Anda di halaman 1dari 16

Tugas Ekonomi Regional

Makalah Teori Basis Ekonomi

Kelompok 3

Nama Anggota Kelompok:

Andri Fajarudin
Desi Lestari
Rista Usti
Zurizal

PROGRAM STUDI EKONOMI BISNIS ISLAM


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YAYASAN PEMBANGUNAN KALIANDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang atas rahmat-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Economic

Base (Basis Ekonomi)”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang

diberikan dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi di Universitas Setia Budi

Surakarta.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik

pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki.

Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi

penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah

ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada

kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kalianda, 3 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2

1.4. Manfaat .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1. Definisi Teori Basis Ekonomi ............................................................................ 3

2.2. Hal-hal yang Dipelajari dalam Teori Basis Ekonomi ........................................ 4

2.3. Contoh Nyata dalam Pemerintah Mengaplikasikannya ..................................... 6

2.4. Model Basis Ekonomi Menurut Tiebout……………………………………......8

2.5. Evaluasi Atas Tingkat Kebasisan Suatu Produk……………………………......11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemberlakuan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang disempurnakan

dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-

Undang No. 25 Tahun 1999 yang disempurnakan dengan Undang-Undang No. 33

tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara, Pemerintah Pusat dan Daerah

memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Pemerintah Daerah dalam

mengembangkan daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah diberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya untuk menggali dan mengusahakan semua

potensi sektor ekonomi yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerah.

Kesempatan untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi di daerah sangat

dipengaruhi oleh kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, serta faktor-

faktor lainnya yang berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi seperti sarana dan

prasarana. Dalam pelaksanaanna tenntunya diperlukan perencanaan yang matang

yang didukung oleh data-data statistik yang akurat, up to date, dan spesifik, sebagai

ukuran dan landasan yang tepat untuk mencapai sasaran.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa itu teori basis ekonomi (Economic Base Theory)?

b. Apa saja yang dipelajari dalam teori basis ekonomi?

c. Apa saja contoh dalam pemerintah mengaplikasikannya?

1
1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui materi tentang teori basis ekonomi (Economic Base Theory).

b. Untuk mengetahui apa saja yang dipelajari dalam teori basis ekonomi.

c. Mampu memberikan salah satu contoh pemerintah dalam mengaplikasikan teori

basis ekonomi.

1.4. Manfaat

Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, khususnya bagi penulis adalah melatih menggabungkan hasil

bacaan dari berbagai sumber. Bagi pembaca untuk melatih mengembangkan

keterampilan membaca yang efektif serta memperluas ilmu pengetahuan tentang

teori basis ekonomi (Economic Base Theory).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Teori Basis Ekonomi

Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sector basis dan

sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus

dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala

internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup

internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing

dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional,

suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah

tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain

di pasar nasional atau domestik. Inti dari teori basis ekonomi bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk

diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job

creation).

Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang

perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual

hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif. Secara umum, analisis ini

digunakan untuk menentukan sektor basis/pemusatan dan non basis, dengan tujuan

untuk melihat keunggulan komparatif suatu daerah dalam menentukan sektor

andalannya. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah (nasional,

provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa
3
ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk

menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu

wilayah secara simultan relatif terbatas. Selain itu hanya komoditas-komoditas yang

diusahakan secara efisien yang mampu bersaing secara berkelanjutan, sehingga

penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar sumberdaya pembangunan di

suatu wilayah lebih effisien dan terfokus.

2.2. Hal-hal yang Dipelajari dalam Teori Basis Ekonomi

Struktur perekonomian suatu daerah terdiri atas dua sektor, yaitu:

1. Sektor basis, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar

domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Sektor basis mampu menghasilkan

produk/jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Itu berarti daerah secara

tidak langsung mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah lain. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya

mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan

sektor unggulan.

2. Sektor non basis, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani

pasar daerah itu sendiri sehingga permintaannya sangat dipengaruhi kondisi ekonomi

setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Sektor

seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan. Menurut Tarigan (2007), metode

untuk memilah kegiatan basis dan kegiatan non basis adalah sebagai berikut :

a. Metode Langsung dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku saha

kemana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana

mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkanproduk

tersebut. Kelemahan metode ini yaitu: pertanyaan yang berhubungan


4
dengan pendapatan data akuratnya sulit diperoleh, dalam kegiatan usaha

sering tercampur kegiatan basis dan non basis.

b. Metode Tidak Langsung Metode ini dipakai karena rumitnya melakukan

survei langsung ditinjau dari sudut waktu dan biaya. Metode ini

menggunakan asumsi, kegiatan tertentu diasumsikan sebagai kegiatan

basis dan kegiatan lain yang bukan dikategorikan basis adalah otomatis

menjadi kegiatan basis.

c. Metode Campuran Metode ini dipakai pada suatu wilayah yang sudah

berkembang, cukup banyak usaha yang tercampur antara kegiatan basis

dan kegiatan non basis. Apabila dipakai metode asumsi murni maka akan

memberikan kesalahan yang besar, jika dipakai metode langsung yang

murni maka akan cukup berat. Oleh karena itu orang melakukan gabungan

antara metode langsung dan metode tidak langsung yang disebut metode

campuran. Pelaksanaan metode campuran dengan melakukan survei

pendahuluan yaitu pengumpulan data sekunder, kemudian dianalisis mana

kegiatan basis dan non basis. Asumsinya apabila 70 persen atau lebih

produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka maka kegiatan itu

langsung dianggap basis. Sebaliknya apabila 70 persen atau lebih

produknya dipasarkan ditingkat lokal maka langsung dianggap non basis.

Apabila porsi basis dan non basis tidak begitu kontras maka porsi itu harus

ditaksir. Untuk menentukan porsi tersebut harus dilakukan survei lagi dan

harus ditentukan sektor mana yang surveinya cukup dengan pengumpulan

data sekunder dan sektor mana yang membutuhkan sampling pengumpulan

data langsung dari pelaku usaha.

5
d. Metode Location Quotient Metode LQ membandingkan porsi lapangan

kerja/nilai tambah untuk sector tertentu untuk lingkup wilayah yang lebih

kecil dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor

yang sama untuk lingkup wilayah yang lebih besar.

2.3. Contoh Nyata dalam Pemerintah Mengaplikasikannya

Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan

pemerintah sebagai salah satu potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

baik dalam skala lokal, regional maupun negara. Sektor ini merupakan sektor yang

selama ini belum dieksploitasi secara maksimal dan seringkali dianggap bagian dari

sektor pertanian, padahal sebagai suatu negara maritim Indonesia memiliki gugusan

ribuan pulau yang lebih dari 70 % wilayahnya terdiri dari lautan, belum lagi potensi

akan perairan tawar (sungai)yang sangat banyak khususnya dibeberapa pulau besar

seperti Sumatera dan Kalimantan.

Secara umum, persoalan yang dihadapi masyarakat yang bergerak di sektor

perikanan dan kelautan berkisar pada hal-hal yang berhubungan dengan isue-isue: (1)

Kemiskinan dan kesenjangan sosial, (2) Keterbatasan akses modal, teknologi dan

pasar, (3) Kualitas SDM yang rendah, (4) Degradasi sumber daya lingkungan, dan

(5) Kebijakan pembangunan yang belum berpihak secara optimal pada sektor ini.

Berikut adalah contoh kawasan basis sektor perikanan dan kelautan dalam studi

kasus nelayan Kulon Progo, D.I. Yogyakarta yaitu:

Sampai tahun 1983 Pantai Sadeng, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta

adalah kawasan yang tidak tersentuh nelayan kecuali sedikit nelayan dari Cilacap

yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat persinggahan. Nelayan Cilacap

membuat gubuk kayu beratap daun kelapa dibibir tebing pantai. Kehadiran sekitar 20
6
nelayan Cilacap inilah yang menularkan kegairahan melaut sehingga petani di sekitar

kawasan yang dekat ke PantaiSadeng mulai ikut melaut. Dinas Pertanian Provinsi

D.I. Yogyakarta yang mendeteksi kehadiran nelayan di Pantai Sadeng meminta

bantuan para nelayan untuk mengajari cara penangkapan ikan kepada masyarakat

lokal.

Dimulai dari pelatihan bagi 60 petani di Sadeng, nelayan Cilacap lalu diminta

bantuannya oleh pemerintah setempat untuk menjadi guru diseluruh kawasan pantai

di Kabupaten Gunung Kidul, mulai dari Pantai Wedi Ombo, Sundak, Drini, Baron

dan yang lain. Kemudian para nelayan Cilacap juga melanjutkan pengajaran tentang

melaut di Kabupaten Bantul. Walaupun tanpa bayaran para nelayan Cilacap

berkelana dari pantai ke pantai untuk mengajar ilmu melaut. Awalnya mereka

mengaku hanya ingin mengajak petani berubah menjadi nelayan agar punya teman

ketika melaut, karena pada saat itu tidak ada satupun warga Gunung Kidul yang

berani melaut. Disamping karena faktor pengetahuan yang rendah, perairan pantai

Gunung Kidul, masih penuh dengan batu karang yang tajam. Warga lokal biasanya

hanya mencari ikan di tepi laut dengan menggunakan pancing.

Sekarang jumlah nelayan di Perairan Gunung Kidul telah mencapai 1.313 orang

dimana 1.150 orang adalah nelayan lokal. Nelayan-nelayan ini telah dibekali

keterampilan membaca tanda alam, musim ikan, merakit jaring dan mendapat

bantuan mesin kapal tempel berkekuatan 15 PK berbahan bakar bensin yang bisa

menjangkau hingga 90 mil perairan laut. Pantai Sadeng juga telah diubah menjadi

pelabuhan perikanan Sadeng sehingga sektor perdagangan ikan juga menjadi mata

pencaharian lain bagi masyarakat setempat dimana produksi tangkapan ikan telah

memiliki pasar sampai ke Semarang, Jawa Tengah.

7
2.4. Model Basis Ekonomi Menurut Tiebout
Charles M. Tiebout dalam makalahnya yang berjudul The Community
Economic Base Study (1962), New York (dakan Avrom Bendavid: Regional
Economic Analysis, 1974) menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan
(income) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang
terkait dalam pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan, hubungan antara
perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan dapat
dirumuskan sebagai berikut.
∆ Yt =K . ∆ Yb
Dimana: Yt = pendapatan total (total income)
Yb = pendapatan basis (basic income)
K = pengganda basis (base multiplier)
∆ = perubahan pada ………
Selanjutnya juga akan banyak digunakan Yn = Pendapatan nonbasis
(service).
Maka dengan kata lain:
Yt
K=
Yb
Karena pendapatan total = pendapatan basis + pendapatan non basis, maka
rumus pengganda basis jangka pendek (Ks) akan menjadi:
1
Ks=
Yn
1−
Yt
Apabila Ks diatas digunakan sebagai pengganti pengganda basis di
persamaan awal maka akan menjadi:

( )
1
∆ Yt = ∆ Yb
Yn
1−
Yt

Selanjutnya menurut Tiebout perekonomian terdiri atas tiga sektor, yaitu ekspor (X),
investasi (I), dan konsumsi (C). Total pendapatan wilayah adalah penjumlahan dari
ketiga sektor tersebut dengan catatan apabila seluruh kegiatan menggunakan bahan
baku lokal. Jadi secara simbolik:

Yt = X + I + C

Namun diketahui bahwa pengeluaran untuk konsumsi dan pengeluaran untuk


investasi tidak seluruhnya menggunakan bahan baku lokal. Yang menjadi
pendapatan daerah adalah total pengeluaran dikurangi pengeluaran untuk impor
kedua kegiatan tersebut. Pengeluaran konsumsi yang digunakan untuk membeli
produk lokal dan menjadi pendapatan daerah diberi symbol Cr dan untuk investasi
diberi symbol Ir. Maka dapat dirumuskan:

8
∆Yt = ∆X + ∆Ir +∆Cr

Penambahan symbol r (regional) di belakang I dan C menggabarkan bahwa


yang dihitung hanyalah yang menjadi pendapatan lokal. Pendapatan dari konsumsi
(Cr) adalah pendapatan nonbasis karena besarnya ditentukan oleh tingkat pendapatan
masyarakat di wilayah tersebut.Pendapatan dari ekspor adalah pendapatan basis
karena sifatnya exogenousbegitu pula pendapatan dari kegiatan investasi (Ir).
Besarnya investasi bukan ditentukan oleh pendapatan masyarakat saat ini, melainkan
berdasarkan keputusan masa lalu dan harapan di masa yang akan dating, atau dana
investasi dating dari luar wilayah sehingga dianggap exogenous. Jadi, pendapatan
basis terdiri atas penjumlahan dari pendapatan kegiatan ekspor dan kegiatan investasi
tetapi dari bagian yang menjadi pendapatan lokal. Jadi, dapat dirumuskan bahwa:

Yb = X + Ir dan selanjutnya diturunkan menjadi:

∆Yb = (∆X + ∆Ir) = ∆ (X + Ir)

Pendapatan yang diperoleh masyarakat dari kegiatan ekspor dan investasi


akan digunakan sebagian besar dibelanjakan untuk keperluan konsumsi, barang
konsumsi ada yang dari lokal dan ada yang dari produk impor. Konsumsi yang
berasal dari produk lokal akan menaikkan pendapatan nonbasis. Namun bila
pendapatan itu dibelanjakan di luar wilayah atau dikirim keluar wilayah akan
membuat kebocoran yang akan mengurangi kekuatan permintaan akan produk lokal.

Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendetail tentang tiga sektor yang
mempengaruhi pendapatan wilayah, akan digunakan simbol-simbol yang lebih
sederhana. Penyederhanaan rumus akan menggunakan konsep propensity, yaitu
hasrat untuk membelanjakan pendapatan. Simbol-simbol yang akan digunakan
adalah sebagai berikut:

c= Propensity to consume (proporsi untuk konsumsi)

cr = proporsi konsumsi yang menngunakan produk lokal

Dapat dituliskan bahwa:

Yn = Cr = Yt . (c) . (cr)

Penerimaan sektor nonbasis sama dengan pengeluaran konsumsi uantuk


barang-barang lokal sama dengan penerimaan total dikalikan proporsi yang dijadikan
konsumsi dikalikan proporsi konsumsi yang menjadi penerimaan lokal.Rumus baru
untuk menghitung pengganda basis sebagai berikut.

1 1
=
K = 1−Yt . ( c ) .(cr) 1−( c ) .(cr )
Yt

9
Sekarang persamaan tiga sektor dapat dilengkapi dan akan mendapatkan
persamaan perubahan pendapatan total sebagai berikut:

1
∆ Yt = ∆(X + Ir)
1−( c ) . ( cr )

Secara ekonomi, penyebut pada persamaan pengganda basis akan selalu lebih
kecil dari satu sehingga pengganda basis tersebut akan selalu lebih besar dari satu.
Manfaat dari pengganda basis ini, antara lain di satu sisi dapat digunakan untuk
meramalkan tingkat pendapatan di masa yang akan dating seandainya diketahui
besarnya kenaikan ekspor dan besarnya tambahan investasi yang diduga akan masuk
ke wilayah analisis.

Tiebout kemudian merinci sektor-sektornya secara lebih detail.Sektor ekspor


dibagi menjadi dua dan sektor investasi dibagi menjadi empat. Perinciannya dengan
simbol yang lebih sederhana adalah sebagai berikut:

Sektor ekspor:

Xp = penerimaan dari ekspor kepada pihak swasta/luar negeri

Xg = penerimaan dari ekspor kepada pemerintah pusat, yaitu barang/jasa yang


dibeli pemerintah pusat di wilayah analisis

Sector investasi:

Irb = penerimaan dari investasi di bidang usaha (business)

Irh = penerimaan dari investasi di bidang perumahan (home)

Irg = penerimaan dari investasi pemerintah di wilayah analisis

Org = penerimaan dari kegiatan rutin pemerintahan di wilayah analisis

Sekarang kita bias membuat persamaan perubahan pendapatan regional


dengan 7 sektor yang sebetulnya hanya perincian dari model sebelumnya yang terdiri
dari 3 sektor. Persamaan perubahan pendapatan regional tersebut adalah sebagai
berikut:

∆ Y t=
( 1−( c1) .( cr ) ) . ∆(X + X + I
p g rb + I rh + I rg +Orh )

Rumus diatas merupakan pengganda jangka pendek (short run multiplier).

Menurut Tiebout dalam jangka panjang (long-run), hanya sektor ekspor yang
dapat mendorong pertumbuhan, sedangkan sektor investasi sebetulnya tumbuh

10
karena ada pertumbuhan ekonomi.Dalam jangka panjang yang mendorong
pertumbuhan pendapatan basis dan nonbasis adalah sebagai berikut:

∆ Yb=∆ ( Xp+ Xg )

∆ Yn=∆ (Cr+ Irb+ Irh+ Irg+Org )

Dalam menggunakan pengganda basis jangka panjang, setiap komponen dari sektor
nonbasis harus diperlakukan sama dengan konsumsi. Dengan menggunakan
propensity terminology, rumus untuk menghintung perubahan wilayah dengan 7
sektor untuk kondisi jangka panjang adalah sebagai berikut:

1
∆ Yt =
1−¿ ¿

2.5. Evaluasi Atas Tingkat Kebasisan Suatu Produk

Untuk mendorong pertumbuhan suatu wilayah, perlu didorong pertumbuhan


sector basis karena akan mendorong pertumbuhan sektor nonbasis. Dalam suatu
wilayah, sektor basis adalah sektor yang menjual produknya ke luar wilayah atau ada
kegiatan yang mendatangkan uang dari luar wilayah.

Melihat apakah pasar produk yang dihasilkan tidak cepat jenuh, perlu dilihat
tingkat kebasisan suatu produk, yang pada dasarnya melihat berapa luas pasar yang
dapat dijangkau produk tersebut. Jenjang kebasisan suatu produk adalah sebagai
berikut:

1. Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa desa tetangga


2. Jangkauan pemasarannya hanya pada beberapa wilayah kecamatan
3. Jangkauan pemasarannya hanya pada wilayah suatu provinsi
4. Jangkauan pemasarannya mencakup beberapa wilayah provinsi
5. Jangkauan pemasarannya mencakup sebagian besar wilayah ekonomi
nasional dan ekspor
6. Jangkauan pemasarannya pada hamper seluruh wilayah ekonomi nasional dan
merupakan ekspor tradisional

Penjenjangan di atas tidaklah mutlak tetapi yang sulit adalah memberikan


bobot antara pemasaran dalam negeri dan ekspor. Ada komoditi yang
pemasarannya dalam negeri tidak terlalu luas tetapi komoditi itu telah dipasarkan
ke luar negeri(ekspor), perlu diperhatikan apakah komiditi ini telah lama sebagai
komoditi ekspor atau belum dan berapa volumenya juga berapa Negara yang
telah menjadi tujuan ekspornya. Bila dalam semua analisis komoditi, komoditi ini
dinilai tinggi maka dapat dianggap komoditi ini memiliki tingkat kebasisan yang

11
tinggi.Sehingga produk dengan kebasisan yang tinggi harus segera
dikembangkan agar pasarnya tidak mudah jenuh.

BAB III

PENUTUP

Di era Otonomi Daerah saat ini, pemerintah daerah sudah seharusnya melihat

dan memaksimalkan komoditas unggulan yang bersifat ekspor yaitu komoditas

sektor basis yang jika dieksploitasi secara maksimal akan dapat mendorong

pertumbuhan sektor lainnya di suatu wilayah.

Contoh yang ditunjukkan oleh nelayan di Kulon Progo, D.I. Yogyakarta

adalah bukti nyata bahwa sektor perikanan dan keluatan yang dikelola secara baik

akan menjadi sektor unggulan, bersifat basis dan sangat potensial mendorong

pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Berkembangnya kesadaran mengenai

dimensi lingkungan dalam kehidupan manusia serta peranannya dalam menunjang

pembangunan yang berkelanjutan juga merupakan hal yang perlu diikut sertakan

dalam pengembangan kawasan basis sektor perikanan dan kelautan sehingga

optimalisasi sektor ini tetap memperhatikan konsep akan kelestarian lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi


Daerah. Yogyakarta: BPFE.

Azis, I. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia.


Jakarta: LPFE-UI.

Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

13

Anda mungkin juga menyukai