Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Tujuan Ilmu Tasawuf

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf
Dosen Pembimbing : H. Nurfin Sihotang, MA.Ph.D

Oleh :
1. Winda Khairani
2. Imam Irsan
3. Raja Ishak
4. Febri Dayanti
5. Nur Hawani

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT-PL )
GUNUNGTUA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Gunungtua, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf ........................................................................ 2
2.2 Tujuan Tasawuf .............................................................................. 3
2.3 Cara Mencapai Tujuan Tasawuf ..................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 8
3.2 Saran .............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf islam merupakan bagian integral dari ajaran srpitual Islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan al-sunnah, lahir bersamaan dengan lahirnya agama
Islam itu sendiri. Namun tasawuf berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu baru
muncul pada abad kedua dan ketiga istilah tasawuf belum dikenal dikalangan
masyarakat muslim akan tetapi bukan berarti ajaran tasawuf belum ada pada
permulaan islam, ia sudah ada tapi tidak secara ekslisit sebagaimana layaknya
sebuah disiplin ilmu. Bila kita merujuk lebih jauh kebelakang tidak hanya tasawuf
yang tidak dikenal pada periode awal islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti
fiqih, tauhid, tafsir, ilmu hadists belum dikenal pada masa Rasulullah.
Melalui studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara
melakukan pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari
pengetahuan ini diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai
mengendalikan dirinya pada saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada saat
melakukan berbagai aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan,
tanggung jawab, kepercayaan dan sebagainya. Dari suasana yang demikian itu,
tasawuf diharapkan dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang
mengambil bentuk seperti manipulasi, korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan
dan kesempatan, penindasan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari tasawuf ?
2. Apa tujuan mempelajari tasawuf ?
3. Bagaimana cara mencapai tujuan tasawuf ?
1.3 Tujuan
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang :
1. Pengertian tasawuf
2. Tujuan tasawuf
3. Cara mencapai tujuan tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tasawuf


Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan
orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya, menyebutkan lima istilah yang
berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut
pindah dengan nabi dari makkah ke madinah, shaf yaitu barisan yang dijumpai
dalam melaksanakan shalat berjamaah, sufi yaitu bersih dan suci, shopos (bahasa
yunani: hikmah) dan suf (kain wol kasar).
Ditinjau dari lima istilah di atas, maka tasawuf dari segi kebahasaan
menggambarkan keadaan yang selalu beroreantasi kepada kesucian jiwa,
mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan
kebenaran dan rela mengorbankan demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi
Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa sesesorang berjiwa tangguh,
memiliki daya tangkal yang kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang
menyesatkan.
Selanjutnya, secara teriminologis tasawuf memiliki tiga sudut pandang
pengertian. Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas. Tasawuf
dapat didefinisikan sebagai upaya penyucian diri dengan cara menjauhkan
pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah.
Kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang. Sebagai
makhluk yang harus berjuang, manusia harus berupaya memperindah diri dengan
akhlak yang bersumber pada ajaran agama, dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah swt. Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan.
Sebagai fitrah yang memiliki kesadaran akan adanya Tuhan, harus bisa
mengarahkan jiwanya serta selalu memusatkan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan Tuhan.
Dari penjelasan diatas sudah dapat diambil pengertian tasawuf, dimana di
dalamnya mengandung ajaran-ajaran tentang kehidupan keruhanian, kebersihan
jiwa, cara- cara membersihkannya dari berbagai penyakit hati, godaan nafsu,
kehidupan duniawi, cara- cara mendekatkan diri kepada Allah seta fana dalam

2
kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yang dalam akan Allah.
Sedangkan sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf.1

