Anda di halaman 1dari 12

N.T.

Etnobiologi
Studi Dewi dan Karya,
TentangA.,
Pemanfaatan
Biowallacea,Tumbuhan
Vol. 5 (2), Ruruhi (Syzygium
Hal : 813-824, polycephalum
Oktober, 2018 Merr.) 813
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

STUDI ETNOBIOLOGI TENTANG PEMANFAATAN TUMBUHAN


RURUHI (Syzygium polycephalum Merr.) DI KOTA KENDARI
SULAWESI TENGGARA

Studi Etnobiology About Utilization of Ruruhi Plants (Syzygium


polycephalum Merr.) in Kendari City, Southeast Sulawesi

Wa Ode Nanang Trisna Dewi1 dan Adi Karya2


1,2,
Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
Jl. HEA Mokodompit, Anduonohu, Kendari –Sulawesi Tenggara
1
Corresponding author e-mail: nanang.ode@gmail.com

Abstrak
Etnobotani merupakan ilmu botani yang mempelajari tentang pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan Ruruhi
(Syzygium polycephalum Merr.) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode penelitian
ini menggunakan Metode deskriptif (kualitatif) untuk memperoleh gambaran seutuhnya
mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Metode pengambilan data
dengan cara terjun langsung ke lapangan atau masyarakat Kota Kendari.Pengambilan
data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi gambar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan Ruruhi sangat
beragam, diantaranya adalah dijadikan sebagai bahan bangunan sebesar (0,024%), kayu
bakar sebesar (0,061%), obat-obatan sebesar (0,049%), bahan makanan (0,35%),
penghias kebun (0,11%), penghasil buah (0,39%) dan pewarna alami (0,012%).Organ
tumbuhan yang dimanfaatkan adalah batang berjumlah sembilan orang, daun berjumlah
30 orang, bunga berjumlah dua orang, akar berjumlah satu orang orang dan buah
berjumlah 82 orang.
Kata kunci: Etnobotani, Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) dan
Pemanfaatannya

Abstract
Ethnobotany is a botanical science that studies the use of plants in the daily needs and
customs of ethnic groups. This study aims to determine the public perception about
utilization of Ruruhi Plants (Syzygium polycephalum Merr.) in Kendari City, Southeast
Sulawesi. This research uses descriptive method (qualitative) to obtain the full image of a
matter according to the human perspective studied. Methods of data collection by way of
going directly to the field or the people of Kendari City. Retrieving data using interview
techniques and image documentation. The results showed that community perceptions
about the use of Ruruhi plants were very diverse, including building materials (0.024%),
firewood (0.061%), medicines (0.049%), food ingredients (0.35%), garden decoration
(0.11%), fruit producers (0.39%) and natural dyes (0.012%). Plant organs that are utilized
are nine people in stem, 30 in leaves, two in flowers, one person in roots and 82 people.

Keywords: Ethnobotany, Ruruhi Plants (Syzygium polycephalum Merr.) and Utilization

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 814
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

PENDAHULUAN Salah satu wilayah dengan


Latar Belakang penduduk suku tolaki, muna, bugis dan
buton yaitu Kota Kendari. Masyarakat
Indonesia tidak hanya kaya
di daerah tersebut kebanyakan
akan keanekaragaman hayati dan
memanfaatkan tumbuhan lokal sebagai
ekosistem, tetapi juga memiliki
bahan makanan, obat, maupun untuk
keanekaragaman suku atau etnik,
digunakan pada acara-acara
budaya dan pengetahuan lokal yang
pernikahan atau aqikahan. Namun
unik, tersebar dari sabang sampai
demikian masih ada beberapa
merauke. Sulawesi Tenggara adalah
masyarakat yang memanfaatkan
salah satu provinsi yang ada di
tumbuhan invasif dalam pemenuhan
Indonesia memiliki sumber daya alam
kebutuhannya sehingga secara tidak
yang cukup potensial, baik dari segi
langsung tumbuhan lokal menjadi
tumbuhan, hewan maupun kekayaan
berkurang. Hal ini dikarenakan
alam lainnya. Kekayaan pengetahuan
kurangnya pengenalan dan
tentang pemanfaatan tumbuhan lokal,
pengetahuan mengenai pemanfaatan
tidak terlepas dari adanya beberapa
tumbuhan lokal. Salah satu jenis
etnis atau suku besar yang berdomisili
tumbuhan lokal yang memiliki banyak
di wilayah tersebut seperti suku tolaki,
potensi namun minim informasi adalah
suku muna, suku buton dan suku
Ruruhi (Syzygium polycephalum
bugis. Masyarakat dari keempat suku
Merr.). Tumbuhan ini adalah salah satu
tersebut memiliki pengetahuan dan
jenis tumbuhan lokal yang tergolong
persepsi berbeda tentang pemanfaatan
dalam suku Myrtaceae yang
sumberdaya alam termasuk tumbuhan
melakukan pemencaran biji guna
lokal. Namun seiring dengan
mempertahankan jenisnya dari
perkembangan zaman perubahan
kepunahan (Mudiana, 2015). Selain itu
budaya tradisional dan lingkungan
memiliki keunikan tersendiri
sering terjadi pula. Modernisasi budaya
dibandingkan dengan tumbuhan lain
dapat menyebabkan tergerusnya
yaitu bunga dan buah muncul dari
pengetahuan tradisional masyarakat.
batang, kulit buah berwarna merah
Demikian juga dengan budaya
hingga keunguan.
pemanfaatan tumbuhan lokal oleh
Irnawati dkk., (2017),
masyarakat dimungkinkan dapat hilang
menyatakan bahwa tumbuhan ruruhi
(Muttaqin, dkk., 2016).
memiliki antosianin yang berpotensi

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 815
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

sebagai pewarna alami dan sebagai administratif Kota Kendari adalah


antioksidan. Saat ini penelitian tentang sebelah Barat berbatasan dengan
tumbuhan ruruhi belum terlalu banyak Kecamatan Pohara, sebelah Timur
dilakukan sementara keberadaannya di berbatasan dengan Teluk Kendari,
alam masih sudah mulai berkurang. sebelah Utara berbatasan dengan
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk Selat Wawonii dan sebelah Selatan
melakukan kajian tentang persepsi berbatasan dengan Bandara Wolter
masyarakat tentang pemanfaatan Monginsidi. Kota Kendari ini memiliki
tumbuhan Ruruhi di Kota Kendari kekhasan karena di kelilingi oleh hutan
Sulawesi Tenggara sebagai dasar dan teluk kendari. Kota Kendari
pelestarian tumbuhan tradisional memiliki masyarakat yang heterogen.
masyarakat Kota Kendari. Bertujuan Suku Tolaki merupakan salah satu dari
untuk mengetahui persepsi masyarakat tiga etnis terbesar di Provinsi Sulawesi
tentang pemanfaatan tumbuhan Ruruhi Tenggara, dua diantaranya adalah
(Syzygium policephalum Merr.) di Kota suku Muna, dan suku Buton.
Kendari Sulawesi Tenggara. Karakteristik ketiga suku tersebut dapat
dibedakan atau dikenali berdasarkan
TINJAUAN PUSTAKA
kondisi geografis tempat bermukimnya.
Sulawesi merupakan salah satu Suku Tolaki mendiami daratan pulau
pulau yang memiliki keanekaragaman Sulawesi bagian tenggara, sedangkan
hayati terbesar di Indonesia dan suku Muna bermukim dipulau Muna,
memiliki keunikan flora tersendiri dan suku Buton dipulau Buton.
apabila dibandingkan dengan Perkembangan selanjutnya, terjadi
keanekaragaman flora di bagian perpindahan suku Muna ke kota
lainnya. Keunikan tersebut disebabkan Kendari (pada waktu itu disebut
karena kawasan ini merupakan daerah Kendari Caddi) dengan membentuk
antara (intermediate) bertemunya flora pemukiman di lereng pegunungan
dari dua daerah yang berbeda, yaitu Nipa-nipa kawasan Gunung Jati,
flora yang terdapat di sebelah barat menempati lahan-lahan pemukiman
dan timur Sulawesi (Rahayu dan suku Tolaki yang merupakan penduduk
Ruqayah, 2007). asli kota Kendari dan bekas lahan
Kota Kendari merupakan bagian perkebunan pembibitan jati milik
dari wilayah administrasi dari Provinsi Belanda.Suku Tolaki yang tinggal di
Sulawesi Tenggara. Batas-batas kota Kendari merupakan salah satu

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 816
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

suku bangsa di Indonesia yang masih hidupnya. Tingkat pengelolaan dan


menggunakan cerita rakyat sebagai pemanfaatan keanekaragaman jenis
pedoman dalam menentukan tumbuhan pada setiap suku atau
pandangan hidupnya (Idaman, 2012). kelompok masyarakat akan berbeda
Pada awalnya pemanfaatan satu dengan lainnya. Hal ini
suatu jenis tumbuhan disebabkan oleh disebabkan oleh adanya perbedaan
adanya sistem pengetahuan lokal kebudayaan, adat istiadat dan
(indigenous knowledge) mengenai lingkungan tempat tinggalnya (Rahayu
tumbuhan pada suatu kelompok dan Rugayah, 2007: 289-299).
masyarakat tradisional. Pengetahuan Pengetahuan lokal merupakan
ini terbentuk sebagai hasil dari coba- konsep yang merujuk pada
coba (trialand error), serta pengetahuan yang dimiliki oleh
perkembangan budayamanusia yang sekelompok orang yang hidup di
selanjutnya dapat menciptakan wilayah tertentu untuk jangka waktu
kearifan lokal pada kelompok yang lama, (Sunayo dan Joshi, 2003).
masyarakat tersebut (Martin, Etnobotani adalah suatu ilmu yang
1995dalam Pitra, dkk., 2017). mempelajari hubungan timbal balik
Pengetahuan tentang suatu kelompok secara menyeluruh antara masyarakat
masyarakat terhadap pemanfaatan lokal dengan lingkungannya meliputi
tumbuhan yang didapat secara turun sistem pengetahuan tentang
temurun, dikenal dengan etnobotani. tumbuhan.Studi tentang hubungan
Meskipun dalam perkembangan manusia dan tumbuhan atau tanaman
modern saat ini tuntutan mengenai apa adalah domain ethnobotani yang
yang ada di dalam kelompok mempelajari peranan manusia dalam
masyarakat tersebut dan mengandung memahami hubungannya dengan
nilai persepsi, pengetahuan, etika, lingkungantempat tinggalnya, baik di
moral, aturan dan teknologi (Zumaidar, lingkungan masyarakat tradisional
2009). maupun masyarakat industri (Walujo,
Pada masyarakat tradisional, 2011:275-291). Pengetahuan
sistem pengetahuan tentang masyarakat tentang pemanfaatan
sumberdaya alam khususnya tentang tumbuhan lokal sebagai tumbuhan obat
keanekaragaman tumbuhan hanya sebatas pemanfaatan untuk hal-
merupakan pengetahuan dasar yang hal tertentu misalnya tumbuhan temu
sangat penting dalam kelangsungan lawak sebagai bahan penambah nafsu

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 817
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

makan (Atmojo, 2018). dan buah Bertempat di Kota Kendari Sulawesi


Ruruhi berpotensi sebagai pewarna Tenggara. Analisis data dilakukan di
alami dan sebagai antioksidan lapangan dan Laboratorium Ekologi
(Irnawati, dkk., 2017). dan Taksonomi Fakultas MIPA
Salah satu tumbuhan yang Universitas Halu Oleo.
melalukan pemencaran biji untuk
Metode Pengambilan Data
mempertahankan keberadaan jenisnya
Metode penelitian
adalah jenis tumbuhan Ruruhi
menggunakan metode deskriptif
(Syzgium polycephalum Merr.). Jenis
(kualitatif) dengan cara terjun langsung
yang dikenal dengan nama daerah
ke lapangan atau masyarakat Kota
Tapaco ini sering dijumpai di kawasan
Kendari untuk pengambilan data.
Cagar Alam Lamadae dan kawasan
Penelitian kualitatif ini bertujuan
hutan lindung Nanga-Nanga Papalia
memperoleh gambaran seutuhnya
(Zulkarnain dan Bana, 2010). Jenis ini
mengenai suatu hal menurut
masuk dalam kelompok jambu-
pandangan manusia yang diteliti.
jambuan. Di Australia di jumpai di
Penelitian kualitatif berhubungan
daerah Queesland pada ketinggian
dengan ide, persepsi, pendapat atau
900m dpl (Mudiana, 2005).
kepercayaan orang yang diteliti dan
Buah Ruruhi (Syzygium
kesemuanya tidak dapat diukur dengan
polycephalum Merr.) adalahbuah dari
angka.
tanaman liar suku jambu-jambuan atau
Cara pengumpulan data
Myrtaceae. Kulit buah Ruruhi berwarna
menggunakan teknik interview yaitu
merah hingga ungu. Antosianin adalah
peneliti mengadakan wawancara
pigmen yang masuk dalam kelas
langsung kepada para tokoh
flavonoid yang berperan dalam
masyarakat adat, kepala suku, kepala
munculnya warna merah, biru dan
desa, kepala kampung guna
ungu pada banyak bunga dan buah
mengetahui hal-hal yang berkaitan erat
(Lima, et al. 2011 dalam Irnawati, dkk.,
dengan kegiatan yang akan
2017).
dilaksanakan khususnya terkait
pemanfaatan tumbuhan Ruruhi,
METODOLOGI PENELITIAN
kemudian mencatat persepsi
Waktu dan Tempat
masyarakat tradisional Kota Kendari
Penelitian ini dilaksanakan pada
terhadap tumbuhan Ruruhi dan teknik
bulan September - Oktober 2018.
dokumentasi yaitu peneliti mengambil

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 818
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

gambar langsung dan mencatat hal-hal Morfologi tumbuhan Ruruhi ditunjukkan


yang diperlukan di tempat penelitian pada Gambar 1.
guna dibuat dokumen-dokumentasi
dan sebagai bukti bahwasannya b

peneliti melakukan penelitian di tempat


tersebut.

Teknik Analisis Data


Data dalam penelitian ini
dianalisis dan ditabulasi menggunakan
Software WPS Exell 2016, kemudian a c

ditampilkan dalam bentuk gambar


Gambar 1. Morfologi tumbuhan Ruruhi
diagram batang untuk memudahkan (Syzygium polycephalum
dalam pembacaan dan penerjemahan Merr.). Ket: a. tumbuhan
Ruruhi, b. bunga, c. Buah
makna.
Secara umum berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMBAHSAN wawancara dengan 82 responden
Sumber Pengetahuan Masyarakat (masyarakat), yang dilakukan di Kota
tentang Tumbuhan Ruruhi
(Syzygium polycephalum Merr.) Kendari ditemukan bahwa sebagian
besar masyarakat mengenal dan
Tumbuhan Ruruhi (Syzygium
mengetahui tumbuhan Ruruhi.
polycephalum Merr.) merupakan salah
Pengetahuan ini diperoleh secara
satu tumbuhan berbunga yang
turun-temurun dari nenek moyangnya
tergolong dalam suku Myrtaceae
dan pengetahuan yang diperoleh dari
kelompok jambu-jambuan dan
media cetak seperti buku, majalah dan
melakukan pemencaran dengan biji.
lain-lain (Gambar 1 dan 2).
Buah dan bunga muncul dari batang
Pengetahuan masyarakat terhadap
dan bergerombol. Selain itu tumbuhan
tumbuhan Ruruhi ini dipengaruhi oleh
Ruruhi merupakan salah satu
interaksi masyarakat dengan tumbuhan
sumberdaya alam hayati yang banyak
Ruruhi tersebut, baik secara langsung
dijumpai tumbuh liar di hutan dan
maupun tidak langsung dalam
memiliki manfaat yang beranekaragam.
lingkungannya.

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 819
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

%
100 93,9
90
80
70
60
50
40
30
20 6,1
10
0
turun temurun media cetak

Sumber pengetahuan masyarakat

Gambar 2 . Sumber pengetahuan masyarakat

Berdasarkan Gambar 1 dan 2, dan yang lainnya merupakan kekayaan


menunjukkan bahwa tingkat budaya yang perlu digali agar
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan tradisional tersebut tidak
tumbuhan Ruruhi (Syzygium punah. Sejalan dengan Rahayu, dkk.,
polycephalum Merr.) bersumber dari (2009), mengemukakan bahwa
pengetahuan yang diperoleh secara pengetahuan dan keterampilan
turun temurun sebesar 93,9%, dengan masyarakat sangat berpengaruh
nama lokal yaitu bebele, bhele-bhele, terhadap pemanfaatan sumberdaya
tapaco, waruruhi, lobe-lobe, dawet, hayati. Pengetahuan lokal yang dimiliki
ubol, jambu hutan, coping, bururuhi, masyarakat dalam memanfaatkan
anggur hutan dan anggur kecut dan sumber daya hayati merupakan
pengetahuan yang bersumber dari warisan yang diperoleh secara turun
media cetak sebesar 6,1%. Adanya temurun dari nenek moyangnya.
keragaman nama lokal pada tumbuhan Sehingga secara tidak langsung
Ruruhi disebabkan oleh adanya masyarakat lokal, memiliki
perbedaan pengetahuan tradisional pengetahuan dan kemanpuan dalam
masyarakat, yang dipengaruhi oleh mengenali, mencirikan,
adat istiadat, budaya dan suku yang mengelompokkan serta memanfaatkan
menenpati wilayah tersebut. tumbuhan yang ada di sekitarnya.
Pengetahuan atau kearifan tradisional
Persepsi Masyarakat tentang
masyarakat dalam pemanfaatan Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi
sumberdaya alam khususnya Berdasarkan hasil wawancara
tumbuhandalam pangan, pengobatan terhadap responden (masyarakat),

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 820
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

diketahui secara umum bahwa memanfaatkan tumbuhan Ruruhi


tumbuhan Ruruhimemiliki berbagai sebagai bahan pangan (makanan),
manfaat yaitu sebagai tumbuhan sebagai bahan obat, bahan bangunan
penghasil buah, sebagai bahan obat, kayu bakar, penghias kebun, penghasil
sebagai kayu bakar, bahan bangunan, buah dan sebagai pewarna alami
makanan, penghias kebun dan (Gambar 3).
pewarna alami.Masyarakat yang

%
0,45 0,39
0,4
0,35
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15 0,11
0,1 0,061 0,049
0,05 0,024
0,012
0
bahan bangunan kayu bakar bahan obat makanan penghias kebun pewarna alami penghasil buah

pemanfaatan tumbuhan Ruruhi oleh masyarakat

Gambar 3. Pemanfaatan tumbuhan Ruruhi oleh masyarakat

Dari Gambar 3 tersebut bahan bangunan sebesar 0,024%, dan


menunjukkan bahwa persentase sebagai pewarna alami memiliki
pemanfaatan tumbuhan Ruruhi oleh persentase paling kecil yaitu sebesar
masyarakat Kota Kendari dari besar 0,012%. Hal ini terjadi karena setiap
sampai kecil secara berurutan adalah masyarakat Kota Kendari memiliki
pemanfaaatan tumbuhan Ruruhi budaya, dan pengetahuan tradisional
sebagai tumbuhan penghasil buah tentang pengelolaan dan pemanfaatan
memiliki persentase paling besar yaitu tumbuhan berbeda-beda khususnya
sebesar 0,39%, kemudian tumbuhan Ruruhi. Tumbuhan Ruruhi
pemanfaatan tumbuhan Ruruhi banyak dimanfaatkan sebagai
sebagai bahan pangan (makanan) penghasil buah karena masyarakat
yaitu sebesar 0,35%, penghias kebun lebih suka mengkonsumsi buah segar
sebesar 0,11%, kayu bakar sebesar yang lansung dipetik dari pohonnya
0,061%, bahan obat sebesar 0,049%, ketimbang harus membelinya di pasar.

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 821
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Sejalan dengan (Rosmanita dan Selain itu selain buah masyarakat juga
Saharuddin, 2017), mengemukakan memanfaatkan organ lainnya seperti
bahwa masing-masing wilayah memiliki daun sebanyak 30 responden, batang
pengetahuan tersendiri dalam sebanyak 9 responden, bunga
pengelolaan dan pemanfaatan sebanyak 2 responden dan akar satu
berbagai tumbuhan. Pemanfaatan responden. Masyarakat Kota Kendari
tumbuhan Ruruhi sebagai penghasil memanfaatkan buah tumbuhan Ruruhi
buah oleh masyarakat Kota Kendari sebagai makanan anak-anak ataupun
juga dilakukan oleh masyarakat di orang dewasa yang dijadikan makanan
Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara dan rujak dan dimanfaatkan sebagai obat
masayarakat di Pulau Bali. Rahayu dan penguat gigi. Organ daun tumbuhan
Rugayah (2007), menyatakan bahwa Ruruhi digunakan sebagai lalapan,
masyarakat di Pulau wawonii sebagai pengganti asam dan sebagai
mengenal tumbuhan Ruruhi sebagai bahan obat. Batang tumbuhan Ruruhi
tumbuhan penghasil buah yang banyak umumnya digunakan sebagai kayu
dijumpai tumbuh di hutan dan menurut bakar, pagar dan sebagai tiang rumah
Sujarwo et al. (2014), menyatakan serta bunga dan akar dimanfaatkan
bahwa pemanfaatan tumbuhan Ruruhi sebagai bahan obat luka dan pereda
oleh masyarakat Bali sebagian besar sakit perut. Organ buah dan daun ini,
digunakan sebagai tumbuhan dalam pemanfaatannya dapat
penghasil buah, sebagai tumbuhan dikomsumsi langsung, dicuci, direbus
obat, sebagai kayu bakar dan pewarna sampai dihaluskan terlebih dahulu
alami. kemudian dikonsumsi. Perbedaan
Organ tumbuhan Ruruhi yang pemanfaatan sumber daya hayati
dimanfaatkan oleh masyarakat Kota seperti halnya tumbuhan Ruruhi oleh
Kendari tidak hanya buah tetapi juga masyarakat lokal dipengaruhi oleh
memanfaatkan daun, bunga, batang perbedaan pengetahuan dalam
dan akar tumbuhan tersebut (Gambar pengelolaan sumber daya hayati
4). Berdasarkan hasil wawancara pada tersebut. Rahayu dan Rugayah (2007),
82 responden ditemukan bahwa menyatakan bahwa tingkat
masyarakat yang memanfaatkan organ pengetahuan tentang pengelolaan dan
tumbuhan Ruruhi bagian buah, pemanfaatan keanekaragaman jenis
semuanya memanfaatkannya yaitu tumbuhan pada setiap suku atau
tercatat sebanyak 82 responden. kelompok masyarakat akan berbeda

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 822
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

satu dengan lainnya. Hal ini Sehingga pemanfaatan sumberdaya


disebabkan adanya perbedaan hayati khususnya tumbuhan Ruruhi
kebudayaan, adat istiadat dan kondisi masing-masing responden berbeda-
lingkungan tempat tinggalnya. beda sesuai dengan kebutuhannya.

Jumlah responden

90 82
80
70
60
50
40 30
30
20 9
10 2 1
0
Buah Daun Bunga Batang Akar

Organ tumbuhan yang dimanfaatkan

Gambar 4. Organ tumbuhan Ruruhi yang dimanfaatkan masyarakat

Dalam rangka pemanfaatan menjadi lahan perkebunan, pemukiman


tumbuhan Ruruhi sebagai bahan dan pertambangan merupakan
pangan, obat, penghasil buah dan penyebab utama semakin sulitnya
sebagainya juga harus memperhatikan menjumpai tumbuhan Ruruhi di alam.
aspek konservasinya. Hal ini dilakukan Selain itu kelangkaan tumbuhan Ruruhi
melalui pemanfaatan tumbuhan Ruruhi juga disebabkan oleh seringnya
secara berkelanjutan, agar keberadaan masyarakat menebang batang
tumbuhan Ruruhi tidak punah di alam. tumbuhan Ruruhi dijadikan sebagai
Dari hasil wawancara pada 82 pagar dan tiang rumah. Hal ini secara
responden (masyarakat) yang ada di tidak langsung akan menurunkan
Kota Kendari mengenai keberadaan jumlah populasi dari tumbuhan Ruruhi.
tumbuhan Ruruhi di alam, diketahui Menurut Sunayo dan Joshi, 2003)
bahwa sebanyak 54,88 % responden mengemukakan bahwa kadang-kadang
mengatakan tumbuhan Ruruhi semakin pengetahuan tradisionalyang sudah
sulit dijumpai, dan responden yang beradaptasi dengan baik dan efektif
mengatakan bahwa tumbuhan Ruruhi untuk mengamankan kehidupan
masih mudah dijumpai di alam hanya masyarakat dalam lingkungan tertentu
sebanyak 45,12 %. Hal ini disebabkan menjadi tidak sesuai lagi dibawah
oleh pengalihfungsian lahan, dari hutan lingkungan yang sudah terdegradasi.

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 823
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

Sehingga upaya konservasi perlu al. (2014) bahwa konservasi tanaman


dilakukan untuk mencegah semakin ini harus dilakukan baik secara in situ
menurunnya keberadaan tumbuhan dan ex situ. Upaya ini diharapkan
Ruruhi di alam. Pelestarian terhadap dapat menjaga kelestarian tumbuhan
tumbuhan Ruruhi tidak hanya Ruruhi di alam karena eksploitasi
dilakukan dengan cara melindungi secara terus menerus tanpa adanya
habitat tumbuhan Ruruhi tetapi juga upaya budidaya dapat mempercepat
perlu adanya upaya budidaya punahnya tumbuhan Ruruhi di alam.
tumbuhan Ruruhi, baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun inisiatif KESIMPULAN

langsung dari masyarakat. Kesimpulan dari penelitian ini


Budidaya tumbuhan lokal adalah berdasarkan persepsi
merupakan bagian yang penting masyarakat tentang pemanfaatan

karena berdasarkan wawancara tumbuhan Ruruhi (Syzygium

terhadap responden, umumnya polycephalum Merr.) di Kota Kendari

responden mengenal tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai tumbuhan

sebagai tumbuhan liar dan banyak penghasil buah (0,39%), makanan


memberikan manfaat.Acharya dan (0.35%), penghias kebun (0,11%), obat
Acharya (2010) menyatakan bahwa (0,049%), kayu bakar (0,061%), bahan

masyarakat lokal lebih cenderung bangunan (0,024%) dan sebagai

mendukung dan berpartisipasi dalam pewarna alami (0,012%). Organ

inisiatif konservasi jika mereka tumbuhan yang dimanfaatkan


mendapat manfaat langsung dari masyarakat adalah secara umum

upaya tersebut. Upaya konservasi memanfaatkan buahnya saja sebagian

tumbuhan Ruruhi sejalan dengan lagi memanfatkan semua organ

pernyataan Sujarwo et al. (2014). tumbuhan ruruhi yaitu buah, daun,

Sujarwo et al. (2014) menyatakan batang, bunga dan akar. Pemanfaatan

bahwa tumbuhan Ruruhi merupakan organ tumbuhan ruruhi cukup banyak


salah satu spesies yang mulai langka alternatif yang bisa dilakukan seperti

keberadaannya di Pulau Bali. buah dijadikan sebagai makan, obat

Perubahan penggunaan lahan dan rujak. Daun dijadikan obat, lalapan

diidentifikasi sebagai penyebab dan pengganti asam. Batang dijadikan

penurunan populasi tumbuhan Ruruhi. pagar, tiang rumah dan kayu bakar,

Lebih lanjut dijelaskan oleh Sujarwo et bunga dan akar di jadikan obat.

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018
Studi Etnobiologi Tentang Pemanfaatan Tumbuhan Ruruhi (Syzygium polycephalum Merr.) 824
di Kota Kendari Sulawesi Tenggara

DAFTAR PUSTAKA Rahayu, M. dan Rugayah, 2007,


Pengetahuan Tradisionaldan
Acharya KP, Acharya, R. 2010. Eating Pemanfaatan Tumbuhan Oleh
from the wild: indigenous Masyarakat Lokal Pulau
knowledge on wildedible plants Wawonii Sulawesi Tenggara.
in Parroha VDC of Rupandehi Berita Biologi.8(6) : 489-499
district, Central Nepal. Int J Rosmanita, I. dan Saharuddin. 2017.
Sci. 3:28-48 Hubungan Tingkat
Atmojo, SE., 2018. Pengenalan Pengetahuan Lokal
Etnobotani Pemanfatan Masyarakat Desa Ciherang
Tanaman sebagai Obat dengan Tingkat Pengelolaan
Kepada Masyarakat Desa Tanaman Obat Keluarga.
Cabak Jiken Kabupaten Blora. Jurnal Sains Komunikasi dan
Tanggal Akses 29 Juni 2018 Pengembangan Masyarakat
Idaman, 2012. Islam dan Pergeseran (JSKPM). (online). 1(3): 359-
Pandangan Hidup Orang 378
Tolaki.Jurnal Al- Ulum, 12( 2): Sujarwo, W., Arinasa, I. B. K. Caneva,
267-302. G and. Guarrera. P. M., 2014.
Irnawati, Zubaydah, S., Arifah. 2017. Traditional knowledge of wild
Anthoycanin Total and and semi-wild edible plants
Antioxcidant Actifity Of Ruruhi used in Bali (Indonesia) to
(Syzygium polycephalum maintain biological and cultural
Merr.) Fruits. Jurnal diversity. Plant Biosystems.
Fharmacon, 6(3): 169-175 DOI:
Mudiana, D., 2005. Pemencaran 10.1080/11263504.2014.9945
Syzygium cormiflorum (F. 77
Muell.) B. Hyland. di Sekitar Sunaryo dan Joshi, L. 2003. Peranan
Pohon Induk dalam Cagar Pengetahuan Ekologi Lokal
Alam Lamedae, Kolaka, dalam Sistem Agroforestri.
SulawesiTenggara. Jurnal Bahan Ajaran Agroforestri 7.
Biodiversitas, 6(2) :129-132 Word Agroforestry Centre
Muttaqin, AZ., Novianti, E., (ICRAF) Southeast Asia.
Partasasmita, R., Iskandar, J., Bogor, Indonesia.
2016. Studi Etnobotani Walujo, E.B. 2011. Sumbangan Ilmu
Pemanfaatan Jenis-Jenis Etnobotani dalam
Tumbuhan yang Digunakan Memfasilitasi Hubungan
sebagai Obat oleh Masyarakat Manusia dengan Tumbuhan
Desa Pangandaran dan Lingkungannya. Jurnal
Kecamatan Pangandaran Biologi Indonesia.
Kabupaten Pangandaran. (online).7(2): 375-391.
Prosiding Seminar MIPA 2016. https://media.neliti.com/media/
Jatinangon. Pada Tanggal 27- publications/79020-ID-
28 Oktober 2016 sumbangan-ilmu-etnobotani-
Pitra, H., Haerullah, A. dan, dalam-memfasil.pdf. diakses 7
Papuangan, N., 2017.Studi November 2018.
Pengetahuan Lokal Zumaidar. 2009. Kajian Kearifan Lokal
Masyarakat Moya tentang Euphorbiaceae sebagai
Pemanfaatan Tumbuhan Tumbuhan Obat oleh
sebagai Obat Tradisional. Masyarakat Aceh. Jurnal
Jurnal Saintifik.1(1): 45-49 Agrista. Vol 13 (1): 43-48.

N.T. Dewi dan Karya, A., Biowallacea, Vol. 5 (2), Hal : 813-824, Oktober, 2018

Anda mungkin juga menyukai