Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA


Dosen Pengampu : Dr.Muh.Kardi Rais,SKM,M.kes

Di Susun Oleh:
NAIMA USMAN (B00222020)
Kesehatan Masyarakat

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI


KAB.PINRANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat yang luarbiasa, keteguhan, serta kekuatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi kita
semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan atau rujukan dari berbagai sumber, sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya penulis sangat menghargai masukan atau kritik yang membagun supaya
bisa lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.

Pinrang, 6 september 2023

Naima usman

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

A. Definisi keluarga berencana dan kependudukan.................................................3

B. Hubungan keluarga berencana dan kependudukan.............................................7

C. Hukum keluarga berencana dan kependudukan................................................10

BAB III PENUTUP......................................................................................................20

D. Kesimpulan........................................................................................................20

E. Saran..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................21

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga berencana sudah tidak asing lagi dimata orang Indonesia.
Saat ini keluarga berencana yang biasa disebut KB ini telah menjadi suatu
program nasional yang dijalankan oleh pemerintah dalam rangka membatasi
jumlah penduduk untuk menekan angka kelahiran yang tinggi juga
diperkirakan atau diduga pertumbuhan populasi penduduk yang tidak
seimbang dengan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi nasional saat
ini.
Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ulama dan lembaga-
lembaga islam mengenai KB dalam berbagai sudut pandang. Hasil dari studi,
penelitian atau ijtihad ini para ulama berbeda pendapat dikarenakan tidak
terdapat nash yang secara gamblang atau tegas melarang atau
memperbolehkan untuk memakai KB ini. Itu mengapa hingga ssaat ini
kontroversi mengenai KB masih mengemuka.
Sebenarnya untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan
menyeluruh mengenai bagaimana seharusnya pandangan islam terhadap KB
ini pada dasarnya memang kita harus berpatokan kepada Al-Quran dan Hadist.
Tetapi, karena tidak terdapat penjelasan yang gamblang, maka mau tidak mau
dilakukan lah kajian yang mendalam yang bersumber danb berdasar dari dua
sumber utama tadi untuk kemudian para ulama dapat melakukan ijtihad.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis perlu merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa definisi dari keluarga berencana dan kependudukan?
2. Bagaimana hubungan keluarga berencana dan kependudukan?
3. Bagaimana hukum keluarga berencana dan kependudukan?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:

4
1. Untuk Mengetahui definisi dari keluarga berencana dan
kependudukan.
2. Untuk Mengetahui hubungan keluarga berencana dan kependudukan.
3. Untuk Mengetahui hukum keluarga berencana dan kependudukan.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi keluarga berencana dan kependudukan


KB seperti yang telah diketahui adalah singkatan dari Keluarga
Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada
ini adalah: Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera
dengan membatasi kelahiran (https://kbbi.kata.web.id/keluarga- berencana/).
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang
di inginkan.

Keluarga berencana juga dapat diartikan perencanaan kehamilan,


sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak
antara kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik –
baiknya bagi seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah
mencapai jumlah yang dikehendaki. Adapun yang dimaksud dengan keluarga
disini, ialah suatu kesatuan sosial yang terkecil dalam masyarakat, yang di ikat
oleh tali perkawinan yang sah. Jadi keluarga disini ialah keluarga inti yang
menurut istilah di jawa batih, atau menurut istilah inggris “nuclear family”,
yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak (Zuhdi, 1996: 54).

Keluarga berencana adalah istilah resmi yang di pakai di dalam


lembaga lembaga Negara kita seperti badan koordinasi keluarga berencana
nasional (BKKBN). Istilah KB mempunya arti yang sama dengan istilah
umum yang dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, seperti International Planned Parenthood Federation (IPPF),
nama sebuah organisasi KB tingkat internasional dengan kantor pusatnya di
London. Keluarga berencana juga mempunyai arti yang sama dengan istilah
pengaturan keturunan/kelahiran dan bukan pembatasan kelahiran.

KB family planning atau planned parenthood berarti pasangan suami


istri telah mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-
anaknya di harapkan lahir agar setip anaknya lahir disambut dengan rasa
gembira dan syukur. Dan pasangan suami istri tersebut juga telah
merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya sendiri dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya. Jadi KB

6
dititikberatkan pada perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang
terhadap anggota-anggota keluarganya (Zuhdi, 1996: 55).

1. Tujuan Keluarga Berencana:

 Mengendalikan pertumbuhan penduduk untuk mencegah


overpopulasi.

 Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan


memungkinkan pasangan untuk merencanakan jumlah anak
dan jarak kelahiran yang sesuai dengan kondisi mereka.

 Meminimalkan risiko komplikasi kesehatan ibu dan anak


dengan memungkinkan ibu-ibu untuk memiliki kelahiran
yang lebih terencana dan aman.

 Meningkatkan akses pasangan terhadap layanan kesehatan


reproduksi dan informasi pendidikan seksual.

 Meningkatkan status sosial dan ekonomi perempuan dengan


memberi mereka kontrol atas keputusan reproduksi mereka.

2. Metode Keluarga Berencana:

 Metode Kontrasepsi: Termasuk penggunaan pil KB,


kondom, IUD (intrauterine device), suntik KB, implan, dan
lain-lain.

 Pendidikan Seksual: Memberikan informasi tentang


reproduksi, kontrasepsi, dan kesehatan seksual kepada
individu.

 Layanan Kesehatan Reproduksi: Termasuk pelayanan


prenatal, perawatan ibu dan anak, serta pengobatan masalah
kesehatan reproduksi.

3. Dampak Pertumbuhan Penduduk:

 Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat

7
mengakibatkan tekanan pada sumber daya alam, termasuk
air, tanah, dan energi.

 Meningkatkan kebutuhan untuk infrastruktur, seperti


perumahan, transportasi, dan pendidikan.

 Dapat menyebabkan peningkatan pengangguran dan


persaingan kerja.

 Berdampak pada kesejahteraan sosial dan ekonomi


masyarakat jika tidak ada upaya untuk mengelola
pertumbuhan penduduk.

4. Program Keluarga Berencana Global:

 Banyak negara di seluruh dunia memiliki program keluarga


berencana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
lembaga swasta.

 Organisasi internasional seperti UNFPA (PBB), USAID,


dan organisasi non-pemerintah juga berperan dalam
mendukung program KB global.

5. Tantangan dalam Implementasi Keluarga Berencana:

 Beberapa negara menghadapi tantangan dalam


mengimplementasikan program keluarga berencana,
termasuk masalah budaya, agama, dan akses terhadap
layanan kesehatan.

 Stigma terhadap penggunaan kontrasepsi atau pendidikan


seksual dapat menjadi hambatan dalam beberapa
masyarakat.

 Upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan gender dan


memberikan kontrol kepada perempuan dalam pengambilan
keputusan reproduksi juga merupakan tantangan.

6. Pendekatan Berbasis Hak Asasi Manusia:

8
 Pendekatan yang semakin dianut dalam program keluarga
berencana adalah pendekatan berbasis hak asasi manusia.
Ini menganggap akses terhadap layanan kesehatan
reproduksi sebagai hak dasar setiap individu.

 Pendekatan ini menekankan pentingnya menghormati


privasi, otonomi, dan pilihan pasangan dalam pengambilan
keputusan reproduksi mereka.

7. Dampak Program Keluarga Berencana:

 Program keluarga berencana yang berhasil dapat


menghasilkan berbagai dampak positif, seperti penurunan
angka kelahiran, peningkatan kesehatan ibu dan anak,
peningkatan akses pendidikan, dan peningkatan kondisi
sosial dan ekonomi keluarga.

 Program ini juga dapat berkontribusi pada peningkatan


kualitas hidup dan pembangunan berkelanjutan.

8. Kebijakan dan Regulasi:

 Banyak negara memiliki kebijakan dan regulasi terkait


keluarga berencana, seperti memastikan akses terhadap
kontrasepsi, memberikan pendidikan seksual di sekolah,
dan menyediakan layanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau.

 Keberhasilan implementasi program keluarga berencana


sering kali bergantung pada dukungan pemerintah dan
peran lembaga kesehatan.

Pentingnya program keluarga berencana dan pengendalian pertumbuhan


penduduk sangat terkait dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat. Dengan memberikan akses yang lebih baik kepada pasangan untuk
merencanakan keluarga mereka, negara-negara dapat mengelola pertumbuhan
penduduk dengan lebih baik dan memastikan bahwa sumber daya yang ada
dapat digunakan secara efisien untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk.
dan meningkatkan kualitas hidup penduduk adalah topik yang terus menjadi
perhatian di tingkat nasional dan internasional. Dengan pendekatan yang tepat,

9
program keluarga berencana dapat menjadi salah satu alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.

B. Hubungan keluarga berencana dan kependudukan


Keluarga berencana seperti yang telah dijelaskan ialah perencanaan
kehamilan, sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan,
jarak antara kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik –
baiknya bagi seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah
mencapai jumlah yang dikehendaki. Sedangkan kependudukan merupakan
berbagai hal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin,
agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi,sosial
dan budaya (https://www.kelaspintar.id/blog/tips-
pintar/definisi-dan-konsep- kependudukan-6905/).

Hubungan Antara keluarga berencana dan kependudukan bisa dilihat


dari salah satu contoh fenomena berikut ini yaitu bahwa badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2011 telah bertambah menjadi 241 juta jiwa
lebih. Jika laju pertumbuhan tidak ditekan maka jumlah penduduk di Indonesia
pada 2045 bisa menjadi sekitar 450 juta jiwa, ini berarti satu dari 20 penduduk
dunia adalah orang Indonesia. Jumlah penduduk merupakan masalah yang
serius tidak hanya bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia tetapi juga bagi negara-negara maju. Masalah kependudukan telah
menjadi masalah

yang besar bagi dunia secara keseluruhan karena menyangkut banyak


aspek terutama pada aspek jumlah dan kualitas.Pertambahan jumlah penduduk
yang tanpa kendali dapat menimbulkan masalah sosial dan ekonomi dengan
segala akibatnya. Masalah sosial tersebut antara lain adalah semakin besarnya
kebutuhan akan fasilitas pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya.
Dalam mengatasi masalah ini maka memasyarakatkan program Keluarga
Berencana (KB) kepada seluruh lapisan masyarakat adalah suatu langkah yang
cukup efektif dalam menghambat tingginya laju pertumbuhan kelahiran dan

10
pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di antaranya melalui
pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan
nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan langsung kepada masyarakat
melalui media massa, penataran-penataran, dan lain-lain.

Dari contoh fenomena diatas dan dari pengertian badan yang


menangani mengenai hal tersebut di Indonesia yaitu Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (disingkat BKKBN) itu
sendiri dapat diketahui hubungan antara keluarga berencana dan
kependudukan adalah saling melengkapi satu sama lain dalam
mensukseskan dan melaksanakan tugas di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas kependudukan naik dan diiringi
dengan intensitas yang mengikuti program keluarga berencana naik juga maka
tingkat atau laju pertumbuhan kelahiran akan terkontrol
(https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Kependudukan_dan_Keluarga_Bere
ncana_Nasional).

Hubungan antara keluarga berencana dan kependudukan adalah erat


dan saling memengaruhi. Keluarga berencana adalah strategi atau program
yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan
memberikan akses kepada pasangan untuk merencanakan jumlah dan jarak
kelahiran anak mereka sesuai dengan keinginan mereka. Ini memiliki dampak
langsung pada pertumbuhan dan struktur penduduk. Berikut adalah beberapa
aspek hubungan antara keluarga berencana dan kependudukan:

1. Mengendalikan Pertumbuhan Penduduk: Program keluarga


berencana bertujuan untuk mengurangi laju kelahiran, yang pada
gilirannya dapat membantu mengendalikan pertumbuhan
penduduk. Ketika pasangan memiliki akses yang lebih baik kepada
kontrasepsi dan informasi pendidikan seksual, mereka cenderung
memiliki jumlah anak yang lebih sedikit dan merencanakan
kelahiran anak dengan lebih bijak.

2. Struktur Usia Penduduk: Program keluarga berencana dapat


mengubah struktur usia penduduk suatu negara. Dengan
mengurangi laju kelahiran, negara dapat memiliki proporsi

11
penduduk yang lebih tinggi pada kelompok usia produktif, yang
pada gilirannya dapat berpotensi untuk pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi jika tenaga kerja dimanfaatkan secara efisien.

3. Dampak pada Kesejahteraan Keluarga: Keluarga berencana


memberikan pasangan kontrol lebih besar atas keputusan
reproduksi mereka. Ini dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan keluarga dengan memungkinkan mereka untuk
merencanakan keluarga mereka sesuai dengan kondisi ekonomi dan
sosial mereka, menghindari tekanan finansial yang berlebihan, dan
memberikan perhatian yang lebih baik kepada setiap anak.

4. Dampak pada Kesehatan Reproduksi: Program keluarga berencana


juga berfokus pada layanan kesehatan reproduksi, seperti
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta dukungan selama
kehamilan dan persalinan. Hal ini dapat membantu mengurangi
risiko komplikasi kesehatan ibu dan anak.

5. Kontribusi pada Pembangunan Berkelanjutan: Dengan


mengendalikan pertumbuhan penduduk dan meningkatkan
kesejahteraan keluarga, program keluarga berencana dapat
berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan suatu negara. Ini
dapat membantu memastikan bahwa sumber daya alam dan
ekonomi dapat digunakan secara efisien dan berkelanjutan.

6. Pengaruh Terhadap Kesejahteraan Nasional: Ketika program


keluarga berencana berhasil diimplementasikan dengan baik, ini
dapat menyumbang pada peningkatan kesejahteraan nasional.
Dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk, negara memiliki
lebih banyak waktu dan sumber daya untuk mengembangkan
infrastruktur, layanan kesehatan, pendidikan, dan program-program
sosial lainnya yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

7. Pengaruh Terhadap Keberlanjutan Lingkungan: Program keluarga


berencana juga memiliki implikasi terhadap keberlanjutan
lingkungan. Dengan mengurangi laju kelahiran, tekanan pada

12
sumber daya alam dapat dikurangi. Ini penting untuk menjaga
ekosistem alam dan mencegah degradasi lingkungan.

8. Pengaruh Terhadap Ekonomi Nasional: Pertumbuhan penduduk


yang tidak terkendali dapat menjadi beban ekonomi yang berat bagi
negara, terutama jika negara tersebut kesulitan dalam menyediakan
lapangan kerja dan layanan dasar kepada penduduknya. Program
keluarga berencana dapat membantu mengurangi tingkat
pengangguran, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan
kondisi yang lebih menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.

9. Implikasi Sosial dan Keseimbangan Generasi: Mengendalikan


pertumbuhan penduduk juga dapat memengaruhi keseimbangan
antara generasi. Jika terlalu banyak anggota generasi muda
dibebankan dengan tanggung jawab keluarga yang besar, ini dapat
menghambat peluang mereka dalam hal pendidikan dan pekerjaan.
Keluarga berencana membantu menciptakan keseimbangan yang
lebih seimbang antara generasi yang berbeda.

10. Tantangan dan Penghalang: Meskipun ada manfaat yang jelas dari
program keluarga berencana, banyak negara juga menghadapi
tantangan dalam implementasinya. Faktor-faktor seperti budaya,
agama, ketidaksetaraan gender, dan akses terhadap layanan
kesehatan dapat menjadi penghalang dalam beberapa masyarakat.

Dengan demikian, keluarga berencana berperan penting dalam mengelola


pertumbuhan penduduk dan memastikan bahwa populasi suatu negara tumbuh
secara seimbang dengan sumber daya yang tersedia. Hal ini dapat berdampak
positif pada kualitas hidup dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat.
Penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki konteks yang berbeda
dalam hal kebijakan keluarga berencana dan masalah kependudukan. Oleh
karena itu, pendekatan yang efektif harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
nilai-nilai setempat. Dalam banyak kasus, pendekatan berbasis hak asasi
manusia, yang menghormati hak individu untuk membuat keputusan tentang
reproduksi mereka sendiri, telah menjadi fokus utama dalam perancangan
program keluarga berencana.
C. Hukum keluarga berencana dan kependudukan
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan

13
badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, dengan
perbuatan yang sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yakni jima
terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-mani) di luar vagina

(faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan indung telur istri (Al-
Fauzi. 2017: 10).
Kalau seorang muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya
bersipat pribadi, misalnya ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran,
atau untuk menjaga kesehatan, kesegaran, kelangsingan badan si ibu,
hukumnya boleh saja. Tetapi kalau seseorang ber-KB disamping punya
motivasi yang bersipat pribadi seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia
punya motivasi yang bersipat kolektif dan nasional,seperti untuk kesejahteraan
masyarakat maka hukumnya bisa sunah atau wajib, tergantung kepada keadaan
masyarakat dan Negara, misalnya mengenai kependudukannya, apakah sudah
benar-benar overpofulated (terlalu padat pendudukny), atau mengenai
wilayahnya untuk tanah pemukiman tanah pertanian/industry/pendidikan dan
sebagainya sudah benar-benar overloaded(terlalu sarat/penuh dan berat),
sehingga wilayah yang bersangkutan itu tidak mampu mendukung kebutuhan
hidup penduduknya secara normal.
Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi pasangan suami
istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri tersebut
tidak ada hambatan/atau kelainan untuk mempunyai keturunan. Sebab hal
yang demikian bertentangan dengan tujuan perkawinan menurut agama,
yakni untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan untuk mendapatkan
keturunan yang shaleh sebagai generasi penerus.

Hukum ber-KB juga bisa haram, apabila orang melaksanakan KB


dengan cara yang bertentangan dengan norma agama. Mislnya dengan cara
vasektomi (strelisasi suami) dan abortus (pengguguran).

Menurut Syekh Ibnu Baz, mengkonsumsi pil KB atau ber-KB supaya


bisa fokus bekerja, atau bersenang-senang, atau alasan yang semisalnya, yang
diinginkan oleh para wanita hari ini, maka itu tidak diperbolehkan (Umar,
2016: 102).

Adapun salah satu ayat-ayat al-quran yang dapat dijadikan sandaran

14
untuk dibenarkan ber-KB contohnya dalam surat an-nisa ayat 9 yang artinya:
“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau mereka meninggalkan
dibelakang mereka anak cucu yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada allah
dan hendklah mengucapkan yang benar.”

Mengenai keluarga berencana, terjadi silang pendapat mengenai


hukum ber-KB dikalangan para ulama di antara mereka ada yang
membolehkan dan ada pula yang melarangnya. Ulama yang membolehkan
seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya, “Ihya Ulu muddin” dinyatakan,
bahwa azl tidak dilarang, karena kesukaran yang dialami si ibu disebabkan
sering melahirkan. Motifnya antara lain: untuk menjaga kesehatan si ibu,
untuk menghindari kesulitan hidup, karena banyak anak, dan untuk menjaga
kecantikan si ibu.

Kemudian Syekh al-Hariri (Mufti Besar mesir) beliau berpendapat


bahwa menjalankan KB bagi perorangan (individu) hukumnya boleh dengan
beberapa ketentuan seperti: untuk menjarangkan anak. Untuk menghindari
suatu penyakit bila ia mengandung. Untuk menghindari kemudaratan bila ia
mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya (secara medis).
Untuk menjaga kesehatan si ibu, karena setiap hamil selalu menderita suatu
penyakit kandungan. Dan untuk menghindari anak dari cacat fisik bila suami
atau istri mengindap penyakit kotor.

Selanjutnya adalah Mahmud Syaltut berpendapat, bahwa pembatasan


keluarga bertentangan dengan syariat Islam. Umpamanya membatasi
keluarga hanya 3 anak saja dalam segala macam situasi dan kondisi. Atau
dalam bahasa inggrisnya “Birth Control” Sedangkan pengaturan kelahiran,
menurut beliau tidak bertentangan dengan ajaran Islam, umpanya
menjarangkan kelahiran karena situasi dan kondisi

khusus, baik yang ada hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan,


maupun ada kaitannya dengan kepentingan masyarakat dan negara. Alasan
lain yang membolehkan adalah suami istri yang mengindap penyakit
berbahaya dan dikhawatikan menular kepada anaknya (Al- Fauzi, 2017: 13).

15
Beberapa ulama-ulama yang melarang ber-KB adalah sebagai berikut:
Madkour Guru Besar Hukum Islam pada fakultas Hukum, dalam tulisannya:
“Islam and Family Planning” dikemukakan antara lain: “bahwa beliau tidak
menyetujui KB jika tidak ada alasan yang membenarkan perbuatan itu.
Beliau berpegang pada prinsip: hal-hal yang mendesak membenarkan
perbuatan terlarang”. Abu Ala al-Maududi ia adalah salah seorang ulama
yang menentang pendapat orang yang membolehkan pembatasan kelahiran.
Menurut beliau Islam satu agama yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia.

Pencegah kehamilan dan alat kontrasepsi dapat digunakan jika ada


sebab yang dibenarkan dalam syariat, maka dalam menggunakannya harus
diperhatikan beberapa hal berikut:

1. Sebelum menggunakan alat kontrasepsi atau obat anti hamil


hendaknya berkonsultasi dengan seorang dokter muslim yang dipercaya
agamanya, sehingga dia tidak gampang membolehkan hal ini, karena hukum
asalnya adalah haram, sebagaimana penjelasan yang lalu. Ini perlu
ditekankan karena tidak semua dokter bisa diper-caya, dan banyak di antara
mereka yang dengan mudah membolehkan pencegahan kehamilan (KB)
karena ketidakpahaman terhadap hukum-hukum syariat Islam, sebagaimana
ucapan Syaikh Shaleh alFauzan di atas.

2. Pilihlah alat kontrasepsi yang tidak membahayakan kesehatan, atau


minimal yang lebih ringan efek samping-nya terhadap kesehatan.

3. Usahakanlah memilih alat kontrasepsi yang ketika memakai atau


memasangnya tidak mengharuskan terbu-kanya aurat besar (kemaluan dan
dubur/anus) di hadapan orang yang tidak berhak melihatnya, karena aurat
besar wanita hukum asalnya hanya boleh dilihat oleh suaminya. Akan tetapi,
untuk alas an darurat dan demi kemaslahatan yang lebih besar maka dapat
dilihat oleh petugas kesehatan yang ditunjuksecara resmi, dan petugasnya
sedapat mungkin dari kalangan perempuan. (Yusuf, 2017: 139).

Hukum keluarga berencana dan kependudukan dapat bervariasi dari satu

16
negara atau yurisdiksi ke negara atau yurisdiksi lainnya. Undang-undang dan
regulasi yang berkaitan dengan keluarga berencana dan kependudukan
biasanya digunakan untuk mengatur berbagai aspek program keluarga
berencana, hak reproduksi, pengendalian pertumbuhan penduduk, dan isu-isu
terkait lainnya. Berikut adalah beberapa contoh hukum dan regulasi yang
biasanya terkait dengan keluarga berencana dan kependudukan:

1. Undang-Undang Keluarga Berencana: Banyak negara memiliki undang-


undang yang secara khusus mengatur program keluarga berencana,
termasuk pendanaan, penyediaan layanan kontrasepsi, dan pendidikan
seksual.

2. Hak Reproduksi: Beberapa negara mengakui hak reproduksi sebagai hak


asasi manusia yang dilindungi oleh hukum. Ini mencakup hak individu
untuk memutuskan apakah, kapan, dan berapa banyak anak yang akan
mereka miliki.

3. Pengaturan Kontrasepsi: Undang-undang bisa mengatur akses dan


distribusi kontrasepsi, termasuk penggunaan oleh remaja. Beberapa
negara mungkin mewajibkan resep dokter untuk kontrasepsi tertentu.

4. Pelayanan Kesehatan Reproduksi: Hukum dan regulasi juga dapat


mengatur pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk layanan prenatal,
persalinan, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

5. Pendidikan Seksual: Beberapa negara memiliki undang-undang yang


mengatur pendidikan seksual di sekolah-sekolah, termasuk isi kurikulum
dan persyaratan.

6. Pengadopsian: Hukum dan regulasi mengatur pengadopsian anak juga


dapat terkait dengan kependudukan dan keluarga berencana, karena itu
bisa menjadi alternatif bagi pasangan yang tidak dapat memiliki anak
biologis.

7. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk: Beberapa negara memiliki


kebijakan dan undang-undang yang bertujuan untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk, seperti pembatasan jumlah anak yang

17
diperbolehkan bagi pasangan tertentu.

8. Perlindungan Hak Perempuan: Undang-undang juga dapat mengatur hak


perempuan, termasuk hak untuk mendapatkan akses kepada keluarga
berencana, layanan kesehatan reproduksi, dan perlindungan terhadap
kekerasan dalam rumah tangga.

9. Pemberian Insentif: Beberapa negara mungkin memberikan insentif


finansial kepada pasangan atau individu yang mematuhi program
keluarga berencana, seperti bantuan keuangan atau akses lebih mudah ke
layanan kesehatan.

10. Hukum Perlindungan Anak: Perlindungan hak anak juga terkait dengan
kebijakan kependudukan, termasuk hak anak untuk mendapatkan
perawatan, pendidikan, dan lingkungan yang sehat.

Penting untuk dicatat bahwa hukum dan regulasi di setiap negara dapat
berbeda secara signifikan, tergantung pada nilai-nilai budaya, norma sosial,
dan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi individu dan
pasangan untuk memahami hukum dan regulasi yang berlaku di wilayah
mereka dan mendapatkan informasi yang tepat tentang hak dan kewajiban
mereka terkait keluarga berencana dan kependudukan.

selain aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat berbagai


aspek lain yang terkait dengan hukum keluarga berencana dan kependudukan
yang dapat berbeda-beda di berbagai negara. Beberapa di antaranya meliputi:

1. Hukum Aborsi: Hukum mengenai aborsi dapat sangat memengaruhi isu


keluarga berencana dan kependudukan. Beberapa negara
memperbolehkan aborsi secara legal dalam beberapa situasi tertentu,
sementara negara lain mungkin melarangnya atau hanya mengizinkan
dalam kondisi-kondisi tertentu.