2.2 Tujuan Tasawuf


Tujuan tasawuf adalah berada sedekat mungkin di sisi Allah dengan
mengenalnya secara langsung dan tenggelam dalam ke Maha Esaan-Nya yang
mutlak. Dengan kata lain, bahwa sufi yaitu seorang ego pribadinya sudah lebur
dalam pelukan keabadian Allah, sehingga semua rahasia yang membatasi dirinya
dengan Allah tersingkap atau kasyaf. Dan di sisi lain hakikat tasawuf itu sendiri
sama dengan tujuan tasawuf yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan.dalam ajaran
islam, Tuhan memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada
manusia itu tertuang dalam al-Qur’an dan hadits.
Tasawuf itu diciptakan hanya sebagai media lintasan untuk mencapai
maqasid al syar’i (tujuan-tujuan syar’i). Sebagai contoh orang yang diperintahkan
naik ke atas atap rumah, maka secara tidak langsung ia juga diperintahkan untuk
mencari media yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugas itu dengan cara
menaiki tangga. Berikut tujuan tasawuf diantaranya adalah:
1. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
2. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
3. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
4. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
5. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan), dalam
arti bahwa Allah SWT melihat hamba-hambaNya dari atas arsy dan
meliputi mereka dan segala arah dengan ilmu, kekuasaan (qudrat),
pendengaran (sama’) dan penglihatan (bashar) Nya.
6. Menggapai kekuatan iman yang dulu pernah dimiliki para sahabat
Rasulullah SAW, menyebarkan ilmu-ilmu syari’at dan meniupkan ruh
kehidupannya, sehingga menghasilkan motivasi bagi kaum muslimin
untuk dapat memimpin kembali umat, baik ilmiah, pemikiran keagamaan
maupun politik. Selain itu mereka juga mampu mengembalikan
kepemimpinan global ke pangkuannya, baik peta politik maupun

1
Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002), h. 15

3
ekonomi serta dapat menyelamatkan bangsa-bangsa yang ada dari alenasi
dan kehancuran.2

2.3 Cara Mencapai Tujuan Tasawuf


Untuk mencapai tujuan ini seorang sufi harus menjalani proses dan latihan
spiritual yang panjang yaitu melalui tahapan-tahapan kesufian menuju Allah yang
disebut dengan maqamat.
Para ulama’ atau sufi banyak berbeda pendapat mengenai pengkategorian
susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr As-Sarraj mengemukakan
ada tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi, hal ini berbeda dengan Abu
Khair, yang menyebutkan sampai 40 maqamatyang harus ditempuh oleh seorang
sufi. Perbedaan ini karena di antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang
berbeda-beda ketika menemouh maqamat tersebut. Lebih jelasnya sebagai
berikut:3
a. Abu Nasr as Sarraj
1. Tobat
2. Wara’
3. Zuhud
4. Fakir
5. Sabar
6. Tawakal
7. Ridha
b. Abu Bakar al Kalabadzi
1. Tobat
2. Zuhud
3. Sabar
4. Fakir
5. Tawadhu’
6. Taqwa
7. Tawakkal
8. Ridha
2
Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf, (Pustaka Setia, Bandung, 2009), h. 9
3
Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Pt. Bina Ilmu, Surabaya, 1976), h. 21

4
9. Mahabbah
10. Ma’rifah
c. Abu Sa’id bin Abu Khair
1. Niat
2. Inabah/penyesalan
3. Tobat
4. Iradah/kemauan
5. Mujahadah
6. Muraqabah
7. Sabar
8. Zikir
9. Ridha
10. Dan lain-lain
Pengembaraan spiritual yang dilakukan seorang sufi untuk menemukan
hakikat dan ma’rifah tersebut seringkali memiliki kecenderungan yang berbeda,
sehingga muncullah beberapa tokoh sufi yang menonjol dalam pengalaman rohani
tertentu seperti zuhud, mahabbah, fana’, hulul, wahdatul wujud dan lain-lain.4
1. Zuhud
Zuhud artinya menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan
dunia. Di antara beberapa tokoh zuhud yang terkenal adalah:
a. Sa’id bin Musayyab (91 H), murid dari Abu Hurairah
b. Hasan Bashri (21 H)
c. Sufyan Ats-Tsauri, lahir di Kuffah 97 H.
d. Ibrahim bin Adham (w. 165 H) lahir di Balkh, Persia. Ia merupakan
seorang pangeran muda yang menanggalkan baju kebesarannya, lalu
terjun ke dunia zuhud.
2. Mahabbah
Tokoh mahabbah yang terkenal adalah Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H).
Rabi’ah dilahirkan di Basrah, hidupnya bermula sebagai hamba sahaya
yang kemudian mengabdikan hidupnya dengan shalat dan berdzikir
sepanjang malam. Bagi Rabi’ah, zuhud harus dilandasi dengan mahabbah

4
Sayyid Nur Bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i, (Hikmah, Jakarta, 2003), 13

5
(rasa cinta) yang mendalam, kepatuhan kepada Allah bukanlah tujuannya,
karena ia tidak mengharapkan nikmat surge dan tidak takut adzab neraka,
tetapi ia mematuhi-Nya karena cinta kepada-Nya. Menurut Rabi’ah, cinta
kepada Ilahi mempunyai dua bentuk, yaitu cinta rindu dan cinta karena ia
layak dicintai.
3. Fana’ dan baqa’ (lewat penghancuran muncullah kekekalan)
Fana’ artinya sirna, hancur, lebur atau hilang, sedangkan baqa’ artinya
kekal, abadi dan senantiasa ada. Jadi ketika sufi mencapai tingkat ini ia
merasa fana’ yaitu sirnanya sifat yang tercela dan munculnya sifat yang
terpuji.
4. Ittihad
Ittihad yaitu pengalaman kesatuan seorang sufi. Seorang sufi akan mabuk
dalam kenikmatan bersatu dengan Allah. Dalam kondisi seperti ini tidak
jarang muncul ucapan-ucapan yang ganjil seperti kata-kata Ana Al-Haq
(Aku adalah Al-Haq), aku adalah Yang Satu. Kata-kata initerlontar hanya
seketika, karena merasa begitu menyatunya dengan Yang Haq yaitu Allah
SWT. Tokoh yang popular dalam ittihad ini adalah Abu Yazid Al-
Bastami.
5. Hulul
Tokoh yang terkenal dalam hulul adalah Abu Mansyur AlHallaj.
Menurutnya tingkat fana’ yang dicapai oleh para sufi bukan hanya
membawanya kepada ittihad, tetapi lebih jauh lagi yaitu hulul. Hulul yaitu
bertempatnya sifat ketuhanan kepada sifat kemanusiaan. Dalam hal ini, Al-
Hallaj dipandang sebagai sufi controversial sehingga harus berakhir di
tiang gantungan.
6. Wandatul Wujud
Doktrin ini bertolak dari pandangan, bahwa semua wujud hanya
mempunyai satu realitas, realitas tunggal itu ialah Allah SWT. Adapun
alam semesta yang serba ganda ini hanyalah wadah penampakan diri dari
nama dan sifat-sifat Allah dalam wujud terbatas. Tokoh yang terkemuka
dalam wandatul wujud adalah Ibnu Arabi.

6
Dari beberapa maqamat dan pengalaman sufi di atas, dapat kita teladani dalam
hidup keseharian sesuai dengan kapasitas kemampuan kita, dengan sendirinya
akan bermunculan akhlak terpuji yang bias membangun kehidupan
bermasyarakat.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam tasawuf mengandung ajaran-ajaran tentang kehidupan
keruhanian, kebersihan jiwa, cara- cara membersihkannya dari berbagai penyakit
hati, godaan nafsu, kehidupan duniawi, cara- cara mendekatkan diri kepada Allah
seta fana dalam kekekalan-Nya sehingga sampai kepada pengenalan hati yang
dalam akan Allah. Sedangkan sufi adalah orang yang menjalankan tasawuf.
Tujuan tasawuf diantaranya adalah:
a. Berupaya menyelamatkan diri dari akidah-akidah syirik dan batil.
b. Melepaskan diri (takhalli) dari penyakit kalbu.
c. Menghiasi diri (tahalli) dengan akhlak islam yang mulia.
d. Menggapai derajat ihsan dalam ibadah (tajalli).
e. Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah (persahabatan ketuhanan).
Para ulama’ atau sufi banyak berbeda pendapat mengenai pengkategorian
susunan tahapan atau maqamat ini, seperti Abu Nasr As-Sarraj mengemukakan
ada tujuh yang harus ditempuh oleh seorang sufi, hal ini berbeda dengan Abu
Khair, yang menyebutkan sampai 40 maqamat yang harus ditempuh oleh seorang
sufi. Perbedaan ini karena di antara para sufi itu memiliki pengalaman rohani yang
berbeda-beda ketika menemouh maqamat tersebut.

3.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami berikutnya.
Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.

Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Pt. Bina Ilmu, Surabaya, 1976.

Rosihon Anwar, Akhlak tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2009.

Sayyid Nur Bin Sayyid Ali, Tasawuf Syar’i, Hikmah, Jakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai