Makalah Kesehatan Lingkungan
Makalah Kesehatan Lingkungan
Di Susun Oleh:
NAIMA USMAN (B00222020)
Kesehatan Masyarakat
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat yang luarbiasa, keteguhan, serta kekuatan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan limpahkan kepada Nabi kita
semua Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan atau rujukan dari berbagai sumber, sehingga dapat
memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Kami sadar betul bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya penulis sangat menghargai masukan atau kritik yang membagun supaya
bisa lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kedepannya.
Naima usman
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3
D. Kesimpulan........................................................................................................20
E. Saran..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................21
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana sudah tidak asing lagi dimata orang Indonesia.
Saat ini keluarga berencana yang biasa disebut KB ini telah menjadi suatu
program nasional yang dijalankan oleh pemerintah dalam rangka membatasi
jumlah penduduk untuk menekan angka kelahiran yang tinggi juga
diperkirakan atau diduga pertumbuhan populasi penduduk yang tidak
seimbang dengan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi nasional saat
ini.
Banyak penelitian yang telah dilakukan oleh para ulama dan lembaga-
lembaga islam mengenai KB dalam berbagai sudut pandang. Hasil dari studi,
penelitian atau ijtihad ini para ulama berbeda pendapat dikarenakan tidak
terdapat nash yang secara gamblang atau tegas melarang atau
memperbolehkan untuk memakai KB ini. Itu mengapa hingga ssaat ini
kontroversi mengenai KB masih mengemuka.
Sebenarnya untuk memperoleh gambaran yang mendalam dan
menyeluruh mengenai bagaimana seharusnya pandangan islam terhadap KB
ini pada dasarnya memang kita harus berpatokan kepada Al-Quran dan Hadist.
Tetapi, karena tidak terdapat penjelasan yang gamblang, maka mau tidak mau
dilakukan lah kajian yang mendalam yang bersumber danb berdasar dari dua
sumber utama tadi untuk kemudian para ulama dapat melakukan ijtihad.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis perlu merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa definisi dari keluarga berencana dan kependudukan?
2. Bagaimana hubungan keluarga berencana dan kependudukan?
3. Bagaimana hukum keluarga berencana dan kependudukan?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
4
1. Untuk Mengetahui definisi dari keluarga berencana dan
kependudukan.
2. Untuk Mengetahui hubungan keluarga berencana dan kependudukan.
3. Untuk Mengetahui hukum keluarga berencana dan kependudukan.
5
BAB II PEMBAHASAN
6
dititikberatkan pada perencanaan, pengaturan, dan pertanggung jawaban orang
terhadap anggota-anggota keluarganya (Zuhdi, 1996: 55).
7
mengakibatkan tekanan pada sumber daya alam, termasuk
air, tanah, dan energi.
8
Pendekatan yang semakin dianut dalam program keluarga
berencana adalah pendekatan berbasis hak asasi manusia.
Ini menganggap akses terhadap layanan kesehatan
reproduksi sebagai hak dasar setiap individu.
9
program keluarga berencana dapat menjadi salah satu alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan.
10
pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di antaranya melalui
pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Melalui pendidikan
nonformal dilakukan berbagai bentuk kegiatan langsung kepada masyarakat
melalui media massa, penataran-penataran, dan lain-lain.
11
penduduk yang lebih tinggi pada kelompok usia produktif, yang
pada gilirannya dapat berpotensi untuk pertumbuhan ekonomi yang
lebih tinggi jika tenaga kerja dimanfaatkan secara efisien.
12
sumber daya alam dapat dikurangi. Ini penting untuk menjaga
ekosistem alam dan mencegah degradasi lingkungan.
10. Tantangan dan Penghalang: Meskipun ada manfaat yang jelas dari
program keluarga berencana, banyak negara juga menghadapi
tantangan dalam implementasinya. Faktor-faktor seperti budaya,
agama, ketidaksetaraan gender, dan akses terhadap layanan
kesehatan dapat menjadi penghalang dalam beberapa masyarakat.
13
badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, dengan
perbuatan yang sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yakni jima
terputus, yaitu melakukan ejakulasi (inzal al-mani) di luar vagina
(faraj) sehingga sperma tidak bertemu dengan indung telur istri (Al-
Fauzi. 2017: 10).
Kalau seorang muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya
bersipat pribadi, misalnya ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran,
atau untuk menjaga kesehatan, kesegaran, kelangsingan badan si ibu,
hukumnya boleh saja. Tetapi kalau seseorang ber-KB disamping punya
motivasi yang bersipat pribadi seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia
punya motivasi yang bersipat kolektif dan nasional,seperti untuk kesejahteraan
masyarakat maka hukumnya bisa sunah atau wajib, tergantung kepada keadaan
masyarakat dan Negara, misalnya mengenai kependudukannya, apakah sudah
benar-benar overpofulated (terlalu padat pendudukny), atau mengenai
wilayahnya untuk tanah pemukiman tanah pertanian/industry/pendidikan dan
sebagainya sudah benar-benar overloaded(terlalu sarat/penuh dan berat),
sehingga wilayah yang bersangkutan itu tidak mampu mendukung kebutuhan
hidup penduduknya secara normal.
Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi pasangan suami
istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri tersebut
tidak ada hambatan/atau kelainan untuk mempunyai keturunan. Sebab hal
yang demikian bertentangan dengan tujuan perkawinan menurut agama,
yakni untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan untuk mendapatkan
keturunan yang shaleh sebagai generasi penerus.
14
untuk dibenarkan ber-KB contohnya dalam surat an-nisa ayat 9 yang artinya:
“Dan hendaklah orang-orang merasa khawatir kalau mereka meninggalkan
dibelakang mereka anak cucu yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraannya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada allah
dan hendklah mengucapkan yang benar.”
15
Beberapa ulama-ulama yang melarang ber-KB adalah sebagai berikut:
Madkour Guru Besar Hukum Islam pada fakultas Hukum, dalam tulisannya:
“Islam and Family Planning” dikemukakan antara lain: “bahwa beliau tidak
menyetujui KB jika tidak ada alasan yang membenarkan perbuatan itu.
Beliau berpegang pada prinsip: hal-hal yang mendesak membenarkan
perbuatan terlarang”. Abu Ala al-Maududi ia adalah salah seorang ulama
yang menentang pendapat orang yang membolehkan pembatasan kelahiran.
Menurut beliau Islam satu agama yang berjalan sesuai dengan fitrah manusia.
16
negara atau yurisdiksi ke negara atau yurisdiksi lainnya. Undang-undang dan
regulasi yang berkaitan dengan keluarga berencana dan kependudukan
biasanya digunakan untuk mengatur berbagai aspek program keluarga
berencana, hak reproduksi, pengendalian pertumbuhan penduduk, dan isu-isu
terkait lainnya. Berikut adalah beberapa contoh hukum dan regulasi yang
biasanya terkait dengan keluarga berencana dan kependudukan:
17
diperbolehkan bagi pasangan tertentu.
10. Hukum Perlindungan Anak: Perlindungan hak anak juga terkait dengan
kebijakan kependudukan, termasuk hak anak untuk mendapatkan
perawatan, pendidikan, dan lingkungan yang sehat.
Penting untuk dicatat bahwa hukum dan regulasi di setiap negara dapat
berbeda secara signifikan, tergantung pada nilai-nilai budaya, norma sosial,
dan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi individu dan
pasangan untuk memahami hukum dan regulasi yang berlaku di wilayah
mereka dan mendapatkan informasi yang tepat tentang hak dan kewajiban
mereka terkait keluarga berencana dan kependudukan.
18
imigrasi dapat memiliki implikasi pada pertumbuhan penduduk di suatu
negara, terutama jika negara tersebut memiliki populasi yang semakin
bertambah karena imigrasi.
Penting untuk diingat bahwa hukum dan regulasi ini dapat sangat berbeda
dari satu tempat ke tempat lain dan dapat berubah seiring waktu. Oleh karena
itu, penting bagi individu dan pasangan untuk mengikuti perkembangan
hukum dan peraturan terkait dengan keluarga berencana dan kependudukan
di wilayah mereka untuk memahami hak dan kewajiban mereka serta
mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan situasi mereka.
19
merencanakan keluarga. Hukum pernikahan juga dapat memengaruhi
status hukum anak-anak yang lahir dari pernikahan.
20
pengujian genetik seperti prenatal screening dan pengujian genetik
untuk pemilihan jenis kelamin anak juga dapat terkait dengan isu-isu
keluarga berencana dan kependudukan.
Setiap negara memiliki konteks hukum dan budaya yang unik, yang
mempengaruhi bagaimana hukum keluarga berencana dan kependudukan
diatur dan diimplementasikan. Untuk memahami dengan baik hak dan
kewajiban terkait dengan isu-isu ini, penting untuk mencari informasi
yang relevan dan berkonsultasi dengan pakar hukum atau penyedia
21
layanan kesehatan reproduksi jika diperlukan.
22
BAB III PENUTUP
D. Kesimpulan
Keluarga berencana juga dapat diartikan perencanaan kehamilan,
sehingga kehamilan itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak
antara kelahiran diperpanjang, untuk membina kesehatan yang sebaik –
baiknya bagi seluruh anggota keluarga, apabila jumlah anggota keluarga telah
mencapai jumlah yang dikehendaki.
Hubungan antara keluarga berencana dan kependudukan adalah saling
melengkapi satu sama lain dalam mensukseskan dan melaksanakan tugas di
bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga. Jika intensitas
kependudukan naik dan diiringi dengan intensitas yang mengikuti program
keluarga berencana naik jugala maka tingkat atau laju pertumbuhan kelahiran
akan terkontrol.
Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan
badan suami-istri telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad, Kalau seorang
muslim melakasanakan KB dengan motivasi yang hanya bersipat pribadi,
misalnya ber-KB untuk menjarangkan kehamilan/kelahiran hukumnya boleh
saja. Kalau seseorang ber-KB disamping punya motivasi yang bersipat pribadi
seperti untuk kesejahteraan keluarga, juga ia punya motivasi yang bersipat
kolektif dan nasional,seperti untuk kesejahteraan masyarakat maka hukumnya
bisa sunah atau wajib, Hukum ber-KB bisa menjadi makruh hukumnya bagi
pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri. Serta Hukum
ber-KB juga bisa haram, apabila orang melaksanakan KB dengan cara yang
bertentangan dengan norma agama.
E. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
23
DAFTAR PUSTAKA
24