2. Kewajiban Orang Tua: Hukum dapat mengatur kewajiban orang tua


terhadap anak-anak mereka, termasuk dukungan finansial dan perawatan.
Ini dapat berkaitan dengan keputusan berencana keluarga.

3. Kebijakan Migrasi dan Kependudukan: Hukum migrasi dan kebijakan

18
imigrasi dapat memiliki implikasi pada pertumbuhan penduduk di suatu
negara, terutama jika negara tersebut memiliki populasi yang semakin
bertambah karena imigrasi.

4. Pengawasan Pemerintah: Beberapa negara memiliki agen atau lembaga


yang bertanggung jawab atas pemantauan dan pelaksanaan program
keluarga berencana serta pengumpulan data kependudukan.

5. Kewarganegaraan dan Hak Anak: Hukum tentang kewarganegaraan juga


bisa memengaruhi pertumbuhan penduduk, terutama jika anak-anak yang
lahir di suatu negara diberikan atau tidak diberikan kewarganegaraan.

6. Hukum Hak Asasi Manusia: Hukum internasional dan nasional mengenai


hak asasi manusia dapat memengaruhi bagaimana negara-negara
menangani isu keluarga berencana dan kependudukan, terutama dalam
hal hak reproduksi dan kesetaraan gender.

7. Kebijakan Pemerintah: Kebijakan pemerintah, seperti insentif untuk


memiliki anak, program perluasan keluarga berencana, atau kebijakan
dukungan sosial, juga dapat memengaruhi jumlah anak yang ingin
dimiliki oleh pasangan.

8. Penggunaan Teknologi Reproduksi: Hukum dapat mengatur penggunaan


teknologi reproduksi, seperti bayi tabung, surogasi, dan teknologi lainnya
yang dapat memengaruhi pertumbuhan penduduk.

Penting untuk diingat bahwa hukum dan regulasi ini dapat sangat berbeda
dari satu tempat ke tempat lain dan dapat berubah seiring waktu. Oleh karena
itu, penting bagi individu dan pasangan untuk mengikuti perkembangan
hukum dan peraturan terkait dengan keluarga berencana dan kependudukan
di wilayah mereka untuk memahami hak dan kewajiban mereka serta
mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan situasi mereka.

Berikut beberapa aspek lainnya yang terkait dengan hukum keluarga


berencana dan kependudukan:

 Hukum Pernikahan: Hukum pernikahan mengatur syarat dan prosedur


pernikahan, yang dapat berdampak pada keputusan pasangan dalam

19
merencanakan keluarga. Hukum pernikahan juga dapat memengaruhi
status hukum anak-anak yang lahir dari pernikahan.

 Perlindungan Terhadap Kekerasan dalam Rumah Tangga: Hukum


yang mengatur perlindungan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
dapat memengaruhi keputusan pasangan dalam merencanakan
keluarga, terutama jika ada ancaman atau kekerasan dalam hubungan
tersebut.

 Hukum Pusaka dan Warisan: Hukum mengenai pusaka dan warisan


dapat memengaruhi bagaimana harta benda dan kekayaan keluarga
diwariskan kepada keturunan. Ini dapat menjadi pertimbangan dalam
perencanaan keluarga.

 Hukum dan Kebijakan Imigrasi: Hukum dan kebijakan imigrasi dapat


memengaruhi komposisi penduduk suatu negara jika memungkinkan
atau membatasi imigrasi penduduk dari luar negara.

 Hukum Kesejahteraan Sosial: Hukum dan program kesejahteraan


sosial dapat memberikan insentif atau dukungan finansial kepada
keluarga yang memiliki jumlah anak yang lebih banyak atau yang
memiliki kebutuhan khusus.

 Pengaturan Program Keluarga Berencana: Hukum juga bisa mengatur


pendanaan, pengelolaan, dan pengawasan program keluarga
berencana oleh pemerintah atau organisasi non-pemerintah.

 Kebijakan dan Program Kependudukan Nasional: Banyak negara


memiliki kebijakan dan program khusus yang bertujuan untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk. Hukum dan regulasi ini dapat
memengaruhi hak reproduksi dan keluarga berencana.

 Pemerintahan Lokal: Beberapa kebijakan keluarga berencana dan


kependudukan dapat ditetapkan oleh pemerintah daerah atau otonom.
Pemerintah lokal mungkin memiliki peran dalam pengimplementasian
program-program tersebut di tingkat regional atau kota.

 Pengujian Genetik dan Etika: Hukum dan etika berkaitan dengan

20
pengujian genetik seperti prenatal screening dan pengujian genetik
untuk pemilihan jenis kelamin anak juga dapat terkait dengan isu-isu
keluarga berencana dan kependudukan.

 Kebijakan Mengenai Migrasi Penduduk: Negara yang menghadapi


masalah pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali mungkin
memiliki kebijakan yang mendukung migrasi penduduk dari daerah
padat penduduk ke daerah yang kurang padat penduduk untuk
mencapai keseimbangan regional.

 Hak Pasangan Sejenis: Negara yang mengakui pernikahan sejenis


atau persatuan sipil sejenis memiliki hukum yang mengatur hak dan
kewajiban keluarga berencana bagi pasangan sejenis yang ingin
memiliki anak.

 Hukum Perlindungan Anak Asuh dan Adopsi: Hukum yang mengatur


perlindungan anak asuh dan adopsi memengaruhi pertumbuhan
penduduk dengan mengatur prosedur adopsi dan status anak asuh
yang diberikan kepada orang-orang yang merencanakan untuk
mengasuh anak-anak yang bukan keturunannya.

 Kebijakan dan Dana Kependudukan: Beberapa negara mungkin


memiliki kebijakan khusus dan dana yang didedikasikan untuk
mengatasi masalah keluarga berencana dan kependudukan yang
melibatkan penelitian, pendidikan, dan promosi kesadaran.

 Hak Asasi Manusia dan Kesetaraan Gender: Hukum hak asasi


manusia dan kesetaraan gender dapat berperan penting dalam isu-isu
keluarga berencana dan kependudukan, terutama dalam memastikan
bahwa hak-hak individu, termasuk hak reproduksi dan kontrol atas
keputusan keluarga, dihormati dan dilindungi.

Setiap negara memiliki konteks hukum dan budaya yang unik, yang
mempengaruhi bagaimana hukum keluarga berencana dan kependudukan
diatur dan diimplementasikan. Untuk memahami dengan baik hak dan
kewajiban terkait dengan isu-isu ini, penting untuk mencari informasi
yang relevan dan berkonsultasi dengan pakar hukum atau penyedia

21
layanan kesehatan reproduksi jika diperlukan.

22
BAB III PENUTUP

D. Kesimpulan
Keluarga berencana juga dapat diartikan perencanaan kehamilan,
sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak
antara kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik –
baiknya bagi seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah
mencapai jumlah yang dikehendaki.
Hubungan antara keluarga berencana dan kependudukan adalah saling
melengkapi satu sama lain dalam mensukseskan dan melaksanakan tugas di
bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas
kependudukan naik dan diiringi dengan intensitas yang mengikuti program
keluarga berencana naik jugala maka tingkat atau laju pertumbuhan kelahiran
akan terkontrol.
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan
badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, Kalau seorang
muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya bersipat pribadi,
misalnya ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran hukumnya boleh
saja. Kalau seseorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersipat pribadi
seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia punya motivasi yang bersipat
kolektif dan nasional,seperti untuk kesejahteraan masyarakat maka hukumnya
bisa sunah atau wajib, Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi
pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri. Serta Hukum
ber-KB juga bisa haram, apabila orang melaksanakan KB dengan cara yang
bertentangan dengan norma agama.

E. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzi. 2017. Keluarga Berencana Perspektif Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan.


JURNAL LENTERA: Kajian Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi. Volume
3, Nomor 1. Diakses 5 Oktober 2020
Umar, Muhammad Samih. 2016. Fikih Kontemporer Wanita dan Pernikahan.
Terjemahan oleh Ibnu Abdil Bari. Solo: PT. Aqwam Media Profetika.
Yusuf, Muhammad. 2017. MASAIL FIQHIYAH; Memahami Permasalahan
Kontemporer. CV. Jakarta: Gunadarma Ilmu.
Zuhdi, Masjfuk. 1996. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
https://id.wikipedia.org/
https://kbbi.kata.web.id/
https://www.kelaspintar.id/

24

Anda mungkin juga menyukai