Anda di halaman 1dari 17

HADITS KE 1

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ َسِم ْع ُت َر ُسْو َل‬: ‫َع ْن َأِم ْيِر اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َأِبْي َح ْفٍص ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َقاَل‬
‫ َفَم ْن‬.‫ ِإَّنَم ا ْاَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِرٍئ َم ا َنَو ى‬:‫ِهللا صلى هللا عليه وسلم َيُقْو ُل‬
‫ َو َم ْن َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا‬،‫َك اَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه َفِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه‬
‫ُيِص ْيُبَها َأْو اْمَر َأٍة َيْنِكُح َها َفِهْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَج َر ِإَلْيِه‬.
‫رواه إماما المحدثين أبو عبد هللا محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن‬
]‫بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في‬
‫]صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة‬
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan
apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena
wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan
Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

Biografi singkat perawi hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu alihi wa sallam
yaitu Umar ibnu Khaththab radhiyallahu anhu, dimana dikatakan diawal hadits ini bahwa
hadits ini diriwayatkan oleh Amirul Mukminin yaitu pemimpin orang-orang beriman dimana
Umar ibnul Khaththab orang pertama yang digelari amirul mukminin, kunyah beliau adalah
Abu Hafs, kunyah adalah nama panggilan yang diawali dengan kata abu atau kata ummu
sehingga kalau kita mengawali dengan kata abu atau ummu maka itu adalah kunyah kita,
misalnya kita mempunyai putra yang bernama Muhammad maka kita bisa dipanggil dengan
nama abu Muhammad atau dengan nama yang lain.

Nama Beliau adalah Umar bin Khaththab beliau adalah keturunan quraiys, Al-Imam Ibnu
Abdil Barr mengatakan tentang Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu,

´Kaana islamuhu izzan dhzohara bihi islam dakwatun nabi shallallahu alaihi wa sallam,”

Keislaman Umar bin Khaththab adalah merupakan satu kemuliaan, terutama bagi kaum
muslimin, dimana dengan keislaman beliau dakwah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
dakwah tauhid kemudian menemukan kekuatannya sehingga mulai memunculkan diri dikota
makkah.

Umar bin Khattab kemudian mengantikan Khalifah Abu Bakar Assiddiq radhiyallahu anhu
memimpin kaum muslimin, diantara kisah mulia Umar bin Khattab adalah nazalal qur’an
biwafaqatihi fil asyyaa, bahwa dalam beberapa kesempatan Allah menurunkan Al-Qur’an
sesuai dengan pendapat Umar bin Khathtab radhiyallahu anhu, sepeninggal Abu Bakr
Assiddiq radhiyallahu anhu Umar bin Khattab kemudian menjadi khalifah memimpin kaum
muslimin selama kurang lebih 10 tahun 5 bulan sebagian mengatakan 10 tahun 6 bulan, ini
kemudian Umar bin Khattab meninggal dunia sebagai seorang syahid. setelah mengalami
tikaman yang cukup para setelah ditikam oleh musuh Allah subhanahu wa ta’ala seorang
majusi yang berasal dari persia yang bernama Abu Lu’lua Al-majusi Alaihi ma yastahiq,
Maka Umar bin khattab meninggal dunia dikota madinah dan salah satu ungkapan yang
diriwayatkan dari beliau pada saat mengalami tikaman itu bahwa beliau bersyukur bahwa
yang membunuh beliau bukanlah seorang muslim tapi musuh Allah. orang kafir yang
memusuhi agama Allah subhanahu wa ta’ala.

Kedudukan hadits dalam Islam

Hadits ini adalah merupakan salah satu hadits yang memiliki kedudukan tersendiri dalam
islam, bahkan para ulama sebagaimana yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi sendiri bahwa
ajma’ah al muslimun ala idzomi hadzal haditsi wa katsratu fawaaidihi” Kaum Muslimin telah
bersepakat tentang betapa agungnya kedudukan hadits ini, dan banyaknya faidah yang bisa
diambil dari hadits ini.
Al-Imam Al-Hafidz Al-Iraaqi juga mengatakan :
Wa hadzal haditsu qaaidatan min qawaaidi islam hatta qiila wa annahu tsulutsul ilma , qila
rubu’uhu, wa khumusuhu “
hadits ini adalah merupakan salah satu kaidah penting diantara kaidah-kaidah islam, sampai
ada yang mengatakan, bahwa hadits ini merangkum sepertiga ilmu, ada yang mengatakan
seperempat ilmu, adapula yang mengatakan seperlima, Al-Imam Asy syafi dan Imam Ahmad
mengatakan :
Wa’annahu tsulusul Islam :
Bahwa hadist ini adalah sepertiga islam, itulah sebabnya hadits ini memiliki kedudukan yang
tersendiri, sehingga para ulama menganjurkan agar hadits ini menjadi pembuka bagi setiap
karya-karya yang dituliskan. karena itu Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah menjadikan hadits
ini sebagai hadits yang pertama didalam kitab beliau, Al-Imam Abdurrahman bin Mahdi
lebih menegaskan tentang hal itu, beliau mengatakan :
Yanbagi likulli man shannafa kitaaban ayyabtadia bi hadzal hadits tanbihan liithaalibi ala
tashihi niyyah,
sepatutnya bagi siapa pun yang ingin menyusun sebuah kitab agar memulai karyanya dengan
hadits ini,untuk menjadi peringatan bagi para penuntut ilmu agar memperbaiki niatnya. Ilmu
adalah amalan yang sangat agung, dengan semua prosesnya.
Penjelasan Hadits
Definisi Niat
Kata niat dalam bahasa arab bermakna “ Al- Qashdu “ ( Memaksudkan sesuatu ) kata niat
memiliki akar kata yang sama dengan “ an-nawat “ (biji yang yang ada dibagian tengah buah
yang kita komsumsi ) misalnya, biji kurma, maka ini juga memberikan satu pelajaran kepada
kita bahwa, niat itu adalah sesuatu yang tersembunyi, sehingga para ulama mengatakan :
anniyyatu mahalluha al-qalbu (Niat itu tempatnya dihati), bukan ditempat yang lain.
karena itu para ulama mengatakan, ketika seseorang melakukan ibadah maka niat untuk
melakukan ibadah itu tidak perlu diungkapkan, karena niat itu posisinya di hati. Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : An-Niyyatu tatba’ul Ilm (Niat itu mengikut kepada ilmu
kita ), maksudnya , misalnya : ketika kita terbangun diwaktu subuh lalu kemudian kita ke
kamar kecil untuk berwudhu, apa yang menggerakkan kita? yang menggerakkan kita pada
saat itu adalah karena kita tahu bahwa saat itu adalah waktu sholat subuh. maka kitapun
berniat untuk sholat subuh tanpa perlu diungkapkan dengan lisan.
Para ulama mengatakan :
I’tiqaadul qalbi fi’la sya’in wa azmuhu alaihi min gairi taraddudin, (Niat itu adalah keyakinan
hati untuk melakukan sesuatu, serta azam/tekad hati untuk mengerjakan perbuatan tersebut,
tanpa ada keraguan), sehingga perkara niat dari sisi ini kata para adalah persoalan yang
mudah tidak perlu dilebih-lebihkan harus diucapkan lafaznya.
tidak ada satupun riwayat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hadits atau atsar dari
sahabat atau bahkan dari ulama ahlu hadits dari imam mazhab yang empat, tidak ditemukan
riwayat yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa mereka melafazkan niat-niat tertentu dalam
melakukan ibadah.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan :


‫ِإَّنَم ا ْاَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬

Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya.


Para Ulama mengatakan bahwa fungsi nait ada 3 fungsi :
1. Tamyizu maqsuudi minal amal ( untuk membedakan amal yang kita lakukan itu untuk
siapa) apakah untuk Allah ataukah yang lainnya, maka amal yang dikerjakan untuk
mendapatkan keridhaan Allah, untuk mendapatkan surga Allah maka ini adalah amal
yang ikhlas, sedangkan amal yang dilakukan dengan tujuan selain Allah maka ini
bukanlah amal yang ikhlas, maka kita kenal ada amal karena riya atau sum’ah. riya
adalah beramal agar dilihat oleh manusia sedangkan sum’ah adalah beramal untuk
diperdengarkan kepada manusia. kedua-duanya memiliki subtansi yang sama.
2. Tamyizu al-ibaadah anil aada( untuk membedakan ibadah dengan sesuatu yang
menjadi kebiasaan ) contohnya : orang yang berpuasa tidak makan dan tidak minum,
apakah yang membedakan orang berpuasa dengan niat puasa sunnah dan niat puasa
ramadhan, dengan orang yang berpusa dengan niat diet?secara lahiriyyah kedua-
duanya sama-sama berpuasa, sama-sama tidak makan dan minum, tetapi yang satu
berbuat karena perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya sedangkan yang
satu melakukan karena niat diet atau untuk kesehatan, yang membedakan antara
keduanya adalah niat. itulah maksud dari fungsi yang kedua.
3. Tamyizu al-ibaadaati ba’dhiha an ba’dhi (Untuk membedakan antara satu ibadah
dengan ibadah lainnya ), contohnya : apa yang membedakan antara sholat sunnah
dengan sholat fardhu, ada orang yang melaksanakan sholat dua rakaat, orang yang
melaksanakan ini apakah termasuk sholat sunnah atau sholat subuh, apa yang
membedakannya? yang membedakan adalah niatnya.

Kemudian Nabi Mengatakan :


‫َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى‬.

Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan,

Balasan yang kita dapatkan sesuai dengan niat kita, semakin mulia niat kita maka balasan
yang kita dapatkan semakin besar, begitu juga semakin buruk niat kita balasan yang kita
dapatkan juga setimpal. maka seorang muslim ketika melakukan suatu ibadah harus memiliki
setinggi-tingginya obsesi, misalnya ketika melaksanakan sholat, maka sholat yang dikerjakan
jangan hanya sekedar menggugurkan kewajiban, tapi dikerjakan dengan keinginan yang kuat
untuk penghambaan kepada Allah. dengan keinginan yang kuat untuk mendapatkan semua
janji Allah subhanahu wa ta’ala. Apa yang kita dapatkan bergantung kepada apa yang kita
niatkan.
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memperjelas prinsip ini dengan menyebutkan
satu contoh kasus amal yaitu hijrah, Kata Nabi :
‫َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسْو ِله‬
Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijranya karena Allah dan
Rasul.
Kata para ulama Nabi shallallahu alihi wa sallam mengulangi penyebutan ini yaitu “ siapa
yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya lalu balasannya dikatakan hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya , Nabi mengulangi pengucapan itu dengan tujuan untuk menunjukan betapa
mulianya balasan yang didapatkan sebuah amal yang dilakukan karena Allah dan Rasul-Nya.
Sebaliknya kata Nabi shallallahu alaihi wa sallam :
‫َو َم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص ْيُبَها َأْو اْمَر َأٍة َيْنِك ُح َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَجَر ِإَلْيِه‬

Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin didapatkannya, atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrah hanya pada apa yang dia niatkan itu.
Coba perhatikan dimana redaksinya berbeda dengan redaksi sebelumnya dimana Nabi
mengulangi siapa yang hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan
Rasul-Nya, Didalam ungkapan yang kedua ini Nabi tidak mengulanginya, kata para ulama
untuk menunjukan betapa hinanya hijrah yang niatnya semacam itu, betapa hinanya amal
yang dilakukan dengan niat yang tidak lurus, orang yang hijrah sebagaimana yang kita
ketahui hijrah itu adalah meninggalkan sesuatu dalam konteks umum bahwa hijrah itu bisa
bermakna meninggalkan negeri yang kufur negeri yang penuh maksiat kepada negeri yang
beriman, dalam konteks yang lebih luas kata para ulama hijrah itu bermakna “ Tarku
maanahallahu anhu” (meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah), maka siapa yang
meninggalkan sesuatu yang dilarang oleh Allah dengan niat yang ikhlas maka ia akan
mendapatkan pahala yang luar biasa, tapi siapa yang meninggalkan larangan Allah tapi bukan
karena Allah melainkan karena ada niat-niat tertentu maka mungkin dia akan mendapatkan
balasan dari niat-niat kedunian tertentu tapi dia tidak akan mendapatkan balasan yang
dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. jadi ini adalah kurugian yang luar biasa karena
mengejar dunia yang kemungkinan akan dapat namun mungkin juga tidak, kalau kita
mendapatkan dunia yang kita kejar, maka setidaknya kita beruntung didunia tapi celaka
diakhirat. tapi kalau kita tidak mendapatkan dunia yang kita kejar maka kita akan menderita
didunia dan merugi diakhirat, maka penjelasan ini mengingatkan kita selalu untuk menjaga
dan meluruskan niat kita, mungkin kita pernah mendengarkan bahwa, sababul wurud atau
latarbelakang munculnya hadits ini ada yang mengatakan bahwa sababul wurud hadits ini
adalah ketika ada seorang pria dizaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang hijrah dari
mekkah ke madinah tapi dengan niat ingin menikahi seorang wanita yang dikenal dengan
nama Ummu Qais ada riwayat yang menjelaskan seperti itu tetapi ada sedikit masalah dengan
kisah latarbelakang ini karena sebagian ulama mengatakan bahwa riwayat tersebut tidak bisa
dipertanggungjawabkan seperti yang diungkapkan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali
rahimahullah, Ibnu Rajab Al-Hambali menulis sebuah kitab yang sangat fenomenal yang
berjudul Jami’ul Ulum wal Hikam, salah satu kitab terbaik yang mensyarah kitab arba’in an-
nawawiyah dan Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali menggenapkan menjadi 50 hadits,
Al-Hafidz Ibnu Rajab dan beberapa ulama lain menjelaskan bahwa kisah pria hijrah karena
Ummu Qais masyhur sekali menjadi sebab munculnya hadits Nabi ini. tapi kata ibnu rajab ;
lam nara bidzalika ashlan yashihhu (kami tidak melihat itu mempunyai landasan yang bisa
dipertanggungjawabkan ) itulah sebabnya Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan sebenarnya
tidak ada landasan yang bisa dipertanggungjawab terkait sababul wurud hadits ini. mungkin
kisah Ummu Qais itu benar tapi itu tidak bisa serta merta dikaitkan dengan hadits ini bahwa
itu menjadi sababul wurud munculnya hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam ini.
Beberapa hal yang bisa kita simpulkan dari hadits ini :
1. Amal atau niat kita sebagai seorang hamba adalah memiliki kedudukan yang sangat
mendasar atau sangat penting dalam kehidupan kita karena diterima tidaknya amal
kita disisi Allah. itu bergantung pada niat kita. seberapa besar balasan yang kita
peroleh itu sangat bergantung pada niat kita. oleh karena itu sebagian ulama
mengatakan bahwa, boleh jadi ada amalan yang tampak remeh tapi menjadi mulia
disisi Allah karena niatnya, boleh jadi ada amalan yang tampak besar tapi menjadi
hina disisi Allah karena niat.
2. Niat membedakan amal yang kita lakukan untuk siapa, niat membedakan antara
ibadah dan kebiasaan kita, dan niat membedakan antara satu ibadah dengan ibadah
yang lainnya.
3. hadits ini menjadi salah satu landasan utama munculnya satu kaidah yang sangat besar
dalam kajian-kajian fiqih kaidah yang berbunyi : Al-Umuru bimaqashidiha ( Segala
hal/urusan bergantung pada niatnya).

HADITS KE – 2
Pengantar Hadits
Hadits yang kedua ini mungkin bisa dikatakan sebagai rangkaian hadits terpanjang dalam
kitab hadits arbain an-nawawiyah, hadits yang sangat penting kedudukannya karena
menjelaskan kepada kita apa yang diistilahkan sebagai, maraatibudiin (Tingkatan agama
kita ) dimana Nabi menyebut tiga tingkatan yang pertama adalah Islam yang kedua adalah
Al-Iman dan yang ketiga adalah Al-Ihsan, karena itu sebagian ulama seperti Al-Imam Al-
Qurtubi rahimahullah menggelari hadits ini sebagai ummu sunnah. Beliau mengatakan
sebagaimana kita mengenal surah Al-Fatihah sebagai ummul qur’an karena surah al fatihah
mengajarkan hal-hal yang prinsipil didalam islam maka begitu pula dengan hadits ini, hadits
ini akan menggambarkan bagaimana malaikat jibril datang kepada Nabi shallallahualaihiwas
sallam sebagai satu metode untuk mengajari sahabat Nabi tentang agama ini
Al-Imam An-Nawawi Mengatakan :

‫ِل ِهلل‬ ‫ِع‬ ‫ِض‬


‫ َبْيَنَم ا ْحَنُن ُج ُلْو ٌس ْنَد َرُسْو ا َص َّلى اُهلل‬: ‫َعْن ُعَم َر َر َي اُهلل َعْنُه َأْيضًا َقاَل‬
‫ِد ُد اِض الِّث اِب ِد ُد اِد‬
‫ْي‬ ‫َش‬ ‫ْي‬ ‫َش‬ ‫ا‬‫َن‬
‫ْي‬‫َل‬ ‫َع‬ ‫َل‬‫َط‬ ‫ْذ‬‫َعَلْيِه َّل َذاَت ٍم ِإ‬
‫َس َو‬ ‫َي‬ ‫َبَي‬ ‫َر ُج ٌل‬ ‫َع‬ ‫َيْو‬ ‫َو َس َم‬
‫ َح ىَّت َج َلَس ِإىَل الَّنِّيِب صلى‬، ‫ َو َال َيْع ِر ُفُه ِم َّنا َأَح ٌد‬، ‫ َال ُيَر ى َعَلْيِه َأَثُر الَّسَف ِر‬، ‫الَّش ْع ِر‬

‫ َيا‬: ‫اهلل عليه وسلم َفَأْس َنَد ُر ْك َبَتْيِه ِإىَل ُر ْك َبَتْيِه َو َو َض َع َك َّف ْيِه َعَلى َفِخ َذ ْيِه َو َقاَل‬

‫ ْاِإل ِس َالُم َأْن‬: ‫ َفَق اَل َرُسْو ُل اِهلل صلى اهلل عليه وسلم‬، ‫َحُمَّم د َأْخ ْرِبيِن َعِن ْاِإل ْس َالِم‬
‫ِهلل ِق‬
‫َتْش َه َد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال اُهلل َو َأَّن َحُمَّم ًد ا َرُسْو ُل ا َو ُت ْيَم الَّصَالَة َو ُتْؤ َيِت الَّز كَاَة َو َتُصْو َم‬
‫ِج‬ ‫ِه‬ ‫ِن‬
‫ َفَع ْبَنا َلُه َيْس َأُلُه‬، ‫ َص َد ْقَت‬: ‫َر َم َض اَن َو ُحَتَّج اْلَبْيَت ِإ اْس َتَطْعَت ِإَلْي َس ِبْيًال َقاَل‬
‫ِلِه‬ ‫ َأْن ْؤ ِم ِباِهلل َالِئَك ِتِه ُك ُتِبِه‬: ‫ َفَأ يِن ِن ْاِإل َمْياِن َقاَل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ِّد ُق‬
‫َو َو ُر ُس‬ ‫ُت َن َو َم‬ ‫ْخ ْرِب َع‬ ‫َو ُيَص ُه‬
‫ َقاَل َفَأْخ ْرِبيِن َعِن‬، ‫ َقاَل َص َد ْقَت‬.‫َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِباْلَقَد ِر َخ ِرْي ِه َو َش ِّر ِه‬

: ‫ َقاَل‬. ‫ َأْن َتْع ُبَد اَهلل َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن ْمَل َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك‬: ‫ َقاَل‬، ‫ْاِإل ْح َس اِن‬

‫يِن‬ ‫َأ‬‫َف‬ ‫َل‬‫ا‬‫َق‬ . ‫ِل‬‫ُل ا ِبَأْع َل ِم الَّس اِئ‬ ‫ْل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ : ‫َل‬‫ا‬‫َق‬ ، ‫َفَأ يِن ِن الَّس ا ِة‬
‫َع‬
‫ْرِب ْن‬ ‫ْخ‬ ‫ْن‬ ‫َع‬
‫َم َمْس ْو َه َم َن‬ ‫ُؤ‬ ‫َع‬ ‫ْخ ْرِب َع‬
‫ َقاَل َأْن َتِل ْاَأل ُة َّب ا َأْن ى ا َف اَة اْل اَة اْل اَلَة ِر ا الَّشاِء‬،‫َأ ا اَهِتا‬
‫َد َم َر َتَه َو َتَر ُحْل ُعَر َع َع َء‬ ‫َم َر‬
‫ َيا ُعَم َر َأَتْد ِر ي َم ِن الَّس اِئِل ؟‬: ‫ َّمُث َقاَل‬،‫ َّمُث اْنَطَلَق َفَلِبْثُت َم ِلًّيا‬، ‫َيَتَطاَو ُلْو َن يِف اْلُبْنَياِن‬
‫ ا ِل‬. ‫ َقاَل َفِإَّن ِج ِرْب َأت اُك ِّل ُك ِد ُك‬. ‫ُل َأ َل‬
‫ُه ْيُل َـ ْم ُيَع ُم ْم ْيَن ْم َرَو ُه ُمْس ٌم‬ ‫ اُهلل َو َرُسْو ُه ْع َم‬: ‫ُقْلُت‬
Dari Umar radhiallahu’anhu juga dia berkata: “Ketika kami duduk-duduk di sisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam,(dalam riwayat
yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban kata rambut yang dimaksud disini adalah
jenggot)

tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di
antara kami yang mengenalnya.(jadi Umar radhiyallahu anhu diawal hadits ini
menggambarkan sebuah situasi yang aneh tentang kedatangan seorang pria yang tiba-tiba
muncul dihadapan Nabi dalam kondisi dan keadaan yang sangat rapi dan bersih tapi anehnya
orang ini tidak ada yang mengenalinya dari sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan
ketika seseorang itu tidak dikenal disuatu tempat itu artinya orang berasal dari tempat yang
lain, yaitu baru tiba ditempat itu, dan artinya orang itu logikanya baru saja menempuh satu
perjalanan untuk sampai ke tempat tersebut ),

Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lutut beliau (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) kemudian orang
ini meletakkan kedua tangannya diatas pahanya, (Al-Imam An-Nawawi menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan (fakhidzihi) adalah paha pria itu sendiri, artinya orang ini
meletakkan kedua tangannya diatas pahanya sendiri,duduk dengan penuh hikmah, dan kata
imam An-Nawawi ini adalah sikap yang paling tepat bagi seorang penuntut ilmu dimana ia
duduk dengan penuh hikmat dan kerendahan hati dihadapan guru atau orang yang akan
mengajarkan ilmu kepadanya, meskipun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa kata
Ala fakhidzaihi (diatas kedua pahanya) yang dimaksud adalah kedua paha Nabi shallallahu
alaihi wa sallam jadi pria ini meletakkan kedua tangannya diatas paha Nabi, karena pria ini
ingin memberikan kesan kepada sahabat Nabi bahwa ia seperti orang arab badui yang
mungkin sikapnya cenderung kasar, dan itu dilakukan malaikat jibril dengan maksud
menyamarkan fakta kalau ia sebenarnya adalah jibril dan ia menyamarkan dengan cara
menunjukkan sikap seperti ini yaitu arab badui, Hadits ini mengajarkan kepada kita satu point
penting didalam agama kita yaitu pentingnya adab bagi seorang pencari kebenaran/penuntut
ilmu dimana adab itu sebagaimana yang ditegaskan oleh ulama salaf adab adalah landasan
utama dari proses menuntut ilmu, ilmu tidak akan mungkin bisa diraih kecuali diawali dengan
adab, keberkahan ilmu tidak mungkin bisa diraih kecuali dengan adab, itulah sebabnya para
ulam mendahulukan adab dalam proses menuntut ilmu mereka, yang tentu kita semua sepakat
dengan hasilnya dimana para ulama kita rahimahumullah memiliki adab yang mulia yang
kemudian mendatangkan keberkahan dalam hidup mereka, sehingga mereka yang usianya
sama dengan kita, namun mereka dapat melakukan banyak hal, bisa mempelajari dan
mengajarkan banyak hal dan yang tidak kalah pentingnya mereka bisa menulis berbagai ilmu
atau referensi, Imam Nawawi sendiri sebagai contohnya meninggal pada usia kurang lebih 40
tahun tetapi meninggalkan warisan ilmu yang luar biasa, itu karena waktu mereka yang
diberkahi,karena mereka menjalani hidup dengan penuh adab,hadits Jibril ingin mengajarkan
seorang penuntut ilmu, bagaimana seorang penuntut ilmu mengenakan baju yang bersih
ketika hadir disana, jibril dalam hadits ini dijelaskan mengenakan baju yang sangat putih
bersih, kemudian yang kedua seperti yang dikatakan imam nawawi rahimahullah bahwa jibril
menunjukan bagaimana sikap yang penuh adab dari seorang penuntut ilmu dihadapan
gurunya, dan dengan sikap yang penuh adab itu jibril tampak menunjukan kesiapannya
menerima ilmu dan penjelasan dari Rasulullah Shallallahu alihi wa sallam.)

seraya berkata: “Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Islam?” Maka


Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Islam adalah engkau bersaksi
bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Allah, dan bahwa
Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu menempuh
jalannya.”(dalam konteks ini islam digambarkan sebagai amalan yang sifatnya lahiriyah dan
itulah para ulama ahlussunnah wal jama’ah menjelaskan bahwa lafadz islam dengan iman
adalah dua lafadz yang idza ijtama’a iftaraqa jika kedua berkumpul maka menunjukan makna
yang berbeda, itulah maksud hadits ini yang mana kata islam dan iman disebutkan dalam satu
hadits sehingga maknanya berbeda, islam digambarkan sebagai amalan lahir, sedangkan iman
digambarkan sebagai kewajiban-kewajiban yang bersifat batiniyah,

Kemudian dia berkata: “Kamu benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula
yang membenarkan.ini tentu menjadi hal yang mengherankan, Kemudian dia bertanya
lagi: “Beritahukanlah kepadaku tentang Iman“. Beliau bersabda: “Engkau beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Kemudian dia
berkata: “Kamu benar.” disini Nabi menjawab dengan pertanyaan kedua dengan
menyebutkan rukun iman, meskipun kita semua tahu bahwa iman itu bukan hanya rukun
iman yang enam ini begitu juga islam bukan hanya rukun islam yang lima, islam itu luas
tidak hanya mencakup lima rukun tadi, tapi mencakup hal-hal lain, sebagaimana iman juga
seperti itu, iman adalah sesuatu yang luas, dalam hadits yang lain Nabi menggambarkan
bahwa “Iman itu mempunyai lebih dari enam puluh cabang, tetapi Nabi hanya menyebutkan
enam point ini, dan itulah yang kemudian dikenal dengan arkanul iman, keenam rukun ini
menjadi pilar utama iman itu, tanpa keenam ini seseorang tidak bisa dikatakan sebagai
seorang mukmin,

Dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan.”ini adalah lafaz ketiga yang para ulama
katakan sebagai level tertinggi penghambaan setelah seorang hamba masuk pada level islam
kemudian iman, Beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya, ini menjadi satu isyarat yang sangat tegas, sehebat-
hebatnya kita, setinggi-tingginya puncak penghambaan kita kepada Allah kita tidak akan
mungkin melihat Allah subhnahu wa Ta’alaa. jika engkau tidak mampu melihat-Nya
maka sesungguhnya Dia melihatmu.”inilah rahasia kesuksesan orang-orang beriman,
diman dalam seluruh gerak-gerik kehidupan mereka Allah subhanahu wa ta’ala selalu hadir,
sekurang-kurangnya mereka selalu merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta’ala , tidak ada
yang dapat menutupi pengawasan Allah yaitu mereka selalu menjaga kehidupan mereka
untuk selalu berada digaris yang telah ditetapkan oleh Allah. dan semua membutuhkan dua
hal sampai pada tingkat penghambaan atau ibadah yang setinggi ini maka membutuhkan dua
hal ini, yang pertama : Al-Iksar minaddu’a wal istiana billahi azza wa jalla,memperbanyak
doa dan memohon pertolongan kepada Allah agar Allah memberikan kemampuan kepada
kita untuk beribadah dengan cara yang terbaik. yang kedua adalah at-tarbiyah dengan melatih
diri kita untuk khusyu’ dengan menghadirkan muroqabatullah.

Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya).”
Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya” ini adalah jawaban
yang luar biasa dari Nabi kita, menunjukan beberapa hal yang penting untuk kita ketahui,
yang pertama bahwa : seorang manusia setinggi apapun ilmunya, apakah dia itu ulama
bahkan dia seorang Nabi dan Rasul pun maka salah satu adab penting yang harus dia ingat
adalah kalau dia tidak tahu maka “katakan saya tidak tahu”. pelajaran yang kedua bahwa
Rasulullah tidak mengetahui perkara yang ghoib kecuali yang Allah beritakan kepada beliau.
jadi jangan percaya kepada siapapun menusia sepeninggal Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
yang mengatakan kepada kita bahwa dia tahu perkara yang ghoib, dia tahu kapan anda dan
dia mati, maka jangan pernah percaya dengan hal itu, karena Nabi saja tidak tahu perkara
ghoib. Perkara yang ketiga yang perlu digaris bawahi menghadapi fenomena belakangan ini
yang cukup menjadi trending topik dikalangan kita umat islam yaitu kaitannya dengan kajian
akhir zaman kita mendengarkan beberapa orang berbicara, menyampaikan prediksi prediksi
seputr akhir zaman, imam mahdi, yang menurut saya adalah prediksi-prediksi yang tidak
perlu disampaikan, maka Rasulullah orang yang paling pantas memberikan prediksi-prediksi
tersebut, tapi apakah beliau menyampaikan prediksi tersebut kepada para sahabatnya, tidak
pernah karena itu tidak penting, karena ketika ada orang yang datang kepada Nabi shallallahu
alaihi wa sallam menanyakan perihal kiamat maka Nabi mengatakan : madza a’dadta laha,
apa yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapi hari kiamat, itu yang paling penting,
bahwa hari kiamat pasti terjadi hari kiamat itu sudah dekat, maka semua tanda-tanda kiamat,
seperti kedatangan Imam Mahdi itu pasti sudah dekat. jadi faktanya bahwa kita adalah umat
akhir zaman itu sudah jelas. jadi kita tidak perlu disibukkan dengan hal-hal semacam ini,
mengulas prediksi menguluas asumsi-asumsi yang kemudian melalaikan kita dari prioritas
utama yaitu menyiapkan yaitu kebangkitan islam atau kejayaan umat ini.

Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya.” Beliau bersabda: “Jika


seorang hamba melahirkan tuannya, ada banyak penjelasan ulama terkait point ini maksud
dari budak wanita melahirkan tuannya, pandangan yang pertama adalah banyaknya
penaklukan-penaklukan yang dilakukan kaum muslimin dimana efek dari penaklukan itu
adalah adanya hamba-hamba sahaya yang kemudian dinikahi oleh tuannya yang kemudian
melahirkan yang mana keturunan-keturunan itu menjdi merdeka sperti ayahnya dalam fiqih
dikenal dengan ummul walad, sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
sabda Nabi ini adalah diakhir zaman nanti semakin banyak orang yang durhaka kepada orang
tuanya, khususnya kepada ibunya, sehingga dia memperlakukan ibunya seperti budak.

dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin( fakir miskin )
dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunan.” jadi
salah satu tanda kiamat kata Nabi ketika engkau melihat orang-orang yang telanjang dada
pakaian compang-camping miskin dan pengembala domba mereka berhasil menjadi orang
kaya lalu kemudian mereka berlomba-lomba dan berbangga dengan bangunan rumah mereka
mana yang lebih tinggi.

Kemudian orang itu berlalu dan aku (Umar) berdiam diri sebentar. Sebagian ulama
menjelaskan bahwa menunggu ini selama tiga hari.

Selanjutnya beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”


Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Dia adalah
Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (Riwayat
Muslim)

dia antara faidah yang lain dari hadits ini adalah kita melihat bagaimana satu metode
pengajaran yang diajarkan jibril dalam menyamarkan diri sebagai seorang pria dan
melakukan dialog yang sebenarnya jibrilpun mengetahui jawaban pertanyaan itu,tapi ia
mengajukan pertanyaan itu untuk mengajarkan para Sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam tentang agama ini.

HADITS KE-3

: ‫َع ْن َأِبي َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْبِد ِهللا ْبِن ُع َم َر ْبِن اْلَخ َّطاِب َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل‬
: ‫ ُبِنَي ْاِإل ْس َالُم َع َلى َخ ْم ٍس‬: ‫َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل‬
‫َش َهاَد ِة َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَح َّم دًا َر ُسْو ُل ِهللا َو ِإَقاِم الَّص َالِة َو ِإْيَتاِء الَّز َك اِة‬
‫َو َح ِّج اْلَبْيِت َو َص ْو ِم َر َم َض اَن‬
‫َر َو اُه الُبَخ اِر ُّي َو ُم ْس ِلٌم‬

Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma,
ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah;
menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa
Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Umar putra dari Umar bin Khattab Radhiyallahu
anhuma, yang kenal sebagai ulama dizaman Sahabat Rasulullah kunyahnya adalah Abu
Abdirrahman Namanya adalah Abdullah, Abdullah bin Umar masuk islam sejak beliau masih
berada dikota mekkah bersama dengan ayahnya dan pada saat itu usianya masih sangat muda,
kemudian ayahnya umar bin khattab hijrah ke madinah, Abdullah bin Umar ikut serta
membersamai ayahnya untuk hijrah ke kota madinah, Abdullah bin Umar adalah seorang
sahabat yang sangat cerdas, Beliau dikenal sebagai seorang fuqaha dan juga dikenal sebagai
orang yang sangat zuhud dikalangan sahabat Nabi, dikalangan sahabat Nabi kita kenal
dengan Al-Abaadilah Al-Arba’a (empat orang yang bernama Abdillah ) , yaitu Abdullah
ibnu Umar, Abdullah ibnu Abbas, Abdullah bin Amar bin Ash, Abdullah bin Zubair bin
Awwam. inilah empat sahabat yang dikenal sebagai al abaadilah al-arba’a, Abdillah bin
Umar dikaruniai usia 87 tahun dan beliau meninggal diusia 87 tahun. Beliau termasuk
sahabat yang banyak meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Abdullah ibnu Umar mengatakan :
bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam
dibangun di atas lima perkara: mungkin ada yang mengatakan kenapa imam nawawi
mengangkat hadits ini padahal telah disebutkan pada hadits kedua yang juga menjelaskan
tentang kelima hal ini, para ulama mengatakan, penyebutan hadits ini , sebagai hadits ketiga
bukan sekedar sebagai pengulangan tetapi dilakukan sebagai bentuk penegasan kelima dasar
islam ini, karena redaksi hadits ini dimulai dengan buniyal islam ala khamsin, islam dibangun
diatas lima dasar. oleh karena itu ketika menjelaskan hadits ini Imam Ibnu Rajab Al-Hambali
menagtakan bahwa : wal maqsuudu tamtsilu islam bil bunyan (maksud dari dari hadits ini
adalah mengibaratkan islam sebagai sebuah bangunan,dan mengambarkan bahwa bangunan
islam itu adalah kelima hal ini, sehingga bangunan islam tidak akan tegak tanpa kelima dasar
ini, sedangkan ajaran islam lainnya ibaratnya sebagai pelengkap bangunan tersebut) Ibnu
hajar al-haitami juga mengatakan , Hadza haditsun adzim ahadu qawaaidul islam wa
jawamiul ahkan (Hadits ini adalah hadits yang sangat agung,salah satu qaidah islam dan salah
satu penjelasan hukum yg sangat lengkap).
bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; inilah pilar atau dasar yang pertama untuk
mengesahkan manusia sebagai muslim dimana dia mengatakan dengan lisannya dan
mengakui dengan hatinya, bahwa tidak yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah.
menunaikan shalat; yang dimaksud dengan sholat disini adalah sholat lima waktu, yang
dimaksud dengan menegakkan sholat kata para ulama adalah Al-Muhafadza alaiha ma’a
jama’atin al-muslimin (Menjaganya dan mengerjakannya bersama kaum muslimin) terutama
bagi kaum pria. terlepas dari perbedaan mengenai hukum sholat berjamaah, ada yang
mengatakan wajib, ada yang mengatakan sunnah muakkadah. para ulama sepakat bahwa
orang yang mengingkari wajibnya sholat maka dia kafir keluar dari islam walupun dia tekun
mengerjakan sholat.
menunaikan zakat; memberikan zakat kepada yang berhak, orang yang meninggalkan zakat
juga mendapatkan ancaman yang luar biasa, Rasulullah bersabda : tidak ada seorangpun
pemilik emas atau perak, yang tidak menunaikan kewajibannya kecali dihari kiamat akan
disiapkan untuknya lapisan besi dari neraka kemudian dia akan dibakar dilempengan-
lempengan tersebut, kemudian dengan lempangan itu disetrika punggungnya, jidadnya.
menunaikan haji ke Baitullah,
dan berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
ini adalah hadits ketiga, didalam hadits ini Nabi menegaskan bahwa islam dibangun diatas
lima dasar ini.
salah satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari hadits ini, kita belajar bahwa betapa
Maha Pemurahnya Allah azza wa jalla kepada kita, betapa Pengasihnya Allah kepada kita,
sehingga kalau kita renungkan kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan kepada kita adalah
kewajiban yang sebenarnya sangat mudah dan ringan untuk kita kerjan yang tidak
membebani kita, kita lihat seperti dalam hadits ini Allah seolah memberikan kepada kita
minimal untuk selamat didunia dan akhirat yaitu syahadat. apa susahnya mengucapkan dua
kalimat syahadat, apa susahnya menegakkan sholat hanya lima kali sehari. kemudian
mengeluarkan zakat, yang Allah minta hanya 2, 5 persen dari total seluruh harta kita. yang
tidak semua harta kena kewajiban zakat, karena disana ada syarat yaitu nishab dan haul.pergi
haji Allah tidak wajibkan setiap tahun tapi sekali seumur hidup, puasa ramadhan yangAllah
hanya wajib sekali dalam setahun.
kenapa dalam hadits ini urutannya haji dulu baru kemudian puasa ramadhan, ini menunjukan
betapa amanahnya para sahabat Nabi dalam menyampaikan hadits dari Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam, Ibnu Umar menyampaikan apa adanya dari nabi shallallahu alihi wa sallam
bahwa Nabi mengurutkan Nabi terlebih dahulu kmudian puasa ramadhan.
HADITS KE-4

‫ َح َّد َث َن ا‬: ‫َع ْن َأِبي َع ْب ِد الَّر ْح َم ِن َع ْب ِد ِهللا بِن َم ْس ُعْو ٍد َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه َق اَل‬
‫ ِإَّن َأَح َد ُك ْم ُيْج َم ُع‬: ‫َر ُسْو ُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم َو ُه َو الَّصاِد ُق اْلَم ْص ُد ْو ُق‬
‫ ُثَّم َي ُك ْو ُن‬، ‫ ُثَّم َي ُك ْو ُن َع َلَقًة ِم ْث َل َذ ِلَك‬، ‫َخ ْل ُقُه ِفي َب ْط ِن ُأِّم ِه َأْر َبِع ْي َن َي ْو مًا ُنْط َفًة‬
‫َأ‬ ‫ْل‬ ‫ُث‬ ‫ًة ْث َذ‬
‫ َو ُيْؤ َم ُر ِب ْر َب ِع‬، ‫ َّم ُيْر َس ُل ِإَلْي ِه ا َم َلُك َف َي ْنُفُخ ِفْي ِه الُّر ْو َح‬، ‫ُمْض َغ ِم َل ِلَك‬
‫ َفَو ِهللا اَّلِذي َال ِإَلَه‬. ‫ ِبَك ْت ِب ِر ْز ِقِه َو َأَج ِلِه َو َع َمِلِه َو َش ِقٌّي َأْو َس ِع ْي ٌد‬:‫َك ِلَم اٍت‬
‫َغ ْيُرُه ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَي ْع َم ُل ِبَعَم ِل َأْه ِل اْلَج َّن ِة َح َّت ى َم ا َي ُك ْو ُن َب ْي َن ُه َو َب ْي َن َه ا ِإَّال ِذَر اٌع‬
‫ َو ِإَّن َأَح َد ُك ْم َلَي ْع َم ُل‬،‫َفَي ْس ِبُق َع َلْي ِه اْلِك َت اُب َفَي ْع َم ُل ِبَع َم ِل َأْه ِل الَّن اِر َف َي ْد ُخ ُلَه ا‬
‫ِبَعَم ِل َأْه ِل الَّن اِر َح َّت ى َم ا َي ُك ْو ُن َب ْي َن ُه َو َب ْي َن َه ا ِإَّال ِذَر اٌع َف َي ْس ِبُق َع َلْي ِه اْلِك َت اُب‬
‫َفَي ْع َم ُل ِبَع َم ِل َأْه ِل اْلَج َّن ِة َف َي ْد ُخ ُلَه ا‬

“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada kami dan beliau
adalah orang yang jujur dan terpercaya: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian
berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal
daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu
ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara:
menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi
Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta
akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka
maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal
sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli
surga maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat yang mulia abdullah bin mas’ud masuk islam sudah cukup lama dimakkah termasuk
dari kalangan assabiqunal awwalun yaitu kalangan sahabat yang pertama masuk islam,
sebagian ulama mengatakan innahu saadisu sittatu fil islam beliau adalah orang keenam dari
enam orang pertama yang masuk islam. dan kisah keislaman abdullah bin mas’ud juga cukup
unik, waktu beliau adalah seorang anak remaja yang menggembalakan kambing milik uqbah
bin abi muaiq, pada suatu waktu nabi shallallahu alaihi wa sallam melintasi abdullah bin
mas’ud saat ia sedang menggembalakan kambingnya lalu kemudian Nabi kita Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada abdullah bin mas’ud : Ya ghulam hal indaka
millabanin tusqiina?apakah engkau punya sedikit susu yang bisa engkau berikan kepada
kami? qaala: Na’am wa laakinni muktamat, iya saya punya, tapi saya orang yang
mendapatkan amanah untuk mengembalakan kambing. itu yang menjadi halangan abdullah
bin mas’ud untuk memberikan susu yang ada pada kambing-kambing tersebut. kemudian
Nabi mengatakan : hal indaka min jaz’atin lam yahzi alaiha al-fahl ? apakah engkau punya
sekor kmbing yang belum dikawini, maka abdullah bin mas’ud mengatakan ; iya ada
kambing yang belum mengandung, maka kambing itupun dibawa kepada Nabi shallallahu
alaihi wa sallam , kemudian Rasulullah mengusap kantong susu dari kambing tersebut dan
berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. yang kemudian kantong susu itu penuh dengan
susu, kemudian Rasulullah memerah dan menaruh didalam bejana yang diberikan oleh Abu
Bakar As-siddiq lalu Rasulullah dan Abu Bakr meminum susu tersebut, dan setelah
meminum susu tersebut, Rasulullah mengatakan kepada kantong susu itu ; kembalilah seperti
sedia kala, sebagaimana sebelumnya, dimana kantong itu tidak berisi apa-apa, maka melihat
peristiwa itu abdullah bin mas’ud kemudian masuk islam. Sahabat Abdullah bin mas’ud
adalah sahabat yang paling mirip perilakunya dengan Rasulullah. sampai-sampai Hudzaifah
ibnu yaman pernah ditanya siapa sahabat yang paling mirip perilakunya dengan Rasulullah,
maka hudzaifah bin yaman mengatakan : saya tidak mengenal ada seorang yang mirip begitu
dekat sikap perilaku dengan Rasulullah selain Abdullah bin mas’ud, bahkan umar bin khattab
memuji abdullah bin mas’ud dengan mengatakan abdullah bin mas’ud adalah sebuah wadah
yang dipenuhi dengan ilmu, jadi Umar bin Khattab mengakui keilmuan Abdullah bin Mas’ud.
Abdullah bin Mas’ud termasuk sahabat yang dipersaksikan oleh Rasulullah sebagai salah satu
penghuni surga.
Abdullah bin Mas’ud meninggal dunia ditahun 32 Hijriah dikota madinah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kepada kami dan beliau
adalah orang yang jujur dan terpercaya: jadi pengantar abdullah bin Mas’ud sebelum
menyampaikan hadits ini sangat penting untuk kita cermati, hikmahnya adalah bahwa beliau
ingin menyampaikan bahwa Rasulullah telah menyampaikan kepada kami beliau adalah
seorang yang jujur lagi dapat dipercaya, adalah beliau ingin seakan-akan menyamapikan
kepada kita bahwa apapun yang beliau sampaikan maka itu pasti benar adanya.termasuk
hadits yang akan aku sampaikan ini, hadits yang menjelaskan suatu perkara yang ghaib.

Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya sebagian ulama mengatakan


bahwa yang dimaksud dikumpulkan penciptaanya adalah disatukannya sel mani dengan sel
telur dari ayah dan ibu kita.
diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari dalam bentuk nutfah
yaitu hasil pertemuan antara sel mani dan sel telur, kemudian berubah menjadi setetes
darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat
puluh hari.mudgah secara harfiyah bermakna kunyahan, yaitu sesuatu yang bisa
dikunyah,kata para ulama disebut mudghah karena ukuran segumapal daging sama dengan
segumpal daging yang bisa kita kunya dimulut kita. maka inilah proses awal kehadiran kita
dimuka bumi ini, kita dititipkan dirahim ibu kita. Kemudian diutus kepadanya seorang
malaikat lalu ditiupkan padanya ruh sebagian ulama berpandangan bahwa menggugurkan
kandungan atau janin sebelum 120 hari itu tidak termasuk perkara yang diharamkan dalam
islam karena sebelum fase itu ruh belum ditiupkan. tapi menggugurkan sesudah fase 120 hari
maka ini termasuk dosa besar.
dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya berapa
banyak jatah rezekinya ketika dia hidup didunia, ajalnya berapa lama kesempatan hidupnya
didunia, amalnya apakah termasuk ahli surga atau ahli neraka dan kecelakaan atau
kebahagiaannya. jadi keempat hal ini telah diperintahkan kepada Allah untuk dituliskan,
maka setiap kita mau tidak mau telah dituliskan bagian-bagian didunia ini, bagi orang
beriman meyakini hal ini sesuatu yang menenangkan hati, karena kita tidak perlu resah
dengan kehidupan dunia ini. kita hanya perlu resah dengan persiapan kita didunia ini .
kita tidak tahu apakah kita bahagia didunia ini, kita tidak tahu apakah kita sengsara didunia
ini, tapi yang pasti Allah sudah menberikan penjelasan berupa jalan-jalan untuk meraih
kebahagian didunia ini.
Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang
melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta
akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka
maka masuklah dia ke dalam neraka. hamba yang mengamalkan amalan ahli surga ini
tentu tidak tahu ending kehidupannya seperti apa, karena itu selain berusaha mengisi hidup
dengan amalan ahli surga, ada beberapa hal yang tidak boleh kita lupakan yang pertama
adalah memohon dan terus berdoa kepada Allah agar kita diberikan keistiqomahan. yang
kedua orang yang selalu berdoa seperti ini pada saatnya dia merasa khawatir dengan akhir
kehidupannya. efeknya dia akan menjadi seorang hamba yang tawadhu.
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara
dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia
melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.”

Anda mungkin juga menyukai