Anda di halaman 1dari 26

MANUSIA

BERTUHAN
Halo, teman-teman!
Kami Kelompok 2!
Kelompok Kami
1. Didanda Reggy
2. Gina Nurazkya
3. Herlin Herlina
4. Heryaani Dian Pertiwi
5. Nabil Ridla Firdaus
6. Siti Sa'diyah
7. Winda Rosdiana
Pendahuluan
Setiap manusia di dunia ini adalah sebagai
abd (hamba). Dari itu, manusia harus
memiliki suatu pegangan hidup yang
dengannya manusia dapat mencapai tujuan
hidupnya. Sehingga apabila ada sesuatu
yang membuat manusia berpaling bahkan
membelok dari tujuannya, maka sesuatu
yang dijadikan pegangan akan terus
mengarahkan dan membimbing untuk
meraihnya.

Didanda Reggy
Rumusan Masalah Apa pengertian dari spiritualitas
sebagai landasan kebertuhanan ?

Apa maksud dari manusia memerlukan


spiritualitas ?

Bagaimanakah epistemologi
manusia dalam mengimani tuhan

Didanda Reggy
PEMBAHASAN
MANUSIA BERTUHAN

1. SPIRITUALITAS
SEBAGAI LANDASAN
KEBERTUHANAN

Dipresentasikan oleh NABIL RIDLA F


Spiritualitas Sebagai
Secara etimologis Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata “spirit” berarti: semangat, jiwa, sukma, Landasan Kebertuhanan
roh. Sedangkan “spiritual” berarti: berhubungan
dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).

Spiritualitas adalah dasar dari adanyan kebangkitan


atau percaya diri dalam mencapai makna hidup dan
tujuan hidup. Spritualitas merupakan bagian
esensial dari keseluruhan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang.

NABIL RIDLA F
Spiritualitas Sebagai Landasan
Kebertuhanan

Dengan adanya spiritual yang


menguatkan dalam kepercayaan Spiritualitas memberikan arah
bertuhan, manusia dapat dan arti pada kehidupan, seperti
memperoleh sebuah petunjuk atau kebahagiaan. Kebahagiaan akan
arah sehingga mempermudah
terwujud apabila ada
dalam menjalankan kehidupan.
ketenangan dan kesejahteraan
Manusia akan memiliki sebuah
kepercayaan yang dapat jiwa, hal tersebut tmembutuhkan
membantunya dalam menjalankan adanya kekuatan non-fisik yang
hidup yang baik sehingga lebih besar dari dirinya yaitu
kehidupannya memiliki arah yang Tuhan.
benar.

NABIL RIDLA F
Menurut Burkhardt (dalam
Pertama Hamid,2000) spiritualitas, meliputi
Berhubungan dengan ketidak pastian aspek sebagai berikut :
dalam kehidupan.

Kedua
Menemukan arti dan tujuan hidup

Ketiga
Menyadari kemampuan untuk menggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri

Keempat
Mempunyai perasaan keterikatan
dengan diri sendiri dan dengan Tuhan

NABIL RIDLA F
Manusia memiliki fitrah (kesucian jiwa dan rohani) sejak
lahir. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Katsir bahwa
manusia sejaklahir telah membawa tauhid 7 atau paling
tidak ia berkecenderungan untuk meng-Esakan tuhannya,
dan terus mencari untuk mecapai tujuan tersebut. Fitrah
inilah yang menjadi landasan manusia untuk landasan
kebertuhanan

NABIL RIDLA F
2. Manusia Memerlukan
Spiritualitas

HERLIN HERLINA
Manusia Memerlukan Spiritualitas

Secara teologis, manusia adalah makhluk


Allah yang ditunjuk sebagai hamba dan
khalifah-Nya di muka bumi, yang diciptakan
dari tanah liat sebagai bahan baku jasadnya
dan ia memiliki ruh. Allah berfirman:
“Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” (QS. Al-Hijr : 29)

HERLIN HERLINA
Manusia Memerlukan Spiritualitas

Di jaman modern ini, semua aspek kehidupan


manusia berubah. Manusia cenderung tidak
memercayai agama dan selalu berpikir
rasional materialisme. Mereka tidak
mempercayai adanya spirit yang ada pada
dirinya, karena hal tersebut secara materi
tidak pernah ada.

HERLIN HERLINA
Deliar Noer memberikan ciri-ciri modern sebagai berikut :
Bersifat rasional, yaitu lebih mengutamakan pendapat akal fikiran dari pada pendapat emosi,
01 sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan untung ruginya dan pekerjaan tersebut
secara logika dipandang menguntungkan

02 Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat,
tetapi juga selalu melihat dampak sosialnya secara lebih jauh.

Menghargai waktu, yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dan
03
perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya

Bersikap terbuka, yaitu mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan
04
perbaikan dari manapun.

Berfikir objektif, yaitu melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi
05
masyarakat
HERLIN HERLINAH
Dari ciri-ciri tadi dapat kita lihat bahwa manusia
modern telah kehilangan keyakinan-keyakinan
metafisis dan eskatologis. Sebab manusia modern
lahir dari eksistensialisme yang hanya mengakui
eksistensi manusia manakala manusia tersebut sudah
merdeka.

Pada tahapan ini manusia sudah lepas dari


pemikiran religius dan pemikiran filosofis yang
masih global. Mereka telah sampai kepada
pengetahuan yang rinci tentang sebab-sebab
segala sesuatu yang terjadi pada alam
semesta ini.

HERYAANI DIAN PERTIWI


Ya, agama itu spiritualitas. Dari spiritualitas lahir moralitas dan
rahmat (cinta kasih) bagi alam semesta. Maka, meski boleh jadi
bersinggungan dengan politik, ia tidak boleh dijadikan ideologi,
front-front konflik akan terbuka: baik dengan pengikut agama yang
sama maupun pengikut agama dan kelompok lain. Maka agama
perlu dikembalikan ke posisinya sebagai panduan kegiatan
pembersihan hati secara terus-menerus, panduan moral dan
pendorong amal-amal saleh: sebagai rahmat atas semesta alam.
Spiritualitas dapat merefleksikan nilai seperti
memberikan kontribusi kepada umat manusia serta
alam semesta. Peran spiritualitas sangat berperan
penting bagi kehidupan kita baik terhadap kehidupan
berkeluarga, beragama bahkan pada kehidupan kerja
kita. Heryaani Dian Pertiwi
MANUSIA BERTUHAN

3. Epistemologi Manusia
Dalam Mengimani Tuhan
oleh Gina Nurazkya
Epistemologi Manusia Dalam Mengimani Tuhan

Epistemologi (dari bahasa Yunani, epistēmē, artinya


"pengetahuan", dan, logos, artinya "diskursus") adalah
cabang dari filsafat yang berkaitan dengan teori
pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang hakikat
dari pengetahuan, justifikasi, dan rasionalitas keyakinan.

Orang yang memiliki keimanan kepada Allah harus dibuktikan


dengan amal saleh. Inilah yang menjadi patokan bagi
seseorang untuk menilai orang lain baik atau tidak baik

Gina Nurazkya
Iman terbentuk karena peran Allah dan manusia. Peran Allah dalam
pembentukan iman terletak pada karunia-Nya berupa akal dan potensi
kebertuhanan yang disebut dengan roh. Karena adanya akal dan roh inilah,
manusia mempunyai potensi keimanan kepada Allah. Namun, mengingat
potensi tersebut harus dipersiapkan dengan cara tertentu sehingga
menjadi keyakinan, maka iman pun membutuhkan peran manusia.

Gina Nurazkya
Berikut adalah beberapa contoh peran manusia dalam
meningkatan keimanan terhadap Allah:

01 Bergaul dengan orang orang yang salih

02 Membaca Buku-Buku Islam

03 Mengikuti pengajian rutin

04 Melakukan diskusi mengenai agama islam Bersama


dengan tetangga ataupun ustad

05 Ajakan dari orang lain

Siti Sa’diah
Begitu banyak peran dari manusia untuk meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT. Sebagai manusia, kita
harus saling mengingatkan satu sama lain untuk lebih
beriman dan bertaqwa kepada allah, selain itu juga ada
peran dari Allah juga yang dapat meningkatkan
keimanan kita. Rencana rencana Allah yang tidak kita
ketahui dan bukti kebesaran Allah yang sering
ditampakkan membuat kita semakin memantapkan hati
bahwa Allah adalah tuhan yang menciptakan alam dan
seisinya.

Siti Sa’diah
KESIMPULAN

WINDA ROSDIANA
Berdasarkan pembahasan di tadi, dapat kita simpulkan bahwa
setiap manusia di dunia ini adalah sebagai abd (hamba). Dari
itu, manusia harus memiliki suatu pegangan hidup yang
dengannya manusia dapat mencapai tujuan hidupnya.
Sehingga apabila ada sesuatu yang membuat manusia
berpaling bahkan membelok dari tujuannya, maka sesuatu
yang dijadikan pegangan akan terus mengarahkan dan
membimbing untuk meraihnya.

Winda Rosdiana
Kemudian dari pada itu, dapat disimpulkan bahwa cara
manusia bertuhan itu berbeda-beda, ada yang bertuhan
ada yang menerima segala kepastian yang menimpa diri
dan sekitarnya dan yakin berasal dari tuhan, ada juga
yang menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang
diyakini berasal dari tuhan.
Bahkan ada manusia yang hanya bertuhan saja ada
juga yang beragama saja, yang dimaksud bertuhan
saja manusia itu hanya mengakui keberadaan tuhan
saja, mengakui kebesarannya tetapi dia tidak
mengikuti perintah Tuhan-Nya, sedangkan yang
beragama saja dia hanya menjalankan apa yang
diperintahkan oleh agamanya, tetapi dia tidak
mengakui keberadaan Tuhan-Nya. Jadi lebih baik
kita beragama dan juga bertuhan, itu akan lebih
baik dari pada hanya bertuhan saja atau hanya
beragama saja, sebab kita akan bisa mengenal lebih
dekat dengan Agama dan Tuhan kita.

WINDA ROSDIANA
Terima kasih!
Ada pertanyaan untuk kami?

Anda mungkin juga menyukai