Anda di halaman 1dari 27

MAKALAII

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

(COOPERATIVE LEARNING)
Dosen Pengampu : Muhammad Sadli, M. Pd.

OLEH

KELOMPOK Vlll (8)

1. Dinda Sajmini 2202060138


2. Wiwin Istiana 2202060149
3. Putri Imania 2202060109

MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

1
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cooperative Learning


Pembelajaran cooperative learning bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan,
tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru
untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan tertentu.
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan cooperative learning, sebagai berikut
a) Menurut Salvin pada tahun 1995, mengemukakan bahwa cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran yang mana system belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siwa lebih semangat dalam belajar.1
b) Menurut Anite lie pada tahun 2000, cooperative learning adalah pembelajaran
gotong-royong yang mana system pembelajarannyamemberi kesempatan
peserta didik untuk bekerja sama denagn peserta lain dalam tugas-tugas yang
terstruktur
(tugas yang telah ditentukan)2
c) Menurut Azizah pada tahun 1998, cooperative learning merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam
mencapai tujuan.3

Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif


merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-
kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam
proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika
salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
I Hamdani, dkk Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setia, 2011, Hal. 147
2
Ibici, Hal. 149
Ibid., Hal. 150

6
B. Unsur-unsur Pembelajaran Cooperative
1. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang
memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil
belajar yang optimal. Tiap siswa tergantung pada anggota lainnya karena tiap siswa
mendapat materi yang berbeda atau tugas yang berbeda, oleh karena itu siswa satu
dengan lainnya saling membutuhkan karena jika ada siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas tersebut maka tugas kelompoknya tidak dapat diselesaikan.1
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif juga ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian individual tersebut
selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua kelompok dapat
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan. Karena tiap siswa mendapat tugas yang
berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk
mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas
yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu.2
3. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap
muka sehingga mereka dapat melalukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan siswa dapat saling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervanasi dan ini juga akan
lebih memudahkan siswa dalam belajar. Adanya tatap muka, maka siswa yang kurang
memiliki kemampuan harus dibantu oleh siswa yang lebih mampu me- ngerjakan
tugas individu dalam kelompok tersebut, agar tugas kelompoknya dapat terselesaikan.3

4. Komunikasi antar Anggota Kelompok


Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap
sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani
mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi sengaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.

1 Ibid., Hal. 209


2 Ibid., Hal. 213
3 Ibid. Hal. 215
7
Unsur ini juga menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi.Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru
perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi, karena tidak semua siswa
mempuanyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya siswa perlu
diberitahu secara jelas mengenai cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus
menyinggung perasaan orang lain.

5. Evaluasi Proses Kelompok


Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu
diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran
cooperative learning.8

7 Ibid., Hal. 217


8 Ibid, Hal. 218

8
C. Karakteristik Cooperative Learning
Pada hakekatnya cooperative learmng sama dengan kerja kelompok, akan tetapi
tidak. ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learmng dengan
kerja kelompok, antara lain:
1. Positive Independence (saling ketergantungan positif) yaitu hubungan timbal
balik yang didasari danya kepentingan yang sama.
2. Personal Responsibility (tanggung jawab perseorangan)yaitu mengenal materi
pelajaran dalam anggota kelompok. Sehingga siswa termotivasi untuk
membantu temannya membutuhkan keluwesan.
3. Face to Face Promotive Interaction (interaksi promotif) yaitu interaksi yang
langsung terjadi antara siswa tanpa adanya perantara.
4. Interpersonal Skill (komunikasi antar anggota) yaitu menciptakan hubungan
antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok dan memelihara
hubungan kerja yang efektif.
5. Group Processmg (pemrosesan kelompok) yaitu meningkatkan ketrampilan
bekerja sama dalam memecahkan masalah.4

D. Tujuan Cooperative Learning


Cooperative learmng mempunyai tujuan pembelajaran yang penting, yaitu
1. Mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik yakni meningkatkan nilai
siswa pada belajar akademik dan perubahan normal yang berhubungan dengan
hasil belajar.
2. Dapat menerima secara luas dari orang yang berbeda berdasarkan ras budaya,
kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya.
3. Mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.10

4 Made, Wena, Strategi Pembelajaran InovatifKontemporer:Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta, Bumi Aksara,
2010, Hal. 79
Ibi(l, Hal. 63
9
E. Model-model Cooperative learning
Dalam cooperative learmng terdapat beberapa model yang di terapkan di antar lain
1) Jigsaw
Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif, yang terdin atas empat orang siswa sehingga
setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen atau
subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari tiap-tiap
kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk
kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Siswa-siswa Ini bekerja
sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam
a) Belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya.
b) Merencanakan cara mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota
kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kepada
kelompok masmg-masing sebagai "ahli" dalam subtopiknya dan
mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada
temannya. Ahli dalam subtipok lainnya juga bertindak serupa. Dengan
demikian, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan
penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.
Oleh karena itu, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik
secara keseluruhan. model ini mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal dan penyelenggarannya di bentuk secara bertahap.1 1
2) Group Invesgation
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang
paling kompleks dan paling sulit diterapkan. Model ini dikembangkan pertama
kali oleh Thelen. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, pada model ini siswa
terlibat dalam perencanaan, baik yang dipelajari maupun hasil penyelidikan
mereka. Pendekatan Ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih
rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat dari guru
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5
atau 6 siswa yang heterogen. Dalam beberapa kasus, kelompok dapat
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan, atau minat
yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya, siswa memilih topik untuk
diselidiki, melakukan

1 1 Benny, A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, PT. Dian Rakyat, 2009, Hal. 119

10
penyelidikan mendalam atas topik tang dipilih. Selanjutnya, mereka

menpertimbangkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas. 5

3) Listening Team
Pada model ini di awali dengan pemaparan materi pelajaran Oleh guru,
kemudian guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dan
kelompok mempunyai peran masing-masing. 6

4) TGT (Team Games Tournament)


Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa hiterogen,
tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas,
setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi.
Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak sełta tumbuh rasa
kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan
seperti dalam kondisi permałnan yaitu dengan cara guru bersikap terbuka,
ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja
kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika
waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian rapor.14

5) Role Playing
Metode role playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau benda mati.15

5 Mulyono, Strategi Pembelajaran:Menuju Efektifitas Pembelajaran Di Abad Global, Malang, UIN-Maliki Press, 2011,
Hal. 156
6 Ibid, Hal. 157 14
Ibid., Hal. 160
Ibid, Hal. 161
Pennainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung
pada apa yang diperankan. Kelebihan metode ini adalah seluruh siswa dapat
berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuannya
dalam bekerja sama. Dalam metode ini ada beberapa keuntungan, yaitu:
a. Siswa bebas mengambil keputusan dan dan berekspresi secara utuh.
b. Pemłainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.

11
c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa mengalami
pengamatan pada saat melakukan permainan.
d. Permaian merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi
anak.7

6) Student Teams Achievement Division (STAD)


Dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar
kelompok siswa dan menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap
minggu dengan menggunakan persentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas
tertentu dibagi menjadi kelompok dengan jumlah anggota 4-5 orang. Setiap
kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan laki-lakl, berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang Iain untuk menuntaskan
materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama Iain untuk
memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis dengan cara berdiskusi.
Secara individual, setiap minggu atau setiap dua mrnggu,siswa diberi kuis.
Kuis tersebut diberi Skor dan setiap siswa diberi Skor perkembangan. Skor
perkembangan ini tidak berdasarkan Skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan
seberapajauh Skor itu melampaui rata-rata
Skor yang lalu.8

7 Ibi(l, Hal. 161


8 Ibid., Hal. 162
12
F. Peran Guru dalam Cooperntive Learning
Gutm dalatn coopetative learning mempunyai beberapa peran untuk melakukannya
antara Iain.
Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator harus mempnyai beberapa sikap sebagai berikut:

a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.


b. Membantu dan mendorong iswa untuk mengingkapkan dan menjelaskan
kełngłnan dan pembicaraannya.

c. Mmembatu kegiatan dan menyiapkan sumber atau alat.


d. Membina siswa agar setiap siswa, setiap orang menjadi sumber yang
bermanfaat bagi yang Iainnya

e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada keluarga dan mengatur jalannya


dalam bertukar pendapat. 9

2. Sebagai Mediator
Guru berperan untuk menjembati atau mengaitkan materi pelajaran yang
sedang di bahas melalui cooperative learning dengan permasalahan yang nyata
di temukan di lapangan.10

3. Sebagai Director-Motivator
Guru beperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi,

membantu kelancaran diskusi tetapi tidak memberikan jawaban.20

4. Sebagai Evaluator
Guru berperan dalam menilai kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung.11

9 H
amzah, B Uno, Model Pembelajaran:Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang KreatifDan Efektif, Jakarta, PT. Bumi
Aksara, 2007, Hal. 107
10 Ibid, Hal. 108
Ibid., Hal 109
11 Ibid., Hal. 110
13
BAB 111

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa
1. Cooperative learning adalah suatu metode pengajaran yang mana pra siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran
2. Tujuan cooperative learning dalah untuk meningkatkan hasil belajar
akademik, menerima terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan
ketrampilan social.

3. Karakteristik cooperative leaming antara lain: Positive Independence,


Personal Responsibility, Face to Face Promotive Interaction, Interpersonal
Skill, Group Processing.
4. Model- model cooperative lernmg antar lain • jigsaw, group mvesgation dan
listening team.
5. Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai fasilitator, mediator,
director motivator dan evaluator.

B. Saran
Sebagai seorang pelajar/mahasiswa/i kami menyadan banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini sehingga kami menyarankan untuk mempelajari materi ini
kepada yang lebih ahli atau referensi yang lebih lengkap agar pengetahuan pembaca
semakin meningkat dan dapat di amalkan ketika kelak telah menjadi seorang pengajar
maupun pembaca yang saat ini telah menjadi seorng pengajar agar bisa
mengaplikasikannya pada anak didik
14
DAFTAR PUSTAKA

1. Hamdani, dkk 2011, Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia, Bandung.


2. Mulyono. 2011, Strategi Pembelajaran: Menuju Efektifitas Pembelajaran di
Abad Global. UIN-Maliki Press (Anggota IKAPI). Malang.
3. Pribadi A, Benny. 2009, Model Desain Sistem Pembelajaran. PT Dian
Rakyat. Jakarta.
4. Uno B, Hamzah 2007, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. PT Buml Aksara. Jakarta.

5. Wena, Made. 2010, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu


Tinjauan Konseptual Operasional. Bumi Aksara. Jakarta
15

Anda mungkin juga menyukai