Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berbasiskan


masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan kesehatan milik
pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan. Disini puskemas difungsikan sebagai ujung tombak
penentu kinerja kabupaten atau kota untuk mewujudkan masyarakat yang sehat
diwilayah kerjanya karena merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling
dekat dengan masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak
penyelenggaraan UKM maupun UKP di strata pertama pelayanan kesehatan dan
merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di
kabupaten atau kota.
Menurut KEPMENKES RI NOMOR1479/MENKES/SK/X/2003 tentang pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans, Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit
Tidak Menular Terpadu, dinyatakan bahwa prioritas surveilans penyakit yang perlu
dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit yang
potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa, penyakit menular dan
keracunan, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakit-penyakit
zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta tuberkulosis, diare,
tipus perut, kecacingan dan penyakit perut lainnya, kusta, frambusia, penyakit HIV/
AIDS, penyakit menular seksual, pneumonia serta gangguan mental dan gangguan
kesehatan akibat kecelakaan. Data- data surveilansterpadu penyakit didapatkan dari
data harian pelayanan yang disusun dalam sistem perekaman data puskesmas.
Sesuai dengan surat edaran Dirjen P2P Nomor : HK.02.03/III/9204/2020 tentang
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian hepatitis B dan Hepatitis C selama masa
pandemi Covid-19 dan dalam era new normal puskesmas tetap memberikan layanan B
dan C sesuai dengan pedoman atau panduan.
Di Puskesmas Satu Ulu sendiri didasarkan kepada tujuan program secara
umum yaitu menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan
ditanggulangi adalah surveilans epidemiologi, TBC, ISPA, Pneumonia, diare,
HIV/AIDS, penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit
tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit hipertensi dan DM.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tersedianyan pedoman bagi Kepala Puskesmas, Penanggung Jawab dan
Pelaksana pelayanan Puskesmas, dalam melakukan pelayanan di Puskesmas.
Sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana serta
memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelayanan secara efektif dan efisien
b. Terkendalinya faktor resiko
c. Penanggulangan penyakit menular melalui upaya pencegahan,
pengendalian, dan pemberantasan yang efektif dan efisien
d. Menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit

1 PEDOMAN HEPATITIS
C. Sasaran Pedoman
1. Dokter
2. Bidan
3. Ibu Hamil
4. Ibu Bersalin

D. Ruang Lingkup
Pedoman ini mengatur tentang ruang lingkup penyelenggaraan meliputi :
1. Pelayanan ANC ibu hamil
2. Pelayanan ibu bersalin

E. Batasan Operasional
1. Pelayanan Atenatal Care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama kehamilan, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), dan pemeriksaan laboratorium.
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaanpelayanan ibu hamil, ibu nifas,
ibu dengan kompilkasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
b. Anamnesa adalah kegiatan penggalian informasi pasien tentang penyakit
sekarang dan yang pernah diderita urtuk kepentingan penegakan diagnosa.
c. Diagnosa adalah identifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan
satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Terapi adalah kegiatan pengobatan
sesuai dengan diagnosa.
d. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbale
balik secara vertical maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi,
rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu
pengetahuan, rujukan buhan pemeriksaan laboratorium.
e. Konseling adalah suatu kegiatan bertemu dan berdiskusinya seseorang yang
membutuhkan (klien) dan seseorang yang memberikan (konselor) dukungan
dan dorongan sedemikian rupa sehingga klien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam pemecahan masalah.
f. Pencatan pada Rekam Medik adalah penulisan hasil pemeriksaan yang di dapat
oleh petugas yang ditulis pada rekam medik.
g. Pengembalian Rekam medik adalah kegiatan setelah pencatatan rekam medik
dimana rekam medik dalam satu kali 24 jam harus segera di kembalikan lagi ke
loket untuk kelancaran pelayanan
h. Frekuensi Minimal 4 kali : Minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali
pada triwulan kedua, minimal 2 kali pada triwulan ketiga. Standar diatas untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil dengan deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
14.Pelayanan yang diberikan : Pemeriksaan tensi, nadi, respirasi dan suhu,
15.Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan:
a. Faktor resiko bumil Primigravida 35 tahun
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dg kehamilan < 2 thn
d. Lila<23,5 cm dan penambahan BB <9kg
e. Anemia < 11 g/dl

2 PEDOMAN HEPATITIS
f. TB <145 cm atau kelainan bentuk panggul dan tulang belakang
g. Riwayat hipertensi sblm kehamilan ini
h. HbsAg Positif (+)
i. Hepatitis C

3 PEDOMAN HEPATITIS
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada di
Puskesmas Satu Ulu;

No Kegiatan Jabatan Standar Kualiifikasi Ket


1. Deteksi Bidan  Minimal DIII
dini  Telah mengikuti
penyakit tatalaksana hepatitis
Hepatitis B  1 orang tenaga
Pada Ibu analis, telah
hamil dan mengikuti pelatihan
kelompok hepatitis
beresiko

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program upaya kesehatan dan latar belakang profesinya
adalah sebagai berikut;
No Kegiatan Petugas Profesi
1. Hepatitis , Demam Siti Susanti, AM.Keb Bidan
Typoid

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para
pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri
bulanan/ lintas sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan
di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan setiap
pada awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanan kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Satu Ulu
4. Jadwal terlampir

4 PEDOMAN HEPATITIS
BAB III
STANDAR FASILITAS

Standar fasilitas yang dibutuhkan untuk program P2P yaitu sebagai berikut;
No Kegiatan Standar Fasilitas Kondisi di
Puskesmas
1. Hepatitis a. Komputer dan perlengkapannya a. 1 set computer
b. Pedoman pelayanan hepatitis B b. 1 Paket
dan C selama pandemi covid 19
c. Pelaporan rekapitulasi hasil c. 1 Paket
deteksi dini hepatitis B pada ibu
hamill
2. Typoid a. Komputer dan perlengkapannya a. 1 set computer
b. Media pencatatan dan pelaporan : b. 1 Paket
Rekapitulasi penyakit demam
typoid bulanan

5 PEDOMAN HEPATITIS
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Pelaksanaan
a. Persiapan petugas
b. Persiapan masyarakat
2. Pengelolaan limbah
3. Pencatatan dan pelaporan

B. Metode
Tatalaksana pelayanan pasien Hepatitis
1. Setelah pasien daftar di loket dan sudah dilayani di loket, pasien antri di poli
KIA
2. Status pasien / rekam medik sudah diantar oleh pihak loket, petugas
mempersilahkan pasien.
3. Bidan melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
4. Jika ada kasus yang perlu penangan lebih lanjut, bidan mengkonsulkan ke
Dokter.
5. Apabila dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, pasien diberikan rujukan

C. Langkah Kegiatan
Perencanaan sasaran dilakukan di setiap bulan kegiatan

6 PEDOMAN HEPATITIS
BAB V
LOGISTIK

Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui Unit Farmasi Kebutuhan
obat pada program Hepatitis hanya menyediakan serum HBIG. Pengadaan obat dan
alat kesehatan dilakukan oleh Unit farmasi setelah mendapat persetujuan dari kepala
puskesmas.

7 PEDOMAN HEPATITIS
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Assesment resiko
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien
3. Pelaporan dan analisis insiden
4. Implementasi solusi untuk untuk meminimalkan timbulnya resiko

B. Tujuan
1. Tercapainya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapakan (KTD)

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)


Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan
cidera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cidera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan
kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

KEJADIAN NYARIS CIDERA (KNC)


Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi :
1. Karena “keberuntungan”
2. Karena “pencegahan”
3. Karena “Peringanan”

KESALAHAN MEDIS
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada pasien.

C. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter
3. Memberikan tindakan sesuai dengan intruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan insiden
keselamatan”

8 PEDOMAN HEPATITIS
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV/ AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan
anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15-49 tahun
terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasusu baru 25% terjadi di Negara berkembang
yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI, angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar
2,08 % pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C di masyarakat menurut
perkiraan WHO adalah 2,10 %. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali
secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua
pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal
melalui “kewaspadaan umum” atau “Universal precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas
kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal

B. Tujuan
a. Petugas kesehatan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal precaution”

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip keselamatan kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu :
a. Melakukan pembersihan dan desinfeksi secara berkala di poli rawat jalan
b. Menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun dan air mengalir yang memadai
dan mudah diakses oleh tenaga kesehatan dan pasien Hepatitis B dan C

9 PEDOMAN HEPATITIS
c. Melakukan pengecekan suhu badan bagi seluruh tenaga kesehatan, pasien
hepatitis B dan Hepatitis C serta pengantar di pintu masuk
d. Mewajibkan tenaga kesehatan, pasien hepatitis B dan hepatitis C dan pengantar
menggunakan masker dan menerapkan prinsip pencagahan dan pengendalian
infeksi (PPI) serta kewaspadaan universal terkait covid-19
e. Memasang media informasi untuk mengingatkan tenaga kesehatan, pasien
hepatitis B dan hepatitis C serta pengantar agar mengikuti protokol kesehatan
f. Melakukan prinsip menjaga jarak aman 1-2 meter
g. Melakukan upaya meminimalkan kontak dengan pasien hepatitis B dan hepatitis
C
h. Mencegah kerumunan pasien dengan menerapakan sistem yang diatur oleh
puskesmas
i. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan secara rutin melalui sistem
informasi hepititis (SIHEPI)

1 PEDOMAN HEPATITIS

0
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Puskesmas Satu Ulu dalam memberikan


pelayanan hepatitis.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan buku monitoring dan evaluasii
indikator mutu pelayanan dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada tim mutu
dan kepala Puskesmas.

1 PEDOMAN HEPATITIS

1
BAB IX
PENUTUP

Puji syukur senantiasa kita hadapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
terselesaikannya laporan Pedoman Pelayanan Program Hepatitis Wilayah Kerja
Puskesmas Satu ulu ini sehingga laporan ini bisa sampai di tangan pembaca. Hasil
laporan Pedoman Pelayanan Program Hepatitis Wilayah Kerja Puskesmas Satu Ulu
sebagai upaya perbaikan secara terus menerus terhadap mutu pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Terima kasih kami sampaikan kepada semua karyawan
Puskesmas Satu Ulu.yang telah berupaya memberikan pelayanan sebaik mungkin dan
juga semua masyarakat. Tak lupa kami harapkan kepada semua pembaca atas kritik
dan saran yang konstruktif demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga hasil laporan Pedoman Pelayanan Program Hepatitis Wilayah Kerja
Puskesmas Satu Ulu ini bisa menjadi pedoman terhadap pelayanan kesehatan
masyarakat di Puskesmas Satu Ulu Apapun hasil dari laporan ini adalah sebuah itikad
baik semua karyawan terhadap tanggung jawab yang diemban dan semoga memberi
manfaat kepada banyak pihak yang berkepentingan.

Mengetahui, Palembang,
Kepala Puskesmas Satu Ulu Pemegang Program

Elin Oktamaria S.Kep,M.Kes Siti Susanti, AM.Keb


NIP. 1986100620090420003 NRNPNSD. 2520602018

1 PEDOMAN HEPATITIS

Anda mungkin juga menyukai