Makalah Teori Komunikasi Kelompok 5 A
Makalah Teori Komunikasi Kelompok 5 A
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teoi Komunikasi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya,
Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori Komunikasi
Kelompok ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Bapak Muhammad Fharisi, M. Sos pada mata kuliah Teori
Komunikasi. Selain itu,Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang “ Teori
Komunikasi Kelompok ” Bagi para pembaca dan juga bagi penulisnya. Tak lupa lupa kita
selalu bershalawat dan ber-iringkan salam kepada baginda alam Nabi besar, Nabi Muhammad
Saw, Semoga dengan kita selalu bershalawat kepadanya,kita dapat diakui sebagai umatnya di
yaumil akhir kelak nantinya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Fharisi, M. Sos selaku
dosen studi mata kuliah Teori Komunikasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna dan oleh karena itu,kritik dan saran yang
diberikan akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
Kesimpulan..............................................................................................................15
Saran........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yakni pesan yang disampaikan kepada individu yang lainya dibalas juga dengan suatu pesan
yang telah di interpretasikan oleh si penerima pesan tersebut sebelum disampaikan sebagai
interpersoal adalah keterikatan dan tujuan yang hendak dicapai. Didalam komunikasi
interpersonal tujuan dari individu yang ingin dicapai, sedangkan didalam kelompok adalah
1
B. Rumusan Malasah
1. Pengertian dari komunikasi kelompok?
2. Apa fungsi dari komunikasi Kelompok?
3. Bagaimana karakteristik komunikasi kelompok?
4. Apa saja teori-teori komunikasi kelompok?
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berbicara soal komunikasi kelompok ada dua pilar gagasan yang perlu ditekankan
ketika kita berbicara tentang komunikasi kelompok,antara lain yaitu komunikasi dan
kelompok,istilah komunikasi dalam bahasa inggris adalah “communication”yang berasal dari
bahasa latin “communicates”atau communication”yang memiliki arti berbagi,memiliki
makna bersama diantara yang terlibat dalam komunikasi tersebut (Cornelia Banunaek et al.,
n.d.).
Sedangkan kelompok adalah bagian yang tidak bisa diceraikan dari kehidupan
manusia,dikarenakan melalui kelompok manusia dapat berbagi dan bertukar
informasi,pengalaman dan juga pengetahuan antara anggota kelompok satu dengan yang
lainnya.kelompok merupakan suatu unit sosial yang memiliki dua atau lebih individu yang
mengadakan interaksi sosial yang cukup sungguh-sungguh dan teratur sehingga di antara
individu itu sudah terdapat pembagian tugas,norma-norma dan struktur tertentu didalam
kelompok tersebut.
3
Sejumlah ahli komunikasi memberikan definisi yang berbeda mengenai komunikasi
kelompok ini. Diantaranya Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan
komunikasi kelompok “the face-to-face interaction of three or more individuals, for a
recognized purpose such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such
that the members are able to recall personal characteristics of other members accurately”
(komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih,
dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan
masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota yang lain secara tepat. Sementara itu, Mulyana (2003) mendefinisikan kelompok
sebagai sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok
diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan dengan adanya fungsi-
fungsi yang dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut, antara lain fungsi hubungan sosial,
fungsi pendidikan, fungsi persuasi, fungsi pemecahan masalah, fungsi pembuatan keputusan,
dan fungsi terapi (Ali Nurdin_Buku Komunikasi Kelompok Dan Organisasi, n.d.).
Littlejohn dan Foss berpendapat bahwa teori tentang komunikasi kelompok bertujuan
untuk mengembangkan pengetahuan praktis tentang perilaku kelompok yang dapat memandu
fasilitator kelompok maupun anggota kelompok. Sehingga teori tersebut digunakan untuk
mempelajari jenis kelompok umum maupun kelompok yang dibuat dengan dengan tujuan
tertentu. Yaitu kelompok yang dibentuk untuk pengambilan keputusan dan kelompok yang
berorientasi pada tugas (Wardyaningrum, 2015).
Pada kelompok biasanya terdapat lima tahapan yang biasanya dilalui oleh kelompok
dalam mencapai tahap pengambilan keputusan yaitu 1) analisa masalah 2) menentukan
kriteria yang digunakan untuk evaluasi 3) mengembangkan alternatif solusi 4) Melakukan
evaluasi terhadap konsekuensi positif dan 5)Melakukan evaluasi terhadap konsekuensi
negatif yang mungkin akan terjadi.
4
Pada tahap pertama kelompok berusaha melakukan pengembangan dan identifikasi
secara akurat masalah yang akan diselesaikan. Tahap ini sangat penting karena seringkali
kelompok tidak dapat melakukan identifikasi masalah dengan tepat, atau tidak dapat melihat
masalah yang sebenarnya. Pada tahap kedua kelompok berusaha mencapai kesepakatan untuk
menentukan secara tepat kriteria apa saja yang akan digunakan untuk mengambil keputusan.
Tahap ketiga adalah tahap dimana kelompok dapat mengasilkan beberapa alternatif pilihan
yang dapat diterima oleh kelompok. Pada tahap keempat dan kelima, kelompok melakukan
evaluasi terhadap kemungkinan timbulnya konskuensi negatif maupun konsekuensi positif
yang timbul dari setiap pilihan alternatif yang ada (Teori Komunikasi et al., n.d.).
Di sinilah maka peran komunikasi kelompok menjadi amat penting. Karena disetiap
tahapan proses pengambilan keputusan komunikasi dilakukan dengan saling memberikan
informasi diantara anggota kelompok, mempertimbangkan pendapat anggota terhadap
alternatif pilihan yang ada dan selanjutnya secara bersamasama mengembangkan berbagai
macam alternatif pilihan. Anggota kelompok tentunya masing-masing memiliki keinginan
untuk menyampaikan pendapatnya, namun disisi lain juga perlu memberi kesempatan
anggota lain untuk menyampaikan berbagai macam gagasannya. Sehingga Poole menegaskan
bahwa proses inilah yang akan menjadikan pengambilan keputusan mencapai kualitas yang
terbaik.
Beberapa konsep dalam teori fungsional juga penting untuk mendukung komunikasi
kelompok. Benne dan Sheats seperti dikutip dalam Pace & Faules (2006:319)
memperkenalkan dan menggolongkan peranan fungsional yang dilakukan oleh anggota
kelompok dan tim kedalam tiga kategori besar. Pertama, peranan yang memperlancar
pengaruh kelompok dalam pemecahan masalah (peranan tugas). Kedua, peranan yang
mempertahankan, memperkuat, mengatur dan terus menerus menghidupkan kelompok atau
tim (peranan pemeliharaan). Ketiga, peranan yang mengganggu kemajuan dan usaha
kelompok dengan menonjolkan pemenuhan kebutuhan perorangan yang tidak relevan atau
bertentangan dengan penyelesaian tugas dan pemeliharaan kelompok (peranan mengganggu)
(Wardyaningrum, 2015).
5
secara khusus tentang pengambilan keputusan dalam kelompok, namun kiranya perlu untuk
dipahami bahwa salah satu keberlangsungan suatu kelompok adalah kemampuannya dalam
melakukan pengambilan keputusan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam konsep ini
adalah dari pendekatan fungsional. Dari pendekatan fungsional argumentasi yang
dikemukakan Riecken dalam Hirokawa & Salazar seperti dikutip dalam Frey, Gouran &
Poole (1999:177) adalah bahwa interaksi yang terjadi antar individu dalam kelompok akan
berdampak pada kualitas keputusan yang diambil. Dalam hal ini anggota kelompok saling
mempersuasi anggota lainnya dengan komunikasi. Sehingga dapat diperoleh suatu pandangan
yang sama dan menggunakan informasi yang dikontribusikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa studi tradisi fungsional mengkaji tentang
proses komunikasi dalam pengambilan keputusan kelompok serta membuat beberapa
hipotesa bahwa kehadiran komunikasi akan menggiring pada kualitas pengambilan keputusan
yang lebih tinggi atau memberikan penyelesaian masalah yang lebih efektif. Poole dalam
Miller menyatakan kesimpulannya :
“if group activities are in in the service of adequate problem analysis, clear and
realistic goal setting, and critical and realistic evaluation of information and options, a
group shuld be more, likely to make an effective decision”
Salah satu konsep awal dari teori fungsional berasal dari Beles’s Equilibrium Theory
yang mendukung uraian diatas menekankan bahwa kelompok yang efektif harus dapat
memenuhi dua kebutuhan yaitu fungsi tugas dan fungsi kebutuhan emosi sosial anggotanya,
dengan cara menjaga keseimbangan antara keduanya. Fungsi kelompok sebagai pemenuhan
tugas akan membawa implikasi terhadap proses pengambilan keputusan orientasi, evaluasi,
dan kontrol- yang memberikan sejumlah tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang
harus diputuskan dalam kelompok. Konsekuensi lainnya maka berbagai persoalan emosi
sosial akan timbul sebagai akibat dari timbulnya ketidaksetujuan pendapat antar anggota dan
ketegangan yang muncul sebagai dampak dari orientasi anggota kelompok yang lebih
berfokus pada beban tugas atau pekerjaan daripada hubungan antara anggotanya. Kondisi
sosial emosional anggota kelompok sebaiknya dapat dikelola dalam bentuk ungkapan
gurauan, atau ada sarana pelepas stress. Karena jika tekanan emosi sosial ini tidak dikelola
dari waktu kewaktu dapat menurunkan produktivitas kelompok secara keseluruhan. Disisi
lain keseimbangan antara fungsi tugas dan pemenuhan kebutuhan sosial emosional perlu
6
dicermati terutama pada periose-periode transisi (Jiunkpe-Is-S1-2016-51409103-37244-
Kelompok-Chapter2, n.d.).
Pada intinya setiap individu dalam kelompok yang akan membawa karakteristik
kelompok. Untuk itu langkah pertama dalam belajar mengelola kelompok secara efektif
adalah mengetahui karakteristik kelompok dan memahami prilaku kelompok, maka perlu di
pahami tujuh karakter kelompok umum sebagai berikut (Andrades & Dimanche, 2017):
A. Struktur
Didalam setiap kelompok, beberapa tipe struktur terdapat dalam periode tertentu.
Anggota kelompok dibedakan atas faktor-faktor dasar seperti: keahlian, agresivitas,
kekuasaan dan status, dan masing-masing anggota memiliki satu posisi dalam kelompok.
Struktur kelompok merupakan pola hubungan diantara posisi. Dalam banyak situasi,
perbedaan status diantara posisi menciptakan struktur hirearki kelompok.
B. Status Hirearki
Status merupakan posisi atau peringkat yang didefenisikan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain. Status ditujukan pada
suatu posisi tertentu yang umumnya adalah konsekuensi dari karakteristik tertentu yng
mebedakn posisi satu dari posisi lain. Misalnya seseorang diberikan status karena faktor
semioritas pekerjaan umur atau kemampuan. Dan status disini tidak ada kaitannya dengan
7
hirearki formal. Contohnya seorang pekerja yang lebih tua, lebih senior dianggap lebih cakap
secara teknis sehingga statusnya lebih tinggi dari pekerj yang lebih muda.
C. Peran
Peran adalah sekumpulan prilaku yang diatur yang diharapkan dari sesorang yng
menduduki posisi tertentu. Konsep peran penting memahami prilaku kelompok. Peran
ditujukan pada pola prilaku yag diharapakan menjadi sifat untuk posisi tertentu disuatu
organisasi. Suatu peran termasuk sikap dan nilai-nilai seperti halnya bentuk prilaku tertentu.
Peran merupakan apa yang harus dilakukan oleh seseorang guna mensahkan keberadaannya
pada posisi tertentu. Contohnya, peran dokter dan pasien adalah tergantung seberapa besar ia
melakukan peran yang secara kultural didefenisikan untuk suatu posisi.
D. Norma
Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang- orang dalam
suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu sama lainnya
-Social
-Procedural
-Dan tugas
8
norma-norma yang akan menyalurkan tekanan kelompok yang tidak terelakan dalam arah
yang terkonstruktif.
E. Kepemimpinan
F. Kohesivitas ( kekompakan/kepaduan)
9
G.Konfilik
Jika disebuah di organisasi mendapatkan peran yang tidak sesuai dengan prilaku
peran yang tepat mak timbullah konflik. Seorang yang konflik perannya bertentangan
mengalami stres psikologis yang menghasilkan masalah emosional dan tidak bisa mengambil
keputusan.
E.Kepemimpinan
F.Kohesivitas ( kekompakan/kepaduan)
G.Konfilik
Jika disebuah di organisasi mendapatkan peran yang tidak sesuai dengan prilaku
peran yang tepat mak timbullah konflik. Seorang yang konflik perannya bertentangan
mengalami stres psikologis yang menghasilkan masalah emosional dan tidak bisa mengambil
keputusan.
10
E.Kepemimpinan
Komunikasi kelompok sama hal nya seperti komunikasi antar personal,iya juga
mempunyai teori-teori pendukung seperti: teori Psikodinamika,Fundamental Interpersonal
Relations Orientation (FIRO) Theory dan lain sebagainya,disini kami akan lebih menjelaskan
maksud dari teori-teori tersebut (Rahman et al., n.d.).
Teori psikodinamika
Teori Psikodinamika dari fungsi kelompok dikemukakan oleh Bion pada tahun 1948-
1951.sebelum menggemukakan teori Psikodinamika,Bion terlebih dahulu melakukan
pengamatan dan partisipasinya dalam kelompok-kelompok terapi teori psikodinamika dari
fungsi kelompok yang berawal dari teori neonalitas.teori neonalitas ini terlahir dari ajaran-
ajaran neonalisis yang berasal dari teori Freud.dan terdapat juga tokoh-tokoh lainnya yang
juga mengembangkan teori tersebut,seperti Sullivan,Adler,Fromm,dan Hormay.
Asumsi dasar yang terlahir dari teori psikodinamika dari fungsi kelompok
yaitu,kelompok bukanlah hanya sekedar kumpulan individu,akan tetapi ini merupakan suatu
kesatuan dengan ciri dinamika dan emosional tersendiri.kelompok-kelompok ini mempunyai
ciri yaitu sebagai berikut,berfungsi pada taraf tidak sadar yang berdasarkan atas suatu
kecemasan dan motivasi yang ada pada diri manusia.
11
Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory
Asumsi dasar ide pokok dari FIRO Theory iyalah bahwa setiap orang
mengorientasikan dirinya kepada orang lain dengan cara tertentu dan juga ini merupakan
faktor utama yang mempengaruhi perilakunya dalam menjalin hubungan dengan orang lain
dalam sebuah kelompok asumsi dasar dari teori ini iyalah suatu idividu terdorong untuk
memasuki suatu kelompok karena dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain
yaitu:Inslusion,control,affection.
Model Fisher
Model Fisher sama dengan namanya teori ini dikemukakan oleh Aubrey
Fisher,munculnya teori ini di latar belakangin oleh adanya pembagian dari kelompok
besar,teori ini iyalah suatu bagian dari tindakan komunikasi kelompok tugas.dalam teori
model Fisher ini terdapat empat tahapan yang harus dilewati seseorang dalam menjalani suatu
hubungan dengan angota kelompok.
Asumsi dasar teori ini menjelaskan bagaimana proses yang mesti dilalui seseorang
ketika berada dalam suatu kelompok untuk menghasilkan sesuatu yang disepakati bersama
antar anggota kelompok,asumsi dasar dari teori ini adalah adanya tahapan-tahapan yang harus
dilakukan seseorang untuk menjalin hubungan dengan orang lain,tahapan-tahapan tersebut
antara lain yaitu: Orientasi, Konflik, Pemunculan, Peneguhan.
12
interaksi yang mempunyai kelemahan teoritis tertentu,maka beranjak dari itu stogdill
mengajukan teori presentasi kelompok,
Teori yang dijabarkan oleh Stogdill ini menyertakan masukan (input) variable media
dan juga prestasi (output) dari suatu kelompok.teori ini juga merupakan hasil dari
pengembangan teori-teori sebelumnya yang dimana masuk dalam tuga orientasi yang berbeda
beda,seperti:orientasi penguat (teori-teori belajar),orientasi lapangan (teori-teori tentang
interaksi) dan orientasi kognitif (teori-teori harapan).
Asumsi dasar dari teori ini adalah proses terjadinya dalam kelompok dimana dimulai
dari masukkan keluaran melalui variable-variable media,di teori ini akan terdapat umpan
balik (feedback) (Ode et al., n.d.).
Model Chesebro, Cragan, dan McCullough merupakan model yang sama dengan
penemunya, yaitu James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough. Teori ini
merupakan hasil dari studi 101 lapangan yang dilakukan oleh ketiga penemunya di Minessota
tentang gerakan revolusioner kaum homoseksual. Awal dari adanya penelitian yang
dilakukan ketiganya karena pada tahun 1960-an di Amerika muncul gerakan emansipasi
wanita yang radikal, tujuannya untuk menentang masyarakat yang didominasi oleh kaum
pria. Gerakan radikal ini merupakan pendorong dari gerakan radikal yang dilakukan oleh
kelompok sesudahnya. Misalnya saja pada tahun 1978, dunia dikejutkan dengan terjadinya
peristiwa bunuh diri masal yang dilakukan oleh 900 orang anggota Kuil Rakyat dari pendeta
Jimmy Jones. Komunikasi kelompok digunakan untuk mempengaruhi tindakan tersebut.
13
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
14
tujuan bersama, membangun hubungan yang kuat, dan menciptakan lingkungan yang
harmonis dalam kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Andrades, L., & Dimanche, F. (2017). Destination competitiveness and tourism development
in Russia: Issues and challenges. Tourism Management, 62, 360–376.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2017.05.008
Cornelia Banunaek, P., Aloysius, L., & Dj Manafe, Y. (n.d.). PENGALAMAN KOMUNIKASI
KELOMPOK (Kajian Fenomenologi pada Kelompok Pemuda Jemaat Pniel Sikumana).
Dalam Komunikasi Kelompok, K., Puspita Tutiasri, R., & Dosen Ilmu Komunikasi UIN
Sunan Kalijaga ABSTRAK, Mm. (2016). KOMUNIKASI DALAM KOMUNIKASI
KELOMPOK (Vol. 4, Issue 1).
jiunkpe-is-s1-2016-51409103-37244-kelompok-chapter2. (n.d.).
15
Ode, W., Nurhaliza, S., & Fauziah, N. (n.d.). Komunikasi Kelompok dalam Virtual
Community. Komunida: Media Komunikasi Dan Dakwah, 10, 18–38.
https://doi.org/10.35905/komunida.v7i2
Rahman, M. A., Islam, U., Muhammad, K., & Al Banjari, A. (n.d.). EFEKTIVITAS
APLIKASI ZOOM SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI KELOMPOK PADA
MAHASISWA FISIP ILMU KOMUNIKASI UNISKA.
Teori Komunikasi, M., Analis, K., & Perspektif Sasa Djuarsa Sendjaja, dan. (n.d.). Modul 1.
16