Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

STRETEGI PENGAMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA DESA SADE


KECAMATAN PUJUT LOMBOK TENGAH

Disusun Oleh :

NURUL HIKMAH

20101037

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA MATARAM

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Stretegi Pengambangan Kawasan Wisata Rumah Adat
Sasak Sade Desa Sade Kecamatan Pujut Lombok Tengah" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semesterMata Kuliah Manajemen Kawasan
Pariwisata. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pengembangan kawasan
wisata bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putu Ayu Pratiwi Duta Siwantari, M.Par
selaku dosen pengampu dan terimakasih juga kepada ibu Dra.Siluh Putu Damayanti, M.Par selaku
kordinator Mata Kuliah Manajemen Kawasan Pariwisata. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 05 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 4

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................................. 6

2.1 Landasan Teori ............................................................................................................. 6

BAB III METODOLOGO PENELITIAN ..................................................................... 9

3.1 Jenis penelitian ............................................................................................................. 9

3.2 Sumber Data ................................................................................................................. 9

3.3 Teknik pengumpulan data ............................................................................................ 10

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 11

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................................. 11

4.2 Pembahasan .................................................................................................................. 13

BAB V PENUTUP ............................................................................................................ 20

5.1 Simpulan ....................................................................................................................... 20

5.2 Saran ............................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata dipandang sebagai sektor penting dalam pengembangan ekonomi dunia. Jika sektor
pariwisata berkembang atau mundur maka akan banyak negara yang terpengaruh secara
ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang sifatnya sementara, Dilakukan secara
suka rela tanpa paksaan untuk menikmati objek dan atraksi wisata. Dalam perkembangan
pariwisata maka akan menjadi salah satu sumber pendapatan Negara. Pariwisata dijadikan fokus
koordinasi karena pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar setelah ekspor migas,
disamping juga mampu berperan penting dalam penyerapan kesempatan kerja dan pemberdayaan
usaha mikro dalam jumlah yang tinggi pada daerah-daerah tujuan wisata maupun daerah-daerah
lain penghasil produk daerah wisata.
Berdasarkan fenomena yang ada untuk ke depan, prospek pengembangan pariwisata diperkirakan
sangat cerah. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk menggalakkan pembangunan di
sektor pariwisata.
Pengembangan pariwisata akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan
ekonomi upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta akan berdampak
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat terutama masyarakat lokal. Pengembangan
kawasan wisata mampu membarikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah, membuka
peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus berfungsi menjaga kelestarian kekayaan
alam dan hayati.
Pengembangan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum menjadi relevan
jika pengembangan pariwisata itu sesuai dengan potensi daerah. Dengan demikian maka
pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa
pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara
ekonomi adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan,
1995).
Indonesia terkenal dengan potensi pariwisata yang beraneka ragam mulai dari wisata alam seperti
pegunungan, pantai, air tejun, dan wisata budaya yang masih kental dengan adat budaya dari
berbagai macam suku, budaya yang ada di daerah Indonesia.
Dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, Lombok merupakan salah satu pulau yang ada
provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), di pulau ini banyak sekali objek wisata yang sangat indah
dan memukau yang mampu menarikk wisatawan datang untuk berkunjung serta dapat dijadikan
sebagai ikon wisata khususnya bagi provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal tersebut dapat dilihat

1
pada ragam objek wisata yang ditawarkan oleh pulau ini diantaranya yaitu wisata alam,kuliner,
pantai, laut, gunung, alam, kesenian, budaya, tradisi, dan objek wisata lainnya.Lombok adalah
salah satu daerah yang terkenal dengan keaneka ragaman budaya yang dimiliki dan Lombok juga
terkenal karena kekentalan budaya yang masih melekat pada masyarakatnya.
Diantara keanekaragaman wisata yang ada di Pulau Lombok, potensi daerah wisata bagian
Lombok Tengah saat ini mulai berkembang. Salah satu objek wisata yang saat ini dikembangkan
dan didorong oleh Pemerintah Nusa Tenggara Barat yaitu desa tradisional suku Sasak, Dusun
Sade. Dusun Sade merupakan desa wisata tradisional yang sampai saat ini masih memegang erat
tradisi suku asli masyarakat Pulau Lombok yaitu tradisi suku Sasak, dusun ini terletak di Desa
Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Dusun Sade merupakan salah satu desa wisata andalan bagi pariwisata di Pulau Lombok,
khususnya wilayah Lombok Tengah. Tradisi lokal, pedesaan yang masih alami lengkap dengan
bangunan adat, serta warisan leluhur yang terus dijaga sampai saat ini, menjadikan keistimewaan
dan nilai lebih pariwisata bagi desa ini yang patut di pertahankan. Para wisatawan mulai
menyukai tempat wisata yang tidak hanya dilihat dari keindahan alamnya saja tetapi lebih kepada
kebudayaan. Oleh karena itu mulai berkembang jenis wisata yaitu desa wisata budaya. Di desa
wisata budaya ini menawarkan kegiatan wisata yang menekankan pada unsur kebudayaan yang
ada di suku sasak dan bentuk wisata aktif yang melibatkan wisatawan berhubungan langsung
dengan masyarakat Sade. Dengan menonjolkan ciri khas kelokalan budaya setempat diharapkan
desa wisata ini mampu bersaing dengan tempat wisata lainnya. Dalam Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Tahun 2013-2028 BAB III Pembangunan Destinasi Pariwisata Daerah
Bagian Kesatu pasal 13 (1) Perwilayahan Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) terdiri dari
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) meliputi Dusun Sade sebagai kawasan wisata
budaya. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah menunjuk
desa Sade sebagai desa Wisata Budaya sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Nusa Tenggara
Barat No. 2 tahun 1989 tentang penetapan 15 kawasan pariwisata Penetapan suatu desa dijadikan
sebagai desa wisata harus memiliki beberapa kriteria seperti : 1) Memiliki atraksi wisata, yaitu
semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. 2) Aksesbilitasnya baik,
sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. 3)
Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan, merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-
aturan yang khusus atau kearifan lokal pada komunitas sebuah desa. 4) Ketersediaan
infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase,
telepon dan sebagainya. 5) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan
yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. 6 Penetapan suatu

2
Desa di jadikan Desa Wisata Budaya. Dalam Peraturan daerah No.7 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah tahun (2011-2031) Kabupaten Lombok Tengah pada Bab V (Rencana Pola
Ruang Wilayah) mengenai cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terdapat di Kabupaten
Lombok Tengah. Dalam pasal 21 ayat (1) huruf d no.4 tentang rencana pengelolaan kawasan
cagar budaya Dusun tradisional Sade dan tradisional di Kecamatan Pujut. Dusun Sade dikenal
sebagai Dusun yang mempertahankan kebudayaan Suku Sasak. Semenjak tahun 1975 Dusun ini
sudah dikunjungi oleh para wisatawan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pemprov
NTB telah menetapkan Sade sebagai Desa Wisata Budaya pada tahun 1989. Peningkatan jumlah
wisatawan yang datang ke Sade mulai terjadi semenjak diresmikannya penggunaan Bandara
Internasional Lombok Praya pada bulan November tahun 2011. Hal ini disebabkan jarak tempuh
dari Bandara ke Desa Sade hanya 20– 30 menit perjalanan. Dusun seluas 5 Hektar ini, memiliki
150 rumah. Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah penduduk sekitar 700
orang yang kesemuanya adalah suku Sasak Lombok.
Keunikan dari Desa Wisata Sade, para penduduk di dusun Sade kebanyakan menjadi
pengerajin tenun ikat khususnya bagi perempuan sedangkan untuk laki-laki menjadi buruh tani,
walaupun ada sebagian masyarakat juga yang menjadi pengerajin pernak-pernik seperti gelang,
kalung, cincin dll. Uniknya lagi di Dusun sade ini Rumah adat Suku Sasak terbuat dari jerami
dan berdinding anyaman bambu (bedek) lantai dari tanah liat yang dicampuri kotoran kerbau dan
abu jerami, Seni dan Budaya yang ada di dusun Sade yakni Peresean merupakan kesenian untuk
mengadu ketangkasan bagi para lelaki yang dilakukan oleh 2 orang pemain (pepadu) dengan
menggunakan rotan sebagai alat pemukul dan perisai yang terbuat dari bahan kulit sebagai
tameng. Gendang Beleq merupakan seni hiburan yang lebih bersifat profan dengan menabuh
drum yang terbuat dari kulit hewan dan diiringi musik gamelan.
Masyarakat Dusun Wisata Sade saat ini dapat dikatakan mulai berkembang dengan
memanfaatkan pariwisata sebagai media pemberdayaan masyarakat, hal ini dibuktikan dengan
partisipasi masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di Dusun Sade dan mampu
memberikan pengaruh terhadap peningkatan perekonomian masyarakat yang bisa dibilang cukup
merata karena hampir setiap keluarga kini telah mulai berjualan tenun ikat dan pernak-pernik
hasil kerajinan tangan mereka sendiri yang dijual kepada para wisatawan yang berkunjung, Sade
menawarkan beragam wisata menarik antara lain wisata adat budaya, kesenian dan wisata
kerajinan tangan. Para wisatawan juga bisa langsung berintraksi dengan masyarakat di dusun
Sade.
Dalam pengembangan suatu desa wisata pasti ada saja hal yang menjadi hambatan dan
pendukung dalam proses pengembangan tersebut. Dan salam proses tersebut apa saja
pengembangan yang dilakukan. Dalam hal ini peniliti mengambil 2 permasalahan yang nantinya

3
akan dibahas yaitu : 1) bagaimana strategi pengembangan kawasan Desa Sade?, 2) apa saja
permasalahan yang dihadapi selama proses pengembangan kawasan wisata Desa Sade. Adanya
masalah tersebut membuat peneliti ingin mengetahui pengembangan Desa wisata, Sehingga
peneliti dalam penelitian mengangkat judul “Stretegi Pengambangan Kawasan Wisata
Budaya Desa Sade Kecamatan Pujut Lombok Tengah”

1.2 Rumusan Masalah


Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian maka dalam
penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pengembangan kawasan wisata budaya Desa Sade?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan wisata budaya Desa
Sade?
1.3 Tujuan
Dilakukannya suatu penelitian adalah untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui strategi pengembangan Wisata Budaya Desa Sade Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah.
2. Untuk mengetahui apa saja permasalahan yang di hadapi dalam pengembangan Desa
Wisata Budaya berbasis masyarakat di Dusun Sade Desa Rembitan Kabupaten Lombok
Tengah.
1.4 Manfaat
Manfaat Penelitian Setelah mengetahui rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah di
uraikan di atas, juga di harapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan ataupun bahan referensi dalam perumusan dan
pengembangan strategi Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Desa Sade Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah, dan dapat memberikan manfaat akademis untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan peneliti dalam bidang kepariwisataan.
1.4.2 Manfaat Praktisi
Bagi pemerintah, dengan adanya penelitian ini maka dapat memberi masukan serta dapat
dijadikan refrensi tentang strategi pengembangan kawasan wisata budaya dan juga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan, membuat dan melaksanakan
kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan wisata budaya. Serta pemerintah daerah juga
dapat mengetahui bagaimana strategi Pengembangan kawasan wisata budaya Desa Sade, dan
permasalahan yang dihadapi dalam Pengembangan desa wisata budaya, serta dapat dijadikan

4
sebagai bahan rekomendasi dalam perbaikan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten
Lombok tengah.
Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi mengenai Strategi Pengembangan
kawasan wisata budaya di Desa Sade, serta permasalahan yang dihadapi dalam
Pengembangan kawasan wisata budaya di Desa Sade.

5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Landasan Teori
Oka A. Yoeti (1990:109) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi,
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Pariwisata berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan
politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumberdaya
ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong
oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah, negara , dan
benua, khususnya dalam hal pariwisata (Damanik & Weber , 2006 : 1).
Menurut Swarbrooke (1996 : 99) pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian
upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata
mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.
Menurut Kanom dalam penelitiannya (2015), strategi pengembangan wisata adalah suatu
kesatuan rencana yang sifatnya komprehensif dan terpadu dari unsur pemerintah, swasta,
masyarakat, dan akademisi untuk mengkaju kendala, kondisi lingkungan internal dan
eksternal obyek wisata sehingga dapat menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan serta
berdaya saing tinggi.
Adapun menurut Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa
aspek yaitu:
1. Wisatawan (Tourist)
Harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana merekadatang, usia, hobi,
dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.
2. Transportasi
Harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia untuk membawa
wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.
3. Atraksi/obyek wisata
Atraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi tiga syarat yaitu: a) Apa
yang dapat dilihat (something to see), b) Apa yang dapat dilakukan (something to do), c)
Apa yang dapat dibeli (something to buy).
4. Fasilitas pelayanan

6
Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi perhotelan yang
ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/money changers, kantor pos, telepon/teleks
yang ada di DTW tersebut.
5. Informasi dan promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/ brosur
disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat
mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang
paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya.

Perumusan strategi pengembangan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik


analisis SWOT dimana menurut Rangkuti (2009:18) menjelaskan bahwa analisis SWOT
adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weakness) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan dengan cara ini dilakukan
dengan cara membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) guna menetapkan formulasi strategi (perencanaan strategi)
dalam upaya penyusunan strategi jangka panjang.
Dalam analisis SWOT ini, dilakukan analisis terhadap dua faktor lingkungan yang
berupa :
1. Lingkungan internal merupakan suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu keadaan, suatu
peristiwa yang saling berhubungan dimana organisasi/perusahaan mempunyai
kemampuan untuk mengendalikannya. Faktor tersebut dari terdiri sumber daya manusia
yang meliputi karyawan, pelatihan, pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan, upaya promosi dan operasional, serta sumber daya organisasi yang meliputi
operasional, keuangan, atraksi wisata, fasilitas wisata.
2. Lingkungan eksternal merupakan suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu keadaan, suatu
peristiwa yang saling berhubungan dimana organisasi/perusahaan tidak mempunyai
kemampuan atau sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhinya.
Menurut Fred. R. David (2002) Faktor eksternal yang berasal dari lingkungan luar objek
wisata adalah faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi dan lingkungan, politik,
pemerintah dan hukum, teknologi, serta dari segi kompetitifnya.

7
Menurut Rangkuti (2009:21) proses penyusunan perencanaan strategi dalam analisis
SWOT melalui 3 tahap analisis yaitu :
1. Tahap Pengumpulan
Data Tahap ini adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang terkait dengan
faktor internal dan faktor eksternal obyek wisata. Faktor internal tersebut berupa
pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia. Dan faktor eksternal adalah
ekonomi, politik, sosial budaya. Dalam tahap ini model yang dipakai adalah
menggunakan Matrik Faktor Strategi Internal dan Matrik Faktor Strategi Eksternal.
2. Tahap Analisis
Nilai-nilai dari faktor internal dan faktor eksternal yang telah didapat dari hasil Matrik
Faktor Strategi Internal dan Matrik Faktor Strategi Eksternal dijabarkan dalam bentuk
diagram SWOT dengan mengurangkan nilai kekuatan (Strength) dengan nilai kelemahan
(Weakness), dan nilai peluang (Opportunity) dengan nilai ancaman (Threat). Semua
informasi disusun dalam bentuk matrik, kemudian dianalisis untuk memperoleh strategi
yang cocok dalam mengoptimalkan upaya untuk mencapai kinerja yang efektif, efisien
dan berkelanjutan. Dalam tahap ini digunakan matrik SWOT, agar dapat dianalisis dari 4
alternatif strategi yang ada mana yang dimungkinkan bagi organisasi untuk bergerak
maju. Apakah strategi Stengths-Oportunities (SO), strategi Weaknesses-Opportunities
(WO), strategi Strengths-Threats (ST) atau strategi Weaknesses-Threats (WT).
3. Tahap Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini dilakukan kajian ulang terhadap empat strategi yang telah dirumuskan
dalam tahap analisis. Setelah itu diambilah keputusan dalam menentukan strategi yang
paling menguntungkan, efektif dan efisien bagi organisasi berdasarkan Matriks SWOT
dan pada akhirnya dapat disusun suatu rencana strategis yang akan dijadikan pegangan
dalam melakukan kegiatan selanjutnya.

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan
untuk melukiskan fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara aktual dan
cermat (Iqbal, 2002; 15).

Penelitian tentang strategi pengembangan kawasan Wisata Budaya di Desa Sade Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah dengan menggunakan penelitian deskriptif dan metode kualitatif. Dalam
penelitian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai upaya pengembangan desa wisata budaya di
dusun Sade. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan
situasi, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala
sesuatu yang terjadi pada kegiatan atau situasi tertentu. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
peneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.16 Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang di selidiki. Penelitian deskriptif mempelajari masalah dalam
masyarakat, termasuk didalam tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
antara lain tentang hubungan, kegiatan –kegiatan, sikap-sikap, serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

3.2 Sumber Data


a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sebagai hasil pengumpulan sendiri, untuk kemudian
disiarkan langsung. Data tersebut dapat berupa data (catatan) penelitian dari hasil observasi
dan data hasil wawancara dengan subyek penelitian. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dari observasi dan wawancara secara langsung dengan informan di lingkungan
Desa Rembitan serta catatan lapang peneliti selama penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, data atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip, baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data Sekunder
merupakan data pendukung dari data primer, yang dapat berupa buku-buku, arsip, internet,
dan laporanlaporan program Dusun Sade.

9
3.3 Teknik pengumpulan data

a. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi dapat diartikan sebagai pengamatan, meliputi pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi dalam
penelitian ini observasi langsung dilakukan kawasan wisata Desa Sade. Hal ini dimaksudkan
untuk memberi gambaran secara langsung kepada peneliti apa saja yang akan di observasi
tentang perihal yang akan diteliti sehingga peneliti mengetahui secara mendalam tentang
strategi pengembangan kawasan wisata budaya Desa Sade Kecamatan Pujut Kabupaten
Lombok Tengah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang tertulis, metode dokumentasi
berarti cara pengumpulan data dengan mencatat datadata dan arsip-arsip yang sudah ada.
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperkuat bukti data dan arsip yang diperoleh
dilapangan dan mendapat gambaran dari sudut pandang subyek melalui suatu media tertulis
dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh yang bersangkutan.
c. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara pengumpulan data dengan sebuah dialog yang dilakukan
oleh peneliti langsung kepada informan atau pihak yang berkompeten dalam suatu
permasalahan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada
kepala Desa Rembitan tentang strategi pengembangan kawasan wisata budaya Desa Sade,
Kepala Dusun Sade, pengelola tempat pariwisata, Pokdarwis dan beberapa masyarakat yang
terdapat dalam Dusun Sade. Penelitian ditujukan untuk memperoleh data yang diinginkan
terkait dengan penelitian ini.

10
BAB IV

PEMBAHASA

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Desa Sade

Sumber Google Internet

Desa Sade adalah salah satu desa wisata yang ada di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
(NTB), merupakan salah satu desa adat yang patut dikunjungi. Sejak 1975, banyak wisatawan
berkunjung ke Desa Sade. Jumlah kunjungan wisatawan pun semakin meningkat. Apalagi sejak
peresmian Bandara Internasional Lombok Praya pada 2011. Masyarakat Desa Sade masih
melestarikan keunikan adat Suku Sasak, seperti bentuk bangunan, tradisi kawin culik, dan masih
banyak lagi.
Dengan keberagaman budaya dan keunikan itu, Desa Sade menjadi destinasi yang menarik. Selain
untuk menikmati keindahan kearifan lokal yang ada di desa sade, wisatawan juga banyak belajar
tentang budaya yang ada di desa sade, jenis;jenis tenun dan sejarah tentang deas sade.

Lokasi Desa Sade yang cukup strategis menjadikannya objek wisata yang mudah diakses.
Tepatnya di Jalan Raya Praya-Kita, Desa Rembitan, Pujut, atau 43 kilometer dari Kota Mataram.
Perjalanan ke Desa Sade memakan waktu lebih kurang satu jam jika mengendarai kendaraan roda
empat. Desa Sade memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri di atasnya. Setiap rumah
terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang.

Dusun Sade merupakan bagian integral dari Desa Rembitan, yang merupakan salah satu dari
sembilan komunitas Suku Sasak yang secara administrasi terbagi menjadi dua puluh satu dusun.

11
Pada dasarnya Dusun Sade, tidak memiliki batasan wilayah yang cukup jelas dan biasanya batasan
dusun hanya dikelilingi oleh bentang alam atau lahan pertanian. Secara fisik batas wilayah dusun
ditentukan oleh keberadaan dari bangunan masyarakat yang ikut mengambil bagian dari kelompok.

Desa Sade dipimpin seorang kepala dusun yang dipilih berdasarkan musyawarah. Penduduk di sana
menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Pelafalan aksara yang digunakan hampir
sama dengan bahasa Jawa. Yakni Ha Na Ca Ra ka yang diucapkan menjadi He Ne Ce Re Ke.

Mata pencaharian orang Sade mayoritas memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya, jadi
petani, peternak, penenun, pemandu wisata, dan penjual aksesori. Para pria mayoritas bekerja sebagai
petani di ladang. Sementara, para perempuan mayoritas bekerja sebagai penenun.
Masyarakat Dusun Sade sendiri jika ingin dikatakan sebagai bagian dari masyarakat adat Dusun
Sade, setiap anggota masyarakat harus mengadopsi nilai-nilai yang telah ada, dikenal dengan Awiq-
awiq masyarakat adat Suku Sasak Dusun Sade. Berdasarkan penuturan kepala dusun, wilayah Dusun
Sade berbatasan dengan Dusun Kapuh, Dusun Kukun, Dusun Selak, Dusun Peluk, Dusun Bontor,
Dusun Penyalu, Dusun Lentak dan Dusun Tanti, dengan jarak dari masing-masing dusun cukup jauh.
Namun secara lebih jelasnya, batas wialayah Dusun Sade hanya dibatasi oleh tembok yang
mengelilingi, dan pada bagian pinggir atau bawah dusun terdapat kandang sapi serta sumur yang
dikelilingi oleh lahan persawahan dan perbukitan.“Sade induk di batasi oleh tembok, tetapi tidak ada
pembatasan yang jelas hanya saja sebutan tempat untuk domisili saja tapi terkait dengan batasan
batasan yang jelas tidak ada.” (Kepala Dusun Sade).

Lokasi Dusun Sadecukup mudah untuk ditempuh tanpa harus memerlukan waktu yang lama,
sehingga memudahkan bagi masyarakat dan wisatawan untuk berkunjung ke Dusun Sade. Berikut ini
merupakan jarak antara Dusun Sade dengan lokasi-lokasi penting lainnya:

a. Jarak dengan Ibu kota kabupaten : 18 km


b. Jarak dengan kawasan wisata Pantai Kuta : 15 km
c. Jarak dengan Bandara Internasional Lombok (BIL) : 10 km

Daya dukung lokasi Dusun Sade yang strategis, dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
melakukan kegiatan pariwisata. Ini dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat adat Suku Sasak Dusun Sade, jika melihat dari kondisi geografis yang cukup kering,
kegiatan ekowisata dapat menjadi kekuatan ekonomi baru. Ditambah lagi dengan keberadaan
Bandara Internasional Lombok, yang dimana akan memunculkan hotel-hotel atau penginapan
sebagai tempat peristrirahatan bagi para wisatawan. Adanya aktivitas pariwisata kemudian
memunculkan hubungan antara pemerintah daerah dan kepala dusun untuk membangun Dusun Sade
12
sebagai lokasi pariwisata unggulan dengan memberdayakan masyarakat adat Suku Sasak Dusun Sade
sebagai pengelola parwisata di lingkungan tinggal yang bertransformasi menjadi lokasi aktivitas
pariwisata.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengembangan Potensi Pada Desa Wisata Budaya Sade

Kegiatan pengembangan potensi dikembangkan berdasarkan prinsip pariwisata berbasis


masyarakat. Secara ideal prinsip pengembangan berfokus pada pembangunan pariwisata “dari
masyarakat oleh masyarakat dan untuk 17 Ibid, hlm 32 masyarakat”. Membicarakan tentang potensi
ada beberapa potensi seni dan budaya yang menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Dusun Sade
antara lain:

a. Rumah Adat Sade


Rumah adat sade merupakan rumah adat yang sudah ada sejak zaman nenek moyang suku
adat sasak di dusun Sade. Rumah adat dusun Sade memiliki karakteristik ciri khas
arsitektur suku sasak. Masyarakat Sade hingga saat ini masih melestarikan rumah adat
dengan cara menjaga dan merawat rumah adat. Dapat dijelaskan dari hasil penelitian
bahwa rumah adat Sade ialah salah satu yang menjadi potensi daya tarik wisatawan
datang ke Sade karena arsitektur bangunan yang khas dan ada nilai-nilai budaya dari
rumah adat Sade, pembangunan rumah adat Sasak mempunyai nilai-nilai kearifan lokal.
ada 3 jenis rumah yang ada di Dusun Sade yaitu bale tani, bale jajar, bale bonter dan ada
juga 2 jenis berugaq yakni berugaq sekepet dan sekenem dimana bale dan berugaq ini di
bedakan berdasarkan fungsinya. Luas wilayah Sade 5 hektar dan ada 150 rumah, untuk
berugaq sekepet dan sekenem ada 47, Untuk jumlah penduduk dusun Sade ada 700 orang.
Rumah adat yang ada di Sade bisa juga di jadikan juga sebagai homestay atau penginapan
untuk para wisatawan yang ingin menginap agar lebih mengetahui bagaimana suasana
kehidupan masyarakat Sade. Hal ini membuktikan bahwa dijadikannya dusun Sade
sebagai desa wisata budaya tidak berpengaruh pada kearifan lokal yang ada pada rumah
adat Sade. Masih dilaksanaknnya upacara adat yang dilakukan dari dulu hingga sekarang
membuktikan masyarakat Sade masih mempertahankan kearifan lokal rumah adat Sade
sampai saat ini. Adapun peran masyarakat dalam menjaga dan mengembangkan rumah
adat yang ada di Dusun Sade dengan cara gotong-royong dalam merenovasi rumah adat
yang akan di perbaiki karena setiap tahun pasti ada rumah warga yang di perbaiki secara
gotong-royong guna menjaga dan melestarikan rumah adat yang ada di Sade sebagai
salah satu peninggalan nenek moyang mereka.

13
b. Tenun Ikat
Tenun ikat merupakan kerajinan khas dusun Sade sebagai potensi yang menjadi daya
tarik wisata Sade. Masyarakat dusun Sade mulai membuat kain tenun tradisional sejak
tahun 1907. Kerajinan tenun ikat di dusun Sade memiliki khas yang berbeda dengan
tempat lain baik dari jenis alat tenun yang masih tradisional, benang, pewarnaanya dan
jenis tenunan. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa tenun ikat dilakukan oleh
perempuan yang sudah menikah maupun yang masih gadis dari dulu sampai sekarang.
Ada beberapa ciri khas hasil tenun ikat masyarakat Sade yang memiliki makna yang
berkaitan dengan sebuah adat serta bernilai pada kehidupan masyarakat dusun Sade,
diantaranya kain selot, kembang komak, tapok kemalo, ragi genap, batang empat, kain
bereng. di dusun Sade ada 55 jumlah pengerjain tenun terdiri dari 45 orang pengerjain
berusia 15-50 tahun, dan pengerajin lanjut usia ada 10 orang, dimana pengerajin tenun di
dusun Sade memiliki kelompok pengolahan tenun yang bertujuan untuk mengembangkan
dan melestarikan tenun ikat kepada masyarakat Sade. peran masyarakat Sade dalam tenun
ikat mempunyai 2 tujuan yaitu mempertahankan karya seni tenun ikat dan meningkatkan
perekonomian masyarakat Sade lewat tenun ikat, jadi dari 55 pengerajin yang sudah bisa
menenun dengan adanya kelompok tenun ikat mereka mengajari ibu-ibu dan gadis-gadis
yang belum bisa menenun untuk sama-sama belajar demi mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan tenun ikat dan jika mereka sudah bisa mereka akan menjual
hasil karya tenun ikat kepada wisatawan yang datang ke Sade karena di dusun Sade
banyak masyarakat yang menjual hasil tenun mereka di depan rumah, secara otomatis
akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
c. Seni Ukir
Seni ukir merupakan salah satu aktifitas masyarakat Sade zaman dulu ketika musim
kering disawah tiba dan dilakukan hingga sekarang, Motif ukiran mengandung nilai-nilai
magis yang dipercaya masyarakat Sade. Pada awalnya ukiran-ukiran digunakan untuk
upacara-upacara tertentu dan sebagai bagian dari aksesoris peralatan seni tradisional. Dari
hasil penelitian dijelaskan bahwa seni ukir pada awalnya ukiran-ukiran digunakan untuk
upacara adat dan sebagai bagian dari aksesoris peralatan seni tradisional. akan tetapi
dengan berjalannya waktu banyaknya wisatawan yang menyukai seni ukir akhirnya seni
ukir di jual oleh masyarakat sebagai cindramata. Yang membuat seni ukir dan pernak-
pernik kebanyakan dari anak-anak dan pemuda dusun Sade. Ada beberapa jenis seni ukir
dan pernak-pernik yang dijual, sepeti kalung, gelang, anting, mainan kunci dan jenis-jenis
mainan anak-anak lainya yang terbuat dari ukiran kayu, bebatuan dan tulang yang diambil
dari hewan. Disisi lain masyarakat yang mempertahankan dan mengembangkan budaya

14
seni ukir ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Sade dengan cara menjual
hasil karya seni ukir kepada wisatawan yang datang ke dusun Sade. Untuk pengembangan
seni ukir di Sade, masyarakat bisa membuat seni ukir atau pernak-pernik karena diajarkan
oleh orang tuanya dari kecil atau belajar sendiri karena sering melihat pembuatannya.
d. Kesenian Peresean
Pada zaman dulu kesenian Peresean ini dilakukan untuk memilih perajurit kerajaan yang
tangguh dan berani dalam bertarung. Peresean merupakan kesenian tradisional
masyarakat Suku Sasak untuk adu ketangkasan dan keberanian dalam bertarung yang di
lakukan oleh 2 orang pemain (pepadu) dan ada juga wasit yang disebut pekembar untuk
mengawasi jalannya pertandingan. Dalam kesenian peresean ini pemain menggunakan
rotan sebagai alat pemukul dan perisai yang terbuat dari kulit kerbau atau sapi sebagai
tameng (ende), dan pemain tidak memakai baju, hanya menggunakan capuk (pengikat
kepala), dan memakai bebet (sarung yang terbuat dari tenun). Dari hasil penelitian
dijelaskan bahwa kesenian tradisional Peresean sudah ada sejak dulu dan masih ada
hingga sekarang di kalangan masyarakat Suku Sasak terutama di dusun Sade. Untuk
pemain Peresean tidak ada pemain tetap atau pemain khusus, jadi masyarakat Sade atau
para wisatawan bisa mencoba untuk mengetes keberanian dalam bertarung, dan dalam
pertarungan diiringi dengan gamelan khas lombok. walaupun terdapat unsur kekerasan
namun kesenian ini memiliki pesan damai di dalamnya agar para lelaki memiliki jiwa
pemberani, rendah hati dan tidak pendendam. kesenian Peresean masih dipertahankan dan
dilestarikan oleh masyarakat Sade sebagai upaya menjaga peninggalan budaya kesenian
dari nenek moyang mereka yang dulu dan memperkenalkan kesenian Peresean kepada
para wisatawan yang berkunjung di Dusun Sade sebagai salah satu daya tarik dusun
wisata budaya Sade.
e. Kesenian Gendang Beleq
Kesenian Gendang Beleq merupakan seni hiburan dengan menabuh drum besar yang
terbuat dari kulit hewan. Kesenian ini dulu di mainkan oleh 20 orang, 2 orang memainkan
Gendang Beleq sedangkan 18 orang memainkan berbagai alat gamelan. Kesenian
Gendang Beleq sudah menjadi tradisi di Suku Sasak sejak lama dan merupakan kesenian
peninggalan Kerajaan Selaparang Lombok untuk membangkitkan semangat para perajurit
sebelum perang. Disebut Gendang Beleq, karena menggunakan Gendang berukuran besar
yang dalam bahasa sasak disebut Beleq. Dari hasil penelitian dijelaskan bahwa Kesenian
Gendang Beleq merupakan seni hiburan dengan menabuh drum besar yang terbuat dari
kulit hewan dan berbagai alat gamelan. Seiring berjalannya waktu kegunaan kesenian
Gendang Beleq yang dulu dengan sekarang sudah beda, akan tetapi sampai saat ini tradisi

15
kesenian Gendang Beleq masih selalu di pertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat
Sasak terutama di dusun Sade. Kesenian Gendang Beleq di Sade dimainkan untuk
menyambut para wisatawan yang berkunjung ke Sade sekaligus untuk memperkenalkan
kesenian Gendang Beleq kepada wisatawan luar daerah dan wisatawan asing. Dusun Sade
sendiri memiliki alat Kesenian Gendang Beleq, yang di mainkan langsung oleh
masyarakat Sade yang sudah di bina oleh pengelola wisata untuk menyambut para
wisatawan, ada 25 orang anak muda dan orang tua yang sudah bisa memainkan Kesenian
Gendang Beleq, Mereka secara bergiliran memainkannya untuk menyambut wisatawan
setiap hari. Jumlah yang memainkan alat kesenian Gendang Beleq di Sade ada 10 orang
terdiri dari 2 orang yang memainkan Gendang Beleq dan 8 orang yang memainkan
gamelan.

4.2.2 Strategi pengembangan Kawasan Wisata Budaya Desa Sade

Strategi yang tepat dalam mengembangkan desa wisata di Indonesia adalah melalui konsep
Bhinneka Tunggal Ika yang mencerminkan keberagaman kebudayaan, tradisi, keindahan
alam, kerajinan dan lain yang menjadi identitas kemudian menjadi satu konsentrasi
destinasi wisata tanpa adanya persaingan dalam merebut wisatawan. Dalam mengembangkan
desa wisata, pemerintah bersama masyarakat sudah semestinya mengembangkan konsep
Bhinneka Tunggal Ika. Yaitu, prinsip perbedaan yang ada di desa namun tetap mencerminkan
jati diri bangsa. Beragam kebudayaan, tradisi, keindahan alam, kerajinan dan lain yang
menjadi identitas suatu pulau merupakan sebagian kecil kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Itulah yang kemudian menjadi satu konsentrasi dan landasan untuk mengembangkan desa
menjadi destinasi wisata tanpa adanya persaingan dalam merebut wisatawan.

Jika dilihat dari potensi yang dimiliki dan backgroundnya sebagai desa wisata budaya maka
hal yang perlu dilakukan adalah apa yang bisa mempertahankan nilai-nilai kebudayaan dan
keunikan yanga ada tempat wisata tersebut. Beberapa strategi pengembangan kawasan desa
wisata buday desa sade adalah sebagai berikut :

a. Mempertahankan nilai budaya yang dimiliki


Nilai budaya di suatu desa bisa menjadi ciri khas desa tersebut, maka dari itu
mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada di kawasan Desa Sade adalah salah satu
cara atau strategi untuk mengambangkan wisata yang ada di desa tersebut. Hal-hal
yang mendukung dalam mempertahankan nilai budaya itu adalah dengan terus
mempelajari adat istiadat, tradisi dan tidak membiarkannya hilang begitu saja terbawa
arus waktu yang semakin moderen.
16
b. Menjadikan sejarah desa sebagai nilai daya tarik
Banyak wisatawan yang ketika berkunjung menuju suatu daerah wisata mereka tidak
hanya sekedar menikmati indahnya pemandangan dan pelayanan dari pengelola
wisata. Namun banyak wisatawan yang tertarik dengan history atau sejarah yang
dimilki daearah wisata tersebut. Itu yang membuat mereka datang berkunjung ke
tempat tersebut. Maka dari itu Wisata Budaya Desa sade harus mampu
mempertahankan sejarah yang dimilki dan mengemasnya menjadi suatu daya tarik
tersendiri bagi wisatawan agar datang bekunjung.
c. Peningkaan kualitas sumber daya manusia (SDM) Masyarakat dan Pengelola
Dalam strategi pengembangan kawasan wisata hal yang tidak boleh luput dari
perhatian pemerinth adalah SDM nya. Karena masyarakat dan pengelola adalah usur
penting dalam pengembangan kawasan wisat dan berperan sangat penting dalam
pengembangan desa wisata. Oleh sebab itu peningkatan kualitas SDM sangat penting
untuk dilakukan. Dalam peningkatan kualitas SDM ini dapat dilakukan dengan
penyuluhan, sosialisasi, evaluasi terhadap kinerja yang sudah dilakukan agar
mengetahui hal yang harus dibenahi.
d. Perbaikan fasilitas infrastruktur
Kawasan wisata budaya Desa Sade dihiasi dengan rumah-rumah adat yang begitu
unik dan karya-karya kain tenun dari ibu-ibu yang juga menjadi salah satu daya tarik
Wisata Desa Sade. Selain dari karya diatas hal yang mendukung wisatawan tetap
datang berkunjung adalah adanya fasilitas yang mendukung dan memadai. Dengan
melihat banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Wisata Budaya Desa Sade maka
pengelola setempat harus tetap memperhatikan fasilitas-fasilit yang ada. Perbaikan
fasilitas harus terus dilakukan dengan tujuan agar para wisatawan yang datang
berkunjung merasa nyaman dengan fasilitas yang memadai saat wisatawan
berkunjung ke Desa Sade.
4.2.3 Permasalahan Dalam Pengembangan Desa Wisata Budaya Sade
a. Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Masyarakat Dusun Sade Tingkat kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang
penting dalam mengembangkan suatu desa wisata. Sumber daya manusia masyarakat
pedesaan yang cenderung rendah dapat menjadi suatu hambatan dalam mengembangkan
desa wisata yang dalam hal ini adalah desa wisata budaya Dusun Sade. Dari hasil
penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting sebagai penggerak, pemikir dan perencana untuk pengembangan desa wisata
budaya dusun Sade. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat dusun Sade

17
yang masih tergolong rendah. Rendahnya tingkat kualitas Sumber Daya Manusia yang
dimiliki secara tidak langsung berdampak pada kegiatan pengembangan yang
dilaksanakan. Karena dengan rendahnya tingkat SDM yang dimiliki oleh masyarakat
maka masyarakat juga akan lambat dalam menerima dan memproses kegiatan pelatihan
dan pembinaan yang diberikan terkait dengan pengembangan desa wisata budaya dusun
Sade.
b. Keterbatasan Lahan Dalam Proses Pengembangan
Permasalahan yang juga dihadapi dalam pengembangan desa wisata budaya dusun Sade
adalah keterbatasan lahan untuk mengembangkan desa wisata budaya ini. Pemanfaatan
lahan yang dilakukan dengan baik secara tidak langsung akan meningkatkan dan dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung pada objek destinasi wisata yang dalam hal ini
adalah desa wisata budaya dusun Sade. Dapat dikatakan bahwa lahan merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh pada pengembangan wisata. Dari hasil penelitian dijelaskan
bahwa usaha penambahan potensi yang ada dihadapkan dengan masalah keterbatasan
lahan yang dimiliki oleh desa wisata budaya dusun Sade. Pengelola juga dihadapkan
dengan susahnya memberi pengertian ke masyarakat sekitar wisata budaya Sade untuk
menambah lahan dalam rangka mengembangangkan desa wisata budaya dusun Sade.
Secara tidak langsung hal ini berpengaruh pada proses pengembangan yang dilaksanakan.
Karena jika lahan yang dimiliki dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk menambah
potensi yang ada maka hal tersebut akan meningkatkan dan semakin menarik wisatawan
untuk berkunjung ke desa wisata budaya dusun sade yang secara tidak langsung juga akan
meningkatkan pendapatan yang diperoleh bagi masyarakat Sade dan sekitarnya dari
peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata budaya dusun Sade.
c. Kurangnya Dukungan Dan Peran Dari Pemerintah
Daerah Dukungan dan peran dari pemerintah masih belum maksimal dalam
pengembangan desa wisata budaya Sade mulai dari pemerintah Desa dan Dinas
Kebudyaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah. Kurang maksimalnya dukungan
mulai dari pemerintah Desa Rembitan. Hal ini ditandai dengan hingga saat ini pemerintah
Desa Rembitan belum memberikan bantuan yang berupa materi atau dana untuk
pengembangan desa wisata budaya Sade. Dan kurangnya dukungan dari dinas yang terkait
dengan pariwisata yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah
dulu sangat mendukung dalam pengembangan desa wisata budaya Sade. Akan tetapi
dengan berjalannya waktu, dukungan yang di berikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Lombok Tengah semakin berkurang. Hal ini di tandai dengan berkurangnya
kegiatan pembinaan, penyuluhan, pendampingan dan pelatihan yang di berikan oleh Dinas

18
Kebudayaan dan Pariwisata. Alasan Dinas Pariwisata mengurangi dukungannya terhadap
pengembangan desa wisata budaya Sade adalah menganggap bahwa Dusun Sade sudah
bisa mandiri. Menurut pengelola desa wisata budaya Sade, menurunnya peran pemerintah
Desa dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Tengah dapat menjadi kendala dalam
pengembangan desa wisata budaya Sade. Pengelola juga menyebutkan bahwa desa wisata
budaya Sade masih membutuhkan dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Lombok Tengah untuk menunjang dalam usaha pengembangan yang di
lakukan.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kawasan wisata budaya Desa Sade merupakan kawasan yang memiliki cukup banyak
potensi yang mendukung dalam proses pengembangannya. Keunikan yang dimilki Desa
Sade mampu menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung. Hal ini menjadi hal yang
perlu diperhatikan agar kedatangan wisatawan tidak hanya untuk berkunjung lalu pulang.
Namun berikan pelayan sebagai kesan yang mampu memuaskan dan membuat wisatawan
datang kembali. Oleh karena itu strategi pengembangan kawasan wisata ini harus
dimaksimalkan untuk bisa mencapai tujuan itu.
Strategi pengembangan pariwisata adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
potensi pariwisata yang ada di suatu kawasan, cara yang dilakukan dapat berupa
melakukan perbaikan terhadap infrastruktur yang ada baik itu secara fisik maupun
nonfisik. Beberapa strategi pengembagan kawasan wisata yang dilakuka di kawasa wisata
budaya Desa Sade yang bertujuan untuk memdukung berkembangnnya kawasan wisata
tersebut adalah : mempertahankan nilai budaya yang dimiliki, menjadikan sejarah desa
sebagai nilai daya tarik, peningkaan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat
dan pengelola, dan perbaikan fasilitas infrastruktur. Strategi-strategi yang dilakukan
diharapkan dapat membawa perkembangan yang cukup memuaskan dan dapat menarik
lebih banyak wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Sade.
Namun dalam proses pengembangan kawasan wisata budaya Desa Sade tidak luput
dari permasalahan-permasalahan dan hambatan yang cukup rumit. Bebrapa
permasalahannya itu adalah ; rendahnya sumber daya manusia (SDM), keterbatasan
lahan dalam proses pengembangan, kurangnya dukungan dan peran dari pemerintah.
5.2 Saran
Dalam strategi pengembangan suatu kawasan wisata perlu adanya dukungan dari
pemerintah, masyarakat dan kesadaran dari pengelola karena dengan itu pengembangan
dapat berjalan dan hal itu juga akan berdampak pada keberlanjutan desa wisata. Untuk
pemerintah agar lebih memperhatikan lagi setiap kawasan wiata yang butuh dukungan
dalam perkembangannya karena dukungan pemerintah adalah yang utama dalam
pengembangan kawasan wisata. Untuk masyarakat dan pengelola diharapkan agar mampu
bekerja sama dalam segala kegiatan yang mencakup perkrmbangan kawasan wisata Desa
Sade karena dukungan dan kerja sama antara masyarakat dan pengelola sangat penting.
Masyarakat dan pengelola adalah aspek penting dalam pengembangan suatu daerah
wisata. Hal ini dapat dilihat ketika kerja sama antara keduanya dilakukan dengan baik

20
maka keberlanjutan desa wisata dapat terjamin. Fasilitas yag ada di kawasan desa sade
harus terus diperbaiki apabila adanya kerusakan karena fasilitas adalah penujang dalam
suatu kawasan wisata. Selain itu fasilitas yang memadai dapat memberikan rasa nyaman
dan aman kepada wisatawan yang datang berkunjung. Fasilitas yang memadai juga
merupakan salah satu pertimbangan wisatawan dalam mengambil keputusan untuk pergi
berkunjung ke suatu destinasi wisata.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gumelar S. Sastrayuda, 2010, Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata, Jurnal


Harbangan,2012 Manajemen Suatu Pengantar

Akbar. Moh Ardhi, 2018, Pengembangan Desa Wisata Budaya Berbasis Masyarakat Di Dusun Sade
Desa Rembitan Kabupaten Lombok Tengah

Compas.com, 2023, januari, Mengenal Desa Sade, Desa adat suku sasak

MUKHSIN, ST., MT. DADAN, jurnal perencanaan wilayah dan kota, Strategi Pengembangan
Kawasan Pariwisata Gunung Galunggung

22

Anda mungkin juga menyukai