP terutang atas jenis PNBP berupa iuran tetap, iuran produksi/royalti, DHPB,
pemanfaatan barang milik negara eks PKP2B dan PHT berdasarkan hasil verifikasi dan/atau pemeriksaan wajib
disetorkan langsung ke Kas Negara melalui Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI)

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
(3) Bagian pemerintah daerah sebesar 6% dari keuntungan bersih pemegang IUPK sebagai kelanjutan operasi

utra
kontrak atau perjanjian diatur lebih lanjut dalam peraturan di daerah dengan mengacu pada ketentuan
p
e S a
peraturan perundang-undangan.
p u tra
a Ad memberitahukan data dan informasi
Pengelola PNBPgdilarang e
a SDA Mineral dan Batubara kepada pihak
SPNBP
(4)
ng berkepentingan. d
Retidak
lain yang g g aA
(5) Ren PNBP SDA Mineral dan Batubara melalui ePNBP, Direktur
Dalam rangka tertib administrasi penyetoran
Jenderal Mineral dan Batubara menerbitkan tata cara penggunaan ePNBP. Note 12 September

(6) Dalam hal penjualan komoditas mineral atau batubara mengalami kondisi berupa kecelakaan moda 2023:

transportasi sehingga mineral atau batubara tidak dapat diperjualbelikan, wajib bayar wajib menyampaikan Ketentuan Pasal 65

p tra
data dukung berupa surat pernyataan kecelakan dengan dokumen pendukung dari instansi terkait.
u trapenghitungan royalti mengacu pada ayat (5), (6) dan (7)
S a pada ayat (6) dianggap terjual p u
(7) Komoditas sebagaimanaedimaksud
Adpengapalan. de Sa dan untuk dicari dasar

g a
HPM/HPB padagtanggal
a A hukum dan diperhalus
(8) DalamR e n
hal penjualan komoditas mineral atau n g g
R ebatubara mengalami pembatalan pengapalan setelah pembayaran redaksionalnya
royalti provisional, maka penjualan tersebut tidak dikenakan royalti dengan melampirkan dokumen surat
pernyataan pembatalan.

pu tra
de Sa
ga A pu tra
g Sa
Ren A de
g ga
Ren
UU 14 tahun 2008
pasal 17 tentang
Keterbukaan Informasi
Publik

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 67
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1823
K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengenaan, Pemungutan, Dan Pembayaran/Penyetoran
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE
Penerimaan Negara Bukan Pajak Mineral Dan Batubara dan Nomor 18.K/HK.02/MEM.B/2022 Tentang Pedoman

utra
Pembayaran/Penyetoran Iuran Tetap, Iuran Produksi/Royalti, Dan Dana Hasil Produksi Batubara Serta
p
e
Besaran/Formula Biaya PenyesuaianS a Dalam Kegiatan Usaha Pertambangan
p u traMineral Dan Batubara, dicabut dan

g a Ad e Sa
dinyatakan tidak berlaku.
g A d
Ren g g a 68
Pasal
Renhari terhitung sejak tanggal diundangkan.
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 30 (tiga puluh)

pu tra tra
de Sa Sa pu
g gaA A de
Re n gga
Ren

pu tra
de Sa
ga A pu tra
g Sa
Ren A de
g ga
Ren

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh BSrE

Anda mungkin juga menyukai