Teks Pildacil
Teks Pildacil
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Yang
telah memberikan kita nikmat yang tiada terhingga, sehingga kita semua
dapat bertatap muka bermuwajahah di tempat yang mulia ini. Mudah-
mudahan silaturahmi kita di catat oleh Allah menjadi hamba yang beriman
dan di ridhoi Allah SWT.
Ihwatul iman yang saya hormati, dari jaman kenabian hingga sekarang,
sangat banyak orang-orang yang tidak mensyukuri atas nikmat yang
diberikan Allah SWT kepada kita, sehingga mereka akhirnya mennjadi
orang-orang yang merugi.
Seperti pada jaman Nabi Muhammad SAW ada sahabat yang hidupnya
sangatlah miskin. Dia rajin shalat berjamaah bersama Nabi, tetapi setiap
selesai shalat langsung dia pulang tidak ikut wirid atau berdoa, lalu ditanya
oleh Nabi, “kenapa kalo habis shalat tidak ikut wirid dulu?”. Dia menjawab,
“maaf ya Rasul istri saya di rumah menunggu saya, pakaian yang saya pakai
ini di tunggu istri saya, di rumah untuk shalat. Saya tidak punya pakaian lagi
untuk shalat ya Rasul”. Rasul menjawab, ooh begitu? Ya sudah sekarang
saya kasih 1 ekor kambing, kamu rawat dengan baik!”. Pulanglah sahabat
nabi sambil membawa kambingnya. Lama kelamaan kambingnya menjadi
banyak.
Tapi apalah yang terjadi setelah kambingnya banyak sahabat itu lupa akan
nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Tiada syukur sedikitpun. Jamaahnya
pun tak pernah karena sibuk mengurus kambing-kambingnya itu, bahkan
shalatnya pun ditinggalkan.
Dari riwayat tadi marilah kita berhati-hati dan banyak bersyukur atas nikmat
Allah yang diberikan kepada kita, janganlah sampai kufur.
Allah Berfirman :
َلِئْن َشَك ْر ُتْم َأَلِز يَد َّنُك ْم َو َلِئْن َكَفْر ُتْم ِإَّن َع َذ اِبي َلَش ِديٌد
Lain syakartum la azidan nakum walain kafartum inna ‘adabi lasadid
Dewan juri yang terhormat, serta hadirin yang dimuliakan oleh Alloh SWT.
Maka dari itu, marilah kita angkat tangan kita tinggi-tinggi, kita tundukkan
kepala kita, kita tundukkan hati kita, kita berdo’a kepada Alloh ilahi Robbi.
Ampunillah dosa-dosa kami dan dosa ayah ibu kami, sayangilah mereka
sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Mungkin ini saja yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon
dimaafkan dan saya akhiri dengan sebuah pantun :