Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERBANDINGAN DALAM STUDI ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodelogi Studi Islam

Dosen pengampu : Dian Indah Multazam. M,Sos

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 12

1. HARJI SEHATDO NAULI HARAHAP (0603221001)


2. SUSANTI JAMBAK (0603221024)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Perbandingan Dalam
Studi Islam ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Ibu Dian Indah Multazam, M. Sos pada mata kuliah Teori
Komunikasi. Selain itu,Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Perbandingan Dalam Studi Islam” Bagi para pembaca dan juga bagi penulisnya. Tak lupa
lupa kita selalu bershalawat dan ber-iringkan salam kepada baginda alam Nabi besar, Nabi
Muhammad Saw, Semoga dengan kita selalu bershalawat kepadanya,kita dapat diakui
sebagai umatnya di yaumil akhir kelak nantinya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Indah Multazam, M. Sos selaku
dosen studi mata kuliah Teori Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan oleh karena itu,kritik dan saran yang
diberikan akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini.

Medan, 23 September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Perbandingan Agama.............................................................................3


B. Ruang lingkup Studi Perbandingan Agama.............................................................4
C. ToleransiU mat Beragam Dalam Perbandingan......................................................6
D. Metode Perbandingan Studi Islam...........................................................................8

BAB II PENUTUP..............................................................................................................12

Kesimpulan..............................................................................................................13

Saran .......................................................................................................................13

DAFTAR ISI.......................................................................................................................14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi Islam merupakan bidang kajian yang luas dan penting dalam konteks dunia modern
yang multikultural. Keterlibatan Islam dalam kehidupan sehari-hari, sosial, politik, dan
ekonomi, serta dampak globalnya, menjadikannya subjek studi yang menarik dan relevan.
Dalam konteks ini, perbandingan studi Islam menjadi aspek yang semakin penting,
mengingat tantangan dan peluang yang dihadapi oleh umat Islam dan masyarakat
internasional secara keseluruhan.

Seiring dengan meningkatnya globalisasi, interaksi antarbudaya, dan perubahan sosial


yang cepat, pemahaman yang lebih dalam tentang Islam dan perbandingannya dengan
budaya, agama, dan sistem sosial lainnya menjadi semakin diperlukan. Makalah ini bertujuan
untuk menyelidiki dan menganalisis perbandingan studi Islam dengan pendekatan
komparatif. Hal ini melibatkan pemahaman lebih mendalam tentang ajaran, sejarah, dan
budaya Islam, serta cara-cara di mana Islam berinteraksi dengan budaya dan agama lain di
seluruh dunia.

Studi perbandingan ini juga akan mempertimbangkan dampak teknologi informasi dan
media sosial terhadap persepsi Islam dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi citra dan
hubungan antarbudaya. Dengan menggali lebih dalam studi Islam melalui pendekatan
perbandingan, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih kaya tentang
Islam dalam konteks global yang kompleks saat ini. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang persamaan dan perbedaan, kita dapat mempromosikan toleransi, kerjasama, dan
pemahaman saling antara berbagai budaya dan agama di dunia yang semakin terhubung.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perbandingan agama?
2. Bagaimanakah Islam dan perbandingan Agama lain?
3. Apa toleransi umat beragama melaui perbandingan?
4. Bagaimanakah problem dan prospek perbandingan studi islam?

1
C. Tujuan Masalah
1. Megetahui pengertian perbandingan agama.
2. Memahami Bagaimana Islam dan perbandingan Agama lain.
3. Mengetahui toleransi umat beragama melaui perbandingan.
4. Memahami metode perbandingan studi islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbandingan Agama

Ilmu Perbandingan Agama sebagai sebuah disiplin ilmu sudah lama mendapatkan tempat
di lembaga pendidikan di Indonesia terutama di lembaga pendidikan tinggi atau perguruan
tinggi, namun walaupun begitu ilmu ini ternyata masih belum benar-benar dikenal dan
dipahami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, sehingga banyak yang berpandangan
negatif terhadap ilmu ini. Pandangan negatif masyarakat ini muncul salah satunya yang
paling utama disebabkan oleh nama Ilmu Perbandingan Agama itu sendiri yang berkonotasi
negatif, karena mengandung kesan bahwa ilmu ini kerjanya hanya membanding-bandingkan
agama untuk diteliti kekurangan dan kelemahannya saja, untuk menjatuhkan dan menyerang
agama-agama yang dikajinya, dan lain sebagainya. Penilaian seperti ini terjadi sebenarnya
lebih disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakmengertian masyarakat tentang apa dan
bagaimana sebenarnya Ilmu Perbandingan Agama itu. Untuk mengurangi kesalahpahaman
masyarakat terhadap Ilmu Perbandingan Agama ini, maka perlu diuraikan apa sebenarnya
Ilmu Perbandingan Agama itu(Wach, 2015) .

Dalam arti yang luas perbandingan ilmu agama adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang berusahan untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari pada suatu kepercayan dalam
hubungan nya dengan agama lain. Tugas ilmu perbandingan agama di antara ilmu
pengetahuan lain nya di abad ini tidak bisa di remehkan. Malah ilmu itu telah di kelompokan
kedalam “Carpus of humanities” yang makin meperjelas fungsi nya.fungsi utama yang telah
ada akan di jalankan adalah memahami kehidupan batin, nalar pikiran dan kecendrungan hati
umat beragama. Sehinga dapat di ketahui segi-segi persamaan dan perbedaan antar agama.
Lebih dari itu lagi, ada agama yang datang lebih dahulu merupakn pengantar terhadap
kebenaran agama yang datang kemudian(Mukrimaa et al., 2016).

Di Indonesia, khususnya di lingkungan (UIN). Nama yang umum dipakai adalah


“Perbandingan Agama”. Hal ini dapat dimaklumi karena tokoh yang mula-mula
memperkenalkan dan mengembangkan istilah tersebut di UIN adalah H.A Mukti Ali. Pada

3
masa Mukti Ali, studi agama adalah kajian yang bersifat ilmiah dan objektif. Ilmu
Perbandingan Agama didefinisikan sebagai berikut: “Sebuah cabang ilmu pengetahuan yang
berusaha untuk memahami gejala-gejala dari suatu kepercayaan dalam hubungannya dengan
agama-agama lain, pemahaman ini meliputi persamaan juga perbedaan. Dari pembahasan
yang demikian, maka struktur yang asasi dari pengalaman keagamaan manusia dan
pentingnya bagi hidup dan kehidupan orang itu akan dipelajari dan dimulai(Waluyajati &
Nurani, 2016).

B. Ruang Lingkup Studi Perbandingan Agama


Pengertian agama yang diangkat dari apa yang dipraktikkan oleh kaumnya perlu disikapi
dengan kritis dan hati-hati. Berkenaan dengan ini Taufik Abdullah misalnya telah mengkritik
pendapat Durkheim tentang agama. Taufik Abdullah dalam hal ini mengatakan, barangkali
saya tidak perlu bertolak dari sini, pertama ia (Durkheim) sampai pada kesimpulan tersebut
karena ia hanya meneliti agama melalui tulisan-tulisan para pengembara misionaris dan
kehidupan keagamaan di suku-suku Aborigin di Australia yang dianggapnya paling murni.
Sedangkan penelitian saya adalah pada agama yang bersifat universal. Kedua, Durkheim
terlalu sekuler bagi selera saya. Demikian Taufik Abdullah menilai. Durkheim misalnya
mengatakan, bahwa makin modern suatu masyarakat maka makin berfungsi solidaritas yang
organik. Dalam suasana ini agama telah kehilangan relevansinya, karena telah digantikan
moralitas ilmiah.(Nata, 2004)
Demikian ruang lingkup ilmu perbandingan agama menurut A. Mukti Ali. Ruang lingkup
tersebut mesti ditaati oleh para pengkaji ilmu perbandingan agama. Adapun cara yang
ditempuh dalam ilmu perbandingan agama ialah mengumpulkan dan mencatat segala
kenyataan yang terdapat pada berbagai macam agama yang diselidiki, meliputi studi kitab-
kitab suci, tempat tempat upacara keagamaan seperti Masjid, Gereja, Kuil, Vihara, Klenteng
dan sebagainya.
Selain itu dipelajari juga bentuk upacara keagamaan (ritus) yang dilakukan oleh para
pemeluk agama. Sedangkan yang dijadikan obyek studi ilmu perbandingan agama tidak
hanya terbatas pada agama-agama besar atau agama samawi saja, akan tetapi meliputi semua
agama (samawi dan ardhi) yang pernah hidup dan dianut oleh manusia meskipun hanya
bersifat lokal (agama etnis). Jadi ruanglingkup itu merupakan batasan pembahasan atau
kajian. Ruanglingkup ilmu perbandingan agama adalah batasan kajian atau pembahasan ilmu
perbandingan agama.

4
Mempelajari semua elemen elemen dalam agama-agama (samawi, ardhi, lokal), untuk
melihat persamaan dan perbedaan. Perbandingan Agama tidak membahas/membicarakan
tentang kebenaran dan ketidak benaran dari pada suatu agama yang ia teliti/pelajari, dalam
hal ini semua agama menurut ilmu ini dinilai sama. Pembahasan tentang kebenaran suatu
agama adalah menjadi ruang lingkup pembahasan disiplin ilmu lain seperti theologi atau
filsafat agama.(Arifinsyah, 2018)
Selanjutnya pengalaman agama yang diungkapkan dalam tindakan berupa kultus
(peribadatan) dan pelayanan. Peribadatan sebagai tang-gapan terhadap Realitas Mutlak harus
dilakukan di mana, kapan, bagaimana caranya, dan oleh siapa? Apakah ibadah itu harus
dilakukan sendiri-sendiri atau secara berjamaah? Termasuk dalam uangkapan perbuatan ini
adalah kurban dengan segala seluk-beluknya.
Termasuk dalam pembahasan ini adalah maslah imitation, yaitu mencontoh tingkah laku
dan kehidupan seorang pemimpin agama. Termasuk dalam pembahasan ini adalah keinginan
supaya orang lain juga beragama seperti dia, yaitu masalah missionary atau dakwah.
Akhirnya pengalaman agama yang diungkapkan dalam kelompok berupa kelompok-
kelompok keagamaan (Ecclesia atau Gereja, Kahal, Ummah, Sangha).
Di sini dibahas juga masalah hubungan antara orang yang beragama dengan masyarakat
umumnya, bahasa yang dipergunakan dalam pergaulan mereka baik antar-agama maupun
intra-agama sendiri, fungsi, kharisma, umur, seks, keturunan, dan status (Ali, 1993: 79-81).
Ketiga ekpresi pengalaman agama di atas (pikiran, tindakan, dan kelompok) yang menjadi
obyek Ilmu Perbandingan Agama meliputi semua agama yang ada dan aliran-alirannya.
Kedua pandangan di atas dapat digabungkan sebagai obyek Ilmu Perbandingan Agama.
Pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dan universal bagi setiap agama dan pengalaman
agama, keduanya merupakan aspek aspek penting dari obyek Ilmu Perbandingan
Agama(Ariyanto, 2006).
Dikalangan para ahli masih terdapat perdebatan disekitar permasalahan apakah studi
Islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristiknya antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Pada dataran normativitas studi
Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak,
romantis dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis , metodologis, historis , empiris
terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu
kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para peneliti tertentu yang masih sangat
terbatas.9 Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah,

5
bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan sasaran studi
Islam(Leal & Moreira, 2023).
C. Toleransi Umat Beragama Dalam Perbandingan

Sebagaimana disiplin ilmu studi Agama memposisikan agama sebagai sasaran atau objek
studinya, maka studi Islam atau pengkajian Islam (islamic studies), dengan padanan katannya
dalam berbagai redaksi bahasa, serta eksplanasinya dalam bentuk rumusan definisi
sebagaimana telah diuraikan di atas, maka sesungguhnya dapat dipastikan bahwa objek yang
menjadi sasaran dalam penelitian atau studi Islam adalah agama Islam itu sendiri. Dengan
ungkapan lain, Islam sebagai agama adalah merupakan objek atau sasaran penelitian atau
kajian dalam studi Islam. Singkat kata, Studi Islam adalah studi atau pengkajian atau
penelitian terhadap agama Islam(Muhaimin, Abdul Mujib, 2005).

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah
“damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering
dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi
seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah
ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam
menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak
Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya,
‘dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-
orang yang beriman semuanya?”

Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: “Sesungguhnya ini adalah umatmu
semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya
umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-
masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun
Islam juga menjelaskan “sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil”.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat
komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama.
Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia.
Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Al-khalqu kulluhum ‘iyālullāhi fa

6
ahabbuhum ilahi anfa’uhum li’iyālihi” (“Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang
paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”).

Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan


keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap
sebagai bagian yang melibatkn Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dalam Syu’ab al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-Baihaqi,
dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti
akan membongkar aibnya di hari pembalasan”.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman
bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka
menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi
prinsip yang sangat kuat di dalam Islam(Sarwono, 2020).

Kerukunan antarumat seagama merupakan bentuk kerukunan dalam hubungan internal


umat yang memeluk satu agama. Misalnya antara seorang muslim dengan muslim lainnya,
antara seorang penganut Kristen dengan penganut Kristen lainnya. Kerukunan seagama ini
harus tercipta di antara kita, misalnya sebagai umat Islam yang selalu menjunjung tinggi
kerukunan antarsesama. Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan
kesatuan untuk melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati
adanya perbedaan yang masih bisa ditolerir. Misal dalam Islam ada ormas keagamaan
Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Alwashliyah, dan sebagainya. Dalam protestan ada GBI,
Pantekosta dan sebagainya. Dalam katolik ada Roma dan ortodoks. Hendaknya dalam intern
masing-masing agama tercipta suatu kerukunan dan kebersatuan dalam masing-masing faham

Di antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama lain, nama
agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya. Tapi, nama
Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah. Yang memberi nama Islam
juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat, tapi Allah Ta’ala, Pencipta alam semesta
dan segala isinya. Jadi, Islam sudah dikenal sejak sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw.
dengan nama yang diberikan Allah.

Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni.
Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada
para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak kepada

7
ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain, seperti Yahudi dan Nasrani, adalah
penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para nabi tersebut(Arifinsyah, 2018).

D. Metode Perbandingan Studi Islam\

Ada beberapa metode yang di- gunakan dalam Ilmu Perbandingan Agama. Metode-
metode tersebut ialah:

a. Metode Historis.

Dalam metode ini agama dikaji dari segi atau aspek periodesasi dan saling pengaruh
antara agama yang satu dengan agama lainnya. Di sini dikaji asal- usul dan pertumbuhan
pemikiran dan lembaga-lembaga agama melalui periode-periode perkembangan sejarah
tertentu, serta memahami peranan kekuatan-kekuatan yang diperlihatkan oleh agama dalam
periode tersebut.

Agama yang dikaji dalam metode ini bukan hanya agama secara kese- luruhan, tetapi
juga dapat dikaji aliran- aliran tertentu dari suatu agama maupun tokoh-tokoh tertentu dari
suatu agama dalam periode tertentu dalam Sejarah.

b. Metode Sosilogis

Dalam metode ini dikaji problem- problem agama dan masyarakat dalam
hubungannya satu sama lainnya. Banyak yang dapat dikaji dalam metode ini. Misalnya
pengaruh kehidupan masya- rakat dan perubahan-perubahannya terhadap pengalaman agama
dan organisasi-organisasinya; pengaruh masyarakat terhadap ajaran-ajaran agama, praktek-
praktek agama, golongan- golongan agama, jenis-jenis kepemim- pinan agama; pengaruh
agama terhadap perubahan-perubahan sosial, struktur- struktur sosial, pemenuhan atau
fustrasi kebutuhan kepribadian; pengaruh timbal balik antara masyarakat dengan struktur
intern persekutuan agama (segi keluar- masuknya jadi anggota, segi kepemim- pinannya,
toleransinya, kharismanya, dsb.); pengaruh gejala-gejala kemasya- rakatan (mekanisasi,
industrialisasi, ur- banisasi, dsb.) terhadap agama; pengaruh agama terhadap etik, hukum,
negara, politik, ekonomi, hubungan-hubungan sosial, dsb.

c. Metode psikologis.

Di sini dikaji aspek batin dari pengalaman agama individu maupun kelompok (Wach,
1969: 23). Di dalam metode ini dikaji interrelasi dan interaksi antara agama dengan jiwa

8
manusia (Jongeneel, 1978: 86). Kajian psikologis ini meliputi masalah arketipus, symbol,
mite, numinous, penyataan (wahyu), iman, pertobatan, revival, suara hati, keinsafan dosa,
perasaan bersalah, pengakuan dosa, pengampunan, kekha watiran, kebimbangan, penyerahan
diri, kelepasan, askese, kesucian, mistik, meditasi, kontemplasi, ekstase, orang- orang
introvert agama, orang-orang ekstrovert agama, kehidupan jiwa orang-orang psikose,
psikopati, neu- rose, dsb

Beberapa contoh dari peng- gunaan metode psikologis misalnya: kajian agama yang
dilakukan oleh J. M. Charcot dan P. Janet. Mereka menyim- pulkan bahwa agama dapat
dijabarkan terutama kepada neurose dan histeri. Sigmund Freud menyimpulkan bahwa agama
harus dipandang sebagai suatu gejala dari tahun-tahun masa kecil yang watiran,
kebimbangan, penyerahan diri, kelepasan, askese, kesucian, mistik, meditasi, kontemplasi,
ekstase, orang- orang introvert agama, orang-orang ekstrovert agama, kehidupan jiwa orang-
orang psikose, psikopati, neu- rose, dsb

Beberapa contoh dari peng- gunaan metode psikologis misalnya: kajian agama yang
dilakukan oleh J. M. Charcot dan P. Janet. Mereka menyim- pulkan bahwa agama dapat
dijabarkan terutama kepada neurose dan histeri. Sigmund Freud menyimpulkan bahwa agama
harus dipandang sebagai suatu gejala dari tahun-tahun masa kecil yang hidup terus dalam
kedewasaan, suatu ketidakdewasaan yang kolektif, suatu simtom neurotis, suatu impian,
suatu illusi. W. Wund berpendapat bahwa agama ditinjau dari segi asal-usulnya merupakan
gejala yang berhubungan dengan kehidupan jiwa bangsa, bukan kehidupan jiwa individu.
William James menyimpulkan bahwa orang healthy minded soul dapat mengembangkan diri
secara selaras, sedang orang yang sick soul bersifat pesimistis dan bertabiat melankolis.

d. Metode Antropologis.

Metode ini memandang agama dari sudut pandang budaya manusia. Asal-usul dan
perkembangan agama dikaitkan dengan budaya manusia (Harsojo, 1984: 221). Biasanya
metode ini berjalan sejajar dengan aliran-aliran yang ada dalam antropologi. Misalnya aliran
evolusionisme, fungsionalisme, strukturalisme.

Contoh dari penggunaan metode antropologis ini misalnya: Kajian E.B. Taylor dalam
bukunya Primitive Culture, yang menyimpulkan bahwa menurut evolusi asal-usul agama
adalah animisme. Berikutnya Andrew Lang dalam bukunya The Making of Religion
menyimpulkan bahwa awal agama adalah kepercayaan kepada dewa yang tertinggi. Akhirnya

9
James Frazer dalam bukunya The Golden Bough menyimpulkan bahwa magi merupakan
agama yang tertua.

antara lain: Edward B. Tylor, Andrew Lang, James George Frazer, Robert R. Marett,
Wilhelm Schmidt, Arnold vn Gennep, Bronislaw Malinowski, Robert H. Lowie
(Waardenburg, 1973: xi, xiii).

e. Metode Fenomenologis.

Metode ini mengkaji agama dari segi essensinya. Dalam metode ini pengkaji agama
berusaha menge- nyampingkan hal-hal yang bersifat subyektif. Pengkaji agama berusaha
mengkaji agama menurut apa yang difahami oleh pemeluknya sendiri, bukan menurut
pengkaji agama.

Cara kerja metode ini adalah mengklasifikasi, menamai, memban- dingkan dan
melukiskan gejala agama dan gejala-gejala agamani tersendiri (tertentu), dengan tidak
memberikan penilaian tentang nilai, kenyataan dan kebenaran agama dan gejala-gejala agama
tersendiri (tertentu), tetapi menyerahkannya kepada filsafat agama dan teologi sistematis.
Filsafat agama akan menilainya dalam terang akal-budi yang murni, sedang teologi sistematis
akan menilainya dalam Penyataan Ilahi atau Wahyu.

f. Metode Typologis.

Metode ini mengkaji agama atau gejala-gejala agama dengan membuat tipe-tipe
tertentu. Di sini gejala-gejala agama yang ruwet disusun dengan tipe- tipe ideal. Dalam
metode ini disusunlah tipe-tipe mistik, teologi, peribadatan,

kharisma agama, pemimpin agama, kekuatan agama, kelompok-kelompok agama,


kejiwaan pemeluk agama, dsb. Beberapa sarjana yang meng- gunakan metode tipologis ini
misalnya: Max Weber, Howard Becker, Wiliiam James, Wilhelm Dilthy, Herder, Hegel
(Wach, 1961: 26).

g. Metode Perbandingan atau Kom- paratif.

Dalam metode ini agama secara umum atau gejala-gejala agama (unsur- agama)
diperbandingkan satu dengan lainnya. Ada beberapa cara dalam membandingkan ini.
Menurut Ake Hultkranz, yang dibandingkan adalah fungsi-fungsi unsur agama dalam konteks
budaya. Menurut O. Lewis, perban- dingan bisa berupa perbandingan ter- batas maupun

10
perbandingan tak terbatas. Menurut Platvoet, perbandingan dapat berupa agama-agama
sebagai keselu- ruhan maupun perbandingan gejala- gejala yang bersamaan di dalam agama-
agama. Adapun van Baaren dan Leer- touver membedakan antara perban- dingan
transkultural dengan perban- dingan kontekstual. Dalam perban- dingan transkultural
perhatian ditujukan kepada pada cara dan unsur-unsur agama yang dianggap oleh penganut
agama tersebut berbeda dengan cara dan unsur agama orang luar. Sedang dalam
perbandingan kontekstual agama atau unsur agama dibandingkan dalam situasi konteks
agama dan kebudayaan masing- masing.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1.Ilmu Perbandingan Agama meru- pakan ilmu yang mengkaji agama- agama dengan
menggunakan bebe- rapa metode ilmiah dan dogmatis sekaligus (ilmiah-agamis, religio-
scientific atau scientific-cum- doktrinair).

2. Perkembangan Ilmu Perbandingan Agama di Barat lebih menguntungkan dibandingkan di


Dunia Islam dan di Indonesia. Perkembangan di Barat lebih menguntungkan karena didukung
oleh suasana ilmiah yang kondusif dan dana yang cukup tersedia. Perkembangan di dunia
Islam dan di Indonesia kurang menguntungkan di samping kurang kondosifnya suasana
ilmiah juga masih kekurangan dana.

3. Ilmu Perbandingan Agama sangat bermanfaat bagi seorang Muslim, sebab dengan
mempelajarinya dapat memahami agama-agama lain baik ajaran-ajarannya maupun perkem-
bangan penafsiran dan lembaganya secara empiris. Selanjutnya dapat menemukan mutu
manikam keung- gulan ajaran Islam setelah diban- dingkan dengan agama-agama lain.
Akhirnya dapat digunakan sebagai dialog, kerukunan hidup beragama dan dakwah.

Saran

Meskipun Islam menunjukkan keragaman dalam pandangan dan praktik, ia juga


memiliki akar bersama dalam keyakinan akan satu Tuhan dan nabi terakhir, Nabi
Muhammad. Keterbukaan untuk keragaman ini adalah salah satu karakteristik penting Islam,
yang memungkinkan agama ini bertahan dan tumbuh dalam berbagai konteks budaya dan
geografis. Studi perbandingan ini telah membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang Islam sebagai agama yang kompleks dan beragam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arifinsyah. (2018). Ilmu Perbandingan Agama: dari Regulasi ke Toleransi. 145.

Ariyanto, M. D. (2006). Ilmu Perbandingan Agama (Isi, Perkembangan, dan Manfaatnya bagi
seorang Muslim). Suhuf, 18(2), 109–123.
http://publikasiilmiah.ums.ac.id:80/handle/123456789/879

Leal, R. de A., & Moreira, M. R. P. (2023). Metodologia. In Os desafios para o


gerenciamento de encostas da cidade do Recife junto aos reflexos das mudanças
climáticas: um estudo aplicado à 3a região político-administrativa – RPA 3.
https://doi.org/10.51859/amplla.dge969.1123-3

Muhaimin, Abdul Mujib, J. M. (2005). Studi Islam, Makna Dan Sasaran Kajian. Kawasan
Dan Wawasan Studi Islam, 12–26.

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D., ‫ د‬,‫غسان‬.,
Taniredja, T., Faridli, E. M., & Harmianto, S. (2016). No 主観的健康感を中心とした
在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Jurnal
Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(August), 128.

Nata, A. (2004). Metodologi Studi Islam (Issue June).

Sarwono, Y. (2020). TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF


ISLAM (Suatu Tinjauan Historis) Oleh : Aslati, M. Ag Abstrak. 1–9.

Wach, J. (2015). Ilmu Perbandingan Agama.

Waluyajati, R. S. R., & Nurani, H. (2016). Islam dan Studi Agama-Agama di Indonesia.
Religious: Jurnal Agama Dan Lintas Budaya, 1(1), 51–62.

13
14

Anda mungkin juga menyukai