Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


Dosen pengampuh : Nunik Sulistyaningtyas S.K.M.,M.Kes

Oleh :
ALDI
202201001

PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN
TRI TUNAS NASIONAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Makalah Sistem
Proteksi Kebakaran”, dengan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah kami ini, dikarenakan banyak kekurangan dalam
mengerjakan makalah ini. Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi pembaca.

Makassar, 11 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..…..........…..……

1.1 LATAR BELAKANG …………………………………………………........…………

1.2 RUMUSAN MASALAH ……………………………………........……………………

1.3 TUJUAN ………………………………......……………………………………………

1.4 MANFAAT……………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….

2.1 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN………………………………………………..

2.2 HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN SISTEN PROTEKSI

KEBAKARAN……………………………………………………………………………..

2.3 LIMA PRINSIP K3RS dalam BIDANG SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………..

3.2 SARAN…………………………………………………………………………………

3.3 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peristiwa kebakaran merupakan bencana yang tidak diinginkan yang dapat


terjadi di mana saja, kapan saja dan kerap terjadi di hampir setiap wilayah Indonesia.
Masih tingginya kasus kebakaran yang terjadi setiap tahunnya mengindikasikan
bahwa kebakaran merupakan masalah serius bagi kehidupan manusia (Badan Pusat
Statistik, 2016). Kendala umum yang sering dialami pada saat terjadi kebakaran
adalah kesulitan dalam upaya-upaya penanganannya di lapangan seperti penyelamatan
pemadamannya diantaranya keterbatasan jumlah air dan sumber air di lokasi
kebakaran, tidak tersedianya fasilitas-fasilitas pemadaman kebakaran di lingkungan
dan pada bangunan, serta respon dari unit pemadam kebakaran yang kadang terlambat
tiba di lokasi dikarenakan jauhnya jarak tempuh dan kondisi lalu lintas. Mobilitas unit
pemadam kebakaran sangat bergantung pada akses ke lokasi kebakaran, jenis dan
kompleksitas bangunan. Lokasi pemadaman yang berada di permukiman padat
dengan jalan yang sempit akan menyulitkan upaya pemadaman. Demikian juga pada
bangunan yang cukup kompleks dan bertingkat, meski lokasi mudah dijangkau tetapi
karena keterbatasan peralatan pemadam kebakaran, sehingga mengalami kesulitan
dalam mengatasi pemadamannya (Hadi, 2014). Pengelolaan bencana kebakaran juga
bukan sekedar menyediakan alat pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran,
namun diperlukan suatu program yang terencana dalam suatu sistem manajemen
kebakaran yang merupakan upaya terpadu untuk mengelola risiko kebakaran mulai
dari perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya (Ramli, 2010)
mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang memadai
dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran (Napitupulu, 2015). Selanjutnya
untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan yang aman bagi
manusia dan harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak
mengakibatkan terjadinya gangguan kesejahteraan sosial, pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Nomor 26/PRT/M/2008 Tentang
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan
Lingkungan. Kebakaran merupakan salah satu bencana yang mungkin terjadi di
rumah sakit, dimana akibat yang ditimbulkannya akan berdampak buruk sangat luas
dan menyeluruh bagi pelayanan, operasional, sarana dan prasarana pendukung
lainnya, yang di dalamnya juga terdapat pasien, keluarga, pekerja dan pengunjung
lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2016). Berangkat dari tingginya risiko kebakaran
di rumah sakit, pemerintah dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
mewajibkan setiap rumah sakit untuk menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang salah satunya berkaitan dengan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran. Keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan
dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya
kebakaran, agar dapat melakukan kegiatan, dan meningkatkan produktivitas serta
meningkatkan kualitas hidupnya. Selain itu untuk mendapatkan perhatian yang lebih
dari pihak rumah sakit, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dalam standar
akreditasi rumah sakit versi 2012 edisi 1, menetapkan pengamanan kebakaran di
sebuah rumah sakit menjadi salah satu elemen penilaian untuk kelompok standar
manajemen rumah sakit. Oleh karena itu setiap rumah sakit dalam tahap persiapan
maupun sudah mendapatkan akreditasi rumah sakit harus merencanakan dan
melaksanakan program untuk memastikan bahwa seluruh penghuni di rumah sakit
aman dari kebakaran, asap atau kedaruratan lainnya. Perencanaan meliputi
pencegahan, deteksi dini, penghentian/pemadaman (suppression), meredakan dan
jalur evakuasi aman (safe exit) dari fasilitas sebagai respon terhadap kedaruratan
akibat kebakaran atau bukan kebakaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas adapun masalah yang dapat kami kaji dalam
makalah ini yaitu:

1. Penjelasan Sistem Proteksi Kebakaran


2. Apa Saja Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemilihan Sistem Proteksi
Kebakaran

C. Tujuan
Dalam pembuatan makalah ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Untuk mengetahui apa penjelasan dari Sistem Proteksi Kebakaran.
2. Untuk mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan system
proteksi kebakaran.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini semoga bisa membantu mahasiswa
untuk lebih mengetahui tentang Sistem Proteksi Kebakaran dan menambah wawasan
pengetahuan mahasiswa tentang hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
system proteksi kebakaran , selain itu juga mahasiswa dan pembaca dapat memahami
5 prinsip K3RS dalam bidang system proteksi kebakaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

Sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem
proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Definisi tersebut terdapat pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008.

B. HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMILIHAN SISTEN


PROTEKSI KEBAKARAN

 Bahaya kebakaran dari alat atau material yang ada


 Tingkat toksik dari material dan asap yang diproduksi
 Luas dari ruangan
 Frekuensi dari operasi yang berbahaya
 Jarak dari instalasi lain yang berbahaya
 Akses yang tersedia untuk memadamkan kebakaran
 Kemampuan dari tim pemadam kebakaran
 Waktu respons dari petugas pemadam kebakaran terdekat
 Sumber daya yang tersedia untuk tim pemadam kebakaran

C. JENIS dan PENJELASAN SISTEM PROTEKSI KE BAKARAN


Sistem Proteksi Kebakaran menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26
Tahun 2008 terbagi menjadi 2 yaitu sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem proteksi
kebakaran pasif. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang
secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis,
sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,
serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR dan pemadam khusus.
Menurut Health and Safety Executive Inggris, fungsi dari sistem proteksi aktif adalah untuk
memadamkan api, mengendalikan kebakaran atau menyediakan pengendalian paparan
sehingga efek domino bisa dikendalikan.
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif menuntut peran aktif dari manusia untuk mengoperasikan
sistem tersebut. Kondisi sistem proteksi aktif ini berbeda ketika dalam kondisi normal dan
dalam kondisi kebakaran. Contohnya, sprinkler ketika normal tidak mengeluarkan air namun
ketika kebakaran harus dapat mengeluarkan air dan APAR ketika normal dia hanya stand
by saja namun ketika kebakaran, manusia harus mengoperasikannya.
Contoh dari sistem proteksi kebakaran aktif antara lain:
 Detektor, yaitu alat pendeteksi keberadaan tanda-tanda api. Detektor ini biasanya terdiri
dari detektor asap atau detektor panas yang bekerja jika ada peningkatan panas
 Alarm, yaitu alat yang bertugas memberikan notifikasi kemunculan api kepada orang-
orang terkait dengan suara atau dengan cahaya
 Sprinkler, yaitu peralatan yang akan menyemburkan air ketika ada kebakaran yang
biasanya dipasang di langit-langit
 Alat Pemadam Api Ringan, yaitu alat pemadam api yang dapat dipindahkan (portable)
dan berisi berbagai macam zat yang dapat memadamkan api seperti bubuk, CO2,
atau foam
 Sistem pengendalian asap, yaitu rangkaian alat yang aktif ketika kebakaran dan berfungsi
untuk mengurangi asap pada ruang-ruang tertentu.

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau
terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap
api,serta perlindungan terhadap bukaan. Sistem proteksi kebakaran pasif dapat memberikan
alternatif yang efektif terhadap sistem proteksi aktif untuk melindungi fasilitas dari
kebakaran. Sistem proteksi pasif ini tidak perlu dioperasikan oleh manusia dan tidak juga
berubah bentuk baik dalam keadaan normal ataupun dalam kebakaran.

Menurut Health and Safety Executive Inggris, sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari
pelapisan material tahan api kepada permukaan tembok, mesin, atau bagian lain. Sistem
proteksi kebakaran pasif sering digunakan ketika air atau sistem proteksi aktif tidak
mencukupi seperti pada area yang terpencil atau ketika ada kesulitan untuk menangani
limpasan air dari hasil pemadaman kebakaran. Tembok api (fire walls) adalah bentuk lain
dari perlindungan kebakaran pasif yang digunakan untuk mencegah penyebaran api dan
pajanan api kepada peralatan sekitar. Sistem proteksi pasif ini biasanya hanya efektif dalam
jangka waktu 1-2 jam.
Beberapa contoh sistem proteksi pasif menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
26 Tahun 2008 adalah:

 Pintu dan jendela tahan api, yaitu pintu dan jendela yang berfungsi untuk menahan
kebakaran
 Bahan pelapis interior, yatiu pelapis yang meningkatkan kemampuan permukaan yang
dilapis untuk menahan api
 Penghalang api, yaitu penghalang yang digunakan untuk membentuk ruangan tertutup,
pemisah ruangan atau proteksi sesuai persyaratan teknis dan memiliki ketahanan api dari
30 menit hingga 3 jam
 Partisi penghalang asap, yaitu alat yang berfungsi untuk membagi-bagi ruangan dalam
rangka membatasi gerakan asap.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sistem proteksi kebakaran pasif merupakan sistem yang paling memiliki andil strategis
dalam upaya mencegah dan penanggulangan kebakaran pada bangunan. Sistem ini
dapat bekerja dengan maksimal apabila terencana dengan baik sejak awal proses
perancangan bangunan. Oleh karena itu evaluasi sistem proteksi kebakaran pasif dapat
dilakukan setidaknya dengan 2 (dua) tahap agar tingkat keberhasilan bangunan
terhadap bahaya kebakaran semakin tinggi, antara lain:
1.Menjaga performa keandalan sistem proteksi pasif dengan cara pengawasan berkala
terhadap elemen-elemen yang belum memenuhi standar sistem keselamatan bangunan
gedung.
2.Sistem proteksi kebakaran pasif harus terintegrasi dengan sarana penyelamatan pada
bangunan seperti sarana akses dan jalur evakuasi. Hal ini untuk mendukung proses
evakuasi agar kerugian jiwa dan materi akibat kebakaran dapat dihindari.
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif menuntut peran aktif dari manusia untuk
mengoperasikan sistem tersebut. Kondisi sistem proteksi aktif ini berbeda ketika dalam
kondisi normal dan dalam kondisi kebakaran.

B. SARAN
Kami sebagai penulis dapat berharap kepada para pembaca , setelah membaca makalah
ini. Para pembaca apalagi para mahasiswa keperawatan dapat paham dengan
pembahasan materi yang kami paparkan.

DAFTAR PUSTAKA
Iswara, Ifan. 2011. Analisis Risiko Kebakaran di Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre
Tahun 2011. [Skripsi Ilmiah]. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kementerian Sekretariat Negara RI. Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 tahun 2012 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Lestari, Fatma dan Panindrus, RM. Yodan Amaral. 2008. Sarana Prasarana Pencegahan
Penanggulangan Dan Tanggap Darurat Kebakaran Di Gedung Fakultas X Universitas
Indonesia Tahun 2006. Vol 12 (1) : 55-60.

Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management)I.


Jakarta : Dian Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai