Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KEHAMILAN IBU DI USIA MUDA

DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA 3-


5 TAHUN DI DESA RANUBEDALI KECAMATAN
RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh:
Reti Agung Ariyani
NIM. 15201.02.21109

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PROBOLINGGO
2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa kanak-kanak awal (usia 4-5 tahun), kehidupan emosi

dan kepribadian anak-anak memperlihatkan perkembangan yang berarti.

Seiring dengan proses ini, dunia mereka yang dulunya kecil kini menjadi

terbuka lebih lebar. Selain pengaruh relasi keluarga, kawan-kawan sebaya

mulai berperan dalam perkembangan anak-anak dan mengisi kehidupan

mereka sehari-hari. Pada masa kanak-kanak awal perkembangan sosio-

emosi anak-anak kecil ditandai oleh sejumlah perubahan. Perkembangan

pikiran serta pengalaman emosi yang terjadi menghasilkan kemajuan yang

nyata dalam perkembangan diri, kematangan emosi, pemahaman moral

serta kesadaran gender. (Santrock, 2018).

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari akunya, bahwa

akunya (dirinya) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda).

Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa tidak setiap

keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari bahwa

keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain

tidak selamanya memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu,

berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari

lingkungannya. Jika lingkungannya terutama orang tuanya tidak mengakui

harga diri anak, seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang

menyayanginya, maka pada diri anak akan berkembang sikap-sikap a) keras

kepala/menentang, atau (b) menyerah menjadi penurut yang diliputi rasa

2
harga diri kurang dengan sifat pemalu. (Dahlan, 2017).

Di Amerika terdapat 20% anak yang datang ke dokter umum

dengan gangguan psikologis yang biasanya bersumber dari keluhan fisik,

dan 30% anak yang datang ke klinik dokter spesialis anak dengan gangguan

psikiatri, penelitian yang pernah dilakukan di Jombang didapatkan prevalensi

gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 tahun sebanyak 74,2%.

(Maramis, 2013).

Anak yang mengalami terlalu banyak emosi kurang baik dan sedikit

mengalami emosi-emosi yang menyenangkan hal ini akan mengganggu

pandangan hidup dan mendorong perkembangan watak yang kurang baik.

Anak akan lebih cepat mendapat ekspresi wajah yang kelihatan masam,

cemberut atau tidak senang. Bahaya yang juga besar terhadap penyesuaian

pribadi dan social. Apabila masalah ini tidak dapat diselesaikan akan

berdampak terhadap pematangan karakter anak. Perkembangan sosial-

emosional yang buruk pada anak usia dini merupakan faktor risiko masalah

psikososial seperti depresi dan kesepian, (Hurlock,2013).

Antara usia 2-4 tahun, anak-anak memperlihatkan peningkatan

jumlah istilah yang mereka gunakan untuk mendeskrisikan emosi. Selama

masa ini, anak-anak juga belajar mengetahui penyebab dan konsekuensi

dari perasaan-perasaan. Ketika berusia 4 hingga 5 tahun, anak-anak

memperlihatkan peningkatan kemampuan merefleksikan emosi. Mereka juga

memahami bahwa kejadian yang sama membangkitkan perasaan-perasaan

yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Pada anak usia 5 tahun,

sebagian besar anak-anak dapat menentukan emosi secara akurat, yang

diperoleh dengan menghadapi lingkungan serta menjelaskan strategi yang

3
mereka lakukan dalam mengatasi tekanan sehari-hari. (Santrock, 2018)

Pengukuran emosi anak dapat dilakukan menggunakan Strengths

and Difficulties Questionnaire (SDQ). SDQ adalah suatu alat ukur atau skala

psikologi yang terdiri dari 25 item dengan lima dimensi yang akan diukur

yaitu prososial, hiperaktif, masalah emosi, perilaku serta hubungan dengan

teman sebaya. Tujuan daripada penyusunan skala SDQ yakni untuk

mengetahui masalah yang berhubungan dengan emosional dan perilaku

pada anak-anak. (Black, Pulford, Christie, & Wheeler, 2012).

Perkembangan emosi anak dipengaruhi beberapa faktor meliputi

umur, jenis kelamin, genetik, keluarga, hormon, psikologi ibu ketika hamil,

gizi ibu,

pola asuh, sosio-ekonomi, pendidikan ibu, stimulasi dan lain-lain

(Soetjiningsih, 2014). Salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan

emosi anak yaitu usia ibu ketika hamil. Kehamilan di usia muda adalah

kehamilan yang terjadi pada wanita berusia <20 tahun. Wanita usia muda

mengalami proses pematangan fisik lebih cepat daripada pematangan

psikososialnya. Oleh karena itu, seringkali terjadi ketidakseimbangan emosi

sehingga sangat sensitif maupun rawan terhadap stress. Hal tersebut

merugikan kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan janin karena belum

matangnya alat reproduksi untuk hamil apalagi bila ditambah dengan

tekanan (stress) psikologi, sosial, dan ekonomi (Manuaba, 2010).

Tekanan ibu ketika hamil memengaruhi anak yang sedang

berkembang baik sebelum maupun sesudah kelahiran (Hurlock, 2013).

Apabila tekanan emosi berlangsung lama akan memengaruhi keseimbangan

endokrin, maka kegelisahan akan terus terbawa sampai periode pascanatal

4
dan sangat memengaruhi penyesuaian diri pada perkembangan anaknya

(Hurlock,2013). Penelitian yang dilakukan Tough et al. (2012) menyatakan

bahwa anak-anak dari ibu yang kesehatan mentalnya buruk dan dukungan

sosial yang rendah lebih mungkin berisiko tinggi masalah perkembangan

anak. Anak-anak yang berisiko masalah perkembangan secara signifikan

kemungkinan dari ibu yang selama kehamilan menyatakan bahwa

kesehatan mental orang tua berhubungan dengan peningkatan risiko untuk

disregulasi bagi anak-anak.

Kehamilan pada usia muda yang tinggi mengindikasikan bahwa

wanita usia muda rentan mengalami gangguan kehamilan dan

permasalahan lain yang berhubungan dengan kehamilan di usia yang masih

muda. Data mengenai kehamilan di usia muda dilihat dari data persalinan

muda Desa Ranubedali yang menunjukan bahwa jumlah persalinan muda

tahun 2019 31 orang atau 30,1% dari total 103 kehamilan sedangkan tahun

2020 persalinan muda tetap 31 orang atau 26,5% dari total 117 kehamilan.

Akumulasi jumlah persalinan remaja di Desa Ranubedali pada

tahun 2019-2021 menunjukan jumlah yang masih tinggi. Jumlah tersebut

terdiri dari 82 persalinan usia muda d a r i 3 1 8 t o t a l p e r s a l i n a n

di Desa Ranubedali. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik

untuk mengetahui adakah hubungan antara kehamilan ibu di usia muda

dengan perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun di Desa Ranubedali

Tahun 2022.

5
1.2 Rumusan Masalah

Antara usia 2-4 tahun, anak-anak memperlihatkan peningkatan

jumlah istilah yang mereka gunakan untuk mendeskrisikan emosi. Selama

masa ini, anak-anak juga belajar mengetahui penyebab dan konsekuensi

dari perasaan-perasaan. Ketika berusia 4 hingga 5 tahun, anak-anak

memperlihatkan peningkatan kemampuan merefleksikan emosi. Mereka

juga memahami bahwa kejadian yang sama membangkitkan perasaan-

perasaan yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Pada anak usia 5

tahun, sebagian besar anak-anak dapat menentukan emosi secara akurat,

yang diperoleh dengan menghadapi lingkungan serta menjelaskan strategi

yang mereka lakukan dalam mengatasi tekanan sehari-hari. (Santrock,

2018)

Prevalensi gangguan emosional dan perilaku pada anak usia

prasekolah cukup tinggi yaitu 34,10% (Pahl et aL, 2010). Salah satu

faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan anak yaitu psikologi ibu

ketika hamil terutama ibu hamil di usia muda (Manuaba, 2010).

Tekanan ibu ketika hamil memengaruhi anak yang sedang

berkembang baik sebelum maupun sesudah kelahiran (Hurlock, 2013).

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti ingin mengetahui.

“Adakah hubungan kehamilan ibu di usia muda dengan perkembangan

emosi anak usia 3-5 tahun dengan mempertimbangkan variabel luar seperti

pola asuh, jumlah anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pendidikan

ayah, dan pendapatan orang tua?”

6
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan kehamilan ibu di usia muda

dengan perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun di Desa

Ranubedali Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan kehamilan ibu di usia muda dengan

perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun dengan

mempertimbangkan variabel luar seperti pola asuh, jumlah

anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, pendidikan ayah,

dan pendapatan orang tua di Desa Ranubedali Tahun 2022.

b. Diketahuinya besar risiko kehamilan ibu di usia muda

dengan gangguan perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun .

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai kehamilan ibu di usia muda dengan

perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pembuat kebijakan bagi Desa Ranubedali

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai

bahan masukan pengambilan keputusan dalam upaya deteksi

dini gangguan perkembangan anak, khususnya perkembangan

emosi serta membuat program promosi kesehatan kepada

masyarakat mengenai kehamilan ibu di usia muda supaya

7
masyarakat mengetahui risiko kehamilan usia muda.

b. Bagi remaja dan keluarganya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat remaja

dan keluarganya mengetahui dampak dari kehamilan ibu di usia

muda dengan perkembangan emosi anak usia 3-5 tahun

sehingga mampu merencanakan kehamilan di usia 21-35 tahun

sehingga bisa meningkatkan kualitas perkembangan anak.

c. Bagi Bidan dan praktisi KIA

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi bidan

dalam melaksanakan deteksi dini gangguan perkembangan

emosi anak dan memotivasi bidan untuk memberi promosi

kesehatan kepada masyarakat mengenai risiko kehamilan ibu

di usia muda.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar

penelitian untuk peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai