Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

A. Judul Penelitian

Penerapan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Motivasi Dan


Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Materi Ekosistem Pada Kelas V SD
Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran
2019/2020

B. Bidang Kajian
Bidang kajian proposal ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang
digunakan untuk memperbaiki hasil belajar dan meningkatkan motivasi siswa
pada pembelajaran IPA materi pembahasan ekosistem dengan menggunakan
metode pembelajaran Make A Match.

C. Pendahuluan

Meningkatkan mutu pendidikan merupakan harapan yang harus dicapai,


baik menurut tujuan nasional maupun tujuan lembaga yang terkait di dalamnya,
yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, taqwa, terampil serta
bisa menjadi warga Negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. Sudah
sepatutnya semua elemen tenaga kependidikan, baik yang berperan sebagai
pendidik ataupun elemen lain yang menunjang terhadap penyelenggaraan
pendidikan berusaha keras agar dapat mewujudkan cita-cita tersebut. Hal ini
sesuai dengan menurut UndangUndang No 20 Tahun 2003 Tentang sistem
Pendidikan Nasional pada BAB II Dasar, Fungsi dan Tujuan Pasal 2-3 di
tegaskan bahwa:

Pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945.Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah
masyarakat dan orang tua. Kerjasama antara ketiga pihak diharapkan dapat
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional, untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Manusia Indonesia
seutuhnya artinya manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri,
serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa


pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar “baru” yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan belajar diciptakan alamiah. Belajar akan
lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan
mengetahuinya dan menghafalkannya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi jangka pendek, tetapi
gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.
Terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan


objektif tetang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang
gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran
IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan
kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang
tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah dengan dikaitkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengamatan, diperoleh gambaran bahwa kurangnya motivasi


siswa dalam belajar dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan guru di
SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek kurang
bervariasi sehingga aktifitas yang dilakukan siswa hanya mendengar,
memperhatikan, dan mencatat. Proses pembelajaran yang monoton menyebabkan
siswa menjadi pasif, tidak termotivasi dan minat terhadap pelajaran IPA masih
rendah, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, terlihat dari
adanya siswa yang malas belajar dan tidak bersemangat dalam menerima
pelajaran di kelas. Permasalahan yang dihadapi siswa di SD adalah hasil belajar
IPA yang belum tuntas hanya 20% (5 orang) siswa yang sudah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), selebihnya 80% (15 orang) siswa belum mencapai
KKM.

Oleh karena itu, perlu adanya inovasi pembelajaran untuk meningkatkan


motivasi dan prestasi belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran dan media
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa yaitu dengan model pembelajaran
kooperatif didasarkan pada pemikiran bahwa siswa bekerja sama dalam belajar
dan bertanggung jawab terhadap aktivitas belajar kelompok untuk mencapai
tujuan. Mengingat pelajaran IPA adalah pelajaran yang tidak lepas dari hafalan
yang akan menimbulkan rasa bosan dalam diri siswa. Maka perlu perhatian dan
peran aktif guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif serta
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
salah satu model pembelajaran yang bersifat permainan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe make a match.

Komalasari (2010: 85) menyatakan bahwa model make a match merupakan


model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu
pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu
pasangan dalam batas waktu yang ditentukan. Sedangkan menurut Huda (2012:
135) make a match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang
mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, efektif,
interaktif, dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan
bertahan lama dalam struktur kognitif siswa.

Model pembelajaran tipe make a match dapat dijadikan alternatif untuk


meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe make a match diharapkan dapat memotivasi siswa karena model
tersebut bersifat kritis dan menarik, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat. Model pembelajaran tipe make a match, siswa belajar sambil
bermain untuk memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan
menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang
sportif dan keterlibatan belajar. Dengan cara guru menyiapkan beberapa kartu
yang berisi soal dan jawaban, kemudian siswa dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok pertama berperan sebagai pemegang kartu soal, kelompok kedua
berperan sebagai pemegang kartu jawaban.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik umtuk mengadakan


penelitian demgan judul : “Penerapan Metode Make A Match Untuk
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA
Materi Ekosistem Pada Kelas V SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar helakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:

1) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran make a match terhadap


motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi ekosistem
pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020?

2) Bagaimanakah peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan


diterapkannya metode pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA
materi ekosistem pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan
Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menjelaskan pengaruh motivasi dan hasil belajar siswa setelah diterapkan


pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA materi ekosistem pada
siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten
Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020?

2) Menjelaskan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa setelah


diterapkannya pembelajaran make a match dalam pembelajaran IPA materi
ekosistem pada siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020?

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitan ini diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Guru : Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam


mengelola pembelajaran IPA tentang Ekositem. Mengembangkan kemampuan
guru dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa tentang Ekosistem
serta meningkatkan profesionalis guru sebagai tenaga pendidik.
2. Manfaat Bagi Siswa : Membantu dalam menguasai materi ekosistem. Dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
materi ekosistem. Serta siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran di kelas.
3. Manfaat Bagi Lembaga : Secara kelambagaan bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pendidikan tentang penerapan metode pembelajaran.
Dapat menambah wawasan guru mengenai metode pembelajaran, serta dapat
dijadikan sebagai referensi guru untuk menerapkan metode Make A Match
dalam sebuah pembelajaran.

G. Kajian Pustaka

Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang


digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Sejalan dengan pendapat di atas,
Wahab (2007: 52) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah sebuah
perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada
proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa
seperti yang diharapkan. Soekamto, dkk (Trianto, 2010: 22) mengemukakan
maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar. 8 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan
pembelajaran yang tersusun secara sistematis yang berfungsi sebagai pedoman
untuk mencapai suatu tujuan. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai
pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar guna
mencapai tujuan yang diharapkan.

Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

A. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe Make A Match

Cooperative learning memiliki berbagai jenis atau tipe, salah satunya


adalah tipe make a match. Menurut Lie (2002: 55) teknik belajar mengajar
mencari pasangan (make a match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Isjoni (2007: 77) menyatakan bahwa make a match
merupakan model pembelajaran mencari pasangan sambil belajar konsep dalam
suasana yang menyenangkan.

Komalasari (2010: 85) menyatakan bahwa model make a match


merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban
terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu
permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang ditentukan. Sedangkan
menurut Huda (2012: 135) make a match merupakan salah satu pendekatan
konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif,
kreatif, efektif, interaktif, dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep
mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa


model cooperative learning tipe make a match merupakan model pembelajaran
kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan
kartu pasangan. Permainan 14 tersebut dibatasi waktu yang telah ditentukan
dalam suasana belajar yang menyenangkan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe Make A


Match

Setiap model dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan


ketika diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut Lie (2002: 46)
kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kelompok berpasangan adalah
sebagai berikut:

1) Kelebihan:

a) Meningkatkan partisipasi siswa.

b) Cocok untuk tugas sederhana.

c) Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masingmasing anggota


kelompok.

d) Interaksi lebih mudah.

e) Lebih mudah dan cepat membentuknya

2) Kekurangan:

a) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

b) Lebih sedikit ide yang muncul.


Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan Lie di atas, model
cooperative learning tipe make a match memiliki banyak kelebihan dan
kekurangan. Guru harus berupaya memaksimalkan pembelajaran agar tidak
terjadi kesenjangan di dalam kelas.

C. Langkah-langkah Cooperative Learning Tipe Make A Match

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah dalam


pelaksanaaannya, agar mudah diterapkan dalam pembelajaran. Menurut
Komalasari (2010: 83−84). Langkah-langkah penerapan model cooperative
learning tipe make a match adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.

2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya (soal jawaban).

5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.

6) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya.

7) Demikian seterusnya.

8) Kesimpulan/penutup.

Model cooperative learning tipe make a match merupakan model


pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep
melalui permainan kartu pasangan, permainan ini dibatasi waktu yang telah
ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan. Adapun langkah-
langkah model cooperative learning tipe make a match harus dilaksanakan
secara sistematis, pelaksanaannya diawali dengan tahap persiapan, pembagian
kartu pertanyaan atau jawaban, mencari dan menemukan pasangan, pemberian
penghargaan, dan penyimpulan.

Belajar
Pengertian Belajar Belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia,
karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pendapat Komalasari (2010: 2)
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperoleh dalam jangka waktu yang lama dan dengan
syarat bahwa perubahan yang terjadi tidak disebabkan oleh adanya kematangan
ataupun perubahan sementara karena suatu hal.

Perubahan seperti yang dikemukakan oleh Komalasari tidak terjadi


dengan sendirinya melainkan melalui sebuah proses. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (2001: 27) bahwa belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan


seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Syah (2003: 63) belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa


belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan pada dirinya. Perubahan yang akan dicapai itu
meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Pengertian Aktivitas Belajar

Belajar sangat memerlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak akan


mungkin berjalan dengan baik. Seperti yang dinyatakan Sardiman (2011: 100)
bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Menurut
Hamalik (2001: 28) aktivitas adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas belajar adalah keterlibatan


siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat. Hanafiah (2010: 23) menambahkan bahwa dalam proses
pembelajaran harus dimunculkan aktivitas yang melibatkan seluruh aspek
psikofisis sehingga akselerasi perubahan prilaku yang menjadi poin utama
belajar dapat terjadi secara, tepat, dan benar baik pada domain kognitif, afektif,
dan psikomotor.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa


aktivitas adalah kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik yang
dilakukan oleh individu, sehingga terjadi perubahan perilaku. Perubahan
perilaku tersebut diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya, dengan
indikator: 1) partisipasi, 2) minat, 3) perhatian, dan 4) presentasi.

Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan atau hasil


belajar. Dengan hasil belajar tujuan pendidikan dapat diukur apakah telah
tercapai ataukah belum tercapai. Dimyati dan Mudjiono (2002: 3)
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Menurut Kunandar (2010: 277) hasil belajar siswa
adalah hasil nilai ulangan harian siswa yang diperoleh siswa dalam mata
pelajaran Pengetahuan Sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses
pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.

Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah


kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Sejalan dengan pendapat Sudjana, S. Nasution (Kunandar, 2010:
276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk
kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.

Bloom (Suprijono: 2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan


kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan,
ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, menerapkan,
menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap
menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakterisasi. Domain
psikomotorik meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotorik juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan individu setelah melalui
proses belajar. Perubahan kemampuan itu meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.

Minat Dan Motivasi


Dijelaskan pada Buku Ensiklopedia Nasional Indonesia bahwa minat
merupakan aspek penting dalam motivasi yang mempengaruhi perhatian,
belajar, berpikir dan berptestasi.Sedangkan motivasi adalah keinginan
kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin. Kajian
tingkat motivasi dalam penelitian ini terbatas pada tinggi rendahnya motivasi
pada umumnya, antara lain harapan untuk sukses, bekerja keras, kekhawatiran
akan gagal, dan keinginan memperoleh nilai tinggi.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anatara lain minat
dan motivasi sangat berkaitan. Apabila seseorang mempunyai minat atau
keinginan maka motivasi untuk meraihnya akan dilakukan dengan jalan
semaksimal mungkin.
Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu


Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata
‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti
saya tahu. ‘Science‘ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan
natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun, dalam perkembangannya
science sering diterjemahkan sebagai science yang berarti Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan
etimologi (Patta Bundu, 2006: 9).

Pemaparan di atas menjelaskan tentang asal dari kata science, dimana


kata science berasal dari kata serapan bahasa latin. Karena dengan
perkembangan jaman, science mengalami pergeseran kata menjadi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tetapi hal ini tidak sesuai etimologi, karena pada
hakikatnya sains bersumber dari gejala, obyek dan fenomena alam yang
berkembang melalui metode ilmiah. Pergeseran kata ini menimbulkan
pergeseran makna, karena dalam hakikatnya IPA seharusnya terdiri dari social
science dan natural science. Tetapi pada saat ini science dikenal menjadi Ilmu
pengetahuan Alam (IPA).

Bidang Kajian IPA ( Biologi )

Ekosistem
Ekosistem menurut Soedjiran Resosoedarmo (1986 :04) adalah tatanan
kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang
kompleks antara makhluk hidup dan lingkungannya baik yang hidup maupun
tak hidup (tanah, air, udara atau kimia fisik) yang secara bersamaan
membentuk suatu sistem ekologi. James Trefil dan Robert M. Hazen (2000:
454) menyatakan bahwa dalam suatu ekosistem terdiri atas tumbuhan dan
hewan yang hidup dalam suatu daerah bersama-sama dengan lingkungan fisik
yang ada di sekitarnya. Ekosistem tersusun atas komponen-komponen yang
satu dengan yang lain akan selalu terjadi interaksi. (Soedjiran Resosoedarmo,
1987: 4) menyatakan satuan-satuan dalam ekosistem terdiri atas individu,
populasi, komunitas dan ekosistem

Kerangka Berpikir

Hasil belajar yang baik, idealnya tercapai karena proses belajar


mengajar berlangsung dengan baik pula. Sehingga tercapai tujuan dari proses
belajar yang telah ditetapkan. Namun dalam sebuah kelas yang terdapat di SD
Negeri 1 Ngantru khusunya di kelas V (lima), pada pembelajaran IPA dengan
materi pembelajaran ekosistem tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai, hal
tersebut ditandai dengan nilai pelajaran pada pembelajaran IPA yang belum
mendapatkan hasil maksimal secara menyeluruh.. Lebih lanjut nilai ulangan
siswa kelas V (lima) SD Negeri 1 Ngantru juga menunjukan rata-rata nilai yang
belum mencapai KKM. Selain itu tingkat motivasi belajar siswa sangat kurang,
hal ini menjadi salah satu faktor penyebab hasil belajar siswa kurang maksimal.

Rendahnya motivasi serta hasil belajar pada siswa kelas 4 SD Negeri


1 Ngantru diakibatkan prsoses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak
menggunakan media pembelajaran yang kooperatif dalam pembelajaran IPA
materi ekosistem. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu peneliti
melakukan PTK dengan dua siklus. Pada siklus pertama akan diberikan
tindakan yaitu guru menggunakan metode pembelajaran make a match yaitu
berupa kartu pertanyaan dan kartu jawaban pada pembelajaran IPA materi
Ekosistem. Setelah tindakan dilakukan selanjutnya peneliti mengamati hasil
belajar serta motivasi siswa dengan penggunaan treatmean tersebut. Jika hasil
tersebut belum mencapai target peningkatan yang ditetapkan maka
dilakukan treatmeant atau tindakan pada siklus yang kedua yaitu dengan guru
menggunakan kembali kartu pintar, yang berupa kartu pertanyaan dan kartu
jawaban dengan pendalaman materi yang lebih dari siklus yang pertama dalam
pembelajaran IPA materi ekosistem. Dari hasil siklus tersebut diharapkan
terjadi peningkatan siknifikan pada hasil belajar siswa. Artinya bahwa
penerapan metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi ekosistem pada siswa kelas V
(lima) SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut ”Apabila dalam pembelajaran IPA materi ekosistem pada kelas
V SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek Tahun
Pelajaran 2019/2020 menggunakan model cooperative learning tipe make a
match sesuai langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa”.

H. Rencana dan Prosedur Penelitian

a) Subjek Penelitian
Penelitian untuk mata pelajaran IPA materi bahasan ekosistem pada siswa
kelas V (lima) SD Negeri 1 Ngantru, KecamatanTrenggalek, Kabupaten
Trenggalek, yang melibatkan sebanyak 15 siswa sebagai subjek penelitian,
yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Pemilihan subjek didasarkan pada :
· Siswa kelas V (lima) merupakan siswa kelas tinggi
· Anak akan lebih bisa memahami pelajaran yang disampaikan dengan
menggunakan media pembelajaran.

b) Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri 1 Ngantru Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2019/2020.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – November semester
ganjil 2019/2020. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan adalah sebagai
berikut :
a) Prasiklus, hari Senin 7 Oktober 2019
2 jam pelajaran (2 x 35 menit)
b) Siklus I, hari Kamis 31 Oktober 2019
2 jam pelajaran (2 x 35 menit)
c) Siklus II, hari Rabu 6 November 2019
2 jam pelajaran (2 x 35 menit)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas terhadap pembelajaran IPAmateri


ekosistem akan dilaksanakan sampai 2 siklus. Dalam setiap siklus terdapat
empat fase yang harus ditempuh yaitu; (1) merencanakan PTK, (2)
melaksanakan PTK, (3) observasi dan (4) melakukan refleksi. Keempat fase
tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
pokok bahasan besaran dan satuan dengan model pembelajaran make a match.

Berikut ini peneliti menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada


setiap fase sebagai berikut :

1. Merencanakan PTK

Kegiatan yang akan dilakukan dalam merencanakan PTK adalah sebagai


berikut :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPA pokok bahasan


ekosistem dengan menggunakan model pempelajaran make a match.

b. Membuat pedoman observasi sebagai instrumen untuk mengumpulkan data

tentang proses pembelajaran.

c. Menyusun soal evaluasi sebagai instrumen untuk mengetahui tingkat

ketercapaian hasil belajar.

2. Melaksanakan PTK

Melaksanakan PTK adalah melaksanakan pembelajaran IPA pokok bahasan


ekosistem menggunakan model pembelajaran make a match sesuai dengan
rencana pelaksananan pembelajaran yang telah disusun.

3. Melakukan observasi

Observasi atau pengamatan terhadap pembelajaran IPA pokok bahasan


ekosistem akan dilakukan oleh Ibu Lilik Sumiati, S.Pd selaku guru kelas V
(lima) SD Negeri 1 Ngantru. Observasi berpedoman pada lembar observasi
yang telah disusun.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan bersama observer dilaksanakan setelah proses


pembelajaran

pada siklus I berakhir. Hasil refleksi ini adalah menganalisis masalah yang

menjadi penghambat peningkatan pemahaman peserta didik terhadap


pembelajaran IPA materi ekosistem.
C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes

dan observasi.

1. Teknik Observasi

Observasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Bogdan dalam Moehadjir (1996: 102) menjelaskan, bahwa


dalam

melakukan observasi kita harus dapat mendeskripsikan secara rinci berbagai

kejadian bukan ringkasan atau opini dan mengutip pernyataan orang bukan

meringkas apa yang dikatakan orang. Selanjutnya dijelaskan bahwa dimensi-


dimensi yang perlu dideskripsikan adalah (1) tampilan fisik siswa dan guru;
(2) dialog sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran; (3) lingkungan fisik
atau kelas dengan berbagai situasinya atau seting pembelajaran; dan (5)
kejadian-kejadian khusus yang dilakukan oleh siswa ketika berinteraksi
dengan sumber-sumber belajar; (6) berbagai aktivitas siswa dan guru dalam
meng-implementasikan tahapan-tahapan model pembelajaran, serta (7) pikiran
dan perasaan peneliti perlu dideskripsikan secara rinci, karena dalam
penelitian kualitatif peneliti merupakan bagian dari penelitian.

2. Teknik Tes

Teknik tes yang digunakan adalah tes yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Tes tersebut merupakan pelaksanaan
evaluasi proses yaitu evaluasi yang dilaksanakan selama pembelajaran
berlangsung. Proses pembelajaran dan evaluasi proses berlangsung secara
simultan. Ketika itu, peneliti dapat memberikan motivasi belajar, memberikan
bantuan kepada siswa atau kelompok yang mendapatkan kesulitan, dan
sekaligus dapat mengecek hasil belajar setiap kelompok.

D. Teknik Pengolahan Data

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik pada
pembelajaran besaran dan satuan adalah data dari hasil evaluasi siklus
pertama dan siklus kedua. Karena data tersebut berupa angka, maka teknik
pengolahan data yang digunakan adalah teknik kuantitatif. Teknik kuantitatif
yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam pembelajaran sehari-hari
dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti membandingkan prosentasi
ketercapaian setiap indikator pada siklus kesatu dengan kedua. Kedua, peneliti
membandingkan prosentasi ketercapaian seluruh indikator siklus kesatu
dengan siklus kedua. Ketiga, hasil perbandingan keduanya diubah ke dalam
bentuk diagram batang dan diagram lingkaran. Selisih hasil tes siklus kedua
dan siklus pertama merupakan hasil belajar, (Arikunto,1998:84). Hasil belajar
tersebut merupakan peningkatan pemahaman pembelajaran besaran dan
satuan menggunakan model make a match. Apabila terjadi peningkatan
pemahaman peserta didik, berarti hipotesis terbukti. Atau sebaliknya, jika
tidak terjadi peningkatan pemahaman peserta didik, berarti hipotesis tidak
terbukti.

I. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian dirinci dengan tabel berikut:
No. Kegiatan Penelitian Bulan ke-1 Bulan ke-2
1 Persiapan PTK:
- Observasi/pra tindakan; √
- Penyusunan tindakan; √
- Penyusunan instrumen √
pembelajaran dan
pengumpulan data.
2 Pelaksanaan(siklus PTK):
- Pelaksanaan siklus 1. √
- Refleksi siklus 1. √
- Pelaksanaan siklus 2. √
- Refleksi siklus 2 √
3 Pelaporan PTK √

J. Biaya Penelitian

No Uraian Harga Jumlah


1 Biaya Transportasi Rp 25.000 Rp 25.000
2 Biaya makan selama penelitian Rp 10.00 x2 Rp 20.000
sejumlah 2x
3 Biaya pemberian Rp 250.000 Rp 150.000
kenangan/cindra mata terhadap
SD Negeri 1 Ngantru
4 Biaya pembuatan laporan Rp 150.000 Rp. 150.000
penelitian tindakan kelas SD
Negeri 1 Ngantru
TOTAL RP 345.000

Anda mungkin juga menyukai