Anda di halaman 1dari 14

JVK

JURNAL VOKASI KESEHATAN


http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK

DETERMINAN PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA DI KOTA PONTIANAK TAHUN


2019
Hendri Fitrian, Linda Suwarni, Andri Dwi Hernawan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel : Kehamilan Yang Tidak Diinginkan dan Infeksi Menular Seksual, termasuk HIV
Diterima 26 Juni 2019 dan AIDS di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan. Salah satu faktor yang
Disetujui 1 Juli 2019 berkontribusi adalah perilaku seks pranikah remaja. Banyak faktor yang
Dipublikasi 31 Juli 2019 mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui determinan perilaku seks pranikah remaja di Kota Pontianak tahun 2019.
Keywords: Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional pada 281 remaja SMP dan
Determinant; Premarital SMA (studi di Kecamatan Pontianak Barat) dengan teknik purposive sampling. Hasil
Sexual behavior; penelitian menunjukkan bahwa terdapat 70.8% orangtua, tabu dalam membicarakan
Adolescence; Sexuality tentang seksualitas, 66.2% remaja terpapar pornografi, dan 34.2% mengakui pernah
melakukan perilaku seks pranikah (kissing, necking, petting, intercourse). Variabel
jenis kelamin (PR=1.276), riwayat pacaran (1.459), paparan pornografi (PR=1.335),
dukungan orangtua dalam pacaran (PR=1.396), norma subjektif (PR=0.787), efikasi
diri (PR=1.514), riwayat onani/masturbasi (PR=2.079), pengetahuan tentang
seksualitas (PR=1.195) dan niat berperilaku (PR=2.004) merupakan determinan
perilaku seks pranikah remaja (p value < 0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebagian besar orangtua masih tabu dalam membicarakan seksualitas, dan paparan
pornografi pada remaja yang cukup tinggi, sehingga diperlukan peran orangtua dalam
melakukan monitoring kepada anak remaja sebagai prevensi perilaku seks pranikah
remaja.

DETERMINANTS OF SEX PRI VATE BEH AVIOR IN PONTIANAK CITY IN


2019
Abstract
Unwanted pregnancies and sexually transmitted infections, including HIV and AIDS
among adolescence, are very worrying. One of the contributing factors is premarital
sexual behavior of adolescents. Many factors influence adolescent’s premarital sexual
behavior. The aim of this study was to determine the determinants of adolescent’s
premarital sexual behavior in Pontianak City. This study used a cross sectional
approach, with total sampling was 281 adolescents of junior and senior high school
(study in West Pontianak Subdistrict) with a purposive sampling technique. The results
of this study indicate that 70.8% of parents are taboo in talking about sexuality, 66.2%
of adolescents are exposed to pornography, and 34.2% admit to having premarital sex
(kissing, necking, petting, intercourse). Gender (PR = 1,276), courtship history
(1,459), pornographic exposure (PR = 1,335), parental support in courtship (PR =
1,396), subjective norms (PR = 0,787), self-efficacy (PR = 1,514), history masturbation
(PR = 2,079), knowledge about sexuality (PR = 1,195) and behavioral intention (PR
= 2,004) were determinant factors of adolescent premarital sex behavior (p value
<0.05). This study found that most parents are still taboo in discussing sexuality, and
exposure to pornography in adolescents is quite high, so the role of parents is needed
in monitoring teenagers as prevention of adolescent premarital sex behavior.
©2019, Poltekkes Kemenkes Pontianak
Alamat korespondensi : ISSN 2442-5478

Jalan A.Yani No.111 Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indonesia.


Email: Hendrifitrian98@gmail.com

107
Fitrian dkk, Determinan Perilaku Seks Pranikah Remaja...

Pendahuluan pranikah) pada remaja dan prevensi primer pada peri-


laku seks pranikah remaja. Oleh karena itu, penelitian
Jumlah remaja di dunia mencapai 25% dari pop- ini bertujuan untuk mengetahui determinan perilaku
ulasi penduduk dunia, sedangkan di Asia mencapai seks pranikah pada remaja di Kota Pontianak tahun
hampir 26% dari total populasi, termasuk di Indo- 2019.
nesia (Clifton dan Hervish, 2013). Remaja menjadi
generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib Metode
suatu bangsa di masa mendatang. Pada masa ini mer-
upakan masa yang unik, proses menuju ke dewasa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantita- tif
Masa ini penuh gejolak, rasa ingin tahu yang besar dengan menggunakan pendekatan cross-sectional
dan keinginan mencoba segala hal (Santrock, 2012), untuk mengetahui hubungan faktor jenis kelamin,
sehingga menjadikan remaja rentan terlibat dalam riwayat pacaran, paparan pornografi, dukungan or-
perilaku berisiko. angtua dalam pacaran, norma subjektif, efikasi diri,
Perilaku berisiko diantaranya adalah perilaku riwayat onani/masturbasi, pengetahuan tentang sek-
seks pranikah, inisiasi seks dini, hubungan seks yang sualitas dan niat berperilaku seksual dengan perilaku
tidak aman, berhubungan seks dengan banyak pasan- seks pranikah remaja di Kota Pontianak tahun 2019
gan berisiko tertular infeksi menular seksual (IMS) (studi pada remaja SMP dan SMA di Kecamatan Pon-
(Bengel, 2002). Hal ini merupakan masalah kesehatan tianak Barat). Jumlah sampel dalam penelitian ini
masyarakat utama di dunia (Blum dan Mmari, 2005). adalah sebanyak 281 responden yang dipilih dengan
Prevalensi perilaku berisiko pada remaja cukup ting- teknik purposive sampling. Instrumen penelitian den-
gi (Fernando, 2009; Thalagala dan Rajapaksa, 2004, gan menggunakan kuesioner.
Perera dan Reece, 2006). Data prevalensi perilaku Untuk mengetahui hubungan antara variabel
seksual berisiko pada remaja mencapai 7% hingga bebas dan terikat dengan skala data nominal-ordinal
47% (Dingeta, Olijira dan Assefa, 2012; Bayissa et al, maka menggunakan uji Chi square dengan tingkat
2016) kepercayaan (CI) 95%. Dalam pengambilan data, pe-
Hasil Survei tahun 2017, menunjukkan bahwa neliti meminta responden mengisi informed consent
terjadi peningkatan jumlah remaja yang melakukan dan menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilaku-
hubungan seks pranikah dibandingkan dengan survey kan. Selain itu, peneliti menjamin kerahasiaan akan
pada tahun sebelumnya (2007) sebesar 2,3% (BPS, data yang diberikan oleh responden.
2012). Tingginya perilaku seks pranikah remaja juga
terjadi di Kota Pontianak. Penelitian terdahulu menun- Hasil dan Pembahasan
jukkan bahwa 14,7% remaja mengaku telah melaku-
kan hubungan seks sebelum menikah (Suwarni dan Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP dan
Selviana, 2015). Banyak faktor yang melatarbelakan- SMA di Kecamatan Pontianak Barat Kota Pontianak
gi perilaku seks pranikah remaja antara lain pengeta- sebanyak 281 responden. Hasil penelitian menunjuk-
huan, monitoring parental, perilaku teman sebaya, kan bahwa sebagian besar responden status pernika-
sikap seksual, norma subjektif, niat berperilaku dan han orangtuanya adalah menikah (89.3%), tinggal
paparan pornografi (Farid, et al, 2013; Mulugeta dan bersama kedua orangtua (77.6%), dan ibu responden
Berhane, 2014; Suwarni dan Selviana, 2015; Akibu, berpendidikan SMA-PT (76.2%). Sebagian besar re-
et al, 2017). Jenis kelamin laki-laki juga berhubungan sponden menyatakan bahwa orangtua tidak pernah
dengan perilaku seks pranikah (Ruangkanchanasetr memberikan pendidikan seksual (53.4%) dan masih
et al, 2005; Dingeta, Olijira dan Assefa, 2012; Tura, menganggap tabu dalam membicarakan tentang seks
Alemseged, dan Dejene, 2012). (70.8%). Selain itu, 22.1% responden yang memper-
Faktor riwayat pacaran, dukungan orangtua cayai mitos seksualitas yang beredar di masyarakat
dalam pacaran, efikasi diri, dan riwayat onai/mas- (melakukan hubungan seksual satu kali tidak dapat
turbasi masih sedikit yang mengaitkan dengan peri- mengakibatkan kehamilan) (Tabel 1).
laku seks pranikah remaja. Beberapa hasil penelitian Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian
dan penelusuran literature sebelumnya menunjukkan sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar
faktor-faktor tersebut berkontribusi pada terjadinya orangtua masih tabu dalam membicarakan seks ke-
perilaku seks pranikah remaja (Davidson dan Moore, pada anak remajanya (Suwarni et al, 2015). Hal ini
1994; Aziz, Altan dan Ejder, 2009; Petersen dan merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi
Hyde, 2011; Dewi, 2012; Ohee dan Purnomo, 2018). orangtua tidak memberikan pendidikan seksualitas
Temuan dalam penelitian ini dapat mendukung un- kepada anak remajanya. Kepercayaan yang muncul
tuk pengembangan program dalam upaya menguran- bahwa membicarakan tentang seksualitas akan men-
gi perilaku seksual berisiko (termasuk perilaku seks dorong aktivitas seksual dini merupakan bentuk per-

108
JVK 5 (2) (2019) hlm. 107 - 114

lawanan dalam memberikan pendidikan seks (Acha- Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan be-
rya et al., 2010; Iyer, Clarke dan Anggleton, 2014), berapa penelitian sebelumnya tentang semakin ban-
meskipun penelitian lainnya menyatakan bahwa pen- yak remaja yang terpapar pornografi (Suwarni dan
didikan seksualitas yang efektif dapat menunda usia Selviana, 2015; Isnaeni, Laksono, dan Deliana, 2017;
inisiasi seksual dan mengurangi perilaku seksual ber- Ambarsari, 2018; Suwarni, Abrori, dan Widyanto,
isiko pada remaja (Aggleton et al., 2012; Bearinger et 2019). Hal ini berdampak pada perilaku seksual re-
al., 2007). Diperkuat dengan beberapa studi sebelum- maja, termasuk melakukan onani/masturbasi hingga
nya yang menemukan bahwa budaya tabu ini merupa- pada perilaku seks pranikah (perilaku seksual ber-
kan faktor penghambat yang siginifikan dalam men- isiko).
Tabel 2. Analisa Univariat
yampaikan pendidikan seksualitas di Asia, termasuk
di Indonesia. Variabel Jumlah %
Mitos seksualitas yang beredar di kalangan re- Jenis kelamin Perempuan 155 55.2
maja dapat berdampak pada perilaku seksual berisiko Laki-laki 126 44.8
(Marlina, Lapau, dan Ezalina, 2013). Mitos yang Riwayat pacaran Tidak pernah 115 40.9
banyak beredar di kalangan remaja antara lain bahwa
Pernah 166 59.1
hubungan seksual satu kali tidak dapat menyebabkan
Paparan pornografi Tidak pernah 95 33.8
kehamilan dan melompat-lompat setelah melakukan
Terpapar 186 66.2
hubungan seksual tidak akan hamil. Hal ini dapat

menyebabkan remaja salah persepsi sehingga mereka Dukungan orangtua dalam Tidak 225 80.1
melakukan perilaku seks berisiko. pacaran Ya 56 19.9

Tabel 1. Karakteristik Responden (n = 281) Norma subjektif tentang Tidak 240 85.4
KTD mendukung
Variabel n %
Status pernikahan orangtua Menikah 251 89.3
Mendukung 41 14.6
Janda/Duda 30 10.7
Efikasi diri Tinggi 263 93.6
Rendah 18 6.4
Status tempat tinggal Bersama kedua 218 77.6
Riwayat onani/masturbasi Tidak pernah 205 73.0
orangtua
63 22.4 Melakukan 76 27.0
Tidak bersama
orangtua Pengetahuan tentang Baik 144 51.2

Pendidikan ibu SMA-PT 214 76.2 seksualitas Kurang baik 137 48.8
SD-SMP 67 23.8 Niat berperilaku seksual Tidak 214 76.2

Pemberian pendidikan seks Diberikan 131 46.6 melakukan

Tidak 150 53.4 Melakukan 67 23.8

diberikan Perilaku seks pranikah Tidak 185 65.8


Orangtua tabu dalam Tidak tabu 82 29.2 melakukan

membicarakan seksualitas Tabu 199 70.8 Melakukan 96 34.2


Sumber: Data Primer 2019
Mitos seksualitas Tidak percaya 219 77.9 6.4% memiliki efikasi diri yang rendah dalam mam- pu
Percaya 62 22.1 tidak melakukan seks pranikah sebelum menikah,27%
Sumber: Data Primer 2019 mengakui melakukan onani/masturbasi, 48.8%
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa seba- berpengetahuan kurang baik tentang seksualitas,23.8%
gian besar responden berjenis kelamin perempuan berniat melakukan perilaku seks pranikah, dan 34.2%
(55.2%), pernah berpacaran (59.1%) dan terpapar melakukan perilaku seks pranikah (kissing, necking,
pornografi (66.2%). Sebanyak 19.9% responden men- petting, intercourse).
yatakan mendapatkan dukungan dalam berpacaran
oleh orangtua, 14.6% memiliki norma subjektif yang
mendukung bahwa kehamilan yang tidak diinginan-
kan (KTD) pada remaja di luar pernikahan merupa-
kan sesuatu yang wajar dan biasa terjadi pada saat ini,
109
Fitrian dkk, Determinan Perilaku Seks Pranikah Remaja...
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubun-
gan yang siginifikan antara jenis kelamin dengan per-
ilaku seks pranikah remaja (p value < 0.05). Remaja
laki-laki berpeluang 1.276 kali melakukan perilaku
seks pranikah daripada remaja perempuan (95% CI
= 1.240-1.717). Sejalan dengan beberapa penelitian
sebelumnya bahwa laki-laki berpeluang lebih besar
melakukan perilaku seks pranikah daripada peremp-
uan (Ruangkanchanasetr et al., 2005; Dingeta,
Olijira& Assefa, 2012; Tura, Alemseged &Dejene,
2012; Marlina, Lapau & Ezalina, 2013; Suwarni &
Selvia- na, 2015). Jenis kelamin merupakan salah
satu faktorpenting dalam memahami sikap terhadap
hubungan seksual (Smith, Guthrie & Oakley, 2005),
yang meru- pakan fakta yang konsisten dengan
temuan dari nega-ra-negara Asia (Kaljee et al., 2007;
Chiao & Yi, 2011).Hal ini dipengaruhi oleh stigma
atau norma subyektifyang ada di masyarakat bahwa
remaja laki-laki diang-

110
JVK 5 (2) (2019) hlm. 107 - 114

gap wajar dalam melakukan perilaku seks pranikah Permisifitas orangtua dalam pacaran remaja mem-
(Smith, Guthrie & Oakley, 2005; Kalmuss, Dadidson pengaruhi sikap remaja tentang pacaran sehingga
& Cohall, 2003), sedangkan remaja perempuan ser- mempengaruhi remaja terlibat dalam perilaku seksual
ingkali disalahkan atas perilaku seks pranikah yang berisiko yang berdampak pada KTD (Rahmatin, Lak-
mengakibatkan pada kehamilan dan infeksi menu- sono & Rustiana, 2018).
lar seksual (Kaljee et al., 2007). Dampaknya adalah Tabel 3. Analisa Bivariat
adanya internalisasi pesan-pesan seksual berdasarkan Perilaku Seks
stigma atau norma subyektif tersebut dalam memben- Pranikah PR
tuk standar ganda tentang inisasi seksual. Laki-laki Tidak p value (95%
lebih permisif terhadap perilaku seks pranikah (Xia- Melaku- CI)
kan
Melaku-
yun et al., 2012). Jenis kan
Kelamin 1.276
Riwayat pacaran juga merupakan determinan
Perempuan 113 72.9 42 27.1 0.006* (1.067-
yang siginifikan dalam perilaku seks pranikah (p val- Laki-laki 72 57.1 54 42.9 1.526)
ue < 0.05). Penelitian ini menemukan bahwa remaja
Riwayat
yang pernah berpacaran atau sedang menjalin hubu- Pacaran 1.459
ngan pacaran berpeluang 1.459 kali melakukan per- Tidak pernah 93 80.9 22 19.1 0.000* (1.240-
ilaku seks pranikah dibandingkan dengan yang tidak Pernah 92 55.4 74 44.6 1.717)
penah pacaran (95% CI = 1.240-1.717). Sejalan den- Paparan
gan temuan beberapa penelitian sebelumnya, status Pornografi
1.335
pacaran (riwayat pacaran) berhubungan signifikan Tidak terpa- 75 78.9 20 21.1 0.001*
(1.140-
par
dengan perilaku seks pranikah pada remaja (Rahma- Terpapar 110 59.1 76 40.9
1.564)
tin, Laksono & Rustiana, 2018; Hardiyati, Iskandar & Dukungan
Hernawaty, 2019). Pacaran merupakan pintu masuk orangtua
dari aktivitas seksual termasuk perilaku seks pranikah 1.396
Tidak men- 157 69.8 68 30.2 0.005*
(1.059-
remaja. Remaja yang sedang menjalin hubungan per- dukung
1.839)
cintaan cenderung akan menyalurkan rasa cinta mel- Mendukung 28 50.0 28 50.0
alui sentuhan-sentuhan (kontak fisik) yang seringkali
berdampak pada perilaku seks pranikah (Manninget Norma
al., 2014). Hal ini diperkuat dengan gejolak dan Subjektif
perkembangan hormon seksual pada remaja menye- Tidak men- 152 63.3 88 36.7 0.032* 0.787
babkan remaja semakin berisiko terlibat dalam peri- dukung (0.658-
Mendukung 33 80.5 8 19.5 0.941)
laku seks pranikah.
Temuan lain dalam penelitian ini adalah paparan Efikasi Diri 1.514
Tinggi 177 67.3 86 32.7 0.048* (0.897-
pornografi juga merupakan determinan yang signifi- Rendah 8 44.4 10 55.6 2.555)
kan pada perilaku seks pranikah pada remaja (p value Riwayat
< 0.05). Remaja yang terpapar pornografi berpeluang Masturbasi
2.079
1.335 kali untuk melakukan perilaku seks pranikah Tidak 157 76.6 48 23.4 0.000*
(1.534-
dibandingkan dengan remaja yang tidak terpapar. melakukan
2.817)
Beberapa penelitian sebelumnya juga memperkuat Melakukan 28 36.8 48 63.2
temuan penelitian ini (Mak et al., 2014; Ambarsari, Pengetahuan
2018; Suwarni, Abrori & Widyanto, 2019). Paparan seksualitas

Baik 103 71.5 41 28.5 1.195


pornografi merupakan salah satu pencetus terjadinya 0.039*
Kurang baik 82 59.9 55 40.1 (1.007-
perilaku seks pranikah. 1.419)
Dukungan orangtua dalam berpacaran juga Niat
merupakan determinan yang signifikan pada peri-laku berperilaku 2.004
seks pranikah remaja (p value < 0.05). Remaja yang Tidak 160 74.8 54 25.2 0.000*
(1.455-
mendapatkan dukungan dari orangtua dalam melakukan
2.759)
Melakukan 25 37.3 42 62.7
berpacaran berpeluang 1.396 kali lebih besar untuk
melakukan perilaku seks pranikah remaja dibanding- ue < 0.05) (Septiarum, Suwarni & Alamsyah, 2019).
kan dengan yang tidak mendapat dukungan (95%CI
= 1.059-1.839) . Sejalan dengan temuan penelitian
sebelumnya, remaja yang orangtuanya permisif ter-
hadap pacaran berisiko mengalam Kehamilan Yang
Tidak Diiinginkan (KTD) sebesar 2.176 kali (p val-
111
Fitrian dkk, Determinan Perilaku Seks Pranikah Remaja...
Sumber: Data Primer 2019
* signifikan (p value < 0.05)
Norma subjektif juga merupakan variabel de-
terminan yang signifikan pada perilaku seks prani-
kah remaja (p value < 0.05). Remaja yang memiliki
norma subjektif yang tidak mendukung tentang KTD
merupakan sesuatu yang wajar dan biasa pada jaman

112
JVK 5 (2) (2019) hlm. 107 - 114

sekarang dapat melindungi remaja (faktor protektif) ini memperkuat teori perilaku terencana (Theory of
sebesar 1.27 kali dari perilaku seks pranikah. Beber- Planned Behavior), yang menyatakan bahwa niat se-
apa penelitian sebelumnya juga mendukung temuan bagai prediktor yang paling besar terhadap perilaku
dalam penelitian ini (Suwarni et al., 2015; Suwarni tertentu (Ajzen, 1991), termasuk perilaku seksual.
& Selviana, 2015; Kumalaningrum, Pamungkasari& Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang
Nurhaeni, 2017). Norma subjektif berperan pent- ing memiliki niat untuk melakukan perilaku seks prani-
pada remaja, yang dapat mempengaruhi baik bu- kah berpeluang 2.004 kali lebih besar untuk melaku-
ruknya perilaku remaja, termasuk perilaku seksual kan perilaku seks pranikah dibandingkan dengan yang
(Svanemyr et al., 2015; Doornwaard et al., 2015). tidak memiliki niat tersebut (95% CI= 1.455-2.759).
Penelitian ini juga menemukan bahwa remaja (Frankel, 2012; Suwarni et al., 2015; Suwarni & Sel-
yang memiliki efikasi diri yang rendah berpeluang viana, 2015; Akibu et al., 2017).
1.514 kali lebih besar untuk melakukan perilaku seks
pranikah dibandingkan dengan yang memiliki efikasi Penutup
tinggi (p value < 0.05; 95% CI = 0.897-2.555). Efikasi
diri merupakan keyakinan terhadap kemampuan se- Determinan perilaku seks pranikah yang signi-
seorang dalam berperilaku atau tidak. Penelitian ini fikan antara lain adalah jenis kelamin laki-laki (PR
menunjukkan bahwa remaja yang memiliki keper- = 1.276), riwayat pernah berpacaran (PR = 1.459),
cayaan terhadap kemampuannya untuk tidak mel- terpapar pornografi (PR = 1.335), dukungan orangtua
akukan seks pranikah cenderung lebih banyak yang dalam berpacaran (PR = 1.396), norma subyektif yang
melakukan perilaku seks pranikah daripada yang mendukung terhadap KTD (PR = 0.787), efikasi diri
yakin dapat menundanya sampai pada pernikahan. yang rendah (PR = 1.514), Riwayat pernah mel-
Remaja dengan efikasi diri yang rendah lebih banyak akukan masturbasi/onani (PR = 2.079), pengetahuan
aktif secara seksual dibandingkan dengan yang tinggi yang kurang tentang seksualitas (PR = 1.195), dan niat
(Reuben, Okeke-Obayemi & Oluwatosin, 2016). Se- berperilaku seks pranikah (PR = 2.004). Diperlu-kan
jalan dengan penelitian sebelumnya, efikasi diri juga strategi yang efektif untuk mencegah dan melind-ungi
merupakan faktor yang berkontribusi signifikan pada remaja melakukan seks pranikah, salah satunya
perilaku seks pranikah pada remaja (Suryoputro, Ford melalui monitoring parental yang efektif.
& Shaluhiyah, 2007; Tsai et al., 2011; Chilisa et al.,
2013; Ghaffari et al., 2016). Ucapan Terima Kasih
Riwayat masturbasi atau onani juga siginifikan
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja (p val- Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebe-
ue < 0.05), remaja yang melakukan onani/masturbasi sar-besarnya pada Kementrian Riset, Teknologi, dan
berpeluang 2.079 kali lebih besar melakukan perilaku Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang sudah
seks pranikah (95% CI = 1.534-2.817). Temuan ini membiayai penelitian ini dalam hibah Program Krea-
sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya bah- tivitas Mahasiswa bidang penelitian (PKM-PSH) ta-
wa remaja yang melakukan perilaku seks pranikah hun 2019.
lebih banyak mengaku melakukan masturbasi atau
onani (Susanto et al., 2016; Alsubaie, 2019). Mas- Daftar Pustaka
turbasi/onani yang menjadi kebiasaan remaja dapat
memicu terjadinya perilaku seks pranikah. Acharya, D.R., Bhattarai, R., Poobalan, A., van Teilin-
Pengetahuan remaja tentang seksualitas turut gen, E.R., & Chapman, G. (2010), “Factors
berkontribusi terjadinya perilaku seks pranikah rema- associated with teenage pregnancy in South
ja (p < 0.05). Remaja yang memilki pengetahuan ten- Asia: a systematic review”, Health Science
tang seksualitas yang rendah berperluang 1.195 kali Journal, Vol. 4 No. 1, pp. 3-14.
lebih besar melakukan perilaku seks pranikah dib- Aggleton, P., Clarke, D., Crewe, M., Kippax, S., Park-
andingkan remaja yang berpengetahuan baik (95% CI er, R. and Yankah, E. (2012), “Educating
= 1.007-1.419). Pengetahuan tentang seksualitas ini about HIV: prevention, impact mitigation
sangat penting dipahami oleh remaja karena mempen- and care”, AIDS, Vol. 26 No. 10, pp. 1215-
garuhi sikap seksualitas dan perilaku seksual rema- ja. 1222.
Sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, Akibu, M., Gebresellasie, F., Zekarias, F., & Tsegaye,
pengetahuan ini merupakan salah satu prediktor peri- W. 2017. Premarital sexual practice and its
laku seks pranikah remaja (Marlina, Lapau & Ezalina, predictors among university students: insti-
2012; Ghaffari et al., 2016; Alsubaie, 2019). tution based cross sectional study. The Pan
Prediktor lain yang signifikan terhadap perila- African Medical Journal, 28: 234.
ku seks pranikah adalah niat berperilaku. Penelitian

113
Fitrian dkk, Determinan Perilaku Seks Pranikah Remaja...

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Or- ties and Social Science, 9(2); 87-95.
ganizational Behavior and Human Decision Davidson, J.K., & Moore, N.B. 1994. Masturbation
Processess, 50:179-211. and premarital sexual intercourse among
Alsubaie, A.S.R. 2019. Exploring Sexual Behaviour college women: making choices for sexual
and Associated Factors among Adolescents fulfillment. J Sex Marital Ther, 20(3): 178-
in Saudi Arabia: A Call to End Ignorance. 199.
Journal of Epidemiology and Global Health, Dewi, A. P. 2012. Hubungan karakteristik remaja
9(1): 76-80. peran teman sebaya dan paparan pornografi
Ambarsari PI. 2018. Peran Media dengan Konten dengan perilaku seksual remaja di Kelura-
Pornografi terhadap Perilaku Seksual Rema- han Pasir Gunung Selatan Depok. http://
ja. Naskah Publikasi, Universitas Muham- lontar.ui.ac.idDoornwaard, S.M., ter Bogt,
madiyah Surakarta. T.F.M., Reitz, E., van den Eijnden, R.J.
Aziz, Y.M.D., Altan, A.E., & Ejder, Y.M.D. 2009. J.M. 2015 Sex-Related Online Behaviors,
Predictor factors associated with premarital Perceived Peer Norms and Adolescents’
sexual behaviors among university students Experience with Sexual Behavior: Testing
in an Islamic Culture. International Journal an Integrative Model. PLoS ONE 10(6):
of Sexual Health, 21(3): 145-152. e0127787. https://doi.org/10.1371/journal.
Badan Pusat Statistik dan Macro International. 2012. pone.0127787
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indo- Dingeta, T., Oljira, L., Assefa, N. Patterns of sexual
nesia. Jakarta. risk behavior among undergraduate univer-
Bayissa, D., Mebrahtu, G., Bayisa, G., Mekuanint, Y. sity students in Ethiopia: a cross-sectional
Assessment of Early Sexual Initiation and study. Pan Afr Med J. 2012;12:33
Associated Factors among Ambo University Farid, N.D., Rus, S.C., Dahlui, M., et al. 2013. De-
Undergraduate Students, Ambo, Ethiopia. J terminants of sexual intercourse initia- tion
Health Med Nurs. 2016;25:35-40 among incarcerated adolescents: A mixed-
Bearinger, L.H., Sieving, R.E., Ferguson, J. and Sharma, V. method study. Singapore Medical Journal,
(2007), “Global perspectives on the sexual and 54(12): 695-701.
reproductive health of adolescents: patterns, pre- Fernando, N.S. 2009. Sexual behavior and substance
vention, and potential”, The Lancet, Vol. 369 No. abuse among youth in the coastal region in
1220, pp. 1220-1231. Galle district. Thesis (MD in Community
Bengel, J. 2002. Sexual Risk Behaviours. Internation- al medicine, Postgraduate Institute of Medi-
Encyclopedia of the Social and Behavioural cine, University of Colombo).
Sciences . pp. 14012–14018. Frankel, A. S. (2012). Predictors of adolescent sexual
Blum, R.W., Mmari, K.N. 2005. Risk and Protective Fac- intentions and behavior: Attitudes, parent-
tors Affecting Adolescent Reproductive Health ing, and neighborhood risk. FIU Electronic
in Developing Countries. Geneva: World Theses and Dissertation, Florida Interna-
Health Organization. tional University.
Chilisa, R., Tihabano, K., Vista, C., Pheko, M., Ghaffari, M., Gharghani, Z.G., Mehrabi, Y., et al.
Losike, N., 2016. Premarital Sexual Intercourse-Related
Mosime, S., Mpeta, K., & Balogun, S.K. 2013. Self-ef- Individual Factors among Iranian Adoles-
ficacy, cents: A Qualitative Study. Iran Red Cres-
Self-esteem and the Intention to Practice Safe Sex cent Med, 18(2): e21220.
among Hadiyati., Iskandar, S., & Hernawaty T. 2019. Re-
Botswana Adolescents. IOSR Journal of Humanities lationship of Adolescent’s Characteristic,
and Smartphone Uses and Premarital Sexual Be-
Social Science. 9(2): 87-95 havior in High School Students. Padjadjaran
Chiao, C., Yi, C.C. 2011. Adolescent Premarital Sex Nursing Journal, 7(1): 1-9.
and Health Outcomes among Taiwanese Isnaeni, N., Laksono, B., & Deliana, S.M. 2017.
Youth: Perception of Best Friends’ Sexual Hubungan antara Pengetahuan, Pola Asuh
Behavior and the Contextual Effect. AIDS Permisif, Tayangan Pornografi, dan Kon-
Care, 23(9):1083–1092. formitas Teman Sebaya dengan Perilaku
Chlilisa, R., Tihabano, K., Vista, C., Pheko, M., et al. Seks Remaja yang menggunakan jasa WPS
2013.Self-efficacy, self esteem and the in- (Wanita Penjaja Seks) di Bandungan Kab.
tention to Practice Safe Sex among Botswa- Semarang. Public Health Perspective Jour-
na Adolescents. IOSR Journal of Humani- nal, 2(1): 34-71.

114
JVK 5 (2) (2019) hlm. 107 - 114

Iyer, P., Clarke, D., & Aggleton, P. 2014. Barriers of meta-analytic results and large datasets. J
to HIV and Sexuality Education in Asia. Sex Res, 48(2-3): 149-165.
Health Education, 114(2): 118-132. Perera, B., & Reece, M. 2006. Sexual behavior of
Kaljee, L.M., Green, M., Riel, R., et al. 2007. Sexual young adults in Sri Lanka: implications for
Stigma, Sexual Behaviors, and Abstinence HIV prevention. AIDS Care, 18(5):497–
among Vietnamese Adolescents: Implica- 500.
tions for Risk and Protective Behaviors for Rahmatin, R., Laksono, B., & Rustiana, E.R. 2018.
HIV, Sexually Transmitted Infections, and Adolescent Sexual Behavior at Risk Un-
Unwanted Pregnancy. Journal of the Asso- intended Pregnancy and HIV AIDS. Pub-lic
ciation of Nurses in AIDS Care, 18(2):48– Health Perspective Journal, 3(2): 108-
59. 116.
Kalmuss, D., Dadidson, A., Cohall, A., et al. 2003. Ruangkanchanasetr, S., Plitponkarnpim, A., Hetra-
Preventing Sexual Risk Behaviors and Preg- kul, P., & Kongsakon, R. 2005. Youth risk
nancy among Teenagers: Linking Research behavior survey: Bangkok, Thailand. J Ado-
and Programs. Perspectives on Sexual and lesc Health, 36:227 –35.
Reproductive Health, 35:87–93. Santrock, J, W. (2012). A Topical Approach to Life-
Kumalaningrum, M., Pamungkasari, E.P., & Nurhae- Span Development. 6th ed. McGraw-Hill
ni, I.D.A. 2017. Multilevel Analysis on the Companies.
Predictors of Safe Sexual Behavior among Septiarum, R., Suwarni, L., & Alamsyah, D. 2019.
Girl Adolescents in Karanganyar, Central Parental Permissiveness and Family Func-
Java. Journal of Health Promotion and Be- tion on Unwanted Pregnancy in Teenagers.
havior, 2(4): 323-331. Unnes Journal of Public Health, 8(1): 16- 22.
Mak, K.K., Lai, C.M., Watanabe, H., et al. 2014. Ep- Smith, L.H., Guthrie, B.J., & Oakley, D.J. 2005. Stud-
idemiology of Internet behavior and addic- ying Adolescent Male Sexuality: Where Are
tion among adolescents in six Asian Coun- We? J Youth Adolesc, 34:361–377
tries. Cyberpsychol Behav Soc Netw, 17(11: Suryoputro, A., Ford, N.J., & Shaluhiyah, Z. 2007.
720-728. Social Learning Theory in Youth Sexual Be-
Manning, W.D., Longmore, A.A., Copp, J., & havior Study in Central Java. Jurnal Promosi
Giordano, P.C. 2014. The Complexities of Kesehatan Indonesia, 2(1): 10-20.
Adolescent Dating and Sexual Relationship: Susanto, T., Rahmawati, I., Wuryaningsih, E.W.,
Fluidity, Meaning(s), and Implications for Saito, R., et al. 2016. Prevalence of factors
Young Adults’ Well-Being. New Dir Child related to active reproductive health be-
Dev, 144: 53-69. havior: a cross-sectional study Indonesian
Marlina, H., Lapau, B., & Ezalina. 2013. Perilaku adolescent. Epidemiology and Health, 38:
Seksual Remaja SMA Negeri Se-Kota Peka- e2016041.
nbaru Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Komu- Suwarni, L., Ismail, D., Prabandari, Y.S., & Adiyanti,
M.G. 2015. Perceived Parental Monitoring
nitas, 2(2): 55-60.
Mulugeta, Y., & Berhane, Y. 2014. Factors associated on Adolescence Premarital Sexual Behavior
with pre-marital sexual debut among unmar- in Pontianak City, Indonesia. International
ried high school female students in bahir Dar Journal of Public Health Science, 4(3): 211-
town, Ethiopia: cross-sectional study. 219.
Suwarni, L., Abrori., Widyanto, R. 2019. Determi-
Ohee, C., & Purnomo, W. 2018. Pengaruh status hubu- nants of the Pornography Exposure Effect
ngan berpacaran terhadap perilaku pacaran on Junior and Senior High School Adoles-
berisiko pada mahasiswa perantau asal Pap- cence in Sanggau District, West Kalimantan.
ua di Kota Surabaya. The Indonesian Jour- Indian Journal of Public Health Research
nal of Public Health, 13(2): 268-280 and Development, 10(3): 941-945.
Okeke, S.R., Okeke-Obayemi., Deborah, O. 2016. Svanemyr, J., Amin, A., Robles, O.J., & Greene, M.
Psychological Predictors of Premarital E. 2015. Creating an Enabling Environment
Sexual Relationship among In-school Ad- for Adolescent Sexual and Reproductive
olescents in a Western Nigerian City. Uni- Health: A Framework and Promising Ap-
versal Journal of Public Health, 4(4): 196- proaches. Journal of Adolescent Health,
202. 56(1): S7-S14.
Petersen, J.L., & Hyde, J.S. 2011. Gender differences
in sexual attitudes and behaviors: a review

115
Fitrian dkk, Determinan Perilaku Seks Pranikah Remaja...

Thalagala, N., & Rajapaksha, L. National survey on


emerging issues among adolescents in Sri
Lanka. In: UNICEF; 2004.
Tsai, C., Chuang, S., Liang, J., & Tsai, M. 2011. Self-
Efficacy in Internet-Based Learning
Environments: A literature review. Jour- nal
of Educational Technology & Society,
14(4): 222-240.
Tura, G., Alemseged, F., & Dejene, S. 2012. Risky
sexual behavior and predisposing factors
among students of Jimma University, Ethi-
opia. Ethiop J Heal Sci, 22(3):170–80.
Xiayun, Z., Chaohua, L., Ersheng, G., et al. 2012.
Gender Differences in Adolescent Premar-
ital Sexual Permissiveness in Three Asian
Cities: Effects of Gender-Role Attitudes. J
Adolesc Health, 50(30):S18-S25.

116

Anda mungkin juga menyukai