Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN EVALUASI KEWENANGAN

DINAS KOPERASI UKM PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI


GORONTALO

DISUSUN OLEH:
SRI MULYANA LIHAWA
1011420140

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
ridha, dan karuniaNya laporan Evaluasi dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan bagi umatnya.
Laporan Evaluasi kegiatan magang ini merupakan bentuk pertanggungjawaban tertulis
atas terlaksananya kegiatan program magang mandiri MBKM. Durasi kegiatan kurang lebih 9
minggu mulai dari tanggal, 5 September 2022 sampai dengan 6 Desember 2022.
Kegiatan Magang yang dilaksanakan di Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Gorontalo meliputi kegiatan dunia kerja yang diharapkan mampu
membuat mahasiswa terjun ke dunia pekerjaan secara nyata dan memperoleh pengalaman,
sehingga jangka panjangnya mampu terjun dalam dunia pekerjaan dengan profesional.
Kelancaran program magang mandiri MBKM tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, kami mengucapkan teruma kasih kepada
segenap pihak yang telah membantu dalam menyelesaiakan laporan evaluasi ini.
Laporan ini menjelaskan evaluasi kewenangan instansi tempat magang Dinas Koperasi
UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo. Semoga laporan evaluasi ini dapat
memberikan manfaat berupa inspirasi dan motivasi bagi pembaca. Saya menyadari dalam proses
pembuatan laporan masih terdapat banyak kesalahan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat
kami harapkan demi perbaikan laporan kami selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi mental yang menjadi sarana percepatan reformasi birokrasi memaksa aparatur
negara untuk bertransformasi diri menjadi aparatur yang lebih kompeten dan profesional.
Permintaan dari internal instansi dan tuntutan dari masyarakat mendorong ASN untuk
bergulat dengan perubahan serta peningkatan kinerja dan pelayanan kepada masyarakat
berkelanjutan guna menyukseskan reformasi birokrasi. Peningkatan kinerja dan pelayanan
kepada masyarakat yang terus dilakukan guna mencapai tingkatan good goverment masih
meninggalkan beberapa permasalahan yang harus segera diselesaikan. Salah satunya
efektivitas hukum suatu instansi dalam peningkatan kinerja ASN dan pelayanan terhadap
masyarakat.
Terkait pengertian efektivitas ini, Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu
organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara
pelaksanaannya”.
Sementara itu Sondang P Siagian mengemukakan, bahwa: “Efektivitas adalah
pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Efektivitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang
telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi
efektivitasnya”
Sementara yang dimaksud dengan efektivitas hukum adalah : Dalam realita kehidupan
bermasyarakat, seringkali penerapan hukum tidak efektiv sehingga wacana ini menjadi
perbincangan menarik untuk dibahas dalam perspektif efektivitas hukum. Artinya benarkah
hukum yang tidak efektiv atau pelaksana hukumkah sesungguhnya yang berperan untuk
mengefektivkan hukum itu?
Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi
yang menyangkut membuat keputusan-keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah
hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi (Wayne La Favre 1964). Dengan
mengutip pendapat Roscoe Pound, naka LaFavre menyatakan, bahwa pada hakikatnya
diskresi berada di antara hukum dan moral (etika dalam arti ssempit).
Menurut Soerjono Soekanto bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum
yakni, sebagai berikut: Faktor hukumnya itu sendiri (termasuk undang-undang),Faktor
Penegak hukum, Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum, Faktor
masyarakat, yakni masyarakat di mana hukum tersebut diterapkan, Faktor kebudayaan, yakni
sebagai hasil karya, cipta, dan karsa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan
hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi
dari penegakan hukum, juga merupakan tolok ukur dari pada efektivitas penegakan hukum.

B. TUJUAN PELAKSANAAN
C. MANFAAT
BAB II
PROFIL INSTANSI
A. NAMA LEMBAGA
Gorontalo merupakan Provinsi yang terbentuk dari hasil mekaran Sulawesi Utara
yang terjadi pada 22 Desember tahun 2000. Sebagai Provinsi baru Gorontalo dihadapi
berbagai tantangan antara lain, kurangnya sumber daya alam yang dimiliki serta
tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran. Namun demikian dalam waktu 17
tahun, Provinsi Gorontalo berhasil menghadapi tantangan tersebut dan membuktikan
bahwa kondisi tersebut tidaklah menghambat pemerintah daerah dan masyarakat untuk
menumbuhkan ekonomin daerah. Memiliki visi yang jelas, terukur dan relevan
pemerintah Provinsi Gorontalo bekerja sama dengan pemerintah Daerah Kab/Kota dalam
upaya mengelola kebijakan publik secara efektif, efisien dan ekonomis terutama melalui
interfensi fiskal daerah terhadap sektor-sektor strategis, bernilai tambah tinggi dan
berpengaruh luas bagi masyarakat.
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Gorontalo
merupakan salah satu instansi yang ikut berkontribusi dan memiliki andil dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Sebagian dari perjalanan daerah Gorontalo dalam
membangun ekonomi, melalui kebijakan pembangunan dibidang Koperasi, Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM), Industri Kecil Menengah (IKM) dan Perdagangan
diselenggarakan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Gorontalo.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013, yang merupakan
perubahan atas peraturan daerah No. 6 tahun 2007, mengenai Pembentukan Organisasi
Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Gorontalo, Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan mempunyai tugas untuk membantu profesi Gubernur
Gorontalo dalam pelaksanaan urusan pemerintahan daerah khususnya dibidang Koperasi,
Usaha Mikro Kecil dan Menegah, Perindustrian dan Perdagangan. Diskumperindag ini
memiliki kedudukan dan peran penting dalam mendorong percepatan pembangunan
ekonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bertanggung jawab
langsung kepada Gubernur Gorontalo melalui Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo.
Adapun peran dan kedudukan dari Diskumperindag ini terdiri dari beberapa
bidang/divisi seperti perumusan, penyusunan, pelaksanaan, pembinaan, koordinasisi,
pengendalian, serta memfasilitasi pembangunan koperasi dan UMKM yang memiliki
konsekuensi dan tanggung jawab yang tidak ringan dan tentu harus didukung oleh
sumber daya yang memadai.
Sejalan dengan perkembangan otonomi daerah di Indonesia melalui
penandatanganan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan dan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Diskumperindag Provinsi Gorontalo terus
mereformasi dan menyesuaikan perubahan demi perubahan yang terjadi, baik dalam
regulasi maupun pertumbuhan ekonomi pembangunan nasional dan internasional guna
memantapkan peranannya sebagai fasilitator koperasi, UMKM, Industri Kecil Menengah
(IKM), serta pelaku usaha daerah lainnya.
Tugas :Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 mengenai
organisasi pembentukan tata kerja oleh Dinas-Dinas daerah Di Provinsi Gorontalo,
Diskumperindag Provinsi Gorontalo menjalankan Tugas sebagai pelaksana dalam
kewenangan pemerintah daerah pada bidang koperasi, usaha mikro kecil dan menengah,
perindustrian hingga perdagangan.
Fungsi Diskumperindag Provinsi Gorontalo :
1. Penyusunan perencanaan bidang koperasi dan usaha mikro, kecil menengah,
perindustrian dan perdagangan.
2. Perumusan kebijakan teknis bidang koperasi dan usaha mikro, kecil menengah,
perindustrian dan perdagangan.
3. Pelaksanaan pelayanan umum bidang koperasi dan usaha kecil menengah,
perindustrian dan perdagangan.
4. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitas pelaksanaan kegiatan bidang
koperasi dan permodalan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, perindustrian
dan perdagangan.
5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas koperasi dan perdagangan.  Pembinaan
terhadap unit pelaksanaan teknis dinas (UPTD) Dinas Koperasi UKM Perindustrian
dan Perdagangan.
6. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

B. VISI & MISI DISKUMPERINDAG PROVINSI GORONTALO


1. Visi
“Percepatan Pembangunan Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan yang
Berdaya Saing”.
2. Misi
1) Mendorong Pertumbuhan dan Perluasan Usaha Koperasi dan UKM;
2) Meningkatkan Kualitas Manajemen Pengelolaan Industri Kecil Menengah;
3) Meningkatkan Kelancaran Distribusi Barang dan Jasa serta Perluasan Akses Pasar
Luar Negeri; dan
4) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

C. STRUKTUR ORGANISASI
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. FAKTOR HUKUM
Faktor undang-undang menurut soerjo soekanto menyatakan bahwa adanya
gangguan terhadap penegakan hukum berasal dari undang-undang. Hal ini mungkin
disebabkan karena beberapa point penting sebagai berikut:
a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang,
b. Belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan dalam menerapkan
undang-undang
c. Ketidak jelasan arti kata-kata didalam undang-undang yang mengakibatkan
kesimpang siuran di dalam penafsiran serta penerapannya.
Dari ketiga hal diatas, bisa melingkup ketidak efektifan hukum yang ada.
Pertama, hukum tidak diikuti asas-asas berlakunya undang-undang, pada poin ini
memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa dapat menyyebabkan ketidak
efektifan hukum, ketika seorang warga negara tidak menjalankan asas-asas
hukum atau hidup tidak sesuai aturan yang ada maka akan adanya masalah yang
ada. Karena hokum adalah sub system didalam suatu system kehidupan, suatu
system hokum itu dapat mempengaruhi system-sistem lainya, maka ketika hokum
dipergunakan atau dijalankan berdasarkan asas-asas yang ada di dalam undang-
undang, maka hasil yang akan didapatkan baik juga. Sebaliknya, Jika hokum tidak
dijalankan dengan baik, maka akan mendapatkan hasil yang tidak baik pula.
Kedua, belum adannya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan
dalam menerapkan undang-undang. Peraturan dibuat untuk bagaimana dapat
mengatur system yang ada, saat ini kita sudah melihat sudah banyak aturan-aturan
yang dibuat, tetapi masalah hingga hari ini tetap ada. Nah bagaimana kalau tidak
adanya aturan ? hal ini dapat menyebabkan ketidak efektifan hukum yang lebih
atau masalah yang lebih. Oleh karena hal tersebut hokum sangat perlu.
Ketiga Ketidak jelasan arti kata-kata didalam undang-undang yang
mengakibatkan kesimpang siuran di dalam penafsiran serta penerapannya. Ketika
hokum dibuat atau aturan dibuat, tentu mempunyai mekanisme yang ada, dalam
pembuatan suatu aturan yang ada tentunya harus adanya penguatan atau alasan
yang jelas sehingga hokum harus dibuat. Makanya sangat perlu mensosialisasikan
aturan yang ada, agar tidak terjadi kesalah penafsiran atau kesalahan dalam
penerapan hokum tersebut.

2. FAKTOR PENEGAK HUKUM


Secara sosiologis, setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan dan
peranan. Kedudukan merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan,
yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah. Kedudukan tersebut
sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-
kewajiban tertentu. Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas
penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi
kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak
hukum. Penegak hokum adalah selain sebagai peninjak lanjut hokum yang ada juga
sebagai contoh dimasyarakat yang ada dalam penerapan hokum dalam kehidupanya,
oleh karena tersebut penegak hokum sangat berpengaruh karena sebagai contoh
dimasyarakat, karena ketika penegak hokumnya saja tidak menjalankan hokum
dengan baik, maka masyarakat pun akan mengikuti tidak menjalankan hokum dengan
baik.
Nah, sesuai pengalaman saya bahwa penegakan hukum dalam hal hak dan
kewajiban seorang pegawai maupun masyarakat (didalam hal in penerima bantuan)
sudah memumpuni, karena saya melihat situasi kurang lebih 4 bulan saya di instansi
magang
3. FAKTOR SARANA DAN FASILITAS
Fasilitas pendukung secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Ruang lingkupnya terutama adalah sarana fisik yang berfungsi
sebagai faktor pendukung. Fasilitas pendukung mencangkup tenaga manusia yang
berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan
yang cukup dan sebagainya. Jika fasilitas pendukung tidak terpenuhi maka mustahil
penegakan hukum akan nencapai tujuannya. Kepastian dan kecepatan penyelesaian
perkara tergantung pada fasilitas pendukung yang ada dalam bidang-bidang
pencegahan dan pemberantasan kejahatan.
Menurut Soerjono Soekanto menyatakan bahwa tidak mungkin penegakan hukum
akan berlangsung dengan lancar tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai.
Fasilitas atau sarana yang memadai tersebut, antara lain, mencakup tenaga manusia
yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal itu tidak terpenuhi maka mustahil
penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Dampak sarana dan fasilitas bagi
hokum sangat penting, contohnya fasilitas Pendidikan yakni kampus yang melingkup
mahasiswa-mahasiswa yang ada, dengan adanya peranan mahasiswa ataupun
organisasi mahasiswa bisa menjadi pengawas dari hokum yang ada, mereka bisa
memikirkan hokum-hukum yang belum ada dan hokum yang tidak jelas.
4. FAKTOR MASYARAKAT
Faktor masyarakat adalah hal yang terpenting adalam hokum yang ada, karena
masyarakat adalah tujuan utama dari adanya hokum atau hokum yang ada dibuat
untuk dijalankan oleh masyarakat. Terkait faktor masyarakat dalam mempengaruhi
proses penegakan hukum ini, Soerjono Soekanto menyatakan, bahwa: Penegak
hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam
masyarakat. Di dalam bagian ini, diketengahkan secara garis besar perihal pendapat-
pendapat masyarakat mengenai hukum, yang sangat mempengaruhi kepatuhan
hukumnya, karena jelas, bahwa hal ini pasti ada kaitannya dengan faktor-faktor
terdahulu yaitu undang-undang, penegakan hukum dan sarana atau fasilitas.
Adanya terkait masyarakat dalam penerapan hukum. Diskumperindag sudah
memenuhi standar operasioanl pelaksanaan. Dalam hal memberi hak berupa bantuan
bagi masyarakat kurang mampu dan para pelaku usaha kecil menengah. Untuk Pelaku
usaha yang menjadi binaan Diskumperindag prov. Gorontalo di fasilitasi dalah hal
pendaftaran hak merek di instansi terkait..
5. FAKTOR KEBUDAYAAN
Terkait kebudayaan hal tersebut sangat penting, karena semua orang pasti akan
membicarakan soal kebudayaan karena itu termasuk di dalam kehidupan sehari-hari.
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto kembali berpendapat bahwa kebudayaan
mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur
agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Manusia sejak
lahir sudah diperhadapkan dengan kebudayaan yang ada, di kebudayaan yang ada
terdapat aturan-aturan yang dibuat dibudaya masing-masing daerah, hal ini sangat
membantu penerapan hokum yang ada. Kesimpulannya kebudayaan adalah suatu
garis pokok tentang perlakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus
dilakukan, dan apa yang dilarang terhadap Masyarakat maupun pegawaii
\

Anda mungkin juga menyukai