Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

FRACTURE TIBIA FIBULA (CRURIS)

1. Pengertia Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
n luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress
yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya.

2. Assessme 1. Tanda-tanda vital


nt 2. Kondisi umum
Keperawa
tan 3. tingkat kesadaran
4. Penumpu kansekresi sputum
5. Ketidakmampuandalammobilisasi
6. Ketidakmampuandalammelakukan ADL
7. Riwayat alergi
8. Skrining gizi
9. Nyeri
10. Status fungsional: bartel index
11. Risiko jatuh, risiko decubitus, kebutuhan edukasi dan budaya
12. Asesmen lanjutan bio, psiko, sosial, spiritual dan budaya
13. Asesmen ulang: Monitoring penurunan skala nyeri pasien, Monitoring
implementasi mandiri teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri, Monitoring
tanda-tanda vital pasien, Monitoring status hidrasi pasien meliputi balance
cairan, terapi intravena dan tanda-tanda dehidrasi, Monitoring tindakan
pencegahan infeksi yang harus dilakukan oleh pasien dan keluarga selama
perawatan, Monitoring pemberian obat antipiretik, Monitoring frekuensi mual
pasien, Monitoring implementasi pasien dalam mengurangi mual, Monitoring
kondisi kelemahan, ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien, Membantu
pasien dalam melakukan ADL, Monitoring pelaksanaan ADL yang dilakukan
pasien dengan bantuan keluarga atau mandiri

3. Diagnosa 1. Risiko perfusi serebral tidak efektif


Keperawat 2. Gangguan mobilitas fisik
an 3. Bersihan jalan nafas tidakefektif
4. Pola nafas tidak efektif
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Intoleransi Aktifitas
7. Resiko integritaskulit
8. Resiko aspirasi
9. Defisit perawatandiri
10. Gangguan menelan

4. Kriteria 1. Tanda-tanda vital dalam batas normal


evaluasi/n 2. Bersihan jalan nafas efektif
ursing 3. RR dalambatas normal
Outcome 4. Mampu memenuhi kebutuhan ADL secarabertahap
5. Mobilisasi bertahap
6. Tidakterjadiaspirasi
7. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

5. Intervensi 1. Observasi tanda-tanda vital


Keperawat 2. Monitor neurologi
an 3. Peningkatan perfusi serebral
4. Manajemen edema serebral
5. Pemantauan tekanan itrakranial
6. Pengaturan posisi setiap 2 jam
7. Latihan ROM danmobilisasi
8. Manajemenkejang
9. Manajemen disrefleksia
10. Manajemen pengabaian unilateral
11. Manajemen jalannafas :
a. Berikanposisitidur semi fowler
b. Berikanminum air hangat
c. Buang secret
denganmemotivasipasienuntukbatukataumenyedotlendir
d. Motivasipasienuntukbernafaspelan, dalam, danbatuk (batukefektif)
e. Lakukanfisioterapi dada sebagaimanamestinya
12. Lakukan massage padadaerah yang mengalamitekanan
13. Bantu pemenuhankebutuhan ADL (Activity Daily Living)
14. Monitor kemampuanpasienuntukmenelan
15. Identifikasi diet yang ditentukan
16. Beriposisikepalalebihtinggi 30-90 derajat
17. Berimakanandalamjumlahsedikittapisering

6. Informasi 1. Diit makanan


dan 2. Mobilisasi bertahap (ROM)
Edukasi 3. Perawatantirah baring

7. Evaluasi Mengevaluasiresponsubyektifdanobyektifsetelahdilaksanakanintervensidandibandin
gkandengan NOC sertadianalisisterhadapperkembangandiagniosiskeperawatan yang
telah di tetapkan

8. Penelaah Sub KomiteMutuKeperawatan


Kritis
9. Kepustaka a. Smelter, Bare (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
an & Suddart, Edisi 8 Jakarta
b. Wilkinson, J.M, & Ahern, N.R (2011). Diagnosis Keperawatan Diagnosis
NANDA, NIC (Nursing IntervensiClasification), NOC (nursing Outcome
classification). Edisi:9. Jakarta: EGC
c. Bailey RW, Zucker KA, Flowers JL, et al. Laparoscopic cholecystectomy
experience with 375 patients. Ann Surg. 1991;234:531–41
d. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi&Klasifikasi
2015-2017, Ed.10. Jakarta : EGC
e. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisidan indicator
diagnostik 2016-2017 Ed.1. PersatuanperawatNasionalIndonesi (PPNI).

Anda mungkin juga menyukai