Anda di halaman 1dari 4

8

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Income multiplier sektor perekonomian nasional

Income
No Sektor multiplier
1 kehutanan 1.79
2 lembaga keuangan 1.73
3 pertanian tanaman pangan 1,56
4 pertambangan dan pengalian 1,55
Sumber : table I –O 2003 data diolah dalam Departemen kehutanan 2008

Tabel 2. Output multiplier sektor perekonomian nasional

Output
No Sektor multiplier
Pemerintah umum, pertahanan
1 3,02
dan jasa sosial kemasyarakatan
2 lembaga keuangan 1.90
3 kehutanan 1,84
4 Pertanian tanaman pangan 1,57
Sumber : table I –O 2003 data diolah dalam Departemen kehutanan 2008

B. Pembahasan

1. Sumbangan sector kehutanan terhadap PDB

Dalam sistem perhitungan PDB yang berlaku saat ini, yang diperhitungkan

dalam PDB subsektor kehutanaan yang merupakan bagian dari sektor pertanian

hanyalah keguatan sektor hulu dan industri primer pengolahan hasil hutan sedangkan

kegiatan di sektor hilir dan industri pengolahan hasil hutan lanjutan dan tidak

termasuk nilai tambah yang diperhitungkan dalam subsektor kehutanan.

Nilai nominal PDB sektor kehutanan mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. PDB sektor kehutanan pada tahun 1993 ndengan nilai nominalnya kurang dari
9

15 trilyun, sepuluh tahun kemudian pada tahun 2005 telah meningkat lebih dari dua

kali lipat mendekati angka Rp .35 trilyun atau sekitar 20 % dari sektor kehutanan.

Namun peningkatan tersebut tidak sejalan dengan pembentukan PDB Indonesia yang

terus menurun dari waktu ke waktu, padahal pendapatan sektor kehutanan telah

dimasukkan ke dalam sektor industry dibawah departemen perindustrian. Rata- rata

kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDB nasional kurang dari 1,3 %

(suparmoko dan Nurrochmat 2005).

Kecilnya kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB nasional disebabkan nilai

PDB kehutanan hanya menghitung manfaat tangible dari hasil hutan terutama kayu

dan non kayu serta nilai tambah industry primer hasil hutan, serta pencatatan hasil

hutan kayu dan non kayu yang cenderung kurang akurat sehingga sumberdaya yang

dimanfaatkan lebih sedikit dibandingkan dengan sumberdaya alam yang telah

dimanfaatkan dan yang tercatat sebagai sumbangan sektor kehutanan.

Disisi lain manfaat tangiable ini yang sangat besar dari sektor kehutanan dan

kontribusinya terhadap penciptaan nilai tambah bagi sektor lain dari sektor kehutanan

dalam perhitungan PDB yang berlaku sekarang ini dinilai terla;u rendah

(undervalued).

2. Multiplier pendapatan (income multiplier) sektor kehutanan

Didalam hal income multiplier effect sektor kehutanan mempunyai income

multiplier sebesar 1,79 hal ini menunjukkan bahwa juka sektor kehutanan menbayar

upah baru sebasar 1 milyar rupiah. Dibandingkan dengan sektor berbasis sumberdaya

alam lainnya sektor kehutanan memiliki income multiplier paling tinggi. Dapat dilihat

pada table 1.
10

3. Multiplier output (output multiplier) sektor kehutanan

Jika dilihat dari Multiplier output, dengan nilai Multiplier output sebesar 1,84

(tabel 2) berate bahwa terjadi peningkatan final demand, misalnya investor atau

ekspor, disektor kehutanan sebesar satu unit maka output ekonomi secara totsl akan

meningkat sebesar 1,84 kali. Satuunit akan dijual keluar sistem ekonomi tersebut,

sedangkan 0,84 unit akan dikonsumsi oleh sistem ekonomi yang bersangkutan.

4. Multiplier tenaga kerja (employement multiplier) sektor kehutanan

Menurut pornomo (2006) menggambarkan bahwa sektor kehutanan mampu

menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar terutama didaerah pedesaaan, lokasi

sektor kehutanan tumbuh. Bahkan dari hal itu, sector kehutanan menempati posisi

kelima dalam employement multiplier effect.

Selain itu akibat dari employement multiplier effect makin memperjelas

keterkaitan sektor kehutanan dengan sektor – sektor lainnya, yang biasa disebut

dengan linkages (backward dan forward). Backward dan forward linkages

merupakan factor penting dalam merumuskan urgenitas sektor kehutanan, karena

memperhatikan keterkaitan antar sector dalam suatu sistem perekonomian. Sektor

yang memiliki indeks backward dan forward linkages yang kuat jiak benilai lebih dari

1(>1).

5. Perhitungan PDB hijau pada sektor kehutanan

Perhitungan PDB yang dilakukan hingga saat ini ( PDB konvensional) sebenarnya

baru menghitung nilai total barang dan jasa akhir yang dihasilkan selama satu tahun

dan dinyatakan dalam rupiah yang seolah olah menunjukkan gambaran tentang

struktur perekonomian dan pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun secara
11

sektoral. Namun demikian sesungguhnya anggapan tersebut tiak sepenuhnya benar

karena nilai sumberdaya alam yang hilang (eksploitasi) dan kerusakan (degradasi)

belum diperhitungkan sebagai nilai kehilangan dan kerusakan yang sebenarnya harus

dibayar, sehingga nilai- nilai tersebut tercantum dalam PDB yang konvensional itu

belum nenunjukkan kesejahteraan masyarakat yang sebenarnya.

Dalam keterkaitannya dengan pengunaan sumberdaya alam, pendekatan yang

digunakan dalam perhitungan PDB konvesional adalah pendekatan nilai tambah atau

nilai produksi. Berdasarkan konsep perhitungan perhitungan PDB konvesional

pengambilan sumberdaya alam justru dinyatakan sebagai penciptaan nilai tambah dan

belum diperhitungkan sebagai modal alam yang hilang dan juga harus dinilai

penyusutan seperti halnya penyusutan modal buatan manusia (gedung,mesin dan

sebagainya).

Berdasarkan analisis, perhitungan sumbangan sektor kehutana yang ideal

adalah dengan mengunakan PDB hijau karena sudah memasukkan nilai pengambilan

sumberdaya alam serta nilai kerusakan (degradasi) lingkungan, akan tetapi hal

tersebut masih belum dapat dilaksanakan karena belum menjadi standar nasional dan

nilai ekonomi lingkungan dari hutan belum bisa dihitung dengan pasti.

Oleh karena itu perhitungan kontribusi sektor kehutanan dengan mengunakan

metode PDB hijau belum memungkinkan, maka salah satu cara untuk menghitung

kontribusi sektor kehutanan secara proporsional adalah dengan cara melihat

kontribusi sektor kehutanan dari multiplier effect serta forward linkages dan

backward linkagesnya, hal tersebut telah jelas terlihat pada penjelasan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